Você está na página 1de 10

159

ANALISIS RASIO RUJUKAN PUSKESMAS BERDASARKAN KEMAMPUAN PELAYANAN PUSKESMAS

ANALYSIS OF REFERRAL RATIO ON PUSKESMAS BASED ON CAPABILITIES SERVICES OF PUSKESMAS

Nurul Chabibah, Djazuly Chalidyanto


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail: nurulchabibahh@gmail.com

ABSTRACT

Implementation of referral system on Puskesmas would affected to health care utilization in advanced health
facilities. Puskesmas obliged to reduce the number of referral to conduct quality control as well as cost and
arrange referral system in stages. 27.42% Puskesmas in the city of Surabaya has referral ratios above 15% in
2012. Study aims to analyze referral ratio based on capabilities services of Puskesmas. This research was cross
sectional design with quantitative approach. Sampling was collected by purposive sampling method to 14
Puskesmas. Total number of Puskesmas was collected from Puskesmas which had a high and low referral ratio.
The result reveal that some Puskesmas had non care service, emergency unit service, specialist service,
radiologi service, surgery services, and service time on morning and evening. Based on the survey results
revealed that several Puskesmas in the Surabaya city that has non care service, non BEONC service, service
time on morning and evening, non emergency unit service, and specialist service have a high referral ratio on
Puskesmas.

Keywords: Puskesmas, referral ratio, services of Puskesmas

PENDAHULUAN sistem rujukan merupakan kewajiban yang harus

Jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan dilakukan PPK 1. PPK 1 apabila tidak mampu

sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memberikan pelayanan spesialistik yang harus

memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih layak. diperoleh oleh pasien berdasarkan indikasi medis

Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 pasien maka dapat melakukan rujukan ke PPK

dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 akan lanjutan.

membuat perubahan besar dalam dunia kesehatan Permenkes Nomor 40 Tahun 2012 tentang

sehingga setiap orang diwajibkan untuk bergabung Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

dan menjadi peserta dalam jaminan sosial yang Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa

pelaksanaannya dimulai 1 Januari 2014 dengan kendala pelaksanaan Jamkesmas yang masih terjadi

ditandai berubahnya status PT. Askes menjadi BPJS yaitu sistem rujukan belum berjalan secara optimal.

Kesehatan.Penyedia kesehatan tingkat pertama Sekitar 30-75% rujukan adalah rujukan rawat jalan

atau PPK 1 dalam Buku Saku Gatekeeper dalam tingkat I yang didapatkan oleh pasien atas

Pelaksanaan SJSN (2012) dijelaskan sebagai permintaan sendiri atau keluarga bukan atas indikasi

kontak pertama pada pelayanan kesehatan formal medis (Zahrawardi, 2007). BPJS Kesehatan ketika

dan penapis rujukan sesuai dengan standar masih menjadi PT. Askes memiliki standar dalam

pelayanan medis. Permenkes Nomor 001 Tahun menentukan batasan rujukan Puskesmas dalam

2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan tingkat

Perorangan menyebutkan bahwa pelayanan lanjut berupa rasio rujukan sebesar 15%. Terdapat

kesehatan dilakukan secara berjenjang sehingga 17 Puskesmas atau 27,42% Puskesmas di kota
160

Surabaya memiliki rasio rujukan diatas 15% tahun kesehatan wajib dan upaya kesehatan

2012 berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kota pengembangan harus berlandaskan azas

Surabaya tahun 2012. Berdasarkan jumlah tersebut penyelenggaraan agar berlangsung dengan baik,

maka diperlukan penelitian untuk mengetahui angka antara lain:

rasio rujukan Puskesmas berdasarkan kemampuan Puskesmasmempunyai kewajiban dan

pelayananPuskesmas di kota Surabaya. Manfaat tanggungjawab untuk meningkatkan derajat

penelitian yaitu mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan yang ada di wilayah kerjanya dengan

angka rasio rujukan berdasarkan melakukan berbagai kegiatan baik di dalam gedung

kemampuanpelayananPuskesmassebagai bahan maupun di luar gedung seperti Puskesmas keliling.

