Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KAJIAN PUSTAKA
Andras dalam bahasa Yunani yang berarti manusia laki-laki, Jeda dalam bahasa
Yunani berarti penghentian. Andropause adalah suatu kondisi yang timbul pada saat
maskulinitas menurun, oleh karena itu andropause adalah sindrom dimana perubahan
yang menyertai penuaan terkait dengan tanda-tanda dan gejala defisiensi androgen
pada pria yang lebih tua (usia> 50 tahun). Tanda dan gejala yang disertai dengan
the Aging Male (ADAM), Artial Androgen Deficiency in the Aging Male (PADAM)
pantas karena tidak ada gangguan atau penghentian menstruasi, dan viropause tidak
akurat karena tidak ada kehilangan virilisasi (Matsumoto et al., 2002; Morley et al.,
2003).
yang terjadi pada laki-laki normal dengan penuaan. Istilah ini menekankan sifat
7
8
sindrom penuaan laki-laki secara khusus dengan tingkat androgen. Istilah andropause
tidak sepenuhnya akurat karena sekresi androgen tidak berhenti sama sekali.
perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia dengan penurunan bertahap dan
progresif di tingkat testosteron yang terjadi dengan penuaan, andropause saat ini
baik secara fisik maupun psikis sebab androgen memainkan peran penting dalam
lemak, dan disfungsi kognitif. Kadar testosteron menurun sebagai proses penuaan.
Gejala dan keluhan akibat penurunan hormon testosteron pada pria dapat memperoleh
2.1.2 Patofisiologi
luteinizing (LH), yang bekerja pada sel-sel testis Leydig untuk memproduksi
Sembilan puluh delapan persen dari testosteron dalam plasma terikat dengan
albumin, hanya terdapat 2 % testosteron bebas dalam serum. Bentuk non SHBG
terikat testosteron bersama dengan testosteron bebas, merupakan fraksi aktif biologis
dipengaruhi oleh penuaan. Sejumlah hormon mengalami penurunan akibat dari proses
yang dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon melatonin yang disekresikan dari
pineal juga berkurang jumlahnya dengan adanya penuaan, dimana hormon ini
bertanggung jawab untuk gangguan tidur dan biorhythms. Level growth hormone
massa dan kekuatan otot, hal ini terlihat juga pada pria dengan keadan hipogonadisme
Kadar hormon estrogen dan kortikosteroid pada pria tidak tampak signifikan
berubah pada saat proses penuaan. Penelitian terbaru membuktikan bahwa hormon
yang diproduksi oleh adiposit, leptin dapat berperan dengan androgen dalam
mempertahankan massa tubuh. Menurunnya tingkat testosteron total terlihat pada pria
hanya dalam dekade keenam kehidupan. Pengurangan kadar testosteron bebas terjadi
sebelumnya (1 % penurunan per tahun antara usia 40 tahun dan 70 tahun ). Penurunan
10
ini disebabkan oleh konsentrasi SHBG meningkat pada tingkat 1,2 % pertahun.
jumlah situs testosteron mengikat SHBG. Penuaan berimbas pula pada fungsi sel
Leydig dan menunkan sensitivitas HPG axis. Sekitar 7% pria diantara 40-60 tahun,
20 % pada pria antara usia 60-80 tahun, dan 35 % lebih dari 80 tahun memiliki
konsentrasi total testosterone rendah, dibawah tingkat normal 350 ng/dL (Tunuguntla,
2005).
SHBG
Gambar 2.1
Perbandingan testosteron dalam sirkulasi pada pria muda dan tua
(Sumber : Morley et al., 2003)
Leydig di dalam testis. Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara
androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga dapat
testosteron diubah menjadi hormon dehidrotestosteron yang lebih aktif pada jaringan
target.
interstitial yang hanya merupakan sekitar 5% dari seluruh jaringan testis. Testosteron
disekresikan oleh sel-sel Leydig dari testis, tapi hormon-hormon seks steroid dapat
juga dibentuk oleh prekursor androgen dan estrogen pada jaringan perifer lainnya,
seperti kelenjar adrenalin bahkan 80% dari hormon steroid tadi yang dapat ditemukan
dalam peredaran darah berasal dari prekursor androgen (Rolf et al,. 2010).
