Você está na página 1de 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/279674395

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

Article · October 2009

CITATION READS

1 3,348

2 authors, including:

Bambang Endroyo
Universitas Negeri Semarang
9 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Bambang Endroyo on 22 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

Bambang Endroyo dan Tugino


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E, Kampus Sekaran Semarang 50229, Telp/fax. (024) 8508102

Abstract: Since two decades later, accident rate in construction work has been higher than the rate
in any other industry. Referring to that, attention to the safety must be improved to depress the
accident rate. The effort to find out an accident causation needs complete understanding about how
and why the accident happened. Therefore, it is very important both to develop the theory of
accident causation and to do research in the field. Regarding the old theory, occupational accident
is an effect of a poor worker action. The new theory pointed that the accident caused by
organizational and management factors. Therefore, till now, the development of theory about
construction safety still relevant to be studied. The studies may regard to: (1) organizational/
management, that is participation the owner, designer, and contractor in accident mitigation and
(2) time/phase of the project, from conception to execution, even demolition. Here in after, the
results of the case study to the accidents would be a valuable knowledge’s which very useful for
construction accident mitigation.

Keywords: accident, safety, health, job, activity, construction

Abstrak: Sejak dua dasawarsa terakhir ini, angka kecelakaan kerja konstruksi masih selalu lebih
tinggi dibanding sektor industri lainnya. Oleh karena itu, perhatian akan keselamatan harus
ditingkatkan untuk lebih menekan angka kecelakaan. Usaha untuk menemukan faktor-faktor
penyebab kecelakaan konstruksi memerlukan pemahaman yang lengkap tentang bagaimana dan
mengapa peristiwa seperti itu terjadi. Untuk itu diperlukan pengembangan teori-teori penyebab
kecelakaan dan penelitian-penelitian lapangan yang lebih mendalam. Teori lama mengatakan
bahwa kecelakaan kerja diakibatkan oleh tindakan pekerja yang buruk. Teori baru menunjuk bahwa
kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen. Oleh karena itu,
sampai saat ini pengembangan teori tentang keselamatan kerja konstruksi masih sangat relevan
untuk dikaji. Pengkajian/pengembangan yang dilakukan dapat berkenaan dengan: (1) organisasi/
manajemen, yaitu partisipasi owner, perencana dan kontraktor dalam pencegahan kecelakaan, dan
(2) waktu/tahapan proyek, yaitu sejak konsepsi sampai ke pelaksanaan, bahkan pembongkaran
(demolition). Akhirnya, hasil-hasil studi kasus terhadap kecelakaan-kecelakaan dapat menjadi
suatu pengetahuan yang sangat berguna bagi pencegahan kecelakaan konstruksi selanjutnya.

Kata kunci: kecelakaan, keselamatan, kesehatan, kerja, konstruksi

PENDAHULUAN perkembangan teknologi, maka proyek-proyek


Dalam suatu negara, keberadaan konstruksipun semakin berkembang dengan
proyek konstruksi mempunyai arti sangat ditandai munculnya bangunan-bangunan tinggi
penting karena dari kegiatan itu akan dihasilkan maupun berkembangnya proyek-proyek padat-
berbagai sarana dan prasarana pembangunan. peralatan dan padat-modal. Proyek-proyek
Kontribusi industri konstruksi di Indonesia konstruksi tersebut diselenggarakan untuk
terhadap PDB semakin meningkat dari tahun menghasilkan suatu fasilitas baru (Barrie, 1990),
ke tahun, mulai 2 % (tahun 1960), 4 % (tahun dan perawatan serta perbaikannya selama umur
1970), 6 % (tahun 1980), 6 % sampai 8 % rencana (Suhendro, 2003).
(tahun 1990), 6 % (tahun 1998 karena krisis Proyek konstruksi tidak hanya penting
ekonomi) (Tamin, 2005). Sejalan dengan pada hasil akhirnya (yaitu tersedianya fasilitas),

