Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KLARIFIKASI ISTILAH
1
II. ANALISIS MASALAH
2. Sabrina baru bisa tengkurap pada usia 12 bulan. Saat ini bisa merayap, kepala
bisa berdiri tegak selama beberapa detik, dan belum bisa duduk. Sabrina
belum bisa bicara, baru mengoceh ya-ya dan ma-ma, sering tidak menoleh bila
dipanggil. Sabrina belum bisa memegang benda, belum bisa memasukkan
makanan ke mulut dan bertepuk tangan.
2.1 Apa makna: (tuliskan yang normal juga)
a. Belum bisa memegang benda 9 6
Harusnya memegang benda itu sudah bias di lakuka di bulan ke 9.
Normalnya anak usaia 18-24 bulan dalam segi cognitive :
- Object permanence (terpaku dengan suatu objek)
- sebab dan akibat lebih baik dipahami
- symbolic transformation in play (contoh : kasih makanan ke boneka
dengan piring kosong)
3. Sabrina anak kedua dari ibu usia 28 tahun. Selama hamil ibu sehat, periksa ke
bidan 3 kali. Lahir spontan pada usia kehamilan 36 minggu, ditolong bidan,
pecah ketuban beberapa saat sebelum dilahirkan. Setelah lahir tidak langsung
menangis, menangis setelah lebih kurang 10 menit. Berat badan lahir 2.100
gram, panjang badan tidak diukur. Dirujuk di ruang Perinatal RSMH karena
susah bernafas dan dirawat selama seminggu. Saat dirawat anak mengalami
kuning dan diterapi sinar, tidak pernah kejang.
3.1 Apa makna ibu berusia 28 tahun, selama hamil ibu sehat, periksa ke bidan 3
kali? 12 9
Normal karena usia ibu normal, semasa hamil sehat, dan pemeriksaan ANC
sudah memasuki kategori.
5. Sabrina masih mendapat ASI, diberi susu formula sejak usia 2 bulan selang
seling dengan ASI. Sekarang makan nasi tim, belum bisa makan nasi biasa.
5.1 Apa makna Sabrina masih makan nasi tim, belum bisa makan nasi biasa? 9 6
CP spastik kelemahan otot-otot untuk mengunyah tidak bisa makan nasi,
hanya makan nasi tim
2
6. Pada pemeriksaan ditemukan BB 7,7 kg, PB 78 cm, Lingkaran kepala 42 cm.
Tidak ada gambaran dismorfik, anak sadar, kontak mata ada, tapi tidak mau
tersenyum, kepada pemeriksa. Anak menoleh ketika dipanggil dengan suara
keras. Belum bisa mengambil dan memegang kubus. Keempat anggota gerak
kaku dan susah ditekuk, gerakan kurang, dengan kekuatan 3. Tonus
meningkat, reflex fisiologis meningkat, reflex Babinsky (+), tidak ada reflex
Moro dan reflex menggenggam. Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol.
Tidak ada kelainan anatomi pada anggota gerak. Hasil pemeriksaan KPSP
usia 18 bulan didapatkan tidak ada yang bisa dilakukan Sabrina.
6.1 Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:
a. LK 12 9
Normal : Bayi baru lahir = 33 - 35
1 tahun = 45 - 47 cm
2 tahun = 48 – 50 cm
5 tahun = 51 – 53 cm
6.2 Apa makna:
a. Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol 9 6
Interpretasi : Gangguan UMN, keterlambatan motorik halus, CP
diskinetik.
Gangguan traktus UMN tonus otot meningkat Lengan dan
tungkai kaku dan susah ditekuk (fenomena pisau lipat), Refleks tendon,
Posisi vertikal kedua.
Hipotesis: Sabrina, 20 bulan, mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
akibat suspek CP.
DD 12 9
CP tipe spastic CP tipe diskinetic CP tipe ataxic Kasus
Jenis kelamin Lk>Pr Lk>Pr Lk>Pr Lk
Motorik Terlambat dan Terlambat dan Terlambat dan Usia 10 bulan
kasar statis statis statis belum bisa
(tengkurap)
Anak >>> 62,5% >>> 62,5% >>> 62,5% Anak pertama
pertama
Usia Ibu >40th >40th >40th 36 tahun
Persalinan 87,5% 87,5% 87,5% +
spontan
Usia 75% 75% 75% Aterm (37
kehamilan aterm/preterm aterm/preterm aterm/preterm minggu)
BBL BBLR BBLR BBLR BBLR
Motorik terlambat terlambat Terlambat Belum bisa
halus (makan
3
biscuit
sendiri,
meraih
benda)
Bicara dan Resiko Biasa terjadi Normal Belum bisa
bahasa bertambah karena otot mengoceh
pada orofaring terkena
quadriplegis
BB >> malnutrisi >> malnutrisi >> malnutrisi
Gerak yang _ + _ _
tidak
terkontrol
Reflex + + + +
primitive
(Moro,
menggengga
m, tendon
meningkat
Kekuatan Menurun Menurun Menurun Kekuatan 3
kedua lengan (menurun)
dan tungkai
Lengan dan + _ _ +
tungkai kaku
dan susah
untuk ditekuk
B. Pencegahannya
Beberapa penyebab CP dapat di cegah antara lain :
1. Pencegahan terhadap ceder a kepala dengan menggunakan alat pengaman saat
berkendaraan.