12
yang terikat dengan suatu molekul protein (binding protein). Hanya sebagian kecil
testosteron saja di dalam peredaran darah terdapat dalam bentuk yang bebas sebagai
free testosterone. Free testosterone hanya dapat ditemukan sekitar 2% saja. Sekitar
38% testosteron terikat pada protein albumin, selebihnya sebanyak 60% terikat pada
globulin (SHBG) sex hormone binding globulin. Ikatan itu terkadang juga ditemukan
penentuan kadar 17-ketosteroid di dalam urin, perlu disadari bahwa hanya sekitar 20-
30% ketosteroid urin itu berasal dari testosteron, sedangkan selebihnya berasal dari
metabolit hormon steroid adrenalis dan lainnya. Dengan demikian penentun kadar 17-
ketosteroid, urin tidak dapat mewakili atau dijadikan pedoman untuk menentukan
kadar testosteron pada pria dewasa adalah sebagai berikut: free testosterone sebesar
0,47 – 2,44 ng/dl atau 1,6% -2,9%. Kadar hormon pada pria dianggap andropause
13
apabila dibawah 200 ng/dl (7 nmol/l), kadar maksimal hormon testosteron pada pria
andropause (usia > 50 tahun) diatas 720 ng/dl atau < 0,23 nmol/l untuk kadar free
Kadar hormon testosteron pada pria Indonesia untuk testosteron bebas pada
usia 40-59 tahun sebesar 7.2-23 pg/ml, pada usia 60-80 tahun sebesar 5.6-19 pg/ml.
Nilai total testosterone pada pria Indonesia sebesar 280-800 ng/dl. Pria pada usia 45-
59 tahun mulai merasakan gejala dan keluhan andropause pada tingkat rata-rata
testosterone bebas sebesar 10.97 pg/ml dan kadar testosterone total sebesar 461.61
ng/dl. Pria pada usia 60-70 tahun merasakan gejala dan keluhan andropause pada
level testosterone bebas sebesar 10.10 pg/ml serta kadar testosteron total sebesar
Testosteron total terdiri dari 60% testosteron terikat globulin, 38% testosteron
terikat albumin, dan 2% testosteron bebas. Komponen aktif dari testosteron adalah
testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang kemudian diubah oleh enzim
seringkali tidak menimbulkan gejala. Keluhan baru timbul jika ada penyebab lain
Beberapa faktor dibawah ini menjadi penyebab penurunan hormon testosteron antara
lain :
1. Faktor internal
Pengaruh internal bisa dari tubuhnya sendiri atau genetik. Terjadi karena
2. Faktor eksternal
Pengaruh eksternal bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lain
tangga. Juga dapat karena faktor psikis seperti kebisingan dan perasaan tidak
1. Gangguan vasomotor
Tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut terhadap
keluhan depresi, dan hilanya rasa percaya diri, menurunnya motivasi dan
3. Gangguan virilitas
15
4. Gangguan seksual
Penis adalah alat kelamin eksternal dan merupakan organ kopulasi pria yang
juga berfungsi sebagai saluran keluar bersama urin dan semen. Penis terdiri atas: 1)
radix penis yang melekat pada regio (trigonum) urogenitale perineum, 2) korpus yang
tertutup sempurna oleh kulit, dan 3) glans penis yang berbentuk kerucut bulat. Radix
penis terdiri atas tiga masa jaringan erektil pada trigonum urogenitale, yakni dua buah
crus dan satu bulbus penis. Masing-masing crus penis melekat erat pada tepi ramus
ischiopubis pelvis dan tertutup oleh muskulus ischiocavernosus. Dekat tepi inferior
simpisis pubis, kedua crus tersebut membelok ke arah bawah dan depan menjadi
korpus kavernosum. Sewaktu melintas ke arah anterior, crus penis bersatu dengan
pasangannya. Bulbus penis berada di antara crura penis dan melekat pada aspek
16
inferior membran perinealis. Kearah anterior bulbus penis menyempit menjadi korpus
spongiosum, membelok ke arah bawah dan depan. Bulbus penis diliputi oleh
m.bulbospongiosus ditembus oleh uretra pars kavernosa yang melintas sampai glans
penis. Bagian uretra yang berada dalam bulbus penis ini memiliki pelebaran, sebagai
fossa intrabulbar. Kulit penis orang dewasa sangat tipis dan berwarna agak gelap dan
Korpus penis terdiri atas tiga masa erektil panjang, yang mampu membesar
bila terisi darah sewaktu ereksi. Korpus memiliki permukaan yang penamaannya
penis dan aspek lawannya disebut permukaan uretral. Masa-masa erektil tersebut
adalah korpora kavernosa kanan dan kiri serta korpus spongiosum penis yang
erektil ini saling melekat erat pada seluruh panjangnya. Tunika albuginea lapis luar
menutupi ketiga masa jaringan erektil ini. Tunika albuginea lapis dalam menutupi
korpora kavernosa penis dan terpisah dengan tunika albuginea lapis dalam yang
menutupi korpus spongiosum. Ujung korpora kavernosa berada dalam cekungan pada
aspek proksimal glans penis. Permukaan dorsal korpus penis berisi vena dorsalis
penis profunda. Dari sini, ke arah lateral kanan dan kiri, berturut-turut dijumpai arteri
penis. Basis glans penis mempunyai proyeksi melebar yang disebut korona glandis; di
17
belakang korona glandis ini terdapat penyempitan yang disebut kolum penis. Fossa
navicularis urethrae berada dalam glans penis dan bermuara lewat celah sagital pada
atau dekat apeks glans penis yang dikenal sebagai orificium urethrae externum
(Gunardi, 2007).
