Você está na página 1de 24

i

TUGAS MANAJEMEN INVESTASI


ANALISA TEKNIKAL

DISUSUN OLEH :
SYAFIRA ULYA FIRZA
158110944
SEMESTER V
AKUNTANSI-KEUANGAN
SORE

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
MIKROSKIL
MEDAN
ii

Latar Belakang Masalah


. Investasi pada Saham perusahaan, menjadi salah satu Investasi yang banyak
peminatnya. Dalam Investasi ini Investor cenderung membeli saham disaat pasar jenuh jual
dan menyimpan sahamnya dalam jangka waktu 3-5 tahun, sedangkan Trader cenderung
membeli saham pada saat market jenuh jual dan menjual sahamnya saat jenuh beli.
Dalam berinvestasi pada saham perusahaan, tidak sedikit Investor/Trader yang
mengalami capital lose akibat cut lose yang dilakukan oleh Investor/Trade yang lain. Oleh
karena itu, pentingnya memperkirakan pasar sangat penting bagi Investor/Trader. Hal ini
berguna khususnya bagi seorang Trader agar Trader tidak mengalami capital lose yang terlalu
tinggi.
Dalam rangka memperkirakan keadaan pasar biasanya seorang Trader/Investor
menggunakan 2 teknik analisa, Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal. Dalam Analisa
Fundamental umumnya akan dibahas tentang bagaimana kondisi perusahaan tersebut
berdasarkan kinerja keuangannya yang disajikan dalam bentuk Laporan Keuangan,
sedangkan dalam Analisa Teknikal umumnya adalah menganalisa suatu fluktuasi harga
saham perusahaan dalam rentang waktu tertentu.
Dari pergerakan harga saham tersebut Trader/Investor mengamati pola-pola tertentu
yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembelian atau penjualan berbagai
Indikator dalam menentukan analisanya. Tetapi dalam penerapannya masih banyak
Trader/Investor yang mengalami capital lose karena kurangnya pemahaman atas Indikator
yang ada sehingga mengakibatkan salah dalam memilih Indikator dan hanya terpatok oleh
satu indikator saja.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa Indikator Saham serta
cara penerapannya. Sebagai sebuah contoh dalam makalah ini akan menggunakan perusahaan
saham PT.Sri Rejeki Isman,Tbk sebagai objek analisa.
1

Dalam melakukan Analisa Teknikal ini, saya menggunakan PT. SRI REJEKI ISMAN
Tbk sebagai objek dalam melakukan analisis ini. Terdapat 6 indikator yang saya gunakan
dalam menganalisa pergerakan nilai saham PT. SRI REJEKI ISMAN Tbk, yaitu :
1. Moving Average
2. Bolinger Bands
3. RSI
4. MACD
5. Parabolic SAR
6. Stochastics

MOVING AVERAGE

SELL

BUY

CONTOH GAMBAR GRAFIK MOVING AVERANG PERIODE 100


2

BUY SELL

CONTOH GAMBAR GRAFIK MOVING AVERANG PERIODE 50

TREND
TREND TURUN,
NAIK, MA 50 SELL
BUY

MA 100

CONTOH GAMBAR GRAFIK MOVING AVERANG PERIODE 50 & 100

PENGERTIAN DAN ASAL MUASAL MOVING AVERAGE


Moving average adalah metode sederhana membaca pergerakan harga dari waktu ke
waktu. Moving average di sini berarti kita menggunakan rata-rata harga penutupan (closing
price) dari pair mata uang dari beberapa periode. Sebuah Moving Average pada umumnya
digunakan dengan data rangkaian waktu untuk memperhalus pembacaan fluktuasi jangka
pendek dan menyoroti trend jangka panjang ataupun siklus. Dalam ilmu statistik, Moving
Average adalah perhitungan untuk menganalisis titik data dengan menciptakan serangkaian
Nilai Rata-Rata dari himpunan per bagian yang berbeda dari kumpulan data seluruhnya.
Mengingat serangkaian angka dan ukuran per bagian itu bersifat tetap, maka elemen
pertama dari Moving Average diperoleh dengan cara mengambil rata-rata dari nilai awal pada
suatu rangkaian seri nomor. Lalu bagian tersebut dimodifikasi dengan “pergeseran ke depan”;
3

yaitu, tidak termasuk angka pertama dari seri dan termasuk nomor berikutnya mengikuti
bagian asli dalam seri. Hal ini menciptakan bagian baru pada rangkaian/seri angka-angka
tadi, yakni nilai rata-rata. Proses ini diulang di seluruh seri data. Lalu nilai rata-rata tadi
dirangkai dalam bentuk garis yang disebut garis Moving Average. Sebuah garis Moving
Average terdiri dari satu set nilai rata-rata, dan masing-masing nilai rata-rata itu sebenarnya
merupakan rata-rata dari satu set rangkaian angka yang lebih besar lagi. Sebuah Moving
Average juga dapat menggunakan bobot perhitungan yang tidak sama untuk setiap nilai
aktual pada tiap-tiap bagian untuk menekankan nilai-nilai perataan tertentu.

Jenis-jenis Moving Average

Moving Average merupakan indikator dalam analisis teknikal yang cukup populer. Ada
banyak versi Moving Average yang digunakan sebagai indikator Analisis Teknikal, yaitu
contohnya:

1. Simple Moving Average (SMA)


2. Weighted Moving Average (WMA)
3. Exponential Moving Average (EMA)

CARA MENGGUNAKAN INDIKATOR MOVING AVERAGE


1) Tentukan timeframe terlebih dulu:
Pilihan timeframe akan menentukan seberapa besar periode Moving Average nantinya.
Semakin besar time frame maka semakin kecil periode Moving Average yang akan
dibutuhkan.
2) Tentukan periode Moving Average:
Periode pada Moving Average akan menentukan kemulusan dari tampilan garis Moving
Average. Semakin kecil periode Moving Average, maka semakin responsif garis Moving
Average dalam mengikuti perubahan arah harga. Sebaliknya, semakin besar periodenya,
maka semakin lambat respon garis MA dalam menyusuri arah harga.
Kedua, semakin kecil periode, maka semakin sering garis MA melakukan kontak (interaksi)
dengan batang candlestick. Sebaliknya, semakin besar, maka semakin jarang kontak terjadi.
4

Namun, semakin sering kontak terjadi, resiko sinyal palsu (fake signal) juga akan semakin
besar.
Cth : Moving Average dengan periode 50 artinya, indikator tersebut mengambil data harga
dari 50 candlestick terakhir, lalu menggambarkannya sebagai garis yang Anda lihat itu.
Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close).

3) Amati interaksi antara candlestick dan garis Moving Average


Interaksi antara batang candlestick dan garis Moving Average dapat menghasilkan sinyal
trading. Jika ada batang candlestick bearish menembus garis Moving Average dari atas ,
bersiaplah untuk memasang posisi sell. Sebaliknya, jika mulai ada pertanda pergerakan
bernada bullish menyentuh garis Moving Average dari bawah, bersiagalah untuk pasang
posisi buy.

FUNGSI MOVING AVERAGE


1. Moving Average sebagai Pendeteksi Trend.
Catatan : Untuk menentukan Trend dengan periode yang berbeda maka dapat dilihat dari
indikator periode yang lebih cepat memotong indikator yang lebih lama dari bawah ke atas
maka akan terjadi Trend naik dan apabila indikator periode yang lebih cepat memotong
indikator yang lebih lama dari atas ke bawah maka akan terjadi Trend turun.
2. Menentukan titik support dan resistance.
3. Moving Average sebagai Nilai Tengah Pergerakan Harga
4. Adanya Perpotongan Dua Moving Average digunakan sebagai Patokan untuk Masuk ke
Market.
Jika garis MA dengan periode yang lebih kecil memotong kebawah garis MA dengan periode
yang lebih besar maka trend sedang mengalami penurunan untuk itu harus segera melakukan
Sell. Tetapi jika MA dengan periode yang lebih kecil memotong keatas garis MA dengan
periode yang lebih besar maka trend sedang mengalami kenaikan untuk itu segera melakukan
buy. Untuk contoh bisa dilihat dari contoh grafik MA 50 & 100 diatas.
KAPAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK SELL ATAU BUY ?
SELL :
1. Saat grafik candlestick meninggi namun body candle semakin mengecil.
2. Saat market menembus garis support terdekat / baseline.
3. Saat indikator signal berpindah dari bawah menjadi diatas grafik atau diatas indikator utama.
4. Saat koreksi trend turun terhenti.
5

5. Saat market meninggi namun indikatornya menurun.


6. Saat grafik candlestick bearish bodynya semakin memanjang.
BUY :
1. Saat grafik candlestick menurun namun body candle semakin mengecil.
2. Saat Market menembus garis Resistance terdekat.
3. Saat indikator signal berpindah dari atas menjadi dibawah grafik atau dibawah indikator
utama.
4. Saat koreksi trend naik terhenti.
5. Saat market menurun namun indikatornya meninggi.
6. Saat grafik candlestick bullish bodynya semakin memanjang.

