Você está na página 1de 7

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka penulis telah menyelesaikan sebuah makalah
dengan judul “Menganalisa QS. At-Taubah Ayat 122 dan QS. Al-Mujaadilah ayat 11”
dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan orang tua serta dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.

Akhirnya penulis berharap semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Purwakarta, Oktober 2016

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

A. QS. At-Taubah Ayat 122 ............................................................................. 1


a. Redaksi Ayat ........................................................................................... 1
b. Terjemah ................................................................................................. 1
c. Makna Mufrodat ..................................................................................... 1
d. Asbabun Nuzul........................................................................................ 1
e. Kandungan Ayat ..................................................................................... 2
f. Hikmah yang Dapat kita Ambil dari QS. At-Taubah Ayat 122 .............. 2
B. QS. Al-Mujaadilah Ayat 11 ......................................................................... 3
a. Redaksi Ayat ........................................................................................... 3
b. Terjemah ................................................................................................. 3
c. Makna Mufrodat ..................................................................................... 3
d. Asbabun Nuzul........................................................................................ 4
e. Kandungan Ayat ..................................................................................... 4
f. Hikmah yang Dapat kita Ambil dari QS. Al-Mujaadilah ayat 11........... 5
g. Sikap dan Prilaku yang Dapat Diterapkan Sebagai Pengamalan dari
Surah Al-Mujaadilah Ayat 11 ................................................................. 5

KATA PENUTUP ............................................................................................................. 5

ii
ANALISA Q.S. AT-TAUBAH AYAT 122 DAN Q.S. AL-MUJAADILAH AYAT 11

A. Q.S. AT-TAUBAH AYAT 122


a. Redaksi Ayat

b. Terjemah
“Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

c. Makna Mufrodat:
‫ – نفر‬Nafara : Berangkat perang
‫ – لوال‬Laula : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan
sesuatu yang disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila
itu terjadi dimasa yang akan datang. Tapi “Laula” juga berarti
kecemasan atas meninggalkan perbuatan yang disebutkan
sesudaah kata itu, apabila merupakan hal yang telah lewat.
Apabila hal yang dimaksud merupakan perkara yang mungkin
dialami, maka bias saja ”Laula”, itu berarti perintah
mengerjakannya.
‫ الفرقة‬- Al- Firqah : kelompok besar
‫ – الطائفة‬At- Ta’ifah : kelompok kecil
‫ – تفقه‬Tafaqqaha : berusaha keras untuk mendalami dan memmahami suatu
perkara dengan susah payah untuk memperolehnya.
‫ – انذره‬Anzarahu : menakut-nakuti dia.
‫ – حذره‬Hazirahu : berhati-hati terhadapnya.

d. Asbabun Nuzul
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan,
bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika kalian tidak berangkat untuk
berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah
39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang,
mereka berada di daerah badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada

1
kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada
orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang
pedalaman itu." Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya
bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-Taubah
122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin
Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang sangat
besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan
pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw.
di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah swt.
yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122)

e. Kandungan Ayat
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia
mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-orang lain
kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga mereka
tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh
setiap mu’min.
Nilai Tarbawi
1. Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya.
2. Maksudnya, tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar
menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban
sehinnga menuntut ilmu mempunyai derajat yang sangat tinggi. sehingga di
sejajarkan dengan orang yang perang dijalan Allah.
3. Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan
mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.

f. Hikmah yang dapat kita ambil dari Q.S. At-Taubah ayat 122
1. Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam mencari ilmu, yaitu
semata-mata lillahi ta’ala mengingat keutamaan yang diberikan kepada ahli ‘ilmu,
yaitu setara dengan jihad fii sabilillah.
2. Pentingnya ilmu untuk tetap dijaga dan dikaji supaya bisa diajarkan kembali kepada
generasi berikutnya, serta memberantas kebodohan.
3. Pentingnya pembagian tugas/tanggungjawab dalam suatu pendidikan supaya target
tercapai sesuai keinginan
4. Kesungguhan dalam menuntut ilmu.

2
B. QS. AL MUJAADILAH (58) : 11
a. Redaksi Ayat
  
    
 
     
  
   
  
   
  