Kulit penutup glans penis terlipat, membentuk preputium penis. Bagian dalam
lapis preputium ini dilekatkan pada glans penis dan tepi mukosa orificium urethrae
externum melalui sebuah lipatan mukosa digaris tengah yang disebut frenulum
preputii. Sensitivitas kulit sekitar frenulum preputii sangat tinggi. Pada korona
Pada beberapa mamalia termasuk tikus, penis sebagai organ kopulasi untuk
mentransfer sperma dari hewan jantan ke betina. Penis memiliki 3 jaringan erektil
yaitu 2 korpora kavernosa yang terletak di bagian ventral di sisi kiri kanan penis dan
satu korpus spongiosum yang terletak di bagian dorsal. Tiap korpus kavernosum
dikelilingi oleh selapis membran tebal yaitu tunika albuginea yang terdiri dari ikatan-
ikatan jaringan kolagen, jaringan fibrous, dan otot-otot polos. Bagian-bagian ini
(Kelly, 2000).
Penis memiliki jaringan tulang yang dinamakan os. Penis atau baculum.
Baculum meningkatkan kekakuan dari penis, yang akan membesar dan berubah
bentuknya seiring dengan pertambahan usia hewan. Baculum menempati 28% dari
18
ujung distal penis, sedangkan korpus kavernosum menempati sebagian besar panjang
penis. Baculum dikelilingi oleh ruang vaskuler dari korpus spongiosum dan ujung
fibrokartilago dengan ketebalan rata-rata 0,001 mm, serat-serat kolagen pada dinding
dinding tebal yakni tunika albuginea. Ruang vaskuler bentuknya agak elips, pada
bagian ventral terdapat lekukan berbentuk tapal kuda yang dikelilingi oleh korpus
spongiosum. Tunika albuginea terdiri atas serat-serat kolagen dalam bentuk ikatan
Gambar 2.2
Anatomi Penis Tikus (Sumber : Kelly, 2000)
19
Testosteron adalah hormon seks pria yang tergolong hormon androgen. Istilah
androgen berarti hormon steroid yang mempunyai efek maskulinisasi, terdiri atas
senyawa steroid baik dalam testis maupun dalam adrenal, androgen dapat dibentuk
memproduksi antara 5-7 mg/hari atau sekitar 95% dari total produksi pada pria
sirkulasi mencapai puncaknya antara pukul 06.00-08.00 dan level terendah antara
pukul 18.00-20.00. Testosteron disintesis dari kolesterol pada sel Leydig testis.
Sumber kolesterol ini bisa berasal dari sintesis pada sel Leydig dan sirkulasi. Untuk
mempertahankan testosteron pada tingkat yang tepat maka kecepatan produksi harus
sel Sertoli untuk menginisiasi dan pemeliharaan proses spermatogenesis. FSH juga
menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon inhibin dan activin dari sel Sertoli.