BOLLINGER BANDS
Indikator bollinger bands ditemukan oleh seorang analis finansial asal dari Amerika
Serikat yaitu John Bollinger tahun 1980an. Indikator ini dipakai untuk melihat volatilitas
sebuah peregerakan harga. Namun dalam perkembangannya indikator ini juga bisa dipakai
untuk keperluan lain seperti melihat area support dan resistance dinamis.
Indikator ini terdiri dari tiga garis pita yang disebut secara umum sebagai upper band,
middle band dan lower band. Garis-garis pita ini berfungsi sebagai idikator kekuatan market
yang sedang berlangsung. Dengan melebarnya jarak antara upper band dengan lower band
maka indikator ini mengindikasikan votalitas yang tinggi sehingga pergerakan yang sedang
terjadi dimungkinkan akan berlajut untuk beberapa waktu hingga menyentuh area support
atau resistance yang kuat.
Fungsi lain dari indikator bollinger bands adalah dipakai untuk menentukan area
support dan resistance dinamis. Sebagai trader analis, mengetahui area pembalikan arah
adalah sesuatu yang penting karena pada posisi itulah peluang yang baik untuk memperoleh
profit dalam tradingnya.
Pembalikan arah ini bisa terlihat ketika candlestick mulai menjauh dari upper band
atau lower band. Ketika harga mulai menjauh dari pita atas atau upper band maka hal tersebut
menunjukkan harga sudah berada di area resistance, sedangkan jika harga mula menjauh dari
lower band maka hal tersebut menunjukkan bahwa harga sedang berada di area support.
Kemungkinan kondisi lain yang muncul adalah harga tidak mampu menembus middle band
atau pita tengah, hal itu menunjukkan harga tidak berhasil break out. Kondisi-kondisi ini
dipakai trader sebagai golden moment dalam menentukan aksi jual atau beli.
6

FUNGSI BOLLINGER BANDS


1. Menentukan tingkat volatilitas
2. Menentukan Support dan Resistance
3. Menentukan Area Stop Loss

Terdapat 5 fase dalam Bollinger Bands :


1. Kondisi Normal
Kondisi bollinger normal ditandai dengan lebar pita band cenderung sama dari waktu ke
waktu. Dengan bentuk mandatar namun tidak menyempit, atau miring sesuai trend dengan
tingkat kemiringan dibawah 45 derajat. Pada kondisi bollinger normal market akan bergerak
bolak balik diantara pita band, artinya ketika market menyentuh pita luar band, maka market
akan kembali ketengah sehingga pita bollinger bands juga disebut sebagai dinamis support /
resistance.

2. Fase Persiapan Break


Fase persiapan break ini ditandai dengan bollinger yang cenderung menyempit atau mendatar
. Penyebabnya bisa jadi karena market benar-benar sepi ,atau karena penjual dan pembeli
sedang menunggu.
7

3. Fase Break
Kondisi break ditandai dengan pita atas dan bawah melebar menjauh. Ini terjadi karena
membludaknya order sehingga tenaga market begitu besar. Dampaknya market akan bergerak
lurus. Pada fase break tidak mungkin terjadi pembalikan arah trend secara normal, kecuali
terjadi konvergen.

4. Fase Normalisasi Break


Fase ini adalah untuk mencari keseimbangan dan testing trend.Disinilah kekuatan sebuah
trend di uji . Fase ini ditandai dengan pita band yang bergerak searah sesuai trend yang telah
dibentuk. Dampaknya grafik akan mendatar atau membentuk pola wedges . Pada kondidi
seperti ini sebaiknya jangan masuk ke pasar, melainkan menunggu sampai muncul signal
selanjutnya.
8

5. Fase Penutupan Break


Pada fase penutupan break ini pita bollinger akan menyempit. Arah market pada fase ini
biasanya mendatar atau berlawanan dengan trend yang baru saja terbentuk. Pada kondisi
seperti ini sebaiknya menunggu konfirmasi dari signal yang akan muncul selanjutnya.

KAPAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK SELL ATAU BUY ?


SELL :
1. Pastikan pasar sedang dalam kondisi downtrend, kemudian pasar mengalami koreksi hingga
naik sampai menyentuh garis tengah Bollinger bands.
9

2. Segera open posisi sell setelah candlestick menyentuh garis tengah Bollinger bands.
Tempatkan stop loss 5-10 pips diatas garis tengah Bollinger bands dan close posisi jika
candlestick sudah menyentuh garis bawah Bollinger bands.
3. Atau jika anda tidak yakin dengan open posisi ketika harga menyentuh candlestick, lihat pada
time frame yang lebih kecil. Tunggu pada time frame kecil tersebut terbentuk candlestick
pembalikan bearish.

BUY :
1. Tempatkan atau segera buka posisi buy jika harga sudah menyentuh garis tengah bollinger
bands.
2. Tapi sebelumnya, pastikan harga sedang dalam kondisi uptrend saat itu.
3. Tempatkan stop loss 5-10 pips dibawah garis tengah Bollinger bands.
4. Take profit atau close posisi jika harga sudah menyentuh garis Bollinger bands bagian atas.

SELL

BUY

RELATIVE STRENGTH INDEX (RSI)


RSI atau Relative Strength Index adalah sebuah indicator yang digunakan untuk mengukur
kejenuhan pasar. Menurut pembuatnya, pasar dikatakan jenuh beli (overbought) jika RSInya
bernilai diatas 70. Dan jenuh jual (oversold) jika bernilai dibawah 30.
Pada kondisi overbought atau oversold market berpotensi untuk balik arah. Sehingga fungsi
RSI bisa dikatakan juga sebagai signal untuk pembalikan arah market.
10

RSI diperkenalkan pertama kali oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 pada bukunya New
Concepts in Technical Trading Systems. Nilai dari Rsi berada pada kisaran 0-100 (itulah
sebabnya mengapa digolongkan sebaga indikator oscillator. Oscillate = berkisar). RSI sendiri
merupakan indikator yang membandingkan momentum harga yakni antara nilai pada saat ini
terhadap daya tarik losses yang terjadi.

FUNGSI DAN CARA PENGGUNAAN RSI


I. Untuk Mengetahui kondisi Overbought / oversold :
Overbought dan oversold ditunjukkan dengan adanya level 30-70. Bila posisi
RSI sudah mencapai atau melebihi angka 70 maka sudah menunjukkan
kondisi overbought dan ini adalah waktunya untuk entry SELL. Entry SELL
juga dapat dilakukan saat munculnya candle jenis reversal seperti
hammer,inverted hammer atau candle pricing. Dan sebaliknya kondisi
oversold bila indicator sudah berada di posisi dibawah 30 makanya ini adalah
waktunya untuk entry BUY. Entry BUY juga dapat dilakukan saat disertai
munculnya candle jenis reversal seperti Shooting star, hanging man dan
lainnya.
Oversold Overbought

SELL

BUY

II. Untuk mengetahui divergence atau convergance


Jika indikator RSI bergerak naik sementara harga sedang menurun, hampir
dapat dipastikan bahwa harga akan bergerak mengikuti pergerakan indikator
RSI yaitu kembali naik hal tersebut merupakan convergance . Demikian juga
sebaliknya bila RSI sedang menurun dan harga sedang naik, maka beberapa
11

saat kemudian harga akan bergerak turun mengikuti arah pergerakan RSI hal
tersebut merupakan divergence.

Pada grafik diatas tidak terindikasi adanya divergence atau convergence.


III. Untuk mengetahui momentum pergerakan harga
Dalam RSI mengukur kekuatan momentum kenaikan/penurunan harga terletak
pada garis 50. Cara membaca kekuatan momentum suatu harga yakni bila
garis RSI menembus centerline (garis 50) dari bawah maka sedang terjadi
trend kenaikan. Besarnya momentum sebanding dengan besar nilai RSI yang
terjadi. Demikian juga berlaku sebaliknya.