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 21
karena selama proses konstruksi juga Tabel 1. Statistik Kecelakaan Kerja di Indonesia

mempekerjakan banyak tenaga kerja sehingga Uraian 2000 2003 2004

dapat berpengaruh kepada ekonomi regional Jml korban 10723 85041 95418
(100%) (100%) (100%)
(Wibowo, 2005). Proyek konstruksi, yang terdiri
dari tahapan-tahapan: perencanaan bisnis, Akibat:
Sementara
disain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan Tak Mampu
9237 74241 84576
(86,14%) (87,30%) (88,64%)
(Oberlender, 2000), memang nampak jelas Bekerja

kegunaannya pada tahap pengoperasian karena 1189 9115 84576


Cacad
(11,08%) (10,72%) (88,64%)
berpuluh bahkan beribu orang akan
297 1685 1736
menikmatinya. Namun ironisnya, pada tahap Meninggal
(2,77%) (1,98%) (1,82%)
konstruksi, pembangunan tersebut penuh
Sumber: Depkakertrans, diolah
dengan resiko kecelakaan yang selalu
mengintai setiap saat. Selanjutnya, penelitian oleh Duff (1998),
Angka kecelakaan kerja konstruksi di Alves Diaz (1995) menyatakan hasil analisa
negara maju sekalipun, masih memerlukan statistik dari beberapa negara menunjukkan
perhatian. Di Inggris, tahun 1999, empat tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi
kecelakaan fatal terjadi per 100.000 pekerja adalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk
(Howarth et. al., 2000) dan di tahun 2005 semua industri (dalam Suraji, 2000). Di Amerika,
tercatat 2,95 per 100.000 pekerja angka kecelakaan konstruksi masih mencapai
(www.hse.gov.uk, 2005). Di Amerika tahun 2005 16 % dari seluruh kecelakaan kerja (Oberlender,
tercatat 11 kecelakaan fatal per 100.000 pekerja 2000). Di Kuwait 42 %, di Hongkong 33 %, dan
(www.osha.gov, 2005). Di negara berkembang, di Singapura 40 % (Chua, 2004).
angka kecelakaan kerja lebih buruk lagi (Koehn, Di masa depan, pembangunan fasilitas
1995). Di India, angka kematian pada pekerjaan mempunyai permasalahan yang semakin
konstruksi sebesar 40 per 100.000 pekerja (Tom meningkat dan semakin kompleks karena
Will, 2004). Di Malaysia, angka kecelakaan kerja tuntutan kebutuhan manusia yang semakin
secara umum (termasuk sektor konstruksi) beragam (Suhendro, 2003). Peningkatan
tercatat 16 per 1000 pekerja pada 1994 dan 11 permasalahan pembangunan fasilitas itu perlu
per 1000 pekerja pada tahun 2000 ("RCOSH" ditunjang dengan peningkatan perhatian,
di Kuala Lumpur pada 20th March 2001). Di pemahaman dan pengembangan yang lebih
Indonesia, statistik kecelakaan kerja ditunjukkan serius di dalam keselamatan kerja konstruksi.
pada Tabel 1. Faktor keselamatan dan Pada tulisan ini akan dibahas berbagai
Kesehatan Tenaga Kerja (K3) Indonesia macam teori untuk menganalisis penyebab
menduduki urutan ke-5 se-ASEAN atau kecelakaan kerja konstruksi. Selanjutnya, akan
terburuk, dibandingkan Singapura sebagai dianalisis faktor-faktor yang telah atau sering
urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan menyebabkan kecelakaan konstruksi.
Filipina (Bali Post, 13 - 05 - 2004).