masukan melaksanakan sistem rujukan pasien Puskesmas harus dapat melakukan pengembangan

diPuskesmas, sebagai masukan jenis pelayanan pada masyarakatnya baik dari lingkup keluarga

yang perlu disediakan di Puskesmas, serta bahan hingga masyarakat sehingga dapat secara bersama

melakukan evaluasi utilisasi program rujukan. mendukung dan berperan aktif dalam

PUSTAKA penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.

Pengertian Puskesmas berdasarkan Kepmenkes Puskesmas sebagai PPK I akan memiliki

Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar keterbatasan dalam menyelenggarakan

Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit pelaksana kegiatannya. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki

teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang Puskesmas maka Puskesmas dapat melakukan

bertanggungjawab menyelenggarakanpembangunan keterpaduan dengan berbagai sektor untuk

kesehatan di suatu wilayah kerja.Menurut menunjang dan memaksimalkan pelaksanaan

Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004 tentang Puskesmas. Keterpaduan dapat dicapai melalui dua

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat juga hal yaitu keterpaduan lintas program dan

menyebutkan bahwa fungsi Puskesmas antara lain: keterpaduan lintas sektor. Masalah yang dihadapi

(1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan masyarakat sangat beraneka ragam oleh karena itu

kesehatan, (2) Pusat pemberdayaan masyarakat, (3) Puskesmas dapat melakukan rujukan ke PPK lain

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang

Puskesmas bertanggungjawab untuk dialami oleh masyarakat serta meningkatkan

menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat efisiensi.

pertama secara menyeluruh, terpadu, dan Jenis pelayanan merupakan berbagai

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh Puskesmas

pertama yang menjadi tangggungjawab kepada masyarakat. Pelayanan yang terdapat di

Puskesmasyaitu pelayanan kesehatan perorangan Puskesmas menurut Pedoman Sistem Rujukan

dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur (2012)

dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan upaya antara lain ruang pendaftaran dan rekam medik,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
161

gawat darurat, poli umum, poli gigi dan mulut, poli yang berada dalam suatu jejaring. Rujukan dalam

KIA atau KB. Pelayanan lainnya seperti imunisasi, arti yang lebih luas, dapat dimulai dari tingkat

klinik gizi dan laktasi, konsultasi atau promosi masyarakat sampai ketingkat layanan kesehatan

kesehatan, kamar obat atau kefarmasian, tersier dan sebaliknya (“two-way referral”) maupun

laboratorium, ruang bersalin, ruang tindakan, ruang rujukan antar institusi dalam fasilitas kesehatan

kepala Puskesmas, gudang obat dan administrator tersebut. Hasil yang dirujuk dari sistem rujukan

atau kantor. Pelayanan tambahan lainnya seperti dapat pasiennya sendiri maupun layanan penunjang

beberapa ruangan pada Puskesmas rawat inap lainnya (Kemenkes, 2012).

antara lain IGD, ruang tindakan, dan laboratorium Rujukan menurut Kepmenkes Nomor 128 Tahun

kimia klinik. 2004 yaitu pelimpahan wewenang dan

Standar Puskesmas Provinsi Jawa Timur (2013), tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah

menjelaskan berbagai pelayanan dasar Puskesmas kesehatan yang diselenggarakan secara timbal

mengikuti pelayanan yang ada di Kepmenkes Nomor balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata

128 Tahun 2004 dan pengembangan lain sesuai sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

kebutuhan di masyarakat. Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara

pelayanan dasar terdiri dari upaya kesehatan horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. kesehatan yang sama. Sistem rujukan pelayanan

Pelayanan Puskesmas juga terdiri dari pelayanan di kesehatan merupakan penyelenggara pelayanan

dalam gedung dan pelayanan di luar gedung. kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan

Pelayanan di dalam gedung berupa pengobatan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara

umum, pengobatan gigi dan mulut, gawat darurat, vertikal maupun horizontal. Pasal 5 ayat 1

KIA-KB, imunisasi, persalinan, pelayanan Permenkes Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem

kefarmasian, laboratorium, konsultasi gizi dan Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

laktasi, sanitasi, penyuluhan kesehatan, ambulan, menyebutkan bahwa sistem rujukan diwajibkan bagi

dan rawat inap. Pelayanan diluar gedung yaitu pasien peserta jaminan kesehatan atau asuransi

pembinaan desa siaga dan poskesdes, pembinaan kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.

perilaku hidup bersih dan sehat serta pelayanan lain. Rujukan dilaksanakan dari suatu fasilitas kesehatan

Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan kepada fasilitas kesehatan lainnya. Rujukan terbagi

sebagai respon terhadap ketidakmampuan suatu menjadi dua jenis antara lain rujukan vertikal yaitu

pusat layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda

dalam melaksanakan tindakan medis terhadap tingkatan dan rujukan horizontal yaitu rujukan antar

pasien. Sistem rujukan merupakan suatu pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan

mekanisme pengalihan atau pemindahan pasien horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat

yang terjadi dalam atau antar fasilitas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
162

kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, kegawatdaruratan (UGD), kepemilikan pelayaan

peralatan dan atau ketenagaan yang sifatnya laboratorium, pelayanan spesialistik, pelayanan

sementara atau menetap. radiologi, dan pelayanan operasi. Selain berbagai

METODE pelayanan di Puskesmas salah satu faktor lain

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berkaitan dengan pelayanan yang ada di

deskriptif dengan rancang bangun penelitian Puskesmas yaitu waktu pelayanan yang tersedia di

yaitucross sectional. Unit analisis penelitian yaitu Puskesmas.

Puskesmas. Sumber informasi dari unit analisis yaitu Pelaksanaan rujukan di Puskesmas diketahui

petugas di Puskesmas yang berkaitan dengan berdasarkan angka rasio rujukan yang diperoleh dari

sumber data yang dibutuhkan menggunakan jumlah pasien yang dirujuk oleh Puskesmas

kuesioner dan dari data sekunder di dibandingkan jumlah kunjungan dalam gedung dikali

Puskesmas.Pemilihan sampel dilakukan dengan 100% yang dibandingkan dengan standar rasio

menggunakan purposive sampling. Variabel rujukan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan yaitu

penelitian meliputi kemampuan pelayanan 15%. Penelitian pada 14 Puskesmas berasal dari 7

Puskesmas yaitu pelayanan keperawatan termasuk Puskesmasyang memiliki rasio rujukanrendah yaitu

pelayanan PONED dan non PONED, pelayanan kurang dari 15% dan 7 Puskesmas memiliki rasio

UGD, kepemilikan pelayanan labolatorium, rujukan tinggi yaitu lebih dari 15%.

pelayanan spesialistik, pelayanan radiologi, Pelayanan yang diteliti adalah pelayanan yang

pelayanan operasi, dan waktu pelayanan berkaitan dengan rujukan yaitu pelayanan dalam

Puskesmas serta rasio rujukan yang ada di gedung yang memungkinkan adanya pemberian

Puskesmas. Lokasi penelitian dilaksanakan pada 14 rujukan. Berbagai pelayanan yang diteliti dapat

Puskesmas yang ada di kota Surabaya provinsi berupa pelayanan utama maupun pelayanan

Jawa Timur. Waktu penelitian pada bulan november penunjang yang tersedia di Puskesmas. Sebagian

2013 sampai juni 2014 dan pengambilan data besar Puskesmas merupakan Puskesmas dengan

penelitian dilaksanakan pada bulan mei 2014. kemampuan non perawatan(64,3%) dan Puskesmas

