Você está na página 1de 15

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

BRONKHIAL
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
(The American Thoracic Society, 1962).

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:
1. Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.

3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang
sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

D. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat
mukus,edema dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena
secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut.Hal ini mengakibatkan udara distal
tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi.Keadaan hiperinflasi ini bertujuan
agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.Penyempitan saluran napas
dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,sedang,maupun kecil.Gejala mengi menandakan
ada penyempitan di saluran napas besar,sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk
dan sesak lebih dominan dibanding mengi.Penyempitan saluran napas pada asma akan
menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi
darah paru
3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli

Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan:


1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
3. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut

E. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik:
sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di
dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent
chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal.
Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2
kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas sehari-
hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch
Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau terjadinya
depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi
dan efek pengobatan.

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Ketidakefektifan Dalam waktu 1. Kaji warna dan 1. karateristik sputum
bersihan jalan 3x24 jam setelah kekentalan sputum dapatmenunjukkan
napas berhubungan diberikan 2. Atur posisi semi berat ringannya
dengan tindakan fowler obstruksi.
bronkhokonstriksi, bersihan jalan 3. Ajarkan cara batuk 2. Meningkatkan
bronkhospasme, napas kembali efektif ekspansi dada
edema mukosa dan efektif 4. Bantu klien napas 3. Batuk yang
dinding bronkhus, dalam terkontrol dan efektif
serta sekresi mukus Kriteria hasil : 5. Pertahankan intake dapat memudahkan
yang kental  Dapat cairan sedikitnya pengeluaran sekret
mendemonstrasi 2500 ml/hari kecuali yang melekat pada
kan batuk efektif tidak diindikasikan jalan napas.
 Dapat 6. Kolaborasi dengan 4. Ventilasi maksimal
menyatakan melakukan fisioterapi membuka lumen
strategi untuk dada dengan tehnik jalan napas dan
menurunkan postural drainase, meningkatkan
kekentalan perkusi dan fibrasi gerakan sekret ke
sekresi dada. dalam jalan napas
 Tidak ada suara7. Kolaborasi pemberian besar untuk
napas tambahan obat : dikeluarkan.
dan wheezing (-) Bronkodilator 5. Hidrasi yang adekuat
 Pernapasan golongan B2 membantu
klien normal  Nebuler (via inhalasi) mengencerkan sekret
(16-20x/m) dengan golongan dan mengefektifkan
tanpa ada terbutaline 0.25 mg, pembersihan jalan
penggunaan otot fenoterol HBr 0.1% napas.
bantu napas. 6.
solution, orciprenaline Fisioterapi dada
sulfur 0.75 mg. merupakan strategi
 Intravena dengan untuk mengeluarkan
golongan theophyline sekret.
ethilenediamine 7.
(Aminofilin) bolus IV Pemberian
5-6 mg/kgBB. bronkodilator via
 Agen mukolitik dan inhalasi akan
ekspektoran langsung menuju
 kortikosteroid area bronkhus yang
mengalami spasme
sehingga lebih cepat
berdilatasi
 Pemberian secara
intravena merupakan
usaha pemeliharaaan
agar dilatasi jalan
napas dapat optimal.
 Agen mukolitik
menurunkan
kekntalan dan
perlengketan sekret
paru untuk
memudahkan
pembersihan. Agen
ekspektoran akan
memudahkan sekret
lepas dari
perlengketan jalan
napas.
 Kortikosteroid
berguna pada
keterlibatan luas
dengan hipoksemia
dan menurunkan
reaksi inflamasi
akibat edema mukosa
dan dinding
bronkhus.
Gangguan Dalam waktu 1. Kaji kefektifan jalan 1. Bronkhospasme di
pertukaran gas 3x24 jam setelah napas deteksi ketika
yang berhubungan diberikan 2. Kolaborasi untuk terdengar mengi saat
dengan serangan intervensi, pemberian di askultasi dengan
asma menetap pertukaran gas bronkodilator secara stetoskop.
membaik aerosol Peningkatan
3. Lakukan fisioterapi pembentukan mukus
Kriteria hasil : dada sejalan dengan
4. Kolaborasi untuk oenurunan aksi
 Frekuensi napas pemantauan analisa mukosiliaris
16-20x/menit, gas arteri menunjang
nadi 70=90x/m,5. Kolaborasi pemberian penurunan lebih
sianosis (-), oksigen via nasal lanjut diameter
dispnea (-). bronkhi dan
 GDA dalam mengakibatkan
batas normal penurunan aliran
udra serta penurunan
pertukaran gas, yang
diperburuk oleh
kehilangan daya
elastisitas paru.
2. Terapi aerosol
membantu
mengencerkan
sekresi sehingga
dapat dibuang.
Bronkhodilator yang
dihirup sering
ditambahkan ke
dalam nebulizer
untuk memberikan
aksi bronkhodolator
langsung pada jalan
napas, dengan
demikiam
memperbaiki
pertukaran gas.
Tindakan inhalasi
atau aerosol harus
diberikan sebelum
waktu makan untuk
memperbaiki
ventilasi paru dengan
demikian
mengurangi
keletihan yang
menyertai kativitas
makan.
3. Setelah inhalasi
bronkhodilator
nebuliser, klien
disarankan untuk
meminum air putih
untuk lebih
mengencerkan
sekresi. Kemudian
membatukkan
dengan ekpulsif atau
postural drainase
akan membantu
dalam pengeluaran
sekresi. Klien
dibantu untuk
melakukan hal ini
dengan cara yang
tidak membuatnya
keletihan.
4. Sebagai bahan
evaluasi setelah
melakukan
intervensi.
5. Oksigen diberikan
ketika terjadi
hipoksemia. Perawat
harus memantau
kemanjuran terapi
oksigen dan
memastikan bahwa
klien patuh dalam
menggunakan alat
pemberi oksigen.
Klien diinstruksikan
tentang penggunaan
oksigen yang tepat
dan tentang bahay
peningkatan laju
aliran oksigen tanpa
ada arahan yang
eksplisit darp
perawat.
Ketidakseimbangan Dalam waktu 1. Kaji status nutrisi 1. Memvalidasi dan
nutrisi kurang dari 3x24 jam setelah klien, turgor kulit, menetapkan derajat
kebutuhan tubuh diberikan berat badan, integritas masalah untuk
tindakan mukosa oral, menetapkan piihan
keperawatan kemampuan menelan, intervensi yang tepat.
intake nutrisi riwayat mual/muntah2. Berguna dalam
klien terpenuhi dan diare. mengukur kefektifan
2.Pantau intake – intake gizi dan
Kriteria hasil : output, timbang berat dukungan cairan.
badan secara periodik3. Menurunkan rasa tak
 Klien dapat (sekali seminggu) enak karena sisa
mempertahanka3. Lakukan dan ajarkan makanan, sisa
n status gizinya perawatan mulut sputum atau obat
dari yang sebelum dan sesudah pada pengobatan
semula kurang intervensi/pemeriksaa sistem pernapasan
menjadi n peroral. yang dapat
adekuat. 4. Kolaborasi dengan merangsang pusat
Pernyataan ahli gizi untuk
motivasi kuat menetapkan muntah.
untuk memenuhi komposisi dan jenis
kebutuhan yang tepat 4. Merencanakan diet
nutrisinya 5. Fasilitasi pemberian dengan kandungan
diet berikan dalam gizi yang cukup
porsi kecil tapi sering. untuk memenuhi
6. Kolaborasi untuk peningkatan
pemeriksaan kebutuhan energi dan
laboratorium kalori sehubungan
khususnya BUN, dengan status
protein serum dan hipermetabolik klien.
albumin. 5. Memaksimalkan
7. Kolaborasi untuk
intake nutrisi tanpa
pemberian kelelahan dan energi
multivitamin.
besar serta
menurunkan iritasi
saluran cerna.
6. Menilai kemajuan
terapi diet dan
membantu
perencanaan
intervensi
selanjutnya.
7. Multivitamin
bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan
vitamin yang tinggi
sekunder dari rosres
pemkeberhasilan
peningkatan laju
metabolisme umum.

Ansietas Dalam waktu 1. Bantudalam 1. Pemanfaatan sumber


berhubungan 1x24 jam klien mengidentifikasi koping yang ada
dengan adanya mampu sumber koping yang secara konstruktif
ancaman kematian memahami dan ada sangat bermanfaat
(kesulitan menerima 2. Ajarkan tehnik dalam menagatasi
bernapas) keadaanya relaksasi stres.
sehingga tidak 3. Pertahankan 2. Mengurangi
terjadi hubungan saling ketegangan otot dan
kecemasan. percaya antara klien kecemasan
dengan perawat 3. Hubungan saling
Kriteria hasil : 4. Kaji faktor yang percaya membantu
menimbulkan rasa memperlancar proses
 Klien terlihat cemas teraupetik
mampubernapas5. Bantu klien 4. Tindakan yang tepat
secara normal mengenali dan diperlukan dalam
dan mapu mengakui rasa mengatasi masalah
beradaptasi cemasnya yang dihadapi klien
dengan dan membangun
keadaannya. kepercayaan dalam
 Respon mengurangi
nobverbal klien kecemasan.
tampak lebih 5. Rasa cemas
rileks dan santai. merupakan efek
emosi sehingga
apabila sudah
teridentifikasi
dengan baik, maka
perasaan yang
nenganggu dapat
diketahui.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Faktor pencetus serangan asma Ketidakefektifan bersihan jalan
 Kien  napas
mengatakan Edema mukosa dan dinding bronkhus
sesak napas 
Peningkatan usaha dan frekuensi
DO : pernapasan
 Adanya suara 
napas tambahan Penggunaan otot bantu napas
dan wheezing 
 Pernapasan Ketidakefektifan bersihan jalan napas
>20x/m
2. DS : Faktor pencetus serangan asma Gangguan pertukaran gas
 Kien 
mengatakan Edema mukosa dan dinding bronkhus
sesak napas 
Peningkatan usaha dan frekuensi
DO : pernapasan
 Frekuensi 
napas >20x/m Penggunaan otot bantu napas
 Frekuensi nadi 
>90x/m Gangguan pertukaran gas
 Dispnea
 Sianosis
 GDA abnormal
3. DS : Faktor pencetus serangan asma Ketidakseimbangan nutrisi
 Pasien  kurang dari kebutuhan tubuh
mengeluh nafsu Edema mukosa dan dinding bronkhus
makan menurun 
(tak ada Peningkatan usaha dan frekuensi
keinginan pernapasan
makan) 
DO : Penggunaan otot bantu napas
  BB 
 Mual/ muntah Keluhan sistemis, mual/muntah,
 Tampak letih intake nutrisi tidak adekuat, malaise
dan lemah kelemahandan keletihan fisik

Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4. DS : Faktor pencetus serangan asma Ansietas
 Pasien 
mengatakan Edema mukosa dan dinding bronkhus
cemas dengan 
penyakit yang Peningkatan usaha dan frekuensi
dialaminya pernapasan
DO : 
 Pasien tampak Penggunaan otot bantu napas
gelisah 
 Berkeringat Keluhan psikososial, kecemasan,
dingin ketidaktahuan akan prognosis

Ansietas

PENYIMPANGAN KDM
Faktor pencetus Serangan Asma : Alergen, Infeksi Saluran Napas, Tekanan
jiwa, Olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara,
lingkungan kerja.

 Perubahan pemenuhan nutrisi <


kebutuhan
 Gangguan pemenuhan ADL

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


Keluhan sistemis, mual, intake
nutrisi tidak adekuat, malaise,
kelemahan, dan keletihan fisik.

Você também pode gostar

  • Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Documento37 páginas
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Vina Ismawati
    Ainda não há avaliações
  • Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Documento37 páginas
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Vina Ismawati
    Ainda não há avaliações
  • Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Documento37 páginas
    Jtptunimus GDL Angilianbu 5150 3 Bab2 PDF
    Vina Ismawati
    Ainda não há avaliações
  • Oma
    Oma
    Documento7 páginas
    Oma
    simcas
    Ainda não há avaliações
  • Oma
    Oma
    Documento7 páginas
    Oma
    simcas
    Ainda não há avaliações
  • Oma
    Oma
    Documento7 páginas
    Oma
    simcas
    Ainda não há avaliações
  • LP 1
    LP 1
    Documento4 páginas
    LP 1
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • SAP Pernikahan Dini
     SAP Pernikahan Dini
    Documento6 páginas
    SAP Pernikahan Dini
    Nia Soffy
    Ainda não há avaliações
  • Askep Cairan Dan Elektrolit
    Askep Cairan Dan Elektrolit
    Documento6 páginas
    Askep Cairan Dan Elektrolit
    misna sweet
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento2 páginas
    Daftar Isi
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Mancek Spartacus
    Mancek Spartacus
    Documento33 páginas
    Mancek Spartacus
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Bab 5
    Bab 5
    Documento12 páginas
    Bab 5
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Askep
    Askep
    Documento13 páginas
    Askep
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento2 páginas
    Daftar Isi
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento2 páginas
    Bab Iii
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento12 páginas
    Bab Iv
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet DM
    Leaflet DM
    Documento2 páginas
    Leaflet DM
    Agyan Tr
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento28 páginas
    Bab Ii
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Persembahan
    Lembar Persembahan
    Documento2 páginas
    Lembar Persembahan
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet ISPA
    Leaflet ISPA
    Documento3 páginas
    Leaflet ISPA
    Rezi Amalia Putri
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento6 páginas
    Bab I
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet ISPA 1
    Leaflet ISPA 1
    Documento2 páginas
    Leaflet ISPA 1
    Mas Giran
    88% (8)
  • Ok Sige Nasi
    Ok Sige Nasi
    Documento12 páginas
    Ok Sige Nasi
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Documento20 páginas
    Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Roby4
    Ainda não há avaliações
  • Siap Print
    Siap Print
    Documento18 páginas
    Siap Print
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Documento10 páginas
    LP BBLR
    apry
    Ainda não há avaliações
  • Ok Sige Nasi
    Ok Sige Nasi
    Documento12 páginas
    Ok Sige Nasi
    Mensius DarusSkep
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Documento20 páginas
    Laporan Pendahuluan Tonsilitis
    Roby4
    Ainda não há avaliações