Terdapat tiga fraksi testosteron pada serum. Proporsi yang paling besar (50-
80%) adalah testosteron yang terikat dengan sex hormone binding globulin (SHBG),
20-50% berikatan dengan albumin, dan 2-3% yang bebas atau tidak berikatan (free
testosteron). Free testosteron dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan mempunyai
half-life yang pendek, kira-kira 10 menit. Testosteron berikatan sangat kuat dengan
SHBG, tidak mempunyai efek biologis aktif dan mungkin berfungsi sebagai
simpanan hormon pada sirkulasi. Testosteron berikatan secara lemah dengan albumin
dan bisa lepas untuk menimbulkan efek biologis. Free testosteron dan testosteron
mempunyai aktivitas yang tinggi pada jaringan lemak, khususnya pada lemak
visceral. Makin besar jumlah lemak maka produksi 17β-estradiol akan semakin besar.
Tempat lain aktivitas aromatase adalah pada testis, prostat, dan tulang. Konversi
testosteron menjadi DHT adalah oleh enzim 5α-reduktase. Proporsi testosteron yang
dikonversi menjadi 17β-estradiol dan DHT tergantung dari individu dan jenis
jaringan, misalnya produksi DHT lebih tinggi pada prostat dan estradiol lebih tinggi
reduksi, oksidasi, dan hidroksilasi oleh liver, yang kemudian berikatan dengan asam
glukoronat. Metabolit ini kemudian akan diekskresikan oleh ginjal (Jones, 2012).
dapat melalui metabolitnya yaitu DHT dan 17β-estradiol. Diferensiasi seksual pada
kombinasi efek dari testosteron dan DHT. DHT, mempunyai peran yang lebih besar
genetalia eksterna, termasuk panjang penis. Pentingnya DHT pada kasus ini, dapat
aksila dan pubis tergantung dari DHT. DHT menghambat pertumbuhan rambut
22
kepala sehingga bisa menyebabkan kebotakan pada beberapa pria. Pertumbuhan dan
kekuatan otot tergantung dari testosteron dan tidak tergantung pada DHT. Testosteron
erythropoietin renal dan ekstra-renal dan efek langsung pada sumsum tulang.
Estrogen (17β-estradiol) pada pria berguna untuk memelihara kekuatan tulang dan
langsung terhadap otot polos. Estradiol juga berefek sebagai vasodilator melalui
penting terhadap otak, yaitu dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan mood dan
kolagen pada tunika albuginea, selubung saraf, dan otot polos pembuluh darah. Lebih
jauh, ditemukan adanya jaringan lemak pada tunika albuginea dan korpus
dalam mempertahankan struktur penis dan untuk terjadinya aktivitas normal dari NO,
23
yang merupakan zat utama dalam proses terjadinya ereksi, sangat tergantung dari
Setelah umur 40 tahun level testosteron akan turun 1-2% per tahun. Beberapa
studi melaporkan terjadi penurunan level testosteron mencapai kurang dari 12 nmol/l
pada pria umur 40-60 tahun sebesar 7%, 60-80 tahun sebesar 21%, dan umur lebih
dari 80 tahun sebesar 35%. Penurunan produksi testosteron ini terjadi karena
kegagalan pada hipothalamus, hipofisis, dan testis. Hal ini menyebabkan terjadinya
sindrom, dan disfungsi ereksi pada usia tua (Guyton dan Hall, 2002; Jones, 2012).
lebih tua, meskipun kurang dari 5% dari orang-orang yang benar-benar didiagnosis
dan diobati untuk kondisi tersebut. Meskipun terdapat beberapa kontroversi, terapi
sulih testosteron telah ditetapkan sebagai pengobatan utama yang aman dan efektif
Indikasi terapi pada pria yakni keadaan hipogonad yang menunjukan gejala
level hormon testosteron. Ambang batas level hormon testosteron yang menimbulkan
gejala-gejala hipogonad bervariasi tergantung jenis gejala dan individu (Arver dan
Lehtihet, 2008).
testosteron yang beredar dan juga dapat menimbulkan level yang fisiologis dari
24
patchess, testosteron injeksi dan implan. Testosteron mempunyai waktu paruh yang
pendek tetapi dengan esterifikasi waktu paruhnya dapat diperpanjang setelah injeksi
Salah satu jenis preparat sulih testosteron yang ada adalah sustanon ‘250’
yang merupakan oil-based injectable esterized testosteron yang terdiri dari testosteron
Dahulu penurunan kadar testosteron terkait usia dianggap tidak bisa diobati,
tetapi paradigma ini sekarang telah berubah. Saat ini terapi sulih hormon adalah yang
adalah pilihan paling baik saat ini. Belum ada kesepakatan ambang standar untuk
memulai pengobatan defisiensi testosteron. Kadar testosteron 200 ng/dl yang diambil
pada pagi hari dianggap rendah. Tetapi angka ini tidak dapat dikaitkan dengan usia.