Teknik analisis penelitian dengan menggunakan perawatan(35,7%). Puskesmas non perawatan

analisis frekuensi dan tabulasi silang. merupakan Puskesmas yang memiliki pelayanan

HASIL DAN PEMBAHASAN rawat jalan sedangkan Puskesmas perawatan

Puskesmas dengan kemampuan pelayanan yang merupakan Puskesmas dengan kemampuan

lebih lengkap akan lebih mampu dalam memberikan pelayanan rawat inap.Puskesmas perawatan pada

pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan Puskesmas sampel merupakan Puskesmas dengan

pelayanan di Puskesmas yang menjadi fokus dalam kemampuan pelayanan rawat inap persalinan yang

penelitian antara lain pelayanan perawatan termasuk terbagi kembali dalam dua karakter

pelayanan PONED atau non PONED,, pelayanan


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
163

yaituPuskesmasnon PONED (60%) dan Puskesmas PONED (40%).

Tabel 1 Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan Perawatan dengan Rasio Rujukan
pada Bulan Mei 2014

Rasio Rujukan
Total
Pelayanan Perawatan Rendah Tinggi
n % n % n %
Perawatan 4 80,0 1 20,0 5 100,0
Non perawatan 3 33,3 6 66,7 9 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Mayoritas rasio rujukan Puskesmas perawatan penanganan kasus persalinan lebih lengkap

rendah (80%) sedangkan Puskesmas dengan dibandingkan dengan Puskesmas non PONED..

pelayanan non perawatan mayoritas rasio Waktu pelayanan di Puskesmas terdiri dari waktu

rujukannya tinggi (66,7%). Kemampuan pelayanan pelayanan pagi sertawaktu pelayanan pagi dan sore.

keperawatan di Puskesmasyaitu berupa pelayanan Persentase Puskesmasdengan waktu pelayanan

rawat inap bersalin sehingga kasus yang mampu pagi dan sore sebesar 71,4% dan waktu pelayanan

ditangani dalam upaya mengurangi pelaksanaan pagi sebesar 28,6%. Waktu pelayanan pagi adalah

rujukan merupakan berbagai kasus persalinan di waktu pelayanan pada pagi hari yaitu hari senin-

masyarakat. Berbagai kasus dan masalah kamis mulai 07.30-14.30 WIB, hari jum’at 07.30-

kesehatan lain di masyarakat masih memungkinkan 11.30 WIB, dan hari sabtu 07.30-13.00 WIB. Waktu

dilakukan rujukan ke rumah sakit sehingga pelayanan sore adalah waktu pelayanan yang

kemampuan pelayanan perawatan tidak banyak dilaksanakan pada sore hari setelah melakukan

mengurangi jumlah rujukan Puskesmas. pelayanan pagi hari yaitu pada hari senin-jum’at

Puskesmas perawatan bersalin berupa pukul 15.00-19.00 WIB, dan hari sabtu mulai pukul

Puskesmas PONED banyak terdapat pada 15.00-18.00 WIB. Lama dan jam buka hingga jam

Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah tutup pelayanan telah dilakukan standar oleh dinas

(100%) dibandingkan dengan Puskesmas non kesehatan kota Surabaya sehingga waktu pelayanan

PONED. Berdasarkan buku Pedoman Puskesmas Puskesmas adalah sama.

PONED (2013) dijelaskan bahwa Puskesmas Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu

PONED merupakan Puskesmas rawat inap yang pelayanan pagi dan sore banyak terdapat pada

mampu memberikan atau menyelenggarakan Puskesmas dengan rasio rujukan yang yang tinggi

pelayanan obstetri dan neonatal emergensi atau (66,7%) dan waktu pelayanan pagi banyak terdapat

komplikasi tingkat dasar dalam waktu 24 jam sehari pada Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah

dan 7 hari seminggu.Puskesmas PONED yang (80%).Waktu pelayanan yang lebih panjang

terdapat pada Puskesmas dengan rujukan yang memberikan kesempatan lebih panjang pada

rendah dimungkinkan karena Puskesmas dengan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada

kemampuan PONED mempunyai kemampuan pasien. Puskesmas pelayanan pagi dan sore akan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


