Você está na página 1de 11

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU

Brassica juncea L. SECARA HIDROPONIK DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI


BAHAN ORGANIK CAIR

Tenri Sa’na Wahid*, Andi Ilham Latunraa, Baharuddinb, Andi Masniawatia


*
Alamat korespondensi e-mail: tenriswahid@gmail.com
a
Jurusan Biologi FMIPA UH, b Fakultas Pertanian UH

Abstrak. Penelitian ini mengenai optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau
Brassica juncea L. secara hidroponik dengan pemberian berbagai bahan organik cair yang
dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Divisi Bioteknologi Pertanian, Gedung
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) lantai 4 dan 5, Universitas
Hasanuddin, Makassar, berlangsung mulai Januari hingga Maret 2013. Penelitian ini
bertujuan untuk memilih sumber hormon nabati terbaik dari berbagai bahan organik untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. secara
hidroponik. Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan pemberian bahan organik dari air kelapa (P4), jagung (P3), kulit pisang (P2), tauge
(P1) dan tanpa pemberian bahan organik (P0) dengan 5 ulangan, tiap ulangan terdapat 5
sampel tiap perlakuan sehingga jumlah sampel yang diamati adalah 125 tanaman. Perlakuan
pemberian bahan organik dengan cara disemprotkan. Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun dan berat basah
tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Data dianalisis dengan menggunakan uji F kemudian
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahan organik dari air kelapa (P4) merupakan sumber hormon nabati yang paling baik dalam
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Kata kunci: Sawi hijau, bahan organik, