Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bakhtiar
Abstrak. Croup merupakan penyakit dengan kelainan pada saluran pernafasan bagian atas,
dengan manifestasi klinis berupa sesak nafas, suara serak, batuk menggonggong, stridor
inspirator yang kadang disertai dengan distres pernafasan. Penyempitan di area subglotis
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran udara dan timbul stridor yang disertai dengan
nafas cepat dan dalam. Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk diagnosis croup,
yaitu pemeriksaan pencitraan terdiri dari rongent dan Computed Tomografi Scan (CT-Scan)
leher. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan laringoskop atau bronkhoskopi.
Tatalaksana croup sangat bergantung pada keparahan penyakit. Namun, tindakan utama
yang perlu dilakukan adalah mengatasi obstruksi saluran pernafasan, sehingga kebutuhan
oksigen tetap terpenuhi. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah pemberian
oksigen, nebulisasi epinefrin, kortikosteroid. Jika semua terapi tidak memberi respon yang
baik, maka intubasi endotrakheal atau trakheaostomi menjadi salah satu pilihan dalam
tatalaksan croup. (JKS 2016; 3: 185-190)
Abstract. Croup is a disease occurs in upper airways that clinically manifests dyspnea,
dysfonia, whooping cough, inspiratory stridor and sometimes accompanied by respiratory
distress. Narrowing in subglottis area results in airflow turbulence and stridor followed by
rapid and deep breath. Several additional examinatios are neeeded to diagnose croup, that
is imaging such as cervical Roentgen and neck Computed Tomography Scan (CT Scan). In
certain cases, laryngoscopy and bronchoscopy are required. Croup treatment very much
depends on its severity. But the most important thing is to overcome airway obstruction so
that the oxygen demand is fullfilled. Several care to deliver including giving the oxygen,
epinephrin nebulisation and corticosteroids. when all the therapies stated do not response
apropriately, then endotracheal intubation or tracheostomy is an option.
(JKS 2016; 3: 185-190)
1
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 3 Desember 2016
namun pada kasus berat diperlukan intercostal sebagai petunjuk telah terjadi
tatalaksana khusus, mulai epinefrin hingga keadaan memberat.2,6,8,10
tindakan intubasi.1,2,4,5
Pemeriksaan Penunjang
Manifestasi Klinis Untuk kepentingan diagnosis, beberapa
Diantara penyebab croup, yang tersering pemeriksaan penunjang diperlukan, baik
adalah virus. Diatara virus-viorus tersebut pemeriksaan laboratorium maupun
adalah Human Parainfluenza virus pemeriksaan pencitraan. Namun,
Respiratory Syntitial virus (RSV), pemeriksaan tersebut diperlukan terutama
metapneumovirus, virus influenza A dan B, pada kasus berat.2,6 Untuk kasus croup
Adenovirus, dan Corona virus. Sekitar 75% secara umum, pemeriksaan penunjang yang
disebabkan oleh parainfluenza virus tipe I. lebih khusus tidak begitu diperlukan karena
Meskipun jarang, pernah juga ditemukan diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya
Mycoplasma pneumonia pernah juga dngan anamnesis, gejala klinis, dan
ditemukan sebagai penyebab croup.1,2,6 pemeriksaan fisis.5,10
Dalam perjalanan penyakit Croup, infeksi Terdapat dua pemeriksaan pencitraan yang
virus dimulai dari nasofaring dan kemudian dilakukan pada kasus croup. Kedua
menyebar ke epitelium trakhea dan laring. pemeriksaan penunjang tersebut adalah:
Inflamasi, hiperemis dan edema disebabkan Foto rontgen leher dan CT-Scan leher. Pada
oleh invasi virus ke dalam mukosa laring.2,7 pemeriksaan radiologis leher posisi postero-
Gejala awal yang muncul pada croup anterior, pada kasus croup, dapat ditemukan
biasanya didahului dengan coryza, demam udara steeple sign (seperti menara) yang
yang tidak begitu tinggi selama 12-17 jam, menunjukkan adanya penyempitan kolumna
hidung berair, nyeri menelan, dan batuk subglotis.2,9,10
ringan dapat disertai malaise. Pada kasus
tertentu, demam dapat mencapai 40 oC.1,2,6,7 Untuk mempertegas diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding, maka
Penderita croup dapat mengalami suara pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan
serak (parau). Hal ini diawali dengan CT-Scan leher. Dengan pemeriksasan
terjadinya peradangan difus, eritema, dan penunjang ini, kita dapat lebih jelas
edem pada trakhea. Akibatnya, mobilitas mendeteksi penyebab obstruksi pada pasien
pita suara terganggu. Disamping itu, area dengan keadaan klinis yang lebih berat.9,10
subglotis juga mengalami iritasi.1,5,6,8
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah
Penyempitan di daerah area subglotis laringoskop atau bronkhoskopi. Kedua
menyebabkan penyempitan saluran. Inilah pemeriksaam ini biasanya tidak diperlukan
yang menjadi penyebab terjadinya pada kasus dengan gejala yang khas, atau
turbulensi aliran yang melewati saluran diagnosis dapat dibuat dengan mudah.