22 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31
PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA dalam kenyataannya akibat kecelakaannya lebih
KONSTRUKSI mengerikan. Resiko lain dari suatu kerja adalah
Pengertian kecelakaan adalah kejadian penyakit akibat kerja yang bisa diderita baik oleh
yang tidak direncanakan, tidak terduga, tidak pekerja maupun masyarakat luas, yang harus
diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan pula diminimalkan.
(Hinze, 1977). Kejadian tersebut biasanya Secara historis, usaha-usaha untuk
bersifat fisik dan merugikan. Menurut mencegah kecelakaan kerja konstruksi
Rowlinson, kecelakaan adalah kejadian yang sebenarnya telah dimulai jauh sebelum masehi.
tidak direncanakan, tak terkontrol, yang dapat Pada tahun 2040 SM, raja Babilonia,
menyebabkan atau mengakibatkan luka-luka Hammurabi telah membuat dan memberlakukan
pada pekerja, kerusakan pada peralatan dan suatu peraturan bangunan yang dikenal sebagai
kerugian lainnya. Ini hampir sama dengan yang The Code of Hammurabi yang harus dipatuhi
diusulkan Hoyos & Zimolong bahwa kecelakaan oleh para builders yang akan membuat
adalah kejadian yang tidak selamat yang bangunan saat itu dengan tujuan utama agar
mengakibatkan luka, kerusakan dan kerugian bangunan yang dibuat dijamin keamanannya,
(dalam Suraji, 2000), Sedang pengertian berfungsi baik dan tidak runtuh selama
keselamatan kerja konstruksi adalah digunakan (White, Gergely dan Sexmith dalam
penyelesaian proyek tanpa kecelakaan Suhendro, 2003). Selanjutnya, pada tahun
(Almohawis, 1994). Keselamatan perlu 1904, perhatian terhadap kecelakaan dan
diusahakan pada setiap proyek konstruksi. kondisi kerja di (dalam) pekerjaan
pembangunan diadakan untuk melayani
KEBUTUHAN USAHA-USAHA PENCEGAHAN permintaan masyarakat, tetapi sampai 1926
KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI peraturan pembangunan yang telah dihasilkan
Sejak revolusi industri, pola bekerja adalah dalam lingkup terbatas yaitu hanya
yang menggunakan anggota badan dan diberlakukan bagi lokasi yang di atasnya ada
peralatan sederhana telah berubah menjadi gaya mekanis yang digunakan. Dari 1930
pekerjaan yang menggunakan mesin-mesin. sampai 1948 peraturan-peraturan tersebut telah
Sekarang penggunaan mesin dan robot kian menjadi ketinggalan jaman sebab intervensi
meningkat karena lebih efisien dan bahkan Perang Dunia Kedua.
sering menjadi pemenang dalam setiap Setelah itu, karena bertambahnya
pemilihan alternatif proses produksi. Pekerjaan angka kecelakaan, maka diberlakukan berbagai
yang menggunakan alat-alat sederhana jelas peraturan yang lebih komprehensif, misalnya
mempunyai resiko kecelakaan kecil, namun bila The Building (Safety Health and Welfare)
telah menggunakan mesin maka resiko Regulation 1948; The Construction (General
kecelakaan semakin besar bahkan bisa Provision) Regulation 1961; Construction
membahayakan jiwa pekerja. Walaupun pada (Health and Welfare) Regulation 1966; The
abad modern sekarang ini telah dirancang Health and safety at Work (HSW) Act 1974;
peralatan yang dapat mengontrol sendiri Management of health and Safety at Work
(otomatis) bila akan terjadi kecelakaan, namun Regulation 1992; Construction Design and