164

memiliki jumlah kunjungan pasien yang lebih banyak Puskesmas yang tidak memiliki kemampuan

sehingga kemungkinan memberikan rujukan juga pelayanan UGD yaitu sebesar 50%. Pelayanan UGD

lebih banyak. Waktu pelayanan yang lama dilaksanakan sesuai dengan waktu pelayanan

menjadikan Puskesmas dapat memberikan Puskesmas.Pada Standar Puskesmas (2013)

penawaran pelayanan Puskesmas yang lebih lama disebutkan bahwa UGD merupakan pelayanan

sehingga Puskesmas mempunyai kesempatan lebih medik dasar yang berfungsi untuk membantu

lama juga untuk memberikan penanganan dari mengatasi kegawatan jalan nafas, pernafasan,

berbagai masalah kesehatan di masyarakat. peredaran darah, dan juga kesadaran.

Puskesmas yang memiliki kemampuan

pelayanan UGD memiliki jumlah yang samadengan

Tabel 2. Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan UGD dengan rasio Rujukan pada
Bulan Mei 2014

Rasio Rujukan
Total
Pelayanan UGD Rendah Tinggi
n % n % n %
Puskesmas pelayanan
4 57,1 3 42,9 7 100,0
UGD

Puskesmas tidak pelayanan


3 42,9 4 57,1 7 100,0
UGD

Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa Puskesmas Berdasarkan buku Standar Puskesmas

yang memiliki pelayanan UGD banyak terdapat pada (2013) disebutkan bahwa pelayanan UGD

Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah merupakan pelayanan yang penting dan harus

(57,1%) sedangkan Puskesmas yang tidak memiliki tersedia di Puskesmas sehingga beberapa

pelayanan UGD banyak terdapat pada Puskesmas Puskesmas yang belum memiliki pelayanan UGD

dengan rasio rujukan yang tinggi (57,1%). penting untuk ditingkatkan sumber dayanya

Puskesmas yang memiliki pelayanan UGD dapat sehingga dapat memberikan pelayanan UGD sesuai

memberikan kebutuhan pertolongan kepada pasien kebutuhan masyarakat.Berdasarkan buku Pegangan

sehingga pasien tidak membutuhkanpelayanan Sosialisasi JKN juga dijelaskan bahwa pelayanan

rujukan ke rumah sakit ketika membutuhkan gawat darurat merupakan pelayanan yang wajib

pelayanan dengan cepat. Puskesmas yang tidak yang harus tersedia di fasilitas kesehatan termasuk

memiliki pelayanan UGD ketika terdapat pasien Puskesmas untuk memberikan penanganan pertama

dalam kondisi gawat maka akan langsung bagi pasien dan selanjutnya apabila Puskesmas

dilaksanakan rujukan tanpa melalui penanganan tidak mampu melayani dapat dilakukan rujukan.

terlebih dahulu sehingga memungkinkan melakukan Berbagai pelayanan penunjang yang

rujukan lebih tinggi ke rumah sakit. tersedia di Puskesmas yang dapat membantu dalam
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
165

meningkatkan kemampuan pelayanan kepada Laboratorium di Puskesmas belum mampu

pasien antara lain pelayanan spesialistik, pelayanan memberikan pelayanan transfusi darah

radiologi, kepemilikan pelayanan laboratorium, dan sebagaimana pelayanan dasar yang seharusnya

pelayanan operasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan di fasilitas kesehatan

mengenai distribusi pelayanan penunjang dengan primersebagaimana Permenkes Nomor 71 Tahun

rasio rujukan ditunjukkan pada Tabel 3. 2013 pasal 16 sehingga kebutuhan transfusi darah

Puskesmas berdasarkan kepemilikan pelayanan dilakukan di pelayanan kesehatan lanjutan.

