Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
com/berita-ekonomi-bisnis/3609954/ini-hasil-kebun-yang-
dibarter-dengan-pesawat-sukhoi
Selain hasil perkebunan, komoditas ekspor lain yang ditawarkan ke Rusia antara lain
ikan olahan, resin, kertas, mesin, alas kaki, produk industri pertahanan, sampai
furniture.
"Pertama ini mengenai komoditasnya kita masih dalam pembahasan, kita tunggu
(kesepakatan) dari mereka (Rostec). Pertannyaan berapa harga komoditasnya? Kita
masih open nego, kita analisa mana yang lebih baik, berapa kira-kira harga CPO kita,
dan (komoditas) lainnya," ungkap Enggar di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa
(22/8/2017).
"Mereka awalnya harap karet saja, kita minta enggak itu saja. Kita sampaikan ke
Rostec komoditas yang juga punya nilai tambah. Saya jelaskan ke mereka, Anda jual
pesawat ke kami itu juga added value, saya enggak mau kirim karet mentah, minimal
sudah rubber, CPO juga kalau bisa turunannya," jelas Enggar.
Enggar menambahkan, selain hasil kebun, pihaknya juga menawarkan kepada Rusia
produk militer buatan BUMN Indonesia dan produk furniture dibarter pesawat tempur
Sukhoi.
"Kita juga tawari dengan komoditi lainnya antara lain produk industri pertahanan yang
tidak diproduksi mereka. Jadi bisa sebagai komplementer bagi mereka juga, dan
mereka sedang melakukan evaluasi," jelas Enggar.
Meski belum bisa menyebut komoditi industri pertahanannya secara spesifik, jelas
Enggar, produk yang ditawarkan ke Rusia yakni berasal dari industri-industri BUMN
strategis Indonesia seperti PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia. Bahkan,
Indonesia juga menawarkan furinitur untuk dibarter dengan pesawat.
"Ya macam-macam kita serahkan ke Pindad punya ini, Dirgantara punya ini, PT PAL
punya ini. So you can choose. Kedua kami juga menyampaikan mengenai produk jadi
berupa furnitur," terang Enggar.
Bertemu Rostec
Saat ini kedua negara sudah menyepakati barter 50% dari nilai pesawat Sukhoi dengan
komoditas perkebunan lewat MoU, dan akan diteruskan menjadi perjanjian jual beli
setelah pembahasan jenis komoditas, sekaligus valuasi harganya, disepakati.
"Rostec nanti akan ke sini, kita sama-sama paralel meeting. Kalau semua sudah
disepakati, kita akan meningkatkan MoU dengan perjanjian imbal dagang dengan
mereka. Kapan proses delivery, prosesnya akan dibicarakan lagi. Karena detailnya
banyak yang harus dibahas, jenis komoditasnya dan value-nya. Mereka juga minta
pelabuhannya tidak di satu tempat," papar Enggar.
Sebagai informasi, kebijakan imbal beli itu diatur dalam UU Nomor 16 tahun 2012
tentang Industri Pertahanan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2014 tentang
Mekanisme Imbal Dagang.
"Persentase dalam pengadaan Su-35 yaitu 35% dalam bentuk ofset, dan 50% dalam
bentuk imbal beli. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar US$
570 juta dari US$ 1,14 miliar pengadaan Su-35," pungkas Enggar.
Liputan6.com, Jakarta Indonesia dan Rusia sepakat melakukan imbal beli dalam
pengadaan alat peralatan pertahanan keamanan (alpalhankam) berupa pesawat
tempur Sukhoi SU-35. Nilai pembelian SU-35 yang mencapai US$ 1,14 miliar ini
memberikan potensi ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 50 persen dari nilai pembelian
tersebut, atau senilai US$ 570 juta. Persentase dalam pengadaan SU-35 ini, yaitu 35 persen
dalam bentuk ofset dan 50 persen dalam bentuk imbal beli,” kata Enggartiasto di Kantor
Kementerian Pertahanan RI sebagaimana siaran pers Kementerian Perdagangan.
Dalam MoU tersebut, Rostec menjamin akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor,
dengan pilihan berupa karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi
dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur,
kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri
pertahanan, serta produk lainnya.
“Dengan imbal beli ini, Indonesia dapat mengekspor komoditas yang sudah pernah diekspor
maupun yang belum diekspor sebelumnya,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa
(22/8/2017).
