Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRACT
Implementation of referral system on Puskesmas would affected to health care utilization in advanced health
facilities. Puskesmas obliged to reduce the number of referral to conduct quality control as well as cost and
arrange referral system in stages. 27.42% Puskesmas in the city of Surabaya has referral ratios above 15% in
2012. Study aims to analyze referral ratio based on capabilities services of Puskesmas. This research was cross
sectional design with quantitative approach. Sampling was collected by purposive sampling method to 14
Puskesmas. Total number of Puskesmas was collected from Puskesmas which had a high and low referral ratio.
The result reveal that some Puskesmas had non care service, emergency unit service, specialist service,
radiologi service, surgery services, and service time on morning and evening. Based on the survey results
revealed that several Puskesmas in the Surabaya city that has non care service, non BEONC service, service
time on morning and evening, non emergency unit service, and specialist service have a high referral ratio on
Puskesmas.
Jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan dilakukan PPK 1. PPK 1 apabila tidak mampu
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memberikan pelayanan spesialistik yang harus
memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih layak. diperoleh oleh pasien berdasarkan indikasi medis
Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 pasien maka dapat melakukan rujukan ke PPK
membuat perubahan besar dalam dunia kesehatan Permenkes Nomor 40 Tahun 2012 tentang
sehingga setiap orang diwajibkan untuk bergabung Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
dan menjadi peserta dalam jaminan sosial yang Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa
pelaksanaannya dimulai 1 Januari 2014 dengan kendala pelaksanaan Jamkesmas yang masih terjadi
ditandai berubahnya status PT. Askes menjadi BPJS yaitu sistem rujukan belum berjalan secara optimal.
Kesehatan.Penyedia kesehatan tingkat pertama Sekitar 30-75% rujukan adalah rujukan rawat jalan
atau PPK 1 dalam Buku Saku Gatekeeper dalam tingkat I yang didapatkan oleh pasien atas
Pelaksanaan SJSN (2012) dijelaskan sebagai permintaan sendiri atau keluarga bukan atas indikasi
kontak pertama pada pelayanan kesehatan formal medis (Zahrawardi, 2007). BPJS Kesehatan ketika
dan penapis rujukan sesuai dengan standar masih menjadi PT. Askes memiliki standar dalam
pelayanan medis. Permenkes Nomor 001 Tahun menentukan batasan rujukan Puskesmas dalam
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan tingkat
Perorangan menyebutkan bahwa pelayanan lanjut berupa rasio rujukan sebesar 15%. Terdapat
kesehatan dilakukan secara berjenjang sehingga 17 Puskesmas atau 27,42% Puskesmas di kota
160
Surabaya memiliki rasio rujukan diatas 15% tahun kesehatan wajib dan upaya kesehatan
2012 berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kota pengembangan harus berlandaskan azas
Surabaya tahun 2012. Berdasarkan jumlah tersebut penyelenggaraan agar berlangsung dengan baik,
penelitian yaitu mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan yang ada di wilayah kerjanya dengan
angka rasio rujukan berdasarkan melakukan berbagai kegiatan baik di dalam gedung
masukan melaksanakan sistem rujukan pasien Puskesmas harus dapat melakukan pengembangan
diPuskesmas, sebagai masukan jenis pelayanan pada masyarakatnya baik dari lingkup keluarga
yang perlu disediakan di Puskesmas, serta bahan hingga masyarakat sehingga dapat secara bersama
melakukan evaluasi utilisasi program rujukan. mendukung dan berperan aktif dalam
Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar keterbatasan dalam menyelenggarakan
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit pelaksana kegiatannya. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki
teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang Puskesmas maka Puskesmas dapat melakukan
Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004 tentang Puskesmas. Keterpaduan dapat dicapai melalui dua
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat juga hal yaitu keterpaduan lintas program dan
menyebutkan bahwa fungsi Puskesmas antara lain: keterpaduan lintas sektor. Masalah yang dihadapi
(1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan masyarakat sangat beraneka ragam oleh karena itu