2. Hindari pernikahan pada usia< 20 tahun atau > 35 tahun yang merupaka faktor
resiko bayi prematur dan hipoksia.
3. Pemberian imunisasi yang tepat untuk menghindari angkah kejadian infeksi
4
4. Penenganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir
dengan fisioterapi.
5
penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan
social emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
C. Etiologi
1. Prenatal (yang paling sering menyebabkan CP)
malformasi kongenital (kelainan struktur tubuh karena proses dalam
kandungan,kelainan genetik)
infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
(misalnya: TORCH, atau infeksi virus lainnya)
radiasi
asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa,
anoksia maternal, atau tali pusat yang abnormal) .
2. Natal
perdarahan intra kranial (di dalam tengkorak)
trauma lahir (penyebab 8-12% kasus)
prematuritas (lahir sebelum 36 minggu).
3. Post natal (10% dari CP)
Trauma kepala
Anoksia atau hipoksia (tidak ada atau kekurangan oksigen)
Infeksi (misalnya meningitis bacterial, abses serebri,dll)
Kernicterus (kekuninganan) akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal)
Shaken baby syndrome
D. Epidemiologi
Cerebral palsy terjadi pada 1-5 dari 1000 bayi
Laki laki lebih sering
Sering pada anak pertama
Prevalensi menurut berat badan antara 1,1 neonatus dengan berat lahir
>2500gr sampai 78,1 pada bayi dengan berat lahir <1000gr, anak kembar, usia
ibu diatas 40 tahun, dan ibu multipara
E. Faktor resiko
1. 10 kali ditemukan pada bayi premature
2. Otak bayi premature belum cukup kuat sehingga berisko untuk terjadi
perdarahan karena pembuluh darahnya masih rapuh(membrane basalisnya
tipis). Paru-paru juga masih immature sehingga oksigen yang dialirkan ke
otak tidak cukup adequate. Factor pembekuan darah dan lain-lain masih
belum sempurna.
3. BBLSR <1500 gram
4. Kepala kecil (mikrocephali)
5. Kehamilan letak sungsang
6. Kejang segera setelah lahir
7. Kehamilan kembar
6
8. Hipertensi dalam kehamilan
9. Defisiensi Iodium, karena dapat berisiko kerusakan otak saat kehamilan
Patogenesis
Faktor-faktor resiko CP
Perdarahan otak
Lesi pada otak
Di ruang subdural
LK kecil
mikrosefali
7
F. Manifestasi klinik
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan
otak yang mengalami kerusakan.
1. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
2. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan
tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
3. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum.
Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat
lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
4. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal.
5. Gangguan perkembangan mental. Retardasi mental ditemukan kira-kira pada
1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis
spastik dan ataksia.
Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya
disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi
serebri yang menyeluruh.Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila
korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada
anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak,
perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
6. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan. (misalnya: hemianopsia,
strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sensibilitas.
7. Problem emosional.terutama pada saat remaja.
G. Penatalaksanaan
Cerebral Palsy
Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal
lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut
seooptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-
hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
Prinsip manajemen :
a. Komunikasi-Informasi-Edukasi
b. Terapi nutrisi
c. Stimulasi
d. Fisioterapi
8
e. Farmakologi
f. Operatif
Aspek medis
a. Aspek medis umum:
Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.
Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan.Pencatatan rutin perkembangan BB anak
perlu dilaksanakan.
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik.
Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari,
kebutuhan protein 2 gr/hari.
Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi, perawatan
kesehatan, dan lain-lain.
b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk relaksasi
otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala berupa
rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox) intramuskuler bisa
mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan meningkatkan luas gerak
sendi (ROM), menurunkan deformitas, meningkatkan respon terhadap
fisioterapi dan okupasional terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk
spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain.
c. Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu
mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil.
d. Terapi rehabilitasi meliputi:
Fisioterapi
1) Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, “stretching”, latihan
penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri,
latihan pindah, latihan jalan.
2) “Motor function training” dengan menggunakan system khusus, yang
umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular facilitation exercise”.
Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari
refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang
dikehendaki.
Okupasional terapi
9
Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi
penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas
“bimanual”. Latihan “bimanual” ini dimaksudkan agar menghasilkan pola
dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
Ortotik
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial,
stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.
Terapi wicara
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia,
dan bentuk campuran.Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat berbahasa
secara pasif dan aktif.
Nightsplinting
Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur
untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.
Pemakaian alat bantu
Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Indriastuti L. Dasar Teori Cerebral Palsy. Dalam Pelatihan Tim Rehabilitasi Pediatriik
Indonesia. Semarang. 2002.
Laura Rogers dan Eric Wong. 2016. Cerebral Palsy. Diunduh pada
http://www.pathophys.org/cerebralpalsy/#Pathophysiology, pada 28 Maret 2016.
IT Cerebral Palsy dr.Rismarini Sp.A
11