laboratorium Kelengkapan kemampuan pelayanan dan

Semua Puskesmasberdasarkan hasil penelitian pemeriksaan penunjang yang dimiliki Puskesmas

menunjukkan bahwa semua Puskesmastelah memungkinkan adanya keterkaitan dengan

memiliki pelayanan laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan rujukan. Konsistensi kemampuan

dalam memberikan pelayanan (100%). Laboratorium pemeriksaan laboratorium tanpa mengalami

di Puskesmas memiliki kemampuan pelayanan kekurangan reagen pemeriksaan juga

antara lain pemeriksaan darah lengkap, golongan memungkinkan ada kaitan dengan pelaksanaan

darah, WIDAL, UL DL, sedimen, plano test, gula rujukan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

darah, kolesterol, HDL-LDL kolesterol, trigliserida, lanjut.

kreatinin serum, BUN, asam urat (UA), SGOT, Puskesmas pelayanan radiologi

SGPT, HIV, urin dan sputum. Pelayanan penunjang Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

laboratorium dilaksanakan sesuai waktu pelayanan Puskesmas tidak memiliki kemampuan pelayanan

yang dilaksanakan olehPuskesmas. Kepemilikan radiologi (100%) untuk menunjang pemeriksaan dan

laboratorium memudahkan pihak Puskesmas dalam pelayanan bagi pasien. Kebutuhan pemeriksaan

melakukan penegakan diagnosis pasien radiologi pada pasien dilaksanakan melalui rujukan

berdasarkan penyakit yang diderita. yang dilakukan oleh Puskesmas ke rumah sakit atau

Semua Puskesmasyang telah memiliki unit pelayanan lain termasuk laboratorium luar yang

pelayanan laboratorium terdapat pada Puskesmas memiliki kemampuan pelayanan radiologi. Semua

dengan rasio rujukan yang tinggi dan Puskesmas Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan radiologi

dengan rasio rujukan rendah. Pelayanan ditemukan pada Puskesmas dengan rasio rujukan

pemeriksaan di laboratorium merupakan tinggi dan rasio rujukan yang rendah sehingga tidak

pemeriksaan dasar sehingga pemeriksaan lebih dapat diketahui kepemilikan pelayanan radiologi

lengkap akan tetap dilakukan rujukan dan dengan rasio rujukan yang ada di Puskesmas.

pemeriksaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Berdasarkan buku Standar Puskesmas (2013)

ketersediaan reagen di Puskesmas. Ketersediaan disebutkan bahwa pelayanan radiologi merupakan

reagen di Puskesmas mengikuti pemberian reagen salah satu pelayanan yang perlu tersedia di

yang diberikan oleh dinas kesehatan kota Surabaya. Puskesmas apabila terdapat sumber daya yang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
166

mendukung. Puskesmas apabila belum memiliki Puskesmas perlu dilakukan penilaian kebutuhan

kemampuan sumber daya yang mendukung maka untuk ditindaklanjuti untuk diadakan atau tidak

Puskesmas belum bisa memiliki pelayanan radiologi. diadakan di salah satu pelayanan penunjang

Pelayanan radiologi yang belum tersedia di Puskesmas.

Tabel 3 Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan Penunjang dengan Rasio Rujukan
pada Bulan Mei 2014

Rasio Rujukan
Total
Pelayanan Penunjang Rendah Tinggi
n % n % n %
Kepemilikan Laboratorium
Puskesmas memiliki pelayanan laboratorium 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Puskesmas tidak memiliki pelayanan laboratorium 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Radiologi
Puskesmas pelayanan radiologi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Puskesmas tidak pelayanan radiologi 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Spesialistik
Puskesmas spesialistik 1 33,3 2 66,7 3 100,0
Puskesmas non spesialistik 6 54,5 5 45,5 11 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Operasi
Puskesmas pelayanan operasi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Puskesmas tidak pelayanan operasi 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Puskesmas pelayanan operasi memiliki peralatan dan berbagai kemampuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penunjang lain yang lebih lengkap.

