Resume National Action Plan for Climate Change Adaptation (RAN-API) Bab 2 Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia
Gambaran Umum Iklim di Indonesia
Iklim di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh Sirkulasi Monsoon (system atmosfer skala besar yang berhubungan dengan perubahan kondisi termal antara benua dan samudera) yang mengendalikan pola curah hujan tahunan pada sebagian besar wilayah. Pola Tahunan Curah Hujan dan Suhu Permukaan Curah hujan dianggap sebagai unsur terpenting dalam iklim di Indonesia karena sebagai wilayah tropis yang berada di garis ekuator, sementara variasi dari perubahan suhu di Indonesia tidak terlalu signifikan dan lebih ditentukan oleh perubahan posisi pergerakan matahari antara 23,5°LU dan 23,5°LS Keragaman Iklim Variabilitas Iklim di Indonesia dapat dilihat dari 4 rentang waktu, yaitu Variasi harian dari aktivitas konvektivitas (pola harian dari pola cuaca yang mendominasi dalam mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Konveksi merupakan salah satu proses dalam pembentukan awan karena naiknya udara lembab dari lapisan paling bawah hingga mencapai lapisan paling tinggi dari atmosfer. Pola variasi harian umumnya merupakan hasil dari curah hujan di wilayah Indonesia yang terjadi dari siang hingga malam di daratan dan malam hingga pagi di atas lautan); Variasi Intra-Musim (fenomena yang berhubungan dengan gangguan meteorologi yang mempengaruhi aktivitas konveksi dan curah hujan musiman alami. Variasi Intra-Musiman membuat pola iklim di Benua Maritim Indonesia menjadi lebih kompleks dan analisis perubahan iklim harus dibuat dengan menggunakan data yang lebih detail dan akurat); Variasi Antar- Tahunan (berdasarkan berbagai kajian hingga saat ini membuktikan bahwa variasi curah hujan antar- tahunan di Indonesia dipengaruhi oleh fenomena iklim terkait dengan variasi anomali suhu permukaan laut (ASPL) di Pasifik Tengah dan Timur serta anomali tekanan permukaan laut di Pasifik Barat (fenomena El Nino Southern Oscillation)). Peningkatan atau penurunan ASPL di wilayah tersebut menandai kejadian El Nino (La Nina) menyebabkan bertambah panjangnya periode musim kering (basah) dan berakibat kepada penurunan atau peningkatan jumlah curah hujan musiman dan tahunan di sebagian besar wilayah di Indonesia); dan Variasi Antar Dasawarsa (Fenomena atmosfer dengan periode osilasi 10–12 tahun telah lama diidentifikasi oleh para peneliti. Hasil analisis data curah hujan di banyak tempat juga seringkali memperlihatkan sinyal dengan periode ulang serupa, yang juga berkorelasi dengan periode aktivitas bintik hitam di Matahari (sun spot). Iklim Maritim dan Tinggi Permukaan Air Laut Kondisi cuaca dan iklim di atas perairan laut di wilayah Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh sirkulasi muson Asia-Australia tetapi dengan karakteristik yang mungkin sangat berbeda. Tapi berlainan dengan daratan, suhu permukaan laut (SPL) tidak hanya ditentukan oleh radiasi matahari tetapi juga dipengaruhi arus laut dan gerak vertikal air laut baik gerak naik maupun turun. Sementara kenaikan Tinggi Muka Laut (TML) secara sesaat dan dalam periode tertentu disebabkan juga oleh fenomena cuaca dan iklim yang lebih tidak teratur kejadiannya seperti badai tropis dan gangguan cuaca lainnya. Analisis Perubahan Iklim di Indonesia Berdasarkan Observasi Data Menurut IPCC (2007), kajian mengenai perubahan iklim dan dampaknya dapat dilakukan dengan pendekatan bottom-up, yang didasarkan kepada data pengamatan maupun secara top-down, yang bertumpu kepada hasil simulasi model iklim. Hal-hal yang ummnya dianalisis yaitu tren perubahan suhu permukaan (Indonesia: tren dilihat dari data CRU-salah satu basis data iklim global dari University of East Anglia yang sering digunakan untuk penga,matan lokal); tren perubahan curah hujan (Indonesia: analisis yang dilakukan dengan membandingkan curah hujan yang terjadi dengan periode baseline serta ekstrapolasi polynomial untuk melihat tren curah hujan ke depan); tren kenaikan suhu permukaan laut (Indonesia: melihat data National Oceanic and Atmospheric Agency hasil rekonstruksi untuk mengetahui tren di perairan Indonesia dibandingkan dengan tren global); tren kenaikan tinggi muka laut (Indonesia: berdasarkan data Simple Ocean Data Assimilation, Regional Ocean Modelling Systems-SODA dan Altimeter untuk melihat tren di perairan Indonesia); dan tren kejadian cuaca dan iklim ekstrem (menggunakan analisis cumulative distribution function dari data satelit TRMM) Proyeksi Perubahan Iklim Berdasarkan Model AR4-IPCC Proyeksi iklim dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapansistem iklim terhadap perubahan gaya radiatif, terutama akibat kenaikan konsentrasi GRK dan aerosol di atmosfer hingga waktu yang jauh ke depan. Proyeksi yang umumnya dilakukan yaitu proyeksi kenaikan suhu permukaan (model-model AR4-IPCC mengasumsikan bahwa kenaikan temperatur disebabkan secara dominan oleh efek GRK yang tersebar di dalam atmosfer secara merata); proyeksi perubahan curah hujan (model-model AR4-IPCC umumnya memperlihatkan pola perubahan curah hujan yang lebih bervariasi di Indonesia, baik secara temporal maupun spasial); proyeksi kenaikan suhu permukaan laut dan tinggi muka laut (Tren kenaikan ini masih dalam rentang kenaikan temperatur global sehingga cukup konsisten dengan hasil analisis model-model AR4-IPCC untuk suhu permukaan, sementara kenaikan tinggi muka laut memberikan potensi ancaman yang sangat besar terhadap Indonesia yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil); proyeksi kejadian cuaca dan iklim ekstrem (Kajian terhadap perubahan peluang kejadian ekstrem untuk wilayah Indonesia lebih banyak difokuskan kepada kejadian curah hujan ekstrem); dan analisis potensi dampak dari perubahan iklim (terjadinya perubahan pada indikator-indikator iklim seperti temperatur permukaan, curah hujan, suhu permukaan laut, tinggi muka laut, serta kejadian iklim dan cuaca ekstrem seperti yang telah diproyeksikan di atas akan menimbulkan berbagai potensi dampak pada bidang-bidang yang terkait dengan sistem pembangunan nasional baik dari sisi ekonomi, tatanan kehidupan, ekosistem, serta wilayah khusus )