Pemerintah Indonesia berkeinginan membeli pesawat SU-35 dari Rusia dengan nilai US$ 1,14
miliar. Pembelian pesawat ini untuk menggantikan pesawat F-5 guna meningkatkan pertahanan
dan keamanan di dalam negeri.
Dalam UU No 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, pada Pasal 43 ayat 5 (e) dinyatakan
bahwa setiap pengadaan Alpalhankam dari luar negeri wajib disertakan imbal dagang,
kandungan lokal dan ofset minimal 85 persen dimana Kandungan lokal dan/atau ofset paling
rendah 35 persen.
Karena pihak Rusia hanya sanggup memberikan Kandungan Lokal dan Ofset sebesar 35 persen
berupa alih teknologi, pendidikan latihan terkait perawatan dan pemeliharaan pesawat Sukhoi,
maka Indonesia menegaskan kembali jika pembelian SU-35 ini dibarengi dengan kegiatan imbal
beli yang nilainya 50 persen nilai kontrak.
Pemerintah Indonesia membeli SU-35 dari Rusia dan Rusia sebagai negara penjual
berkewajiban membeli sejumlah komoditas ekspor Indonesia. Dengan skema imbal beli itu,
Indonesia mendapat potensi ekspor sebesar 50 persen dari nilai pembelian SU-35.
“Persentase dalam pengadaan SU-35 ini yaitu 35 persen dalam bentuk ofset dan 50 persen
dalam bentuk imbal beli. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar US$
570 juta dari US$ 1,14 miliar pengadaan SU-35,” jelas Enggar.
Pihak Rostec, kata dia, juga diberikan keleluasaan untuk memilih calon eksportir sehingga bisa
mendapatkan produk ekspor Indonesia yang berdaya saing tinggi. “Mekanisme imbal beli ini
selanjutnya menggunakan working group yang anggotanya berasal dari Rostec dan PT PPI," kata
dia.
Pada periode Januari-Juni 2017, nilai ekspor komoditas Indonesia yang masuk kategori produk
dalam perjanjian imbal beli adalah CPO dan turunannya sebesar US$ 202,47 juta, mesin-mesin
US$ 218,82 juta, biji kopi US$ 33,4 juta, produk tekstil US$ 22,76, alas kaki US$ 19,13 juta, karet
olahan US$ 17,47 juta, CCO dan turunannya US$ 17,42 juta.
Kemudian, kakao olahan US$ 13,47 juta, teh olahan US$ 7,55 juta, plastik dan produk plastik
US$ 6,32 juta (termasuk resin), kertas US$ 5,6 juta, makanan olahan US$ 5,23 juta, buah-
buahan olahan US$ 4,72 juta, furnitur US$ 3,41 juta, rempah-rempah US$ 1,82 juta.
Selain itu, ikan olahan US$ 0,88 juta, furnitur lainnya US$ 0,52 juta, rempah-rempah olahan US$
0,21 juta, teh US$ 0,19 juta, dan buah-buahan yang nilainya masih di bawah US$ 10 ribu.
Penunjukan pihak ketiga ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.28/M-
DAG/PER/5/2017 Pasal 9. Melalui Keputusan Menteri Perdagangan No 724/M-DAG/KEP/5/2017
Kemendag juga menunjuk PT. PPI sebagai pelaksana.
Untuk itu, PT PPI bertugas mewakili pemerintah Indonesia untuk menegosiasikan jenis barang
dan nilai ekspor dengan Perusahaan Pemasok; menyediakan jenis Barang Ekspor Indonesia yang
akan dipilih untuk pemenuhan kewajiban Imbal Beli oleh Perusahaan Pemasok; melakukan
kegiatan eksportasi Barang Ekspor Indonesia ke Negara pemasok luar negeri, Negara asal
barang, atau Negara ketiga; dan melaporkan pelaksanaan kewajiban Imbal Beli kepada
Kemendag.
Rusia adalah mitra dagang Indonesia ke-24 pada 2016. Nilai total perdagangan Indonesia–Rusia
pada 2016 tercatat US$ 2,11 miliar, dan Indonesia mendapat surplus US$ 410,9 juta yang
seluruhnya berasal dari surplus sektor nonmigas.
Ekspor nonmigas Indonesia tercatat US$ 1,26 miliar, sedangkan impor nonmigas Indonesia dari
Rusia tercatat US$ 850,6 miliar. Perkembangan ekspor nonmigas Indonesia ke Rusia pada
periode 2012-2016 tercatat positif 8,5 persen.