pernafasan atas. Akibatnya, timbul stidor. Pemeriksaan laringoskop atau bronkhoskopi
Kesulitan bernafas ini akan dikompensasi dibuat bila kecurigaan croup mengenai bayi
oleh anak dengan bernafas lebih cepat dan kurang dari 6 bulan.2,10
dalam.6,9
Selama inspirasi, dinding dada dapat Diagnosis dan Diagnosis Banding
mengalami retraksi. Pergerakan dinding Diagnosis Croup ditegakkan berdasarkan
dada dan abdomen yang tidak teratur gambaran klinis dan pemeriksaan
menyebabkan pasien kelelahan. Hiposia dan penunjang. Croup sendiri merupakan
hiperkapnia yang dialami penderita dapat sindrom klinis dengan gejala-gejala klasik
menyebabkan gagal nafas dan bahkan henti yg spesifik.1,2,7 Suara serak, batuk
nafas. Keluhan sesak nafas dan retraksi menggonggong, stridor inspirasi, ditemukan
2
pada pemeriksaan fisik. Kadang-kadang dari keempat kondisi klinis croup tersebut
disertai dngan hidung berair, peradangan adalah sebagai berikut:
faring dan frekuensi nafas yang sedikit 1. Ringan. Pada croup derajad ringan,
meningkat. Gambaran radiologis berupa hanya ditemukan adanya batuk keras,
steeple sign (seperti menara) ditemukan menggonggong yang kadang-kadang
pada pemeriksaan radiologis leher posisi muncul. Sebaliknya stridor tidak
antero-posterior.1,4,7,9 Pada croup, struktur terdengar ketika pasien beristirahat/tidak
epiglotis dan arieepiglotis akan terlihat beraktivitas, dan retraksi dengan dinding
normal. Pada dasarnya, gambaran seperti dada.2,5,6,11
menara rongent leher terjadi karena 2.
penyempitan di saluran nafas di bawah Sedang. Keluhan berupa batuk
subglotis.10 menggonggong yang sering timbul.
Stridor juga mudah didengar ketika
Croup mempunyai kemiripan dengan pasien beristirahat/tidak beraktivitas,
beberapa penyakit lain. Diagnosis banding Sebaliknya, retaksi dinding dada hanya
Croup adalah : Epiglottitis Akut, sedikit terlihat, tetapi tidak ada gawat
Laringitis ,Difteri, Laringitis, nafas (respiratory distress).1,3,6.
Laringotrakheitis Akut, Benda Asing dan 3.
Berat. Pada croup derajad berat ini, batuk
Edema Angioneurotik. Kadang beberapa
menggonggong sering timbul. Ketika
penyakit sulit dibedakan dengan croup.
pasien beristirahat, stridor inspirasi
Akan tetapi, melalui pemeriksaan
terdengar jelas. Kadang-kadang, pada
radiologis, croup dapat dibedakan dengan
croup derajad berat ini disertai dengan
berbagai diagnosis bandingnya.2,5,9
stridor ekspirasi, retraksi dinding dada,
dan gawat nafas.3,6,8,11
Pada pemeriksaan radiologis, beberapa
penyakit memperlihatkan gambaran foto 4.
Gagal Nafas mengancam. Pada derajad
jaringan lunak (intensitas rendah) saluran ini, batuk kadang-kadang tidak jelas,
nafas yang spesifik.2,8 Pada trakheitis, terdengar. Namun, stridor kadang-kadang
misalnya, tampak gambaran membran sangat jelas ketika pasien beristirahat.