kesehatan, (2) Pusat pemberdayaan masyarakat, (3) Puskesmas dapat melakukan rujukan ke PPK lain
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh Puskesmas
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur (2012)
dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan upaya antara lain ruang pendaftaran dan rekam medik,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
161
gawat darurat, poli umum, poli gigi dan mulut, poli yang berada dalam suatu jejaring. Rujukan dalam
KIA atau KB. Pelayanan lainnya seperti imunisasi, arti yang lebih luas, dapat dimulai dari tingkat
klinik gizi dan laktasi, konsultasi atau promosi masyarakat sampai ketingkat layanan kesehatan
kesehatan, kamar obat atau kefarmasian, tersier dan sebaliknya (“two-way referral”) maupun
laboratorium, ruang bersalin, ruang tindakan, ruang rujukan antar institusi dalam fasilitas kesehatan
kepala Puskesmas, gudang obat dan administrator tersebut. Hasil yang dirujuk dari sistem rujukan
atau kantor. Pelayanan tambahan lainnya seperti dapat pasiennya sendiri maupun layanan penunjang
antara lain IGD, ruang tindakan, dan laboratorium Rujukan menurut Kepmenkes Nomor 128 Tahun
Standar Puskesmas Provinsi Jawa Timur (2013), tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
menjelaskan berbagai pelayanan dasar Puskesmas kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
mengikuti pelayanan yang ada di Kepmenkes Nomor balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
128 Tahun 2004 dan pengembangan lain sesuai sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan dasar terdiri dari upaya kesehatan horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. kesehatan yang sama. Sistem rujukan pelayanan
Pelayanan Puskesmas juga terdiri dari pelayanan di kesehatan merupakan penyelenggara pelayanan
dalam gedung dan pelayanan di luar gedung. kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
Pelayanan di dalam gedung berupa pengobatan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
umum, pengobatan gigi dan mulut, gawat darurat, vertikal maupun horizontal. Pasal 5 ayat 1
KIA-KB, imunisasi, persalinan, pelayanan Permenkes Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
laktasi, sanitasi, penyuluhan kesehatan, ambulan, menyebutkan bahwa sistem rujukan diwajibkan bagi
dan rawat inap. Pelayanan diluar gedung yaitu pasien peserta jaminan kesehatan atau asuransi
pembinaan desa siaga dan poskesdes, pembinaan kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.
perilaku hidup bersih dan sehat serta pelayanan lain. Rujukan dilaksanakan dari suatu fasilitas kesehatan
Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan kepada fasilitas kesehatan lainnya. Rujukan terbagi
sebagai respon terhadap ketidakmampuan suatu menjadi dua jenis antara lain rujukan vertikal yaitu
pusat layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda
dalam melaksanakan tindakan medis terhadap tingkatan dan rujukan horizontal yaitu rujukan antar
pasien. Sistem rujukan merupakan suatu pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan
mekanisme pengalihan atau pemindahan pasien horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat
yang terjadi dalam atau antar fasilitas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
162
peralatan dan atau ketenagaan yang sifatnya laboratorium, pelayanan spesialistik, pelayanan
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berkaitan dengan pelayanan yang ada di
deskriptif dengan rancang bangun penelitian Puskesmas yaitu waktu pelayanan yang tersedia di
Puskesmas. Sumber informasi dari unit analisis yaitu Pelaksanaan rujukan di Puskesmas diketahui
petugas di Puskesmas yang berkaitan dengan berdasarkan angka rasio rujukan yang diperoleh dari
sumber data yang dibutuhkan menggunakan jumlah pasien yang dirujuk oleh Puskesmas
kuesioner dan dari data sekunder di dibandingkan jumlah kunjungan dalam gedung dikali
Puskesmas.Pemilihan sampel dilakukan dengan 100% yang dibandingkan dengan standar rasio
menggunakan purposive sampling. Variabel rujukan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan yaitu
penelitian meliputi kemampuan pelayanan 15%. Penelitian pada 14 Puskesmas berasal dari 7
Puskesmas yaitu pelayanan keperawatan termasuk Puskesmasyang memiliki rasio rujukanrendah yaitu
pelayanan PONED dan non PONED, pelayanan kurang dari 15% dan 7 Puskesmas memiliki rasio
UGD, kepemilikan pelayanan labolatorium, rujukan tinggi yaitu lebih dari 15%.