Karena nilai 300 ng/dl mungkin normal untuk pria berusia 65 tahun, tapi tidak normal
mempertahankan kadar testosteron pada nilai normal, tetapi di berikan jika kadar
makanan.
pada pada minggu ke- 0, 6, 18, 30 dan minggu ke- 42 dapat meningkatkan
et al., 2009).
1. Per oral
b. Meterolone tablet 25 mg
3. Testosteron transdermal
Salah satu jenis preparat sulih testosteron yang ada adalah Sustanon ‘250’ yang
testosteron dekanoat 100 mg. Ada dua keuntungan menggabungkan beberapa ester dalam
formula yang sama seperti pada Sustanon ‘250’. Di sini, dengan menggunakan beberapa
ester memungkinkan konsentrasi total cukup tinggi 250 mg/mL tanpa memerlukan
persentase besar dari zat yang mempertinggi kelarutan dalam vehicle. Secara umum,
kelarutan dari ester yang berbeda dari steroid hampir independen satu sama lain, jadi
misalnya jika vehicle (minyak ditambah zat yang dapat mempertinggi kelarutan) dapat
melarutkan 100 mg/mL satu ester steroid saja atau 100 mg/mL ester steroid yang lain, hal
ini mungkin bisa melarutkan total 200 mg/mL sebagai kombinasi keduanya. Hal ini dapat
menambah kenyamanan. Keuntungan kedua dari pencampuran ini adalah bahwa lama
kerja obat dapat diperpanjang dengan menggunakan ester long-acting dalam campuran
tanpa menyebabkan onset yang lambat bila ester seperti itu diberikan secara terpisah.
Dengan demikian kerja sustanon ‘250’ dimulai segera setelah penyuntikan dan
defisiensi androgen, agar dapat memperbaiki fungsi seksual dan kepadatan tulang.
Hasil terapeutik sebaiknya dapat meningkatkan kadar testosteron sampai kadar 400-
27
800 mg/dl untuk pria dewasa muda. Untuk pria dewasa tua sebaiknya mencapai kadar
Terapi sulih testosteron pada umumnya dilakukan dalam jangka panjang, dan
Efek samping dalam penggunaan injeksi testosteron dosis tinggi berbeda pada
sebagainya)
metabolisme tulang)
3. Efek virilisasi
6. Efek teratogenik
Efek samping testosteron dosis tinggi antara lain hirsutisme, acne, dan
alopecia, dan yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita yaitu amenore dan
28
penyakit metabolik lainnya (Diabetes Melitus tipe 2). (Bassil et al., 2009; Wang et
al., 2010).
Testosteron berperan dalam proses proliferasi sel pada jaringan penis dengan
reseptor androgen (AR). Kompleks reseptor steroid ini bertranslokasi ke dalam inti
sel dan memulai gen transkripsi, sehingga mengakibatkan ekspresi gen target
androgen yang memainkan peran penting pada pertumbuhan jaringan penis (Yan et
al., 2014).
dengan pengurangan pada otot polos hingga jaringan ikat, rasionya mencapai 2 kali
lipat. Pengurangan jaringan yang kaya akan fibroelastik ini mempengaruhi struktur
Peran faktor pertumbuhan masih perlu diteliti lebih lanjut pada jaringan penis.
disfungsi ereksi dengan merusak fungsi venooklusif dari tunika albuginea. Studi
kasus baru-baru ini telah berhasil membuktikan adanya pemulihan fungsi ereksi pada
pria yang mengalami disfungsi ereksi yang disebabkan kebocoran vena setelah
dalam mempertahankan struktur jaringan ereksi (Yassin et al., 2006; Kurbatov et al.,
darah memodulasi tonus otot polos korpus kavernosum melalui produksi NO dan
Bivalacqua et al., 2003; Solomon et al., 2003; Guay, 2005, 2007; Musicki dan
parakrin, yang mengubah fungsi dan pertumbuhan sel otot polos. Sebuah studi
terbaru oleh Liu et al (2007), menunjukkan bahwa kehilangan androgen oleh karena
(Moreland, 2000).