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 23
Management (CDM) 1994; The Construction pengurangan produktivitas, keterlambatan
Health, Safety and Welfare (CHSW) Regulation jadwal, bertambahnya waktu administratif,
1996. (Davies, 1996). Kemudian muncul Health kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit
and safety in roof work HSG33 (Second edition) diukur tetapi riil yaitu penderitaan manusia dan
HSE Books 1998 ISBN 0 7176 1425 5; Health menurunnya moril (Levitt, 1993:3). Selain
and safety in construction HSG150 (Second kerugian ekonomis, kecelakaan kerja juga
edition) HSE Books 2001 ISBN 0 7176 2106 5 menimbulkan kehilangan sosial, sakit dan
(www.hsebooks.co.uk; www.hse. gov.uk). Untuk kerugian-kerugian yang dipikul oleh korban
pekerjaan-pekerjaan secara umum, berlaku pula kecelakaan dan mereka yang tercinta dalam
OHSAS 18001 tahun 1999. kaitan dengan luka, cacat, ketakutan, hilangnya
Di Indonesia, bersumber dari pasal 27 mata pencarian dan seterusnya (Tang SL,
ayat 2 UUD 1945, terbit beberapa UU dan 2004). Dari pandangan manajemen mutu,
kemudian PP dan Keputusan Menteri, yang keselamatan merupakan pusat/fokus integral
antara lain sebagai berikut: UU No. 1 tahun dalam program pengendalian mutu terpadu
1970 tentang Keselamatan Kerja, UU No. 13 (Fiegenbaum, 1991). Aspek lain adalah aspek
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kemanusiaan yaitu bertujuan mengurangi
PerMenaker No. 01/1980 tentang K3 pada penderitaan yang diakibatkan oleh kecelakaan
Konstruksi Bangunan, SKB MenPU dan dan penyakit akibat pekerjaan (Barrie, 1990;
Menaker No. 174/Men/1986–104/kpts/ 1986 Jaselskis, 1996). Dari aspek tenaga kerja,
tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja pada kebutuhan keselamatan (safety needs) adalah
Tempat Kegiatan Konstruksi, Keputusan MenPU kebutuhan manusia (dalam hal ini pekerja),
No. 195/kpts/1989 tentang K3 pada tempat setelah kebutuhan primer terpenuhi (Teori
konstruksi di lingkungan PU, Peraturan Menteri Maslow dalam McCormick, 1974). Selanjutnya
Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 keselamatan merupakan bagian dari etika
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan profesi bagi orang-orang yang terlibat dalam
Kesehatan Kerja, Surat Edaran Menteri PU pengembangan teknologi (Martin, 1994;
Nomor: 03/SE/M/2005 Perihal Penyelenggaraan Vesilind, 2001).
Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah TA
2005. TEORI-TEORI PENYEBAB KECELAKAAN
Kebutuhan akan pencegahan KERJA KONSTRUKSI
kecelakaan kerja juga dapat dilihat melalui Ada beberapa teori yang menjelaskan
berbagai aspek. Dari aspek ekonomi peru- penyebab suatu kecelakaan kerja konstruksi.

sahaan, kecelakaan kerja mengakibatkan Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

kerugian karena akan menimbulkan biaya


langsung maupun biaya tidak langsung (Levitt, The Accident-Proneness Theory

1993; Tang, 2004; Jaselskis, 1996). Biaya Teori ini memfokuskan kepada faktor

langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk personal yang berhubungan dengan penyebab

asuransi, kerugian hak milik (Oberlender, 2000). kecelakaan. Ini berdasar pada asumsi bahwa

Biaya tak langsung adalah biaya tambahan lain, beberapa individu yang ditempatkan pada

24 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31
kondisi yang serupa, beberapa orang akan kepada tujuan. Dengan kata lain, seorang
melebihi dari orang yang lain untuk cenderung pekerja yang tahu apa yang harus dikerjakan
celaka. Menurut teori ini, beberapa orang dalam pekerjaan akan memfokuskan dengan
mempunyai karakteristik permanen yang baik kepada tugas dan seterusnya akan
memungkinkan terlibat di dalam kecelakaan. selamat. Menurut teori ini, manajer dan
Hinze menyebutkan, bahwa Vernon pada tahun supervisor harus dilatih untuk membuat
1918 telah menyatakan bahwa kecenderungan pekerjaan lebih berpihak kepada pekerja.
kecelakaan bisa diusut ke ciri kepribadian. Mereka boleh bekerja dengan menggunakan
Farmer dan Chambers pada tahun 1929 berbagai teknik manajerial, termasuk
mendifinisikan bahwa kecenderungan manajemen partisipatif, tugas pekerjaan yang
kecelakaan sebagai keistimewaan pribadi jelas, penguatan positif, dan pengaturan tujuan
seseorang/individu yang memilikinya di dalam (Hinze, 1997).
derajat/tingkat suatu kecelakaan. Shaw dan
Sichel pada tahun 1971 menyatakan dasar The Adjustment-Stress Theory
asumsi dari teori ini adalah bahwa sebagian Dalam teori ini, Kerr juga membuat dalil
orang lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan kedua tentang penyebab kecelakaan, sebagai
oleh karena kecenderungan bawaan mereka berikut. Prestasi yang selamat adalah kompromi
untuk kecelakaan (Hinze,1997). dari iklim yang dapat mengalihkan perhatian
pekerja. Kerr mempercayai bahwa The Goals-
The Goals-Freedom-Alertness Theory Freedom-Alertness Theory menerangkan
Kerr pada tahun 1957 menyatakan bahwa banyak tentang penyebab kecelakaan dan tidak
prestasi kerja yang selamat adalah hasil dijiwai oleh teori kecenderungan kecelakaan,
psikologis dari lingkungan pekerjaan. tetapi masih ada faktor tambahan yang belum
Kecelakaan dipandang sebagai perilaku kerja diterangkan. Teori ini dikembangkan untuk
yang bermutu rendah yang terjadi di dalam menerangkan faktor yang tersisa yaitu untuk
suatu iklim psikologis yang buruk. Ia melengkapi The Goals-Freedom-Alertness
mempercayai bahwa kebebasan untuk Theory. Menurut The Goals-Freedom-Alertness
menetapkan tujuan berhubungan dengan Theory, pekerja akan selamat dalam
prestasi kerja yang bermutu tinggi. Ia mengklaim pelaksanaan atau lingkungan kerja yang positip.
bahwa suatu iklim kerja yang baik akan Sedang The Adjustment-Stress Theory
berhubungan dengan prestasi tentang tingkat menyatakan bahwa ketidakbiasaan, yang
kesiapsiagaan yang bermutu tinggi dan perilaku negative, pengacauan tekanan yang diterapkan
yang bebas dari kecelakaan. Esensi dari teori ini ke pekerja mengakibatkan bertambahnya
adalah pihak manajemen harus membiarkan kecelakaan atau perilaku kerja yang tidak
pekerja memiliki tujuan yang telah ditentukan berkualitas (Hinze, 1997).
dengan baik dan harus memberi kebebasan
kepada pekerja untuk mencapai tujuan itu. The Chain-of-Events Theory
Hasilnya adalah pekerja akan memusatkan Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan
perhatian kepada tugas yang mengantarkan adakalanya terjadi sebagai suatu hasil kegiatan