AWAL AWAL TREND


TREND BULLISH
BEARISH

MOVING AVERAGE CONVERGEN DIVERGEN


12

Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah indikator yang


dikembangkan oleh Gerrald Appel. MACD merupakan sebuah trend yang mengikuti
pergerakan indikator momentum dan digunakan untuk menginformasikan arah suatu trend
dan perubahannya. Perubahan suatu trend terjadi bila garis MACD memotong garis trend
harga ataupun bila garis MACD bergerak menjauh dari garis tren harga tersebut.
Indikator MACD terdiri dari 2 buah garis, yaitu garis MACD (selisih antara moving average
eksposional jangka pendek dengan moving average eksposional jangka panjang) dan garis
sinyal (garis moving average eksposional dari MACD). Perioda yang biasa digunakan adalah
26 dan 12 serta periode 9 untuk garis sinyalnya.
MACD merupakan lagging indikator (indikator yang lebih lambat dari keadaan yang
digambarkan). Gambar yang dihasilkan oleh MACD memberikan suatu garis yang bergerak
di atas dan di bawah nol, tanpa ada batas atas maupun batas bawah.
Indikator MACD berguna untuk menunjukan arah trend suatu pair apakah sedang naik atau
menurun. Selain itu juga MACD berguna untuk menentukan kondisi jenuh beli (overbought)
atau jenuh jual (oversold).
CARA PENGGUNAAN MACD :
Secara Umum ada 3 penggunaan MCD :
1. Memotong (Crossover)
Sinyal beli muncul ketika garis MACD bergerak memotong ke atas garis sinyal.
Sedangkan sinyal jual muncul ketika garis MACD bergerak memotong kebawah garis
sinyal.
SINYAL JUAL

SINYAL BELI
JUAL
SINYAL MACD

BELI
13

2. Keadaan jenuh beli beli dan jenuh jual (overbought and oversold)
MACD juga sangat berguna untuk menentukan keadaan jenuh beli atau jenuh jual.
Ketika moving average jangka pendek menjauh dari moving average jangka
panjangnya (MACD naik), maka biasanya harga sudah berada diatas harga yang
seharusnya dan akan kembali ke level yang lebih realistik segera. Keadaan jenuh beli
dan jenuh jual ini tergantung dari karakteristik pair yang diamati.
3. Divergence
Jika MACD bergerak berlawanan arah dengan gerakan harga, maka ini merupakan
suatu sinyal bahwa trend yang berlangsung saat ini akan segera berakhir. Bearish
divergence terjadi jika MACD berada dilevel terendahnya yang terbaru sedangkan
harga telah gagal mencapai nilai terendah yang terbaru. Bullish divergence terjadi jika
MACD berada dilevel tertingginya yang terbaru sedangkan harga telah gagal
mencapai nilai tertinggi yang terbaru. Kedua jenis divergence ini sangat berguna pada
keadaan jenuh beli ataupun jenuh jual.

Cara Membaca Indikator MACD Berdasarkan 4 Macam Fungsinya

Fungsi indikator MACD yang paling utama adalah untuk menunjukkan arah trend dan
momentum pasar. Ketika trend harga sedang naik, area MACD berada di zona positif atau
di atas level 0. Sementara ketika harga berada dalam downtrend, area MACD bergerak di
zona negatif atau di bawah level 0.
Dari situ, Anda kemudian bisa menjadikan pergantian posisi area MACD sebagai sinyal
perubahan arah trend. Jika ingin mengenali sinyal lebih awal, Anda dapat mengambil
posisi sell ketika area MACD mulai menurun di area positif, atau open buy saat area
MACD semakin menanjak di area negatif.
Untuk mengkonfirmasi, Anda bisa memperhatikan crossing garis sinyal dari area MACD.
Dalam hal ini, tunggu hingga garis sinyal benar-benar memotong area MACD dari atas ke
bawah sebelum entry sell, atau konfirmasikan crossing garis sinyal dari bawah ke atas
untuk membuka posisi buy. Berikut 4 Fungsi MACD :

