Você está na página 1de 5

T : Mencari maghfirah dari Allah, amal perbuatan apa yang harus kita lakukan ?

J : Maghfirah artinya ampunan, tentu yang dimaksud adalah ampunan dari segala dosa.
1. Yang bisa mengampuni dosa itu hanya Allah. Tak ada yang bisa mengampuni dosa,
selain Allah. Apalagi manusia, siapapun orangnya, Rasul sekalipun, lebih-lebih orang
yang derajatnya lebih rendah dari Rasul, betapapun dengan surat pengampunan atau
dengan uang yang banyak.
2. Setiap orang, besar atau kecil, pasti pernah berbuat dosa. Orang yang terhindar dari
dosa itu hanya satu yakni Rasulullah, beliau maksum, terhindar dari dosa. Padahal
bagi syaithan Nabi dan Rasulpun, menjadi dasarannya pula, dalam menyesatkan
manusia. Hanya bila Rasul yang jadi sasaran syaithan, Allah segera turun tangan,
lalu menghilangkan apa yang dimasukkan syaithan itu dan Allah menguatkan ayat-
ayat-Nya (QS. 22 : 52)

Untuk itu marilah kita bersegera mencari maghfirah dari Allah, dengan jalan apa ?
Di antara jalan yang dapat ditempuh, ialah :
1. Dengan jalan berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa, dengan :
a. Berinfaq, baik dalam keadaan lapang atau sempit.
b. Menahan marah, dan memaafkan manusia.
c. Bila terlanjur berbuat dosa, segera ingat Allah dan kembali, bertaubat, lalu tidak
mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

  
   
 
 
  
  
 
  
   
 
  
  
  

  
   
   
  
 
  
   
   

1
  

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yanng menahan amarahnya dan
mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat menampuni dosa selain
dari pada Allah ? – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka
dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. 3 :
133 – 136).

2. Dengan mengikut Al-Qur’an, sebagai wujud rasa takut kita kepada Allah, sekalipun
kita tidak dapat melihat-Nya.

   


 
  
 
  
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau
mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun
dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan
pahala yang mulia”. (QS. 36 : 11).
3. Dalam QS. 36 : 11 tadi bahwa dampingan ampunan Allah itu adalah pahala.
Sedangkan pahala itu hanya milik Allah. Bila kita ingin mendapatkannya, tentu harus
mengikuti kriteria atau persyaratan yang ditentukan oleh Allah, yang tentu dengan
ayat-ayat Al-Qur’an. Jangan pakai ketentuan yang lain. Ketahuilah pahala itu bukan
seperti yang kita angan-angankan atau bukan pula seperti angan-angan Ahli Kitab.

  


   
“Pahala itu bukanlah menurut angan-anganmu, dan bukan pula menurut angan-
angan Ahli Kitab”. (QS. 4 : 123).

Dari ayat-ayat yang telah kami kemukakan tadi, terlihat dengan jelas bahwa jauhnya
kriteria atau persyaratan yang ditentukan Allah untuk seseorang yang dapat menjadi
penghuni surga dan meraih ampunan, dibandingkan dengan kriteria dari hadits-hadits
tadi. Kami yakin bahwa hadits-hadits itu bukan dari Rasulullah. Tidak mungkin
Rasul berani berbeda pandangan dengan Allah. Simaklah Firman Allah berikut ini :

2
    
   
   
     
     
 
  
 
Katakanlah : “Aku tidak mengatakan kepadamu,bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak menngikuti kecuali
apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah : “Apakah sama orang yang buta
dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkannya”. (QS. 6 : 50).

Ini hanya sebagian dari kasus-kasus lain, yang sudah tersebar luas di kalangan kaum
muslimin. Ini adalah keluhan seorang muslim, dan juga keluhan seluruh muslim
yang perduli akan tetap terjaganya kemurnian Islam.

Pernah terjadi suatu konperensi di Brebes dari sejumlah alumni dari suatu lembaga
pendidikan yanng dipimpin oleh Syech Maliki (beliau orang nomor 1 NU-nya
Makkah). Di pertemuan itu mereka memperingatkan bahwa ada buku-buku hadits
yang diajarkan di berbagai pesantren, dan buku-buku itu di dalamnya
ditemukanbanyak termuat hadits-hadits palsu.
Di antara buku-buku itu ialah :
a. Durratun Nasihin
b. Kurratul ‘uyun
c. Washiatul musthafa
d. Usfuriah

Hanya saja, persis seperti apa yang kita duga sebelumnya, lalu timbullah reaksi, dan
reaksi itu dari kalangan kita sendiri, kaum muslimin. Tetapi pasti tidak semuanya.
Yang jelas orang yang memahami agamanya, justru akan mendukungnya.

Ketika Yahudi dan Nasrani mengklaim, hanyalah mereka yang mendapat petunjuk,
maka Allah lalu membantahnya.