b. Terjemah
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

c. Makna Mufrodat
Kata (‫ )تفسحوا‬tafassahû dan (‫ )افسحوا‬ifsahû terambil dari kata (‫ )فسح‬fasaha yakni lapang.
Sedang kata (‫ )انشزوا‬unsyuzû terambil dari kata (‫ )نشوز‬nuzyûz yakni tempat yang tinggi.
Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang tinggi. Yang dimaksud di
sini pindah ke tempat lain untuk memberi kesempatan kepada yang lebih wajar duduk
atau berada di tempat yang wajar pindah itu, atau bangkit melakukan satu aktivitas positif.
Kata (‫ )مجالس‬majalis adalah bentuk jamak dari kata (‫ )مجلس‬majlis. Pada mulanya berarti
tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw. memberi
tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud di sini adalah tempat keberadaan secara
mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri atau bahkan tempat berbaring. Karena tujuan
perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada
orang-orang yang dihormati atau yang lemah. Seorang tua non muslim sekalipun, jika
Anda - wahai yang muda - duduk di bus, atau kereta, sedang dia tidak mendapat tempat
duduk, maka adalah wajar dan beradab jika Anda berdiri untuk memberinya tempat
duduk.
Kata ( ) / al- ‘ilm menurut Ibnu Faris di dalam Mu‘jam Maqâyis al-
Lughah menyebutkan bahwa rangkaian fonem ‘ain, lam, dan mim, pada asalnya memiliki
arti yang menunjuk pada adanya tanda atau jejak pada sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Dari akar kata ini, di antaranya lahir turunan kata berikut: Al-‘alâmah
ai al-ma‘rûfah (ُ‫ي ْال َم ْع ُر ْوفَة‬
ْ َ ‫ = اْلعَالَ َمةُ أ‬yang dikenal); al-’alam (‫ = ْالعَلَ ُم‬bendera atau panji); dan
al-‘ilmu (‫ = اْلع ِْل ُم‬pengetahuan), lawan dari kata al-jahl (‫ = اْل َج ْه ُل‬kebodohan). Sementara itu,
Al-Asfahani di dalam Al-Mufradât fi Garîb al-Qur’ân menyebutkan bahwa al-‘ilmu (‫)اْلع ِْل ُم‬
adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu.

3
Kata ()/ khobir merupakan sifat Allah. Menurut Ibn Faris kata yang
tersusun dari huruf “Kho”, “ba”, dan “ro”, berkisar maknanya pada dua hal, yaitu
pengetahuan dan kelemahlembutan. Khobir biasanya digunakan untuk menunjukkan
pengetahuan yang dalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang sangat tersembunyi
Menurut Imam Ghozali, Al-Khobir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang
sangat dalam dan yang disembunyikan. Tidak terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya
yang di dunia maupun alam raya kecuali diketahui-Nya. Tidak bergerak atau diam satu
butir atom pun dan tidak bergerak atau tenang satu jiwa pun kecuali ada beritanya di sisi
Allah. Allah mengetahui apapun yang dikandung hati atau disimpan oleh pikiran.
Bisikan-bisikan nafsu, ajakan-ajakan syetan, khayalan-khayalan pikiran, prasangka-
prasangka di hati, rencana-rencana jahat, komentar-komentar dan gumaman hati, semua
ada dalam pengetahuan Allah.

d. Asbabun Nuzul
Ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat di atas turun pada hari Jumat. Ketika itu Rasul
SAW. berada di satu tempat yang sempit, dan telah menjadi kebiasaan beliau memberi
tempat khusus buat para sahabat yang terlibat dalam perang Badr, karena besarnya jasa
mereka. Nah, ketika majlis tengah berlangsung, beberapa orang di antara sahabat-sahabat
tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada Nabi SAW. Nabi pun menjawab,
selanjutnya mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga dijawab, namun mereka tidak
memberi tempat. Para sahabat itu terus saja berdiri, maka Nabi SAW. memerintahkan
kepada sahabat-sahabatnya yang lain – yang tidak terlibat dalam perang Badr untuk
mengambil tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk di dekat Nabi SAW.
Perintah nabi itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri, dan ini digunakan oleh
kaum munafikin untuk memecah belah dengan berkata: "Katanya Muhammad berlaku
adil, tetapi ternyata tidak." Nabi yang mendengar kritik itu bersabda: "Allah merahmati
siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya." Kaum beriman menyambut tuntunan
Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan sabda Nabi itu

e. Kandungan Ayat
Dalam QS. Al-Mujaadalah ayat 11 di atas, Allah menganjurkan kepada kita agar
senantiasa mau bekerja keras, baik dalam menuntut ilmu maupun bekerja mencari nafkah.
Hanya orang-orang yang rajin belajarlah yang akan mendapatkan banyak ilmu. Dan
hanya orang-orang yang berilmulah yang memiliki semangat kerja untuk meraih
kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, Allah menjamin akan mengangkat derajat kehidupan
orang-orang yang beriman dan berilmu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan orang yang rajin belajar dan bekerja
hidupnya sukses dan berprestasi, sedangkan orang yang malas dan tidak memiliki ilmu
hidupnya susah dan selalu gagal. Betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan
semangat berkerja keras. Sebab hanya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang
bergunalah manusia akan mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di
akhirat.

4
f. Hikmah yang Dapat kita Ambil dari QS. Al-Mujaadilah Ayat 11
1. Karena hakikat manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia. Manusia
yang ideal dalam Al-Quran ialah manusia yang mencapai ketinggian iman dan ilmu.
2. Bahwa pencapaian pengetahuan manusia tidak terlepas dari kemauan keras sebagai
layaknya pejuang dalam medan pertempuran. Kemauan keras pun tidaklah cukup tanpa
campur tangan Allah SWT. sebagai yang memberi ilham (inspirasi) terhadap ilmuwan
itupun harus dipahami sebagai bentuk penghargaan Allah SWT. atas jerih payahnya.
3. Tempat terhormat bagi ilmuwan adalah pantas diberikan sebagai wujud penghargaan
apalagi ilmu yang dikembangkan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya.

g. Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengamalan dari surah Al-
Mujaadalah/58 : 11
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan
tersebut.
2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yg dimilikinya dg keyakinan terhadap
kekuasaan Allah SWT.

KATA PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Você também pode gostar