pelayanan spesialistik, pelayanan radiologi, Pelayanan yang diteliti adalah pelayanan yang
pelayanan operasi, dan waktu pelayanan berkaitan dengan rujukan yaitu pelayanan dalam
Puskesmas serta rasio rujukan yang ada di gedung yang memungkinkan adanya pemberian
Puskesmas. Lokasi penelitian dilaksanakan pada 14 rujukan. Berbagai pelayanan yang diteliti dapat
Puskesmas yang ada di kota Surabaya provinsi berupa pelayanan utama maupun pelayanan
Jawa Timur. Waktu penelitian pada bulan november penunjang yang tersedia di Puskesmas. Sebagian
2013 sampai juni 2014 dan pengambilan data besar Puskesmas merupakan Puskesmas dengan
penelitian dilaksanakan pada bulan mei 2014. kemampuan non perawatan(64,3%) dan Puskesmas
analisis frekuensi dan tabulasi silang. merupakan Puskesmas yang memiliki pelayanan
lebih lengkap akan lebih mampu dalam memberikan pelayanan rawat inap.Puskesmas perawatan pada
pelayanan di Puskesmas yang menjadi fokus dalam kemampuan pelayanan rawat inap persalinan yang
penelitian antara lain pelayanan perawatan termasuk terbagi kembali dalam dua karakter
Tabel 1 Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan Perawatan dengan Rasio Rujukan
pada Bulan Mei 2014
Rasio Rujukan
Total
Pelayanan Perawatan Rendah Tinggi
n % n % n %
Perawatan 4 80,0 1 20,0 5 100,0
Non perawatan 3 33,3 6 66,7 9 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Mayoritas rasio rujukan Puskesmas perawatan penanganan kasus persalinan lebih lengkap
rendah (80%) sedangkan Puskesmas dengan dibandingkan dengan Puskesmas non PONED..
pelayanan non perawatan mayoritas rasio Waktu pelayanan di Puskesmas terdiri dari waktu
rujukannya tinggi (66,7%). Kemampuan pelayanan pelayanan pagi sertawaktu pelayanan pagi dan sore.
rawat inap bersalin sehingga kasus yang mampu pagi dan sore sebesar 71,4% dan waktu pelayanan
ditangani dalam upaya mengurangi pelaksanaan pagi sebesar 28,6%. Waktu pelayanan pagi adalah
rujukan merupakan berbagai kasus persalinan di waktu pelayanan pada pagi hari yaitu hari senin-
masyarakat. Berbagai kasus dan masalah kamis mulai 07.30-14.30 WIB, hari jum’at 07.30-
kesehatan lain di masyarakat masih memungkinkan 11.30 WIB, dan hari sabtu 07.30-13.00 WIB. Waktu
dilakukan rujukan ke rumah sakit sehingga pelayanan sore adalah waktu pelayanan yang
kemampuan pelayanan perawatan tidak banyak dilaksanakan pada sore hari setelah melakukan
mengurangi jumlah rujukan Puskesmas. pelayanan pagi hari yaitu pada hari senin-jum’at
Puskesmas perawatan bersalin berupa pukul 15.00-19.00 WIB, dan hari sabtu mulai pukul
Puskesmas PONED banyak terdapat pada 15.00-18.00 WIB. Lama dan jam buka hingga jam
Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah tutup pelayanan telah dilakukan standar oleh dinas
(100%) dibandingkan dengan Puskesmas non kesehatan kota Surabaya sehingga waktu pelayanan
PONED (2013) dijelaskan bahwa Puskesmas Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu
PONED merupakan Puskesmas rawat inap yang pelayanan pagi dan sore banyak terdapat pada
mampu memberikan atau menyelenggarakan Puskesmas dengan rasio rujukan yang yang tinggi
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi atau (66,7%) dan waktu pelayanan pagi banyak terdapat
komplikasi tingkat dasar dalam waktu 24 jam sehari pada Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah
dan 7 hari seminggu.Puskesmas PONED yang (80%).Waktu pelayanan yang lebih panjang
terdapat pada Puskesmas dengan rujukan yang memberikan kesempatan lebih panjang pada
rendah dimungkinkan karena Puskesmas dengan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada
kemampuan PONED mempunyai kemampuan pasien. Puskesmas pelayanan pagi dan sore akan
memiliki jumlah kunjungan pasien yang lebih banyak Puskesmas yang tidak memiliki kemampuan
sehingga kemungkinan memberikan rujukan juga pelayanan UGD yaitu sebesar 50%. Pelayanan UGD
lebih banyak. Waktu pelayanan yang lama dilaksanakan sesuai dengan waktu pelayanan
penawaran pelayanan Puskesmas yang lebih lama disebutkan bahwa UGD merupakan pelayanan
sehingga Puskesmas mempunyai kesempatan lebih medik dasar yang berfungsi untuk membantu
lama juga untuk memberikan penanganan dari mengatasi kegawatan jalan nafas, pernafasan,
Tabel 2. Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan UGD dengan rasio Rujukan pada
Bulan Mei 2014
Rasio Rujukan
Total
Pelayanan UGD Rendah Tinggi
n % n % n %
Puskesmas pelayanan
4 57,1 3 42,9 7 100,0
UGD
yang memiliki pelayanan UGD banyak terdapat pada (2013) disebutkan bahwa pelayanan UGD
Puskesmas dengan rasio rujukan yang rendah merupakan pelayanan yang penting dan harus
(57,1%) sedangkan Puskesmas yang tidak memiliki tersedia di Puskesmas sehingga beberapa
pelayanan UGD banyak terdapat pada Puskesmas Puskesmas yang belum memiliki pelayanan UGD
dengan rasio rujukan yang tinggi (57,1%). penting untuk ditingkatkan sumber dayanya
Puskesmas yang memiliki pelayanan UGD dapat sehingga dapat memberikan pelayanan UGD sesuai
sehingga pasien tidak membutuhkanpelayanan Sosialisasi JKN juga dijelaskan bahwa pelayanan
rujukan ke rumah sakit ketika membutuhkan gawat darurat merupakan pelayanan yang wajib
pelayanan dengan cepat. Puskesmas yang tidak yang harus tersedia di fasilitas kesehatan termasuk
memiliki pelayanan UGD ketika terdapat pasien Puskesmas untuk memberikan penanganan pertama
dalam kondisi gawat maka akan langsung bagi pasien dan selanjutnya apabila Puskesmas
dilaksanakan rujukan tanpa melalui penanganan tidak mampu melayani dapat dilakukan rujukan.