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 25
yang berantai. Semua peristiwa terhubungkan kemampuan dan yang bertanggungjawab untuk
dalam deretan, dan masing-masing peristiwa pencegahan kecelakaan (Petersen, 1982).
diikuti oleh peristiwa yang lainnya. Cara Sebagian pandangan Heinrich ini dikritik karena
menggambarkan kejadian kecelakaan ini sangat menyederhanakan kendali tingkah laku
dikenal dengan rantai peristiwa. Kecelakaan manusia di dalam menyebabkan kecelakaan,
adakalanya ditandai oleh kejadian yang menjadi dan karena beberapa statistik yang memberi
hasil dari rangkaian peristiwa. Bila ada peristiwa kontribusi tentang tindakan tak aman (Zeller,
di (dalam) rantai tidak pernah terjadi, 1986 dalam Abdulhamed, 2000). Meskipun
kecelakaan mungkin telah teralihkan. Peristiwa begitu, teorinya menjadi pondasi untuk banyak
terakhir yang mendahului kecelakaan adalah orang yang lain.
beberapa tindakan yang dilakukan oleh pekerja. Teori domino ini kemudian diperbaharui
Setiap mata rantai adalah hal/komponen penting dengan suatu penekanan pada manajemen
yang menjadi penyebab kecelakaan, maka tiap- sebagai suatu penyebab utama dalam
tiap mata rantai itu adalah suatu potensi target kecelakaan, dan menghasilkan model yang
untuk pencegahan kecelakaan (Hinze, 1997). diberi label sebagai model-manajemen atau
model domino yang dibaharui. Dalam model
The Domino Theory manajemen, manajemen bertanggungjawab
Domino teori dari Heinrich tentang terhadap penyebab kecelakaan, dan model
model penyebab, di mana suatu kecelakaan berusaha untuk mengidentifikasi kegagalan di
digambarkan salah satu dari lima faktor dalam (dalam) sistem manajemen. Contoh: model
suatu urutan yang mengakibatkan suatu luka- diperbaharui oleh Bird (1974), urutan
luka/kerugian. Perilaku tentang faktor-faktor diperbaharui oleh Adam (1976), dan Weaver
yang terlibat adalah serupa dengan robohnya memperbarui kartu domino. (Weaver, 1971
kartu domino ketika diganggu. Jika yang satu dalam Abdulhamed, 2000).
jatuh, yang lainnya akan jatuh juga. Heinrich
mempunyai lima kartu domino di dalam The Distraction Theory
modelnya yaitu: jalur keluarga dan lingkungan Teori ini menyatakan bahwa keselamatan
sosial, kesalahan orang, tindakan tidak aman bersifat situasional. Karena distraksi/
dan/atau mekanik atau resiko fisik, kecelakaan, pengacauan mental sangat bervariasi, maka
dan luka-luka/kerugian. Model domino ini respon terhadapnya harus dibedakan untuk
mengusulkan bahwa melalui pembawaan atau menghasilkan pencapaian yang aman. Bahaya
sifat buruk yang diperoleh, orang-orang dapat (hazard) dapat muncul dalam berbagai bentuk.
melaku-kan tindakan tak aman atau Normalnya, resiko/potensi bahaya dianggap
menyebabkan timbulnya resiko phisik atau sebagai kondisi fisik pada kualitas tertentu yang
mekanik, yang mana pada gilirannya dapat diterapkan pada situasi dimana pekerja
menyebabkan kecelakaan yang berbahaya. melaksanakan pekerjaan rutin di lingkungan
Teori Heinrich dapat diringkas di dalam dua poin yang diketahui memiliki resiko/potensi bahaya.
yaitu: orang-orang yang menjadi pokok Teori ini dikembangkan untuk diterapkan pada
kecelakaan, dan manajemen yang mempunyai situasi di mana terdapat dua faktor sebagai