   


    
   
   

Dan mereka berkata : “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau
Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah : “Tidak, bahkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan
orang musyrik”. (QS. 2 : 135)

3
Begitu pula ketika mereka ada masalah pengharaman suatu makanan, penyelesaian-
nya juga dengan keputusan Allah.

   


  
 
“Ambillah Tauratmu lalu bacalah, bila kamu merasa benar”. (QS. 3 : 93).

Kesimpulannya :
1. Maghfirah itu hanya milik Allah, karena tak ada yang sanggup mengampuni dosa
kecuali Allah. Betapapun seseorang dianggap suci oleh berjutua-juta manusia
lainnya, tak akan sanggup mengampuni dosa orang lain.
2. Allah akan mengampuni dosa orang yang dikehendaki-Nya. Artinya bila orang
telah memenuhi persyaratan seperti apa yang dikehendaki Allah dalam Al-
Qur’an, pasti itu akan mendapat ampunan dari Allah. Suatu ketika dampingan
ampunan Allah itu berupa pahala yang mulia, di lain ayat dampingan dari
ampunan Allah itu adalah surga.
3. Pahala dari Allah itu bukan seperti yang kita angan-angankan, atau seperti yang
menjadi angan-angan orang Yahudi dan Nasrani. Sebab itu jangan mudah saja
dengan menganggap ini pekerjaan baik lalu menentukan ada pahalanya.
4. Yahudi dan Nasrani itu mengklaim, hanya merekalah yang akan masuk surga,
yang lain tidak. Pendapat mereka itu hanya angan-angan mereka tnpa dasar ayat
Taurat atau Injil. Ini pelajaran buat kita kaum muslimin, jangan punya angan-
angan mendapat pahala tanpa ada dasar ayat Al-Qur’an.

  


    
   
   
  
 
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata : “Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu
(hanya) angan-angan mereka yang kosongnya) angan-angan mereka yang kosong
belaka. Katakanlah : “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang
yang benar”. (QS. 2 : 111).

5. Berbedakah seseorang yang telah menjadikan Al-Qur’an sebagai tempat bertanya


dan dengan orang yang belum sadar bahwa Al-Qur’an adalah tempat bertanya
dalam menganalisa suatu masalah ?
Mereka yang telah sadar bahwa menjadikan Al-Qur’an sebagai tempat bertanya,
lebih-lebih di waktu berselisih, ia akan berdalil dengan dalil yang Qath’i yang
kuat dengan janji Allah yang haq. Jadi ini wajib menjadi karakter setiap muslim,
lebih-lebih muslim yang terpelajar.

4
Mereka yang belum menyadari untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai tempat
bertanya dan mencari dalil di luar Al-Qur’an, bila itu relevan dengan Al-Qur’an
dan tidak bertentangan pasti tidak salah. Tetapi bila dalil tang diambil itu tidak
ada akarnya dari Al-Qur’an, apalagi bertentangan, betapapun orang bilang itu
hadits, atau fatwa ulama, harus dihindari. Sebab jaminan untuk mendapat pahala
diragukan.

ِ ‫سۡل َنا َق ۡب َلكَ إ ِ اَّل ِر َج ااَّل ُّن‬


‫وحي إ ِ َل ۡي ِهمۡ َف ۡس ُلو ْا َأ ۡه َل ٱلذ ِۡك ِر إِن ُكنتُمۡ ََّل‬ َ ‫َو َما َأ ۡر‬
٧ ‫ون‬َ ‫تَ ۡع َل ُم‬
Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan
beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada
mengetahui. (QS. 21 : 7).

Contoh :
- Melakukan shalat tasbih itu akan diampuni segala dosa. Coba cocokkanlah
dengan persyaratan untuk mendapat ampunan dari Allah, menurut Al-Qur’an.
- Hafal Asmaul Husna itu dapat masuk surga. Bandingkanlah ini dengan
persyaratan seseorang masuk surga berdasar Al-Qur’an.

َ ‫َأمۡ َحس ِۡبتُمۡ َأن تَ ۡد ُخ ُلو ْا ٱۡل َج ان َة َو َل اما يَ ۡأتِ ُكم ام َث ُل ٱ ال ِذ‬
‫ين َخ َل ۡو ْا ِمن َق ۡب ِلكُم‬
َ ‫ض ارا ُء َو ُزۡل ِز ُلو ْا َحتا ٰى يَ ُقو َل ٱل ارسُو ُل َوٱ الذ‬
‫ِين‬ ‫سا ُء َوٱل ا‬ َ ‫امسا ۡت ُهمُ ٱۡلبَ ۡأ‬
٢١٤ ‫ص َر ٱ اللِ َق ِريب‬ ۡ ‫للِ َأ ََّل إ ِ ان َن‬ ۡ ‫َءا َم ُنو ْا َمعَهۥُ َمتَ ٰى َن‬
‫ص ُر ٱ ا ه‬
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat. (QS. 2 : 214).

Você também pode gostar