rujukan lebih tinggi ke rumah sakit. tersedia di Puskesmas yang dapat membantu dalam
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
165
pasien antara lain pelayanan spesialistik, pelayanan memberikan pelayanan transfusi darah
radiologi, kepemilikan pelayanan laboratorium, dan sebagaimana pelayanan dasar yang seharusnya
rasio rujukan ditunjukkan pada Tabel 3. 2013 pasal 16 sehingga kebutuhan transfusi darah
antara lain pemeriksaan darah lengkap, golongan memungkinkan ada kaitan dengan pelaksanaan
darah, WIDAL, UL DL, sedimen, plano test, gula rujukan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
kreatinin serum, BUN, asam urat (UA), SGOT, Puskesmas pelayanan radiologi
SGPT, HIV, urin dan sputum. Pelayanan penunjang Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
laboratorium dilaksanakan sesuai waktu pelayanan Puskesmas tidak memiliki kemampuan pelayanan
yang dilaksanakan olehPuskesmas. Kepemilikan radiologi (100%) untuk menunjang pemeriksaan dan
laboratorium memudahkan pihak Puskesmas dalam pelayanan bagi pasien. Kebutuhan pemeriksaan
melakukan penegakan diagnosis pasien radiologi pada pasien dilaksanakan melalui rujukan
berdasarkan penyakit yang diderita. yang dilakukan oleh Puskesmas ke rumah sakit atau
Semua Puskesmasyang telah memiliki unit pelayanan lain termasuk laboratorium luar yang
pelayanan laboratorium terdapat pada Puskesmas memiliki kemampuan pelayanan radiologi. Semua
dengan rasio rujukan yang tinggi dan Puskesmas Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan radiologi
dengan rasio rujukan rendah. Pelayanan ditemukan pada Puskesmas dengan rasio rujukan
pemeriksaan di laboratorium merupakan tinggi dan rasio rujukan yang rendah sehingga tidak
pemeriksaan dasar sehingga pemeriksaan lebih dapat diketahui kepemilikan pelayanan radiologi
lengkap akan tetap dilakukan rujukan dan dengan rasio rujukan yang ada di Puskesmas.
pemeriksaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Berdasarkan buku Standar Puskesmas (2013)
reagen di Puskesmas mengikuti pemberian reagen salah satu pelayanan yang perlu tersedia di
yang diberikan oleh dinas kesehatan kota Surabaya. Puskesmas apabila terdapat sumber daya yang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
166
mendukung. Puskesmas apabila belum memiliki Puskesmas perlu dilakukan penilaian kebutuhan
kemampuan sumber daya yang mendukung maka untuk ditindaklanjuti untuk diadakan atau tidak
Puskesmas belum bisa memiliki pelayanan radiologi. diadakan di salah satu pelayanan penunjang
Tabel 3 Distribusi Puskesmas di Kota Surabaya Berdasarkan Pelayanan Penunjang dengan Rasio Rujukan
pada Bulan Mei 2014
Rasio Rujukan
Total
Pelayanan Penunjang Rendah Tinggi
n % n % n %
Kepemilikan Laboratorium
Puskesmas memiliki pelayanan laboratorium 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Puskesmas tidak memiliki pelayanan laboratorium 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Radiologi
Puskesmas pelayanan radiologi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Puskesmas tidak pelayanan radiologi 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Spesialistik
Puskesmas spesialistik 1 33,3 2 66,7 3 100,0
Puskesmas non spesialistik 6 54,5 5 45,5 11 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Pelayanan Operasi
Puskesmas pelayanan operasi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Puskesmas tidak pelayanan operasi 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Total 7 50,0 7 50,0 14 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penunjang lain yang lebih lengkap.