26 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31
berikut: (1) potensi/resiko bahaya (hazard) atau perancang, para kontraktor, dan sub kontraktor.
distraksi/pengacauan mental yang sudah Proximal factor adalah faktor yang
dikenali dan (2) tugas kerja/pekerjaan/aktivitas mengakibatkan gangguan peralatan atau pabrik,
yang telah dirumuskan dengan baik. Dalam teori struktur atau struktur temporer, operator,
distraksi, tingkat kecelakaan dan tingkat material, jasa, dan fasilitas lain. Distal factor
produktivitas dipetakan dalam suatu diagram. dibedakan dalam: batasan dalam merancang
Ada kemungkinan produktivitas dan konsepsi, tanggapan client, batasan desain
keselamatan berlangsung bertentangan dengan proyek, tanggapan perancang, batasan
satu sama lain, artinya bila produktivitasnya manajemen proyek, tanggapan manajemen
tinggi, kemungkinan keselamatannya rendah. proyek, batasan manajemen konstruksi,
Ada pula kemungkinan bahwa keselamatan tanggapan manajemen konstruksi, batasan sub
dan produktivitas dapat dicapai secara kontraktor, tanggapan sub kontraktor, dan
serempak. Itu semua adalah mungkin hanya batasan operator. Proximal factor dibedakan
ketika resiko yang serius disisihkan dari dalam hal ketidaksesuaian: perencanaan kons-
lingkungan pekerjaan. truksi, kendali konstruksi, operasi konstruksi,
kondisi lokasi, dan tindakan operator.
The Constraint-Response Theory
Kecelakaan adalah gejala alami. Orang-orang Ikhtisar Teori-Teori Penyebab Kecelakaan
Kerja Konstruksi
yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat
Dari beberapa teori tentang penyebab
menciptakan faktor-faktor potensi yang
kecelakaan kerja konstruksi yang dibahas di
mendorong ke arah kecelakaan. Klien, manager
muka, dapat disimpulkan bahwa peristiwa
proyek, perancang, konsultan, pemborong,
tersebut dapat dipandang dari:
pemborong bawahan, manajer lokasi, operator
(1) Faktor personal vs faktor organisasi,
dan penyelia bisa mempengaruhi situasi yang
(2) Lingkup down-stream vs lingkup up-stream,
mempunyai potensi yang mendorong ke arah
(3) Orientasi on-site vs orientasi off-site,
kecelakaan. Faktor seperti itu bisa meliputi
(4) Kombinasi dari (1), (2), dan (3).
faktor-faktor yang berhubungan dengan teknis,
faktor yang berhubungan dengan operasional,
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
faktor yang berhubungan dengan lingkungan,
KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI
dan faktor yang terkait dengan manajerial
Dari kejadian-kejadian kecelakaan kerja
(Suraji, 2001). Teori ini menguraikan berbagai
konstruksi yang telah dianalisis oleh para ahli,
alurtanggapan dan batasan dari semua pihak
dapat disarikan sebagai berikut:
yang terlibat, sejak tahap konsepsi sampai
desain dan konstruksi, yang bisa menghasilkan Pendapat Para Pakar Tentang Penyebab
Kecelakaan Kerja Konstruksi.
kondisi-kondisi atau situasi yang mengarah ke
peningkatan resiko kecelakaan. Teori ini Tabel 2. memperlihatkan pendapat para

memetakan faktor penyebab kecelakaan: pakar tentang penyebab kecelakaan kerja


konstruksi.
proximal factor dan distal factor yang mungkin
dihasilkan oleh client, regu client, para