30
halus dengan tampilan ultrastruktur yang teratur sedangkan endothelium pada hewan
yang dikastrasi memiliki permukaan kasar dan menonjol, serta tampak tidak teratur.
Tercatat terdapat perubahan kontak antar sel dan adhesi sel darah merah pada
tercatat masih terdapat beberapa lesi yang tersisa. Data dari penelitian ini
dan integritas struktural endotel dipulihkan dengan pemberian androgen (Traish dan
Guay, 2009).
Akishita et al (2007) melaporkan bahwa dalam 187 pasien rawat jalan laki-
signifikan berkorelasi dengan persentase PMD. Korelasi ini tergantung dari usia,
hipogonadotropik pada PCs dan EPCs. Para penulis menyimpulkan bahwa pasien
dengan hipogonadisme mengalami penurunan tingkat PCs dan EPCs dan terapi
31
testosteron menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam sel-sel ini. Para penulis
EPCs disebabkan oleh androgen melalui jalur AR-mediasi (Foresta et al., 2008).
permukaan vaskular, pada penis mengalami peningkatan sintesis dan pelepasan TGF-
b1, endothelin dan prostanoids kontraktil, tetapi kadar NO menurun. Secara biologis
hasil dari kerusakan endotel akan membawa perubahan fenotipe otot polos, yang
Guay, 2009).
yang khusus ditandai dengan trabecular angioarchitecture kompleks terdiri dari jenis
sel yang berbeda yang berinteraksi dalam matriks ekstraselular dengan komponen
utamanya adalah kolagen, serat elastis, dan Hyaluronan. Jenis sel utama termasuk sel
otot polos kavernosum (CSMC), sel endotel, sel saraf, dan fibroblas. CSMC berada
di kelompok dalam ruang trabekular dan mirip dengan VSMC, mereka berinteraksi
dengan sel-sel endotel yang mengatur aliran darah dalam ruang karvenosum karena
kavernosum seperti apoptosis sel endotel yang melapisi ruang sinusoidal, dan
corpora cavernosa, diferensiasi sel prekursor stroma ke dalam garis adipogenic yang
dikemukakan sebagai mekanisme yang mungkin terjadi (Traish dan Guay, 2009).
endotel pada jaringan kavernosa dari tikus yang dikastrasi dikaitkan dengan
pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) adalah mediator parakrin yang terlibat dalam
integritas CSMC, proliferasi, dan migrasi ke lokasi yang tepat di ruang kavernosa
VEGF dan CSMC dari tikus dalam mengekspresikan tingkat VEGF. Injeksi VEGF
yang disekresi oleh sel-sel otot polos in vitro dan oleh sel endotel in vivo, dalam
sintesis kolagen dalam kedua corpora cavernosa dan tunika albuginea. Hipoksia
saraf kavernosa atau gangguan vaskular aterosklerotik. Dalam model tikus, ekspresi
TGF-b1 in-vivo pada penis tampaknya diatur oleh androgen, sementara kekurangan
reversible, terapi sulih testosteron pada tikus yang dikastrasi mampu menstimulasi
DNA baru pada CSMC dan sel endothelial (Ryu et al., 2004; Vincenzo et al., 2009).
fungsi organ reproduksi pada pria dan wanita. Mutasi AR dapat menyebabkan
Testosteron paling banyak diproduksi pada testis (pria) dan diubah menjadi
DHT pada beberapa target organ termasuk prostat. Androgen memiliki struktur
hidrofobik steroid kolesterol, yang memungkinkan untuk bergerak bebas dari luar sel
menuju ke dalam sel. Target intraselular androgen adalah AR. Setelah berikatan
dengan androgen, AR bergerak menuju nukleus dan mengatur transkripsi pada target
rentang 186 kbp . AR NTD dikode oleh bagian wkson 1. Ekson 2 dan 3 mengkode
AR DBD yang masing-masing untuk satu zinc cluster domain. AR LBD dikode oleh
bagian ekson 4, 5, 6, 7, dan 8. Protein AR terdiri dari 919 asam amino, yang memiliki
sekuen homologi yang paling sedikit dan paling bervariasi dalam ukuran
dari N-terminal domain adalah adanya ulangan GAC, sandi untuk gluutamin.
