Você está na página 1de 15

ALKALOID

A. Pengertian Alkaoid

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam
molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan
dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil
metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme
primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa
kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya terpenoid, steroid,
alkaloid dan flavonoid.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan


dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita
mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah
senyawa organik yang terdapat di alambersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalammolekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosiskecil dapat
memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh,morfina
sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi
sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk
golongan alkaloid tapi atom N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau
alifatis.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan


biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang

104
terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan
dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

B. Klasifikasi Alkaloid

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal


molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah
alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya,
termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur
molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang
disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana
senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid
diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-
secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :

1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari


struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida
piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini
digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida
amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu
dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan
berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida,
menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa asam amino

105
tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan
atas tiga jenis utama, yaitu :
1. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan
lisin.
2. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
3. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.
4. Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima,
dimana alkaloida dikelompokkan atas :

a. Alkaloida sesungguhnya

Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut


menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali
bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian
terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

b. Protoalkaloida

Protoalkaloida merupakan amin yang relative


sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin
heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari
asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering
digunakan untuk kelompok ini.

c. Pseudoalkaloida

Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam


amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida
yang penting dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin.

C. Sifat Senyawa Alkaloid

106
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan
beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.Kebanyakan alkaloida tak
berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada
umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun
beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan
alkaloida quaterner sangat larut dalam air.

Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada


nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa
lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat
sedikit asam.Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung
dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik
sering mencegah dekomposisi.

D. Reaksi Reaksi Alkaloid

1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid

Reaksi Mayer : HgI2

· Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening
→ + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat
dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat
rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang
terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.

Reaksi Bouchardat

· Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol →


endapan larut.

107
2. Reaksi warna

 Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan
warna kuning atau merah)

 Pereaksi Marquis

 Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung,


pelan-pelan) → warna.

 Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat

3. Reaksi Kristal:

1. Reaksi Kristal dragendorf

Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan
dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf

2. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:

Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup
dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.

1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel,
sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.

2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan
hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di
mikroskop.

3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4
dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal
lempeng (coklat/violet)

E. Isolasi Alkaloid

108
Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya.
Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan
pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya
rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa.

Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid


dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas


Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.
Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam
suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut
menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat
daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan
menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan
ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni
garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya
glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk
kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak
atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus
dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform.
Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun
amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni,
alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk
tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :

a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan
dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.

b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya
kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam
keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya
: Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.

109
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung
kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan


memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau
bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan
basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan
sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan
untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap
seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari
larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam
danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan
pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air
tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari
larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd.
Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan
pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan
dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa
kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat
dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali
polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan
dengan asam.

2. Pemurnian alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan


pertukaran ion.

3. Menyekat melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.

Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk
memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya dalam skala
milligram menggunakan gabungan kromatografi kolom memakai alumina dan
kromatografi kertas.

110
Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar
yang dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah
sebagai berikut :

a. Alkaloid diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian


diuapkan.

b. Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan


garamamonium kuartener kemudian diekstrak kembali.

c. Garam amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat


sehingga menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi
dengan pelarut tertentu seperti eter dan kloroform.

d. Campuran – campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan


melalui berbagai cara, misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).

F. Identifikasi Senyawa Alkaloid

1. Berdasarkan sifat spesifik.

Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat


membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan
endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alcohol berlebih.

2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan

Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik
dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan
kloroform. Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14.Sebelum pengocokan,
larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia
pekat, kadang-kadang digunakan natrium karbonat dan kalsium hidroksida.

3. Reaksi Gugus Fungsionil

a. Gugus Amin Sekunder

Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.

nitroprussida = biru-ungu.

111
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.

Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan
Physostigmin.

b. Gugus Metoksi

Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid,


dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan
dengan Asam Oksalat. Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain

c. Gugus Alkohol Sekunder

Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,


dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin,
Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.

d. Gugus Formilen

Reaksi WEBER & TOLLENS :

Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan =


merah.

Reaksi LABAT :

Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air =
hijau-biru.

Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin,


narkotin, dan Piperin.

e. Gugus Benzoil

Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.

Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-
lain.

f. Reaksi GUERRT

112
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.

Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta
eukain, dan lain-lain.

g. Reduksi Semu

Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam


raksa.

Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.

Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin,


dan lain-lain.

h. Gugus Kromofor

·Reaksi KING :

Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida =


merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.

· Reaksi SANCHEZ :

Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium


Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloida opium
kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat
75%.

4. Pereaksi untuk analisa lainnya

a. Iodium-asam hidroklorida

Merupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi


penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan
memberikan hasil dengan noda ungu-biru sampai coklat merah.

b. Iodoplatinat

113
Pereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng
KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda ungu sampai biru-
kelabu.

c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)

Merupakan pereaksi pengendap untuk alkaloid

G. Prinsip dasar pembentukan Alkaloid

Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial
yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine,
isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan,
tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid
diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid
jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida
dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa.
Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah
alkaloid.

Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-


reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida.
Salah satu darireaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif
fenol pada posisi orto ataupara dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom
oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-
metil ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan

114
oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.

Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan


bahwasebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa
alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid
bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina
dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya
hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam
biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh
reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan
esterifikasimenghasilkan hiosiamin.

H. Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian


terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan
pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama
sekali kabur. Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum
dikenal dalam bidang farmakologi :

Senyawa Alkaloid
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Morfin Analgesik

Kodein Analgesik, obat batuk

Atropin Obat tetes mata

Skopolamin Sedatif menjelang operasi

115
Kokain Analgesik

Piperin Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin Obat malaria

Vinkristin Obat kanker

Ergotamin Analgesik pada migrain

Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin Analgesik dan antitusif

Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker

Saponin Antibakteri

Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan


sebagai berikut (Padmawinata, 1995):

1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak
dianut lagi).

2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen


meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih
lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.

3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit
atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang
mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang
direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.

4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.

116
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion
dalam tumbuhan.

Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian


nikotina ke biakan akar tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat
pula berfungsidengan cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat
sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah.
Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung
alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan
dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan
(Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran
senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap
sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah:
gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas
aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).

Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya


bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari
cincin heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu
dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain yang
ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan asam nukleat,
yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).

117
DAFTAR PUSTAKA

Setnita. 2013. Makalah Alkaloid. (online).


http://setnita.blogspot.co.id/2011/12/makalah-alkaloid.html

Noviasari. 2013. Makalah Alkaloid. (Online).


https://www.academia.edu/17150677/MAKALAH_ALKALOID_KELOMPOK_3

118

Você também pode gostar