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 27
28 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31
Peranan Masing-Masing Partisipan Proyek. 3. Perencanaan keselamatan kerja konstruksi
Secara simbolis, peran para partisipan sebaiknya dilakukan jauh sebelum tahap
dalam penegahan kecelakaan kerja konstruksi pelaksanaan, misalnya pada tahap disain
dilukiskan dalam Gambar 1. atau bahkan pada tahap konsepsi. Pada
saat tender, kontraktor perlu membuat
(1) (2)
perencanaan keselamatan proyek yang

O11 O12 .... O1n O21 O22 ...... O2n ditawarnya.


4. Dalam pelaksanaan proyek, perlu adanya
hal-hal berikut: (a) supervisor keselamatan
P11 P12 ..... P1n P21 P22 ...... P2n
yang fulltime, (b) penggunaan alat
keselamatan (c) adanya kontrol terhadap
K11 K12 ..... K1n K21 K22 ...... K2n pelaksanaan keselamatan, (d) adanya
pelatihan terhadap pekerja, (e) peng-
hargaan (insentif) terhadap keselamatan,
Gambar 1. “Abstract model” Peran Parstisipan
Proyek dalam Pencegahan (f) adanya budaya keselamatan.
Kecelakaan Kerja Konstruksi
5. Perlu pendekatan menyeluruh dalam
Keterangan:
manajemen keselamatan kerja konstruksi
(1) Tahap pra-konstruksi (konsepsi, perencanaan,
dan pengadaan) (Total Safety Management).
(2) Tahap konstruksi 6. Hasil-hasil studi kasus terhadap berbagai
O Peran Owner
P Peran Perencana kecelakaan dapat disusun menjadi suatu
K Peran Kontraktor
pengetahuan yang sangat berguna bagi
pencegahan kecelakaan konstruksi
PENUTUP selanjutnya. Pengetahuan itu dapat
Dari uraian terdahulu, dapatlah ditujukan kepada: (a) ke Safety Mana-
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: gement System secara umum, dan (b) ke
1. Kecelakaan kerja konstruksi masih proses perencanaan keselamatan bagi
merupakan masalah besar yang proyek tersebut.
memerlukan perhatian para partisipan
proyek, karena angka kecelakaan yang DAFTAR PUSTAKA
masih tinggi.
Abdulhamed, Tariq S. dan John G. Everett.
2. Teori penyebab kecelakaan kerja konstruksi 2000. “Identifying Root Causes of
Construction Accidents”, Journal of
telah berkembang, tidak hanya memandang
Construction Eng. and Management,
dari aspek pekerja (personal) saja, tetapi ASCE, Jan-Feb 2000.
juga memandang dari aspek manajemen Andi. 2005. “Model Persamaan Struktural
Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja
dan organisasi. Yang berperan dalam
pada Perilaku Pekerja di Proyek
meminimalkan kecelakaan tidak hanya dari Konstruksi”, Jurnal Teknik Sipil, Volume
12, Nomor 3, Juli 2005.
pihak kontraktor saja, tetapi semua pihak
Barrie, Donald S. 1990. Manajemen Konstruksi
(partisipan) proyek ikut berperan.
Profesional. Terjemahan Sudinarto.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 29
Callahan, Michael T. 1992. Construction Project Martin, W Mike dan Ronald Schinzinger. 1994.
Schedulling. McGraw-Hill, Inc. Etika Rekayasa. Jakarta: Gramedia
Chua, D.K.H dan Y M Goh. 2004. ”Incident Pustaka Utama.
Causation Model for Improving Feedback McCormick, Ernest dan Joseph Tiffin. 1974.
of Safety Knowledge”, Journal of Industrial Phycology. India: Prentice.
Construc-tion Eng. and Management, Mohamed, Sherif. 2003. “Scorecard Approach to
ASCE, Juli 2004. Benchmarking Organizational Safety
Elbeltagi, Emad. 2004. “Dynamic Layout of Culture in Construction”, Journal of
Construction Temporary Fasilities Construction Eng. and Management,
Consider-ing Safety”, Journal of Con- ASCE, Januari-Februari 2003.