penunjang bagi pasien. Puskesmas hanya dapat khusus yang dimiliki Puskesmas sehingga
menangani pelayanan operasi untuk kasus non Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang lebih
spesialistik sehingga kebutuhan operasi spesialistik khusus kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian
pada pasien dilaksanakan di pelayanan kesehatan diketahui bahwa Puskesmasyang tidak memiliki
tingkat lanjut seperti rumah sakit. Pelayanan operasi kemampuan pelayanan spesialistik sebesar 78,6%
rujukan kepada pasien. Ketidakpemilikan pelayanan sebesar 21,4%. Kemampuan spesialistik yang ada
operasi di Puskesmasterdapat pada Puskesmas pada Puskesmas berupa kemampuan spesialis mata
dengan rasio rujukanyang tinggi dan rasio rujukan yang dilaksanakan sekali seminggu dan spesialis
yang rendah. Pelayanan operasi merupakan gigi yang dilaksanakan dua kali
pelayanan penunjang spesifik yang tidak harus seminggu.Puskesmas sebagai penyedia pelayanan
tersedia di Puskesmas karena kebutuhan operasi kesehatan tingkat pertama seharusnya hanya cukup
yang bersifat spesialistik dapat dilakukan di memberikan pelayanan tingkat dasar non spesialistik
pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang telah pada masyarakat. Menurut Permenkes Nomor 71
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
167
Tahun 2013 pasal 1 menjelaskan bahwa pelayanan spesialistik, tidak memiliki pelayanan radiologi, tidak
rawat jalan tingkat pertama merupakan pelayanan memiliki pelayanan operasi dan waktu pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dimiliki Puskesmasyaitu waktu pelayanan pagi
sehingga berdasarkan penjelasan tersebut dan sore hari. Puskesmas yang memiliki pelayanan
sebaiknya Puskesmas tidak perlu mempunyai perawatan sebagian besar merupakan Puskesmas
pelayanan spesialistik karena pelayanan spesialistik non PONED. Beberapa Puskesmas di kota
Kebutuhan spesialistik pada pasien dapat perawatan atau rawat jalan, Puskesmas non
diberikan dengan memberikan rujukan ke rumah PONED, Puskesmas dengan waktu pelayanan pagi
sakit. Puskesmas dengan pelayanan spesialistik dan sore, Puskesmasdengan pelayanan spesialis,
banyak terdapat pada Puskesmas dengan rasio Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan UGD
rujukan tinggi (66,7%) sedangkan Puskesmas banyak terdapat pada Puskesmas dengan rasio
terdapat pada Puskesmas dengan rasio rujukan Hasil penelitian berdasarkan pelayanan yang
yang rendah (54,5%). Pelayanan spesialistik yang dimiliki Puskesmas dengan rasio rujukan perlu
belum didukung dengan ketersediaan sumber daya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai
manusia dengan kemampuan spesialis faktor lain yang menyebabkan pelaksanaan rujukan
ke rumah sakit untuk dapat menyelesaikan penyakit pelayanan penunjang di Puskesmas sesuai
yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas. kewenangan Puskesmas yang dimungkinkan dapat
Puskesmas yang memiliki pelayanan spesialistik meminimalisir pelaksanaan rujukan ke rumah sakit.
menyebabkan masih banyak yang ditemukan di Dinas kesehatan kota Surabaya yang menaungi
Puskesmas dengan rasio rujukan tinggi. Puskesmas perlu melakukan pengecekan kembali
Bertambahnya jenis pelayanan akan menambah pada beberapa Puskesmas yang masih
pula unit yang melakukan pelayanan apabila tanpa melaksanakan pelayanan spesialistik karena
didukung dengan ketersediaan sumber daya yang pelayanan spesialistik bukan termasuk kewenangan
rujukan akan tetap dilaksanakan sehingga jumlah ketersediaan tenaga kesehatan dengan kemampuan
rujukan juga akan bertambah. spesialistik dan peralatan yang menunjang. Dinas
merupakan Puskesmasdengan kemampuan dengan yang ada pada Standar Puskesmas tahun
pelayanannon perawatan atau rawat jalan, tidak 2013 untuk memaksimalkan pelayanan.Puskesmas
memiliki pelayanan UGD, tidak memiliki pelayanan wajib terus berkomitmen untuk mengurangi angka
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014
168
rasio rujukan pasien dengan berusaha menekan bagi pasien yang meminta rujukan karena APS (Atas