Puskesmas tidak memiliki kemampuan pelayanan Puskesmas pelayanan spesialistik

operasi (100%) untuk memberikan pelayanan Pelayanan spesialistik merupakan kemampuan

penunjang bagi pasien. Puskesmas hanya dapat khusus yang dimiliki Puskesmas sehingga

menangani pelayanan operasi untuk kasus non Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang lebih

spesialistik sehingga kebutuhan operasi spesialistik khusus kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian

pada pasien dilaksanakan di pelayanan kesehatan diketahui bahwa Puskesmasyang tidak memiliki

tingkat lanjut seperti rumah sakit. Pelayanan operasi kemampuan pelayanan spesialistik sebesar 78,6%

spesialistik dialksanakan dengan memberikan danPuskesmas dengan pelayanan spesialistik

rujukan kepada pasien. Ketidakpemilikan pelayanan sebesar 21,4%. Kemampuan spesialistik yang ada

operasi di Puskesmasterdapat pada Puskesmas pada Puskesmas berupa kemampuan spesialis mata

dengan rasio rujukanyang tinggi dan rasio rujukan yang dilaksanakan sekali seminggu dan spesialis

yang rendah. Pelayanan operasi merupakan gigi yang dilaksanakan dua kali

pelayanan penunjang spesifik yang tidak harus seminggu.Puskesmas sebagai penyedia pelayanan

tersedia di Puskesmas karena kebutuhan operasi kesehatan tingkat pertama seharusnya hanya cukup

yang bersifat spesialistik dapat dilakukan di memberikan pelayanan tingkat dasar non spesialistik

pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang telah pada masyarakat. Menurut Permenkes Nomor 71
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
167

Tahun 2013 pasal 1 menjelaskan bahwa pelayanan spesialistik, tidak memiliki pelayanan radiologi, tidak

rawat jalan tingkat pertama merupakan pelayanan memiliki pelayanan operasi dan waktu pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dimiliki Puskesmasyaitu waktu pelayanan pagi

sehingga berdasarkan penjelasan tersebut dan sore hari. Puskesmas yang memiliki pelayanan

sebaiknya Puskesmas tidak perlu mempunyai perawatan sebagian besar merupakan Puskesmas

pelayanan spesialistik karena pelayanan spesialistik non PONED. Beberapa Puskesmas di kota

dapat dilakukan di rumah sakit. Surabaya dengan pelayananPuskesmasnon

Kebutuhan spesialistik pada pasien dapat perawatan atau rawat jalan, Puskesmas non

diberikan dengan memberikan rujukan ke rumah PONED, Puskesmas dengan waktu pelayanan pagi

sakit. Puskesmas dengan pelayanan spesialistik dan sore, Puskesmasdengan pelayanan spesialis,

banyak terdapat pada Puskesmas dengan rasio Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan UGD

rujukan tinggi (66,7%) sedangkan Puskesmas banyak terdapat pada Puskesmas dengan rasio

dengan kemampuan non spesialistik banyak rujukan yang tinggi.

terdapat pada Puskesmas dengan rasio rujukan Hasil penelitian berdasarkan pelayanan yang

yang rendah (54,5%). Pelayanan spesialistik yang dimiliki Puskesmas dengan rasio rujukan perlu

belum didukung dengan ketersediaan sumber daya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai

manusia dengan kemampuan spesialis faktor lain yang menyebabkan pelaksanaan rujukan

memungkinkan Puskesmas tetap melakukan rujukan di Puskesmas, perlu dikembangkan berbagai

ke rumah sakit untuk dapat menyelesaikan penyakit pelayanan penunjang di Puskesmas sesuai

yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas. kewenangan Puskesmas yang dimungkinkan dapat

Puskesmas yang memiliki pelayanan spesialistik meminimalisir pelaksanaan rujukan ke rumah sakit.

