Você está na página 1de 18

ABORSI DI KALANGAN REMAJA INDONESIA

A.PENGERTIAN

Dalam dunia kedokteran, dikenal istilah

abortus

, yaitu menggugurkan kandungan, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

World Health Organization

(WHO) memberikan definisi bahwa aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah
28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Aborsi juga diartikan mengeluarkaan atau
membuang baik embrio atau fetus secara prematur (sebelum waktunya). Istilah Aborsi disebut juga

Abortus Provokatus

. Sebuah tindakan abortus yang dilakukan secara sengaja.

Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian; yakni Aborsi Spontan (

Spontaneous Abortion

) dan Abortus Provokatus (

Provocation Abortion

). Yang dimaksud dengan Aborsi Spontan yakni Aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran). Aborsi
Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:

1.

Abortus Iminen. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan

Threaten Abortion

, terancam keguguran (bukan keguguran). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda
yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.

2.

Abortus Inkomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi
pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.

3.
Abortus Komplitus. Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap,
sudah seluruhnya keluar.

5 | Page

4.

Abortus Insipien. buah kehamilan mati di dalam kandungan-lepas dari tempatnya- tetapi belum
dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal

Missed Abortion

, yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.

Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni Abortus
Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya khusus melihat
Abortus Provokatus Medisinalis yang terdiri dari: 1.

Dilatation

dan

Curettage

Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke dalam rahim, kemudian janin
yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya
akan terjadi banyak pendarahan, cara ini dilakukan terhadap kehamilan yang berusia 12-13 minggu.

2.

Suction

(Sedot)

Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan sebuah tabung ke dalam rahim
dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehinggi bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi
kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah sebuah botol.
3.

Peracunan dengan garam

Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika sudah cukup banyak cairan
yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak dan larutan garam yang pekat dimasukkan ke
dalam kandungan itu.

4.

Histeromi atau bedah

Caesar

Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan cara operasi terhadap
kandungan.

6 | Page

5.

Prostaglandin

Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan

Upjohn Pharmaccutical Co

. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan
terdorong keluar.

B.
LATAR BELAKANG

Dari hasil

browsing,

Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari

Jagadnita Consulting

, menyebutkan beberapa survei yang bisa membuat banyak orang tercengang, terutama orang tua
(05/09/2011). Dari survei yang dilakukan di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20 persen anak
SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 35 persen dari
mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta sepakat tentang seks pranikah.
Dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun.
Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh
remaja. Lalu,

polling

yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000 remaja yang masuk dalam

polling

pernah melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan. Sebagai
catatan, jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Berarti, bisa diperkirakan jumlah
remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri
melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90 persen dari jumlah itu melakukan
aborsi.

C.

PENYEBAB

Banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan tindakan aborsi terhadap
kandungannya.Namun, hal yang paling banyak adalah

7 | Page

dikarenakan pergaulan bebas yang dimulai dengan aktivitas “pacaran”.

Pada awalnya, perilaku pacaran di kalangan remaja ini masih dianggap

“normal” dan sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi ps

ikologis bahwa kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai nampak sejak
menginjak akil baligh. Namun dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, banyak norma-
norma yang telah dilanggar dan seakan-akan para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap
dirinya sebagai pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya
berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun berpelukan) hingga berlanjut
kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu
bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah kenyataan yang terjadi pada masyarakat kita.
Buktinya dapat kita lihat dengan adanya pemaparan hasil survei dari

Jagatnita Consulting

tersebut di atas. Jika lebih jauh lagi kita telusuri, sebenarnya pacaran bukanlah satu-satunya variable
atas mencuatnya kasus Aborsi di kalangan remaja. Tapi kontrol keluarga (orang tua) dan kontrol
sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin melemah dan berkurang. Masing-masing
menganggap bahwa itu adalah urusan masing-masing pribadi yang tak boleh dicampurtangani oleh
siapapun. Hal ini cukup memprihatinkan karena memperlihatkan

pemikiran warga masyarakat yang mulai mengerucut pada “individualistis” dan “liberal”.

Padahal norma agama telah jelas memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai pergaulan yang
bebas di kalangan manusia,

“Katakanlah kepada laki

-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang
demikian itu lebih suci bagi

mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“ (Q.S An Nur 30) dan juga
dilanjutkan “Dan katakanlah kepada para

perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan

memelihara kemaluannya . . . . “ (Q.S An Nur 31)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua
terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.

Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-
masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu
berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan
itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada
kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan,
kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan
abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian
abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.

Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita
sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.

Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian
dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ
reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak
bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga
kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras
menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang
lalu lalang di kepala mereka.

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan
berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka
justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya
sendiri.

Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja
bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan informasi mengalir
deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film pornografi yang
memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang
dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran” seks
dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs
pelindung dari pornografi .

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian abortus?

2. Apa saja penyebab abortus?

3. Bagaimana patofisiologi abortus?


4. Apa saja macam-macam abortus?

5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?

6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C. Tujuan

A. Tujuan umum

àAgar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan penatalaksanaan dari
abortus.

B. Tujuan khusus

1. Menjelaskan pengertian abortus

2. Menjelaskan penyebab abortus

3. Menjelaskan patofisiologi abortus

4. Menyebutkan macam-macam abortus

5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D. Manfaat

àBagi masyarakat

Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.

àBagi peneliti

Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan penatalaksanaan
abortus.

à Bagi institusi

Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi kesehatan agar dapat
mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (prawirohardjo, 2009).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).

Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah,
(Morgan, 2009).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin
hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada
juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak
yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar
kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B. Penyebab Abortus

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi
yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian
ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian
zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi
hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat
teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.

Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan
gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas
tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal
jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada
trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus,
dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.

Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan
pembedahan (dilatasi, amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada
serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi
orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada
usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum
dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria.

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung,
toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversi kronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.

9. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa.

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.


4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus,
ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.

C. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi
keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya
(blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

D. Macam-macam Abortus

1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit
serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa
khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan
menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.

Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus ini, perdarahan
berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan kehamilan. Namun, pada
prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.

Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya
kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya
risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.

à Diagnosa pada abortus imminent adalah :

(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).

(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .

(3) Serviks dan OUE masih tertutup.


(4) PP test (+).

à Penanganan abortus imminens meliputi :

(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik
peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang
menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.

Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi
masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi,
OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.

à Diagnosa abortus insipiens :

(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.

(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.

(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.

(5) PPtest dapat positif atau negatif .

à Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap
terbuka.

Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan
plasenta).

à Diagnosa abortus inkomplit adalah:

(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š

(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang pasiendatang
dalam keadaan syok.š

(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).

(4) PP test positif atau negatif, anemia.

à Penanganan abortus inkomplit :

(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4
00 mcg per oral.

(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
hasil konsepsi dengan :

a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).

(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat)
dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (maksimal 800 mcg)

c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)

Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri. Perdarahan segera
berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti
sama sekali karena dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil
konsepsi sudah dikeluarkan.

Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput ketuban dan plasenta
sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi.

àDiagnosa abortus komplets adalah :

(1) Perdarahan yang sedikit

(2) Ostium uteri telah menutup

(3) Uterus telah mengecil

à Penanganan abortus komplit :

(1) Tidak perlu evaluasi lagi.

(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi
abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah
ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross
reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.

à Diagnosa abortus habitualis adalah :

(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.

(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu.

(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina

(5) Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi yaitu
ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.

à Penanganannya terdiri atas :

(1) Memperbaiki keadaan umum.

(2) Pemberian makanan yang sempurna.

(3) Anjuran istirahat cukup banyak.

(4) Larangan koitus dan olah raga.

(5) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin hanya
mempunyai pengaruh psikologis.

6. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan
itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam
sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang
memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.

à Gejala-gejala selanjutnya ialah :

(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi janin.

(2) Buah dada mengecil kembali.

(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.

Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu
setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat
dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal
retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion (abortus
tertunda).

à Diagnosa missed abortion adalah :

(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang

(2) Mammae agak mengendor lagi


(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil

(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.

(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuai dengan usia kehamilan.

(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah
karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.

à Penatalaksanaan :

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera
dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati
lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena
tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah
mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik
adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.

Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis,
syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang
jauh lebih kecil.

Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis, endokarditis, dan
septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya.
Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme
lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae,
campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera
produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan
syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan
koagulopati intravaskular diseminata.

à Diagnosa abortus infeksiosa adalah :

(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardi,
perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya
leukositosis.

(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.

(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.


(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada serviks
uteri.

8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu akibat suatu tindakan.

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi
belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau
berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat
terus hidup.

àMacam-macam abortus provokatus :

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.

Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat, dengan
alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit
berat.

Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok curet.

Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat disuntikkan garam
hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.

Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensial,
carcinoma daro cervik.

Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel).
Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan
riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan
petunjuk untuk abortus terapeutik :

(1) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan
secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan
faktor lingkungan pasien.

(2) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang
bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.

(3) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan
retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.

2) Abortus provocatus criminalis.


Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan
dilarang oleh hukum.

Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas
permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan
kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.

F. Komplikasi Akibat Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika
terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi.

3. Infeksi

Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella abortus dan
Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya
bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada
manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan
secara independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah
ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

4. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena infeksi berat (syok
endoseptik).

Você também pode gostar