struction Eng. and Management, ASCE, Oberlender, Garold D. 2000. Project
Juli 2004. Management for Engineering and
Fiegenbaum, Armand V. 1991. Total Quality Construction. McGraw-Hill.
Control. McGraw-Hill. Suhendro, Bambang. 2003. Pengembangan
Fink, Susan. 1997. Health and Safety Law for Teknik Sipil Struktur Masa Depan dan
The Construction Industry. London: Kaitannya dengan bidang-bidang Lain,
Thomas Telford Publishing. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar
Gambatese, A John. 2005. “Viability of pada Fakultas Teknik UGM, 5 April 2003.
Designing for Construction Worker Suraji, Akhmad. 2001. Incorporating
Safety”, Journal of Construction Eng. and Constructability Factors into Design for a
Management, ASCE, September 2005. Safe Construction Process.
Hill, Chris. 2000. Professionally Accredited Suraji, Akhmad dan A. Roy Duff. 2000.
Industrial Experience: A Proposal. Constraint-Response Theory of
Makalah disajikan dalam Sixteenth Construction Accident Causation.
Annual Conference 2000 September 6-8, Makalah disajikan dalam The Interna-
Glasgow Caledonian University Volume 1. tional Conference on Designing for
Hinze, W Jimmie. 1997. Construction Safety. Safety, ECI/CIB/HSE, London.
Prentice-Hall, Inc. Suraji, Akhmad. 2001. “Development of Causal
Howarth, Tim. 2000. A Review of The Model of Construction Accident
Construction (Design and Management) Causation”, Journal of Construction Eng.
Regulations. Makalah disajikan dalam and Management, ASCE, July-August
Sixteenth Annual Conference 2000 2001.
September 6-8, Glasgow Caledonian Suraji, Akhmad. 2004. Total Safety Control.
Univ. Volume 1. Makalah disajikan dalam International
Jaselskis, Edward J. 1996. “Strategies for Building Control Conference, Kualalum-
Achieving Excellence in Construction pur, Mei 2004.
Safety Performance”, Journal of Constru- Tang, SL. 2004. Costs Of Cons-truction
ction Eng. and Management, ASCE, Accidents In Sosial And Humannity
Maret 1996. Context. Makalah disajikan dalam The
Koehn, Enno. 1995. “Safety in Developing Ninth East Asia Pacific Conference on
Countries: Professional and Bureaucratic Structural Eng. and Construction, 2004.
Problems”, Journal of Construction Eng. Tamin, Rizal Z. 2005. Pengembangan Tenaga
and Mana-gement, ASCE, September Kerja Industri Konstruksi. Proceding
1995. Peringatan 25 tahun Pendidikan MRK di
Levitt, Raymond E and Nancy M Samelton. Indonesia, 18-19 Agustus 2005.
1993. Construction Safety Management. Vesilind. 2001. “Engineering as Aplied Social
New York: John Wiley & Sons, Scince”, Journal of Professional Issues in
Levy, Sidney M. 2002. Project Management in Eng. Education and Practice, Volume
Construction. McGraw-Hill. 127, Nomor 4, Oktober 2001.
Loushine, Todd W. 2003. Safety and Quality Wibowo, M Agung. 2005. The Indonesian
Management System in Construction: Construction Industry: An Input-Output
Some Insight from Contractors. Wincon- Analysis. Makalah disajikan dalam
sin-Madison Whitewater Univ., WI 53190. Peringatan 25 tahun Pendidikan MRK di
Indonesia, 18 -19 Agustus 2005.

30 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31
Will, Tom. 2004. Working Safely in Global
Construction. Rohm and Haas Company.

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi – Bambang Endroyo dan Tugino 31
32 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 9 – Januari 2007, hal: 21 – 31

View publication stats

Você também pode gostar