Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Anatomi Hepar
Hati adalah salah satu organ vital pada manusia yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut, dibawah diafragma. Hati juga disebut liver atau hepar. Hati memiliki banyak
fungsi diantaranya penawar racun, sintesis protein, merombak sel darah merah, dan
menghasilkan empedu yang bermanfaat bagi sistem pencernaan pada manusia. Hati memiliki
empat lobus dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi (Jong,1997).
Secara garis besar, anatomi hati manusia dibagi menjadi dua lobus (lobus kanan dan
lobus kiri) ketika dilihat dari depan. Namun dibaliknya terdapat dua lobus lain (lobus kaudatus
dan lobus kuadrat) sehingga hati memiliki empat lobus (Jong,1997).
Ligamen berbentuk sabit membatasi lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran lebih
besar. Pada lapisan dalam, terdapat dua lobus tambahan yang terletak di antara lobus kanan dan
kiri. Terdapat sebuah garis yang melintang dari sebelah kiri vena cava dan kemudian
memisahkan hati dan kantung empedu. Garis tersebut disebut Cantlie’s line. Terdapat pula
beberapa ligamen lain seperti venosum ligamentum dan ligamentum teres yang membagi sisi
kiri hati menjadi dua bagian (Jong,1997).
Pada lapisan diafragmatik yang terhubung dengan diafragma, hati dilapisi oleh
membran tipis berlapis dua yang disebut peritoneum. Fungsi peritoneum adalah untuk
mengurangi gesekan dengan organ lain. Lapisan ini melapisi bentuk cembung dari kedua lobus
yang juga memberikan bentuk pada diafragma. Peritoneum membentuk lipatan untuk
membentuk ligamen berbentuk sabit (falciform ligament) dan ligamen segitiga kanan dan kiri
(Jong,1997)..
Permukaan visceral (dibawah) tidak rata dan cekung. Permukaan ini dilapisi dengan
peritoneum yang juga berfungsi melekatkan kantung empedu dan porta hepatica (Jong,1997)..
Terdapat beberapa bentukan (impression) pada permukaan hati yang mengikuti struktur
dan bentuk organ yang berdekatan. Dibawah lobus kanan dan sebelah kanan kantung empedu,
terdapat dua bentukan yang dipisahkan oleh sebuah lekukan. Satu yang di atas dan yang paling
dalam disebut bentukan renal (renal impression) yang mendukung bentuk ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal. Satunya yang di bawah dan lebih condong ke depan adalah bentukan colic
(colic impression) (Jong,1997).
Bentukan suprarenal adalah area berbentuk segitiga kecil pada hati. Letaknya berada di
dekat lobus kaudatus dan di atas bentukan renal. Sebagian besar bentukan suprarenal tidak
memiliki peritoneum dan menempel pada kelenjar suprarenal kanan Bagian kiri bentukan renal
sedikit menekuk hingga ke leher kantung empedu. Ini dikarenakan pengaruh dari duodenum.
Tekukan tersebut disebut bentukan duodenal. Pada permukaan belakang dari lobus kiri terdapat
bentukan lambung. (Jong,1997).
Secara histologi, ilmu anatomi mikroskopik menunjukkan terdapat dua jenis sel utama
pada hati yaitu sel parenkimal dan non-parenkimal. 80% volume hati diisi oleh sel-sel
parenkimal yang sering disebut hepatosit. Sel-sel non-parenkimal berjumlah 40% dari total
jumlah sel hati, namun hanya mengisi volume hati sebanyak 6,5%. Sinusoid hati dilapisi oleh
dua jenis sel yaitu sel-sel endotel sinusoidal dan sel kupffer yang bersifat fagosit. Sel stellata
hepatika adalah beberapa jenis sel non-parenkimal yang berada di luar sinusoid di ruang Disse
(Jong,1997).
Hati tersusun atas pusat-pusat pengolahan sebesar biji wijen yang disebut lobulus.
Setiap lobulus terdiri atas lembaran-lembaran sel hati yang mengolah darah yang mengaliri sel
tersebut, menyimpan sejumlah zat, menguraikan zat lain, dan melepaskan zat untuk digunakan
tubuh (Jong,1997).
Masing-masing lobus tampak terbuat dari lobulus hati. Vena keluar dari tengah, yang
mana akan bergabung dengan vena hepatica untuk membawa darah keluar dari hati. Di
permukaan lobulus, terdapat saluran-saluran, vena dan arteri yang membawa cairan dari dan
menuju lobulus. Komponen khusus pada lobulus disebut triad portal (Jong,1997)..
Daerah pusat dimana saluran empedu, vena porta hepatica, dan arteri hepatika masuk
disebut porta hepatika (pintu gerbang ke hati) atau celah melintang pada hati. Saluran, vena,
dan arteri bercabang dua yaitu ke kanan dan ke kiri menuju lobus fungsional kanan dan kiri
(Jong,1997)..
Lobus fungsional dipisahkan oleh bidang imajiner. Garis Cantlie bergabung dengan
kantung empedu menuju ke vena cava inferior. Vena hepatica tengah juga membatasi lobus
kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh vena hepatika
kanan. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh vena hepatika kiri. Celah
ligamen yang mengitari hati (ligamentum teres) juga memisahkan segmen medial dan lateral.
Segmen medial juga disebut lobus kuadrat. Dalam sistem Couinaud (atau “sistem Perancis”),
lobus fungsional dibagi menjadi delapan subsegmen berdasarkan bidang melintang dari vena
portal utama. Lobus kaudatus adalah struktur terpisah yang menerima aliran darah dari kedua
cabang pembuluh darah kanan dan kiri (Jong,1997)..
Berikut adalah bagian-bagian hati manusia menurut gambar pertama dan kedua beserta
penjelasannya (Jong,1997).:
2. Enzim Hepar
1. Fosfatase Alkali
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi
terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal
dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu.
Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada
hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang (Sardini, 2007).
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada
anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati,
mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut.
Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap
meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang,
prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa
matastase (isoenzim Regan) (Sardini, 2007).
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada
sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-
penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar
sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh
batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat
dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus
(Sardini, 2007)..
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar
ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal
karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP
hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang;
ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang (Sardini, 2007).
Jika gambaran klinis tidak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-
isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan
dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine
aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol,
karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada
untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu (Sardini, 2007).
Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat
(mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis
isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin (Sardini, 2007).
Nilai Rujukan :
Dewasa : 42 – 136 U/L,
ALP1 : 20 – 130 U/L,
ALP2 : 20 – 120 U/L,
Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa
Anak-Anak : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L),
Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 U/L.
Masalah Klinis
Peningkatan Kadar :
Obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme,
kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan
fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid
(aktif), ulkus (Sardini, 2007).
Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin),
kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin),
prokainamid, beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat
(Sardini, 2007).
Penurunan Kadar :
hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C), hipofosfatasia, anemia
pernisiosa, isufisiensi plasenta.
Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal)
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris (Sardini, 2007)..
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar
Hemolisis sampel
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat
digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol
(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.
Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar (Sardini, 2007).
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
· Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard,
kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
· Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal
jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
· Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
cerebrovascular accident (CVA) (Sardini, 2007)..
3. Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk
akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin
berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan
25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti
mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin meliputi
pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan
ekskresi bilirubin (Helfi, 2004).
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan
bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati,
dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin
oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen
serta pada pH normal bersifat tidak larut (Helfi, 2004).