 Indikator MACD dengan sinyal EMA


Kombinasi indikator MACD dengan Exponential Moving Average (EMA) untuk
mendapatkan konfirmasi entry yang lebih baik. Aplikasi indikator MACD dan dua
garis EMA di atas menunjukkan bahwa perubahan trend dari bullish ke bearish
diiringi dengan pergeseran area MACD dari zona positif ke negatif. Sinyal itu
14

kemudian dikonfirmasi oleh crossing garis sinyal MACD ke bawah level 0, serta
perpotongan dua garis EMA (EMA periode besar memotong EMA periode kecil dari
bawah ke atas).
Informasi yang didapat dari cara membaca indikator MACD tersebut seringkali
dijadikan sebagai pedoman entry dalam trading. Trader akan memasang open sell
ketika area dan garis sinyal MACD menyeberang ke zona negatif, serta terjadi
perpotongan garis-garis EMA 26 dan EMA 12. Sebaliknya, trader bersiap open buy
ketika area dan garis sinyal MACD melintas dari daerah negatif ke positif, serta EMA
12 memotong EMA 26 dari bawah ke atas.
 Indikator MACD Sebagai Pengukur Momentum
Indikator MACD juga bisa menunjukkan momentum yang bisa menginformasikan
kekuatan trend saat ini. Dengan mengetahui momentum, Anda bisa memperkirakan
apakah trend masih akan menguat atau justru sedang melemah. Untuk menghindarkan
dari kesalahan entry di penghujung trend.
Pergerakan harga yang kuat selalu diiringi dengan bentukan batang histogram yang
panjang-panjang. Ketika trend baru terbentuk dan pasar masih mengumpulkan tenaga,
area MACD tampil pendek-pendek namun semakin membesar. Puncak trend terjadi
ketika kekuatan pasar terisi penuh dan ditandai oleh batang histogram MACD yang
tampil paling panjang.
Sedangkan cara membaca indikator MACD untuk momentum yang mulai melemah
adalah dengan mewaspadai histogram yang terus mengecil. Ketika pasar bersiap
untuk beralih posisi, area MACD mulai melandai dan tampak semakin mengecil. Pada
akhirnya, pola histogram akan mengulang siklus yang sama di area berlawanan.
 Indikator MACD Sebagai Oscillator
Indikator MACD sebenarnya tidak mempunyai standard oversold dan overbought,
dua hal yang menjadi syarat utama Oscillator. Namun demikian, banyak trader
menggunakan puncak area MACD di zona positif sebagai batas overbought, dan dasar
area MACD di zona negatif sebagai titik oversold.
 Indikator MACD Sebagai Penunjuk Sinyal Divergence
Divergence adalah perbedaan harga dengan indikator penunjuk momentum dan
merupakan sinyal reversal. Cara membaca indikator MACD dalam hal ini tidak jauh
berbeda dengan strategi divergence pada umumnya. Ketika harga cenderung naik
(membentuk higher high) tapi area MACD justru menurun (menciptakan formasi
15

lower high), maka uptrend tak lama lagi akan berbalik menurun. Hal ini karena
kenaikan harga tidak didukung oleh penguatan momentum.

PARABOLIC STOP AND REVERSAL

PENGERTIAN DAN ASAL MUASAL INDIKATOR PARABOLIC STOP AND


REVERSAL:
Indikator popular ini dikembangkan oleh seorang ahli teknikal terkenal, WellesWilder, yang
juga menciptakan relative strength index, dan indikator ini ditunjukkan dalam serangkaian
titik-titik yang ditempatkan diatas atau dibawah pergerakan harga dalam sebuah grafik.
Parabolic SAR adalah sebuah indikator yang mengikuti tren, yang didasarkan pada teori
bahwa sebuah tren yang kuat akan terus mengalami kenaikan kekuatan selama periode
tertentu dan nantinya akan diikuti oleh pergerakan parabolik.
Awal pembuatan Parabolic SAR dimulai dari tahun 1972. Wilder mulai mengalihkan
karirnya ke pasar komoditas. Saat itu beliau fokus pada pengembangan formula matematika
yang bisa digunakan untuk sistem perdagangan leverage. Semenjak itu, beliau mulai
membuat sebuah karya buku dalam judul "New Concepts in Technical Trading System"
menjabarkan formula tersebut. Dari formula itu, diketahui indikator yang kemudian disebut
Parabolic mampu mengetahui trend dan jenuh pasar. Dari situlah perkembangan Parabolic
SAR dimulai. Karya buku Wilder resmi dipubliskasikan pada tahun 1987.
Parabolic SAR adalah indikator teknikal yang digunakan oleh banyak trader untuk
menentukan arah dari momentum harga dan titik dimana momentum ini memiliki
16

probabilitas yang lebih tinggi dari keadaan normal untuk berganti arah, khususnya untuk
momentum jangka pendek. SAR adalah kepanjangan dari ‘stop and reversal’.