2. DNA Binding Domain (DBD) terdiri dari 68 asam amino, merupakan bagian
berperan dalam ikatan DNA secara langsung dan memiliki P-box untuk
lainnya berperan dalam interaksi protein dan unit stabilisasi untuk dimerisasi
3. Ligand Binding Domain (LBD), secara prinsip fungsi LBD adalah mengikat
androgen dengan afinitas tinggi. Selain itu, LBD juga berperan dalam
lainnya. Sekuen asam amino dari region ini menunjukkan homologi sebesar
Gambar 2.3
Struktur reseptor androgen (sumber: Nieschlag et al., 2010)
36
Antara DBD dan LBD terdapat hinge region (dikode oleh region 5 ekson 4),
yang terdiri dari bagian utama AR nuclear targeting signal dan memediasi
Domain androgen binding reseptor meliputi 30% dari seluruh reseptor dan
hormon yang identik. Kompleks dimer ditransfer dari sitosol masuk ke dalam
nukleus, dan kompleks dimer tersebut mengenali sekuen spesifik (androgen sensitive
region (ASR)) dari genom DNA yang mengakibatkan rangsangan transkripsi dan
Testosteron mencapai target sel melalui difusi pasif. Testosteron terikat dengan
Protein (HSP). HSP bertanggung jawab untuk menjaga reseptor dalam keadaan
inaktif dan dapat dilepaskan dari kompleks reseptor. Kehilangan protein tersebut
Regulasi dari reseptor androgen pada hewan pertama kali dilakukan pada
androgen pada prostat. Ukuran prostat tikus menurun hingga 15% dibandingkan
prostat. Regulasi dari ekspresi reseptor androgen tergantung pada usia dan organ yang
spesifik. Pada tikus, respon mRNA reseptor androgen menurun terhadap androgen
secara permanen setelah masa pubertas namun hal ini dapat diatasi dengan
penis direlasikan dengan penurunan dari androgen reseptor pada korpus kavernosum,
os penis dan berbagai jaringan erektil pada penis, namun pada nukleus epitel kulit dan
tikus ketika ekspresi reseptor androgen tergantung pada tingkat tertentu. Reseptor
pada sel Sertoli hanya terdeteksi secara spesifik tahap spermatogenik. Mekanisme
dependent ekspresi reseptor androgen tidak diketahui secara pasti. Ekspresi reseptor
androgen dalam sel peritubular myoid, arteriol, dan sel-sel Leydig tidak berhubungan
mengontrol seluruh ekspresi dari reseptor androgen pada testis tikus. Tidak terdapat
model sel, mRNA reseptor androgen mengalami penurunan sebesar level androgen
oleh androgen. Stabilitas perbaikan dari protein reseptor yang diinduksi melalui ligan
38
dalam regulasi gen, DNA binding domain yang mengandung dua zinc fingers untuk
berikatan dengan DNA, C-terminal domain yang berikatan dengan ligan. Penjagaan
dari nukleotida sequence tertinggi pada DNA binding domains dan ligand binding
Ligand binding domain dan DNA binding domain berperan dalam transport nucleus
Protein reseptor androgen manusia dikodekan oleh satu gen yang terletak pada
lengan panjang dari kromosom X. Androgen reseptor eDNA juga telah dikloning
untuk tikus, anjing, kelinci percobaan dan katak. Urutan perbandingan reseptor tikus
homolog dan 85% homolog pada tingkat asam amino. Reseptor androgen promotor
kedua pada tikus yang diatur oleh 5α-dihidrotestosteron dan elemen penekan di
wilayah 5' telah ditemukan, untuk sequence TATA atau CCAAT tidak ditemukan.
androgen promotor tikus yang terkait dengan usia dan ekspresinya tergantung dari
organ reproduksi pria. Androgen juga sangat penting untuk deferensiasi seksual pada
pria, maturasi organ seksual saat masa pubertas serta proses spermatogenesis dan
regulasi gonadotropin. Prinsip steroid androgen, testosteron dan metabolit DHT (5-
reseptor nukleus dari faktor transkripsi (Heinlein dan Chang, 2002 ; Lee, 2003).
elemen respon kognitif serta merekrut koregulator untuk mengekspresi gen target.