menyebabkan masih banyak yang ditemukan di Dinas kesehatan kota Surabaya yang menaungi

Puskesmas dengan rasio rujukan tinggi. Puskesmas perlu melakukan pengecekan kembali

Bertambahnya jenis pelayanan akan menambah pada beberapa Puskesmas yang masih

pula unit yang melakukan pelayanan apabila tanpa melaksanakan pelayanan spesialistik karena

didukung dengan ketersediaan sumber daya yang pelayanan spesialistik bukan termasuk kewenangan

memenuhi sehingga dimungkinkan pelaksanaan dasar Puskesmas terutama tanpa disertai

rujukan akan tetap dilaksanakan sehingga jumlah ketersediaan tenaga kesehatan dengan kemampuan

rujukan juga akan bertambah. spesialistik dan peralatan yang menunjang. Dinas

SIMPULAN kesehatan kota Surabaya perlu memastikan agar

Beberapa Puskesmas di kota Surabaya setiap Puskesmasmemiliki pelayanan UGD sesuai

merupakan Puskesmasdengan kemampuan dengan yang ada pada Standar Puskesmas tahun

pelayanannon perawatan atau rawat jalan, tidak 2013 untuk memaksimalkan pelayanan.Puskesmas

memiliki pelayanan UGD, tidak memiliki pelayanan wajib terus berkomitmen untuk mengurangi angka
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
168

rasio rujukan pasien dengan berusaha menekan bagi pasien yang meminta rujukan karena APS (Atas

rujukan yang tidak perlu melalui penegakan Permintaan Sendiri).

diagnosis dengan benar serta tidak memberikan ijin

DAFTAR PUSTAKA Menteri Hukum dan HAM, 2011. Undang-Undang


Dinkes Jatim, 2013. Standar Puskesmas tahun Nomor 24 Tahun 2011: [online] Available at:
2013. Surabaya: Bina Pelayanan Kesehatan. www.djsn.go.id/UU_24_Tahun_2011.pdf[Acc
Dinkes Surabaya, 2012. Buku Profil Kesehatan Kota essed 20 Desember 2013].
Surabaya tahun 2012. Surabaya: Dinas Dinkes Jatim, 2012. Pedoman Sistem Rujukan
Kesehatan Kota Surabaya. Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur.
Kemenkes, 2012.Buku Saku Gatekeeper Dalam Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Pelaksanaan SJSN. Jakarta: Direktorat Bina Timur.
Upaya Kesehatan Dasar. Zahrawardi, 2007. Analisis Pelaksanaan Rujukan
Kemenkes, 2012. Permenkes Nomor 001 Tahun Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Wajib
2012: [online] Available at: PT. Askes pada Puskesmas Mibo,
http://www.fkm.ui.ac.id/sjsn [Accessed 9 Puskesmas Batoh dan Puskesmas
November 2013]. Baiturahman di Kota Banda Aceh Tahun
Menteri Hukum dan HAM, 2012. Permenkes Nomor 2007. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
40 Tahun 2012: [online] Availble at: Utara.
http://www.scribd.com/doc/138853266 BPJS, 2013. BUKU PEGANGAN SOSIALISASI
[Accessed 1 Desember 2013]. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Menteri Hukum dan HAM, 2004. Kepmenkes Nomor Sistem Jaminan Sosial Nasional.
128 Tahun 2004: [online] Available at Jakarta:BPJS Kesehatan
www.depkes.go.id/downloads [Accessed at Menteri Hukum dan HAM, 2013.Permenkes Nomor
16 Oktober 2013]. 71 Tahun 2013: [online] Available at:
Menteri Hukum dan HAM, 2004. Undang-Undang www.depkes.go.id/downloads [Accessed at
Nomor 40 Tahun 2004: [online] Available at 16 Oktober 2013].
www.depkes.go.id/downloads [Accessed at
16 Oktober 2013].

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014

Você também pode gostar