FUNGSI PARABOLIC STOP AND REVERSAL :


 Kapan trend akan berhenti (stop) dan balik arah (reverse)
 Sebagi entry point
 Sebagai signal exit trading
 Titik jenuh pasar
 Trend selanjutnya

CARA PENGGUNAAN :

 Beli ketika titik-titik parabolic sar akan membentuk trend naik


 Jual ketika titik-titik sar menunjukan akan terjadi trend turun

STRATEGI BELI DAN JUAL :

BUY:

 Tunggu hingga parabolic SAR terbetuk sempurna dibawah candle


 Dari harga tertinggi, letakkan buy stop 3-5 pips dengan indikator parabolic SAR yang
terbentuk sempurna dibawah candle
 Letakkan stop loss 5-10 pips dari harga terendah candlestick
 Segera keluar market saat indikator parabolic SAR menunjukkan sinyal SELL,
dimana parabolic sar sudah terbentuk sempurna diatas candlestick
SELL:
 Tunggu hingga parabolic SAR terbetuk sempurna diatas candle
 Dari harga terendah, letakkan buy stop 3-5 pips dengan indikator parabolic SAR yang
terbentuk sempurna diatas candle
 Letakkan stop loss 5-10 pips dari harga tertinggi candlestick
17

 Segera keluar market saat indikator parabolic SAR menunjukkan sinyal BUY, dimana
parabolic sar sudah terbentuk sempurna dibawah candlestick

JUAL

BELI

STOCHASTIC

PENGERTIAN DAN ASAL MUASAL STOCHASTIC :


Stochastic oscillator (lebih sering disebut sebagai stochastic saja) merupakan salah satu
indikator yang juga bisa membantu Anda untuk menemukan momentum yang baik untuk
menentukan entry point.
Stochastic Oscillator dikembangkan pada akhir 1950-an oleh George Lane. Seperti yang
dirancang oleh Lane, Stochastic Oscillator menyatakan bahwa lokasi harga penutupan saham
dalam kaitannya dengan kisaran harga saham yang tinggi dan rendah selama periode waktu
tertentu, umumnya dalam periode 14 hari. Lane, selama berbagai wawancara, mengatakan
bahwa Stochastic Oscillator tidak mengikuti harga atau volume atau yang serupa.
Dia pun menunjukkan bahwa osilator mengikuti kecepatan atau momentum harga. Lane juga
mengungkapkan dalam wawancara bahwa, sebagai suatu peraturan, momentum atau
kecepatan harga saham berubah sebelum harga berubah dengan sendirinya. Dengan cara ini,
Stochastic Oscillator dapat digunakan untuk pembalikan foreshadow saat indikator
menunjukkan adanya divergensi bullish atau bearish. Sinyal ini adalah yang pertama, dan
dapat dibilang yang paling penting, sinyal perdagangan Lane diidentifikasi.
18

FUNGSI DAN CARA PENGGUNAAN :


 Indikator Stochastic Sebagai Penanda Overbought Oversold
Cara membaca indikator Stochastic menurut fungsi ini adalah yang paling mudah.
Pada dasarnya, indikator ciptaan George Lane ini memiliki dua level ekstrim, yakni
80 dan 20. Masing-masing level tersebut berperan sebagai batas overbought dan
oversold. Indikator Stochastic menunjukkan kondisi overbought ketika grafik berada
di atas level 80. Sementara itu, cara membaca indikator Stochastic untuk mengenali
oversold adalah dengan memperhatikan grafik yang sudah turun di bawah level 20.

OVERSOLD
OVERBOUGHT

BUY

SELL

Akan tetapi, perlu dicatat bawah tidak disarankan untuk segera entry trading setelah
berhasil mempraktekkan cara membaca indikator Stochastic di atas. Seringkali, sinyal
tersebut tidak bisa diandalkan saat trend harga sedang kuat. Karena itu, perlu
mengetahui cara membaca indikator Stochastic berikutnya untuk bisa mendapatkan
entry trading yang lebih terkonfirmasi.
 Indikator Stochastic Sebagai Penunjuk Entry Trading
Komponen terpenting dalam cara membaca indikator Stochastic sebagai penanda
entry trading adalah persilangan garis-garis sinyal. Berbeda dengan RSI yang hanya
memiliki satu garis sinyal, Stochastic mempunyai dua garis dinamis yang masing-
masing bernama %K dan %D.
19