40
dari gen target atau coregulators lainnya. Prototypic coactivators jenis ini yang
p300 terkait erat dengan coactivators reseptor nucleus, diantaranya pCAF (p300 /
CBP Associated Factor), SRC1 (steroid Receptor koaktivator-1), dan SRC3 (Culig et
al., 2003).
target. Rekrutmen RNA Pol II dimediasi melalui perakitan GTFs (General Faktor
pengikatan TBP (TATA box-Binding Protein) dekat lokasi awal transkripsi. TBP
juga berisi TAFII umum dan promotor spesifik (Faktor TBP-Associated) protein.
TBP binding menginduksi DNA, membawa urutan terakhir dari elemen TATA dalam
jarak dekat, hal ini memungkinkan interaksi antara GTFs dan steroid kompleks
merekrut kompleks TFIID-RNA Pol II. TFIID domain, selain berinteraksi dengan
TFIID dan RNA Pol II, ternyata juga melayani dalam inisiasi transkripsi dan
elongasi. ATPase dan kinase TFIIE dan TFIIH helikase kemudian direkrut untuk
RNA Pol II untuk memudahkan pemisahan untai DNA sebelum inisiasi transkripsi.
TFIID dan TFIIB direkrut untuk RNA pol II asetat oleh p300 dan p/CAF (Lee, 2003).
ARA 54 dan E6-AP. Coactivators dengan aktivitas ubiquitin ligase ini berkontribusi
dalam transkripsi reseptor nucleus melalui target degradasi represor. AR juga dapat
SMAD3 (Sma dan Mad Terkait), NF-kappaB (Nuclear Factor-kappaB), SRY (Sex-
androgen dapat dikaitkan dengan tiga represor: cyclin-D1, calreticulin dan HBO1.
sebagai kompresor AR. AR korepressor HBO1 merupakan bagian dari family MYST
protein dimana memiliki karakteristik yang homolog dengan zinc finger dan
Orphan Receptor-4) dan dalam setiap hasil kasus penurunan aktivitas transkripsi AR
cascades. Nongenomic action dari androgen dapat terjadi melalui beberapa reseptor.
Androgen dapat mengaktifkan cAMP dan PKA melalui SHBG (Sex Hormone
transduksi sinyal, termasuk PKA (Protein Kinase-A), PKC (Protein Kinase-C), dan
kinase c-Src, memicu aktivasi c-Src. Salah satu target dari c-Src adalah protein
adaptor SHC (SH2 Mengandung Protein), sebuah regulator akhir dari jalur MAPK
Koaktivators famili SRC transkripsi antara lain SRC 1, SRC 3, dan TIF2 (Transkripsi
43
second messenger cascades oleh androgen pada akhirnya dapat memberi efek
Modulasi tersebut dapat terjadi melalui fosforilasi langsung aktivator transkripsi atau
koregulator. AR juga dapat diaktifkan tanpa adanya ligan yang sama. Androgen
Chang, 2002).
Gambar 2.4
Androgen Signaling Pathway (Sumber : Culig, et al., 2003)
44
galur yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Sprague-dawley yang
berwarna albino putih berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya
dan galur wistar yang ditandai dengan kepala besar dan ekor lebih pendek. Tikus
Hewan ini dapat berkembangbiak secara cepat dan dalam jumlah yang cukup besar.
testis). Tindakan ini akan mengakibatkan penurunan kadar testosteron pada tikus
Tabel 2.1
Serum LH, FSH dan Level Testosteron (ng/ml serum)
pada Tikus Jantan (Sumber: Wang et al., 2005)
Usia LH FSH Testosteron
(hari)
0-5 660±58 3,37±0,5 0,76±0,16
6-10 285±33 4,52±0.2 0,55±0,10
11-15 282±22 3,86±0,6 0,63±0,17
16-20 215±37 2,79±0,3 0,87±0,21
21-25 262±53 3,51±0,3 0,37±0,07
26-30 421±15 0,61±0,01 0,95±0,30
31-40 288±32 1,92±0,3 0,78±0,21
41-50 366±75 2,69±0,6 0,94±0,19
51-60 193±20 3,24±0,6 1,10±0,28
61-70 219±55 5,07±0,2 1,82±0,32
71-80 230±37 3,86±0,3 2,15±0,32
Nilai serum diatas berdasarkan penelitian pada 14 tikus dan data disajikan dengan
nilai Mean±S.E.M
45
Tabel 2.2
Data Biologis Tikus Wistar ( Sumber: Russel et al., 2008)