trakhea yang compang-campig. Pada Disamping itu, ditemukan gangguan
epiglotitis, tampak gambaran epiglotis yang kesadaran, dan letargi.5,8,9
menebal. Sebaliknya, pada abses
retrofaringeal, tampak gambaran posterior Berat ringannya croup juga dapat dinilai
faring yang menonjol.3,6,8 dengan menggunakan Wesley Score. Dalam
penilaian dengan Wesley Score digunakan
Untuk mengelimir diagnosis banding pada beberapa parameter, yaitu: ada tidaknya
croup, pemeriksaan rongent thorak antero- stridor inspirasi, ada tidaknya retraksi
posterior dan lateral juga perlu dibuat. Ini intercostal, udara masuk, sianosis dan
dimaksudkan untuk melihat kelainan paru tingkat kesadaran.5,9,11
serta kelainan saluran nafas bawah yang
terkadang menyerupai croup.10 Derajad croup dinilai berdasarkan jumlah
skor dari penjumlahan parameter skor
Klasifikasi Wesley. croup derajad ringan jika julah skor
Kondisi pasien croup bervariasi sesuai Wesley kurang dari 4. Dikatakan croup
dengan derajad distres pernafasan yang derajad sedang jika Score Wesley antara 4
diderita. Berdasarkan derajad kegawatan, dan 6. Sebaliknya, dikatakan croup derajad
Croup dibagi menjadi 4 katagori, yaitu: berat jika skor Wesley lebih dari 6 (lihat
ringan, sedang, berat dan gagal nafas tabel 1).6
mengancam.2,4,5,11 Adapun gambaran klinis
3
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 3 Desember 2016
4
Epinefrin diberikan dengan dosis 0,05 perbaikan pada pasien laringotrakheitis
ml/kgBB dar 2,25% epinefrin resemik ringan-sedang yang diobati dengan steroid
(maksimal. 0,5 mL) dalam 3-5 mL NaCl oral atau parenteral dibandingkan dengan
fisiologis. Epinefrin ini diberikan melalui placebo.3,11
alat nebulisasi setiap 2 jam. Efek yang
ditimbulkan kurang sama efektifnya dengan Selain deksametason, dapat juga digunakan
nebulisasi 0,5 mL/kgBB epinefrin 1/10.000 prednison atau prednisolon dengan dosis 1-2
tanpa pengenceran dengan NaCl fisiologis mg/kgbb.7,10 Deksametason diberikan
(maks 5 mL).2,6,8 dengan dosis 0,6 mg/kgbb per
oral/intamuskuler sebanyak satu kali, dan
Setelah pemberian nebulisasi epinefrin perlu dapat diulang dalam 6-24 jam. Efek klinis
diobservasi. Dibutukan waktu selama 6 jam akan tampak 2-3 jam setelah
sesudah nebulisasi. Pada anak, dengan gagal pengobatan.1,2,4,6 Keuntungan pemakaian
pernafasan dapat diberikan ulang epinefrin. kortikosteroid adalah: mengurangi rerata
Continous epinefrin digunakan pada anak tindakan intubasi, mengurangi rerata lama
yang mendapat perawatan di di ruang rawat rawat inap, menurunkan hari perawatan dan
intensif anak (Pediatric Intensive Care derajat penyakit.3,8,13
Unit).4,6,11
Pada sindrom Croup berat yang tidak
Antibiotika hanya diberikan pada keadaan responsif terhadap terapi lain, maka Intubasi
tertentu saja. Umumnya antibiotika tidak endotrakheal merupakan salah satu
diperlukan dalam tetalaksana croup. Namun, alternatif. Tatalaksana lainnya berupa
ada kondisi tertentu yang membutuhkan trakheostomi. Ini dimaksudkan untuk
antibiotika, yaitu pada mengatsi obstruksi jalan nafas sesegera
laringotrakheobronkhitis yang seringkali mungkin dan sekaligus menjamin suplai
disertai dengan superinfeksi bakteri. Pasien oksigen.10,13
diberikan terapi antibiotik empiris sambil
menunggu hasil kultur. Antibiotik empiris Intubasi endotrakheal dilakukan bila
dapat diberikan sefalosporin generasi ke-3. terdapat hipercarbia dan ancaman gagal
Untuk epiglottitis diberikan antibiotik nafas.4,13 Selain itu, intubasi juga diperlukan
golongan sefalosporin generasi ke-3 bila terdapat peningkatan sridor,
(seftriaxon atau sefotaksim) selama 7-10 peningkatan frekuensi nafas, peningkatan
hari. Kloramfenikol selama 5 hari sama frekuensi nadi, retraksi dinding dada,
efektifnya dengan pemberian seftriakson. sianosis, letargi, atau penurunan kesadaran.
Untuk trakeitis bakteri: diberikan antibiotik Intubasi endotrakheal yang dilakukan ini
spektrum luas selama 10-14 hari.4,6 hanya bersifat sementara. Jika edema laring
hilang/teratasi maka intubasi
2,6,9,12,13
Seperti halnya penggunaan antibiotika, dihentikan.
maka penggunaan antipiretik pada croup
juga bergantung pada keadaan klinis Kesimpulan
penderita. Untuk antipiretik, yang Croup merupakan penyakit kegawatan pada
digunakan adalah paracetamol. Namun, saluran nafas yang secara anatomis
penggunaan paracetamol dalam tatalaksana melibatkan laring, infra/supraglottis, trakhea
croup pada anak hanya jika didapatkan dan bronkhus. Manifestasi klinis Croup ini
demam atau nyeri tenggorok.2,4,9 adalah batuk yang menggonggong, suara
serak, stridor inspirasi, dengan atau tanpa
Pemberian kortikosteroid pada kasus Croup adanya obstruksi jalan nafas. Pemeriksaan
bertujuan untuk mengurangi edema pada penunjang pada croup merupakan
mukosa laring melalui mekanisme pemeriksaan pencitraan, yaitu rongent,
antiradang. Uji klinis menunjukkan adanya cumputed tomografi scan (CT-Scan) leher.
5
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 3 Desember 2016