Pada Gambar diatas %K Stochastic adalah garis ungu, sedangkan garis %D tampil
sebagai grafik berwarna merah. Selain dari segi penampilan, kedua garis tersebut juga
memiliki perhitungan berbeda.
 Garis %K Stochastic
Mengukur tingkat perubahan harga saat ini (fast stochastic), %K dihasilkan dari
perhitungan berikut:
Seumpama periode %K adalah 5, maka rumusnya adalah: 100 x (harga penutupan
5 hari - harga terendah 5 hari) / (harga tertinggi 5 hari - harga terendah 5 hari).
 Garis %D Stochastic
Disebut juga sebagai %K yang diperhalus (slow stochastic), garis %D sebenarnya
memperlihatkan nilai rata-rata (moving average) dari %K. Cara menghitungnya
adalah dengan memberikan perhitungan Simple Moving Average pada nilai %K.

Crossing antara %K dan %D. Karena %K berperan sebagai fast stochastic dan %D
merupakan slow stochastic, maka sinyal buy muncul ketika %K memotong %D dari
bawah ke atas. Sebaliknya, sinyal sell terjadi saat %K memotong %D dari atas ke
bawah.
Jika momen persilangan ini terdapat di area overbought oversold, maka Anda bisa
mendapat sinyal entry trading yang lebih terkonfirmasi. Intinya, cara membaca
indikator Stochastic sebagai penunjuk entry trading adalah dengan mengenali
persilangan garis %K dan %D di zona overbought oversold.

 Indikator Stochastic Sebagai Penanda Divergence


Layaknya oscillator lain yang bisa difungsikan sebagai penunjuk momentum,
Stochastic merupakan salah satu indikator andalan dalam analisa divergence. Jika
divergence MACD menggunakan pengukuran naik turun bar, maka cara membaca
indikator Stochastic sebagai penunjuk divergence mengandalkan puncak (high) dan
dasar (low) yang terbentuk dari garis-garis sinyal.
Ketika grafik Stochastic menunjukkan high atau low yang semakin menurun, maka
hal itu menandakan terjadinya pelemahan momentum. Sebaliknya, cara membaca
20

indikator Stochastic saat momentum sedang menguat adalah dengan memperhatikan


peningkatan high atau low dari garis sinyal.

KESIMPULAN
Penggunaan setiap Indikator dalam menentukan tingkat buy and sell sangat
berbeda. Maka dari itu, Investor dituntut harus pandai menganalisa dan memahami
keadaan pasar agar tindakan yang dilakukan tidak salah. Selain itu, Investor juga
jangan hanya berpatok pada satu Indikator karena bisa saja Indikator yang dipilih
memberikan false signal. Untuk itu, pemahaman dan penerapan banyak Indikator
perlu dilakukan Investor agar tidak terjadi lose dalam trading/investing di pasar
saham ini.
21

DAFTAR PUSTAKA

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=62961

http://siembah.com/cara-menentukan-buy-dan-sell

http://www.seputarforex.com/belajar/sekolah/smp/kelas2/pengertian_dasar_moving_average.
php

http://siembah.com/bollinger-band-dan-cara-menggunakan-bollinger-bands

http://www.jurnalforex.com/2016/10/mengenal-sekilas-apa-itu-indikator-bollinger-
bands.html

http://forexstarmoon.com/edukasi/teknikal/strategi-default-menggunakan-indikator-bollinger-
bands/3502/

http://belajarforex.com/indikator-teknikal/relative-strength-index.html

http://brokerforex.com/mengenal-indikator-rsi-relative-strength-index/

http://forexstarmoon.com/artikel/forex/pengertian-overbought-dan-oversold/4456/

https://www.omahforex.com/artikel-valuta-asing/apa-itu-bullish-bearish-dan-sideways/

http://berita-forex24.blogspot.co.id/2014/12/indikator-moving-average-convergence.html
22

http://www.seputarforex.com/belajar/sekolah/smp/kelas1/moving_average_convergence_dive
rgence.php

http://forexscope.com/sekolah-forex/analisa-teknikal/indikator/parabolic-sar/

http://siembah.com/cara-menggunakan-parabolic-sar

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=85492&title=indikator_parabolic_sar

http://brokerforex.com/strategi-trading-menggunakan-parabolic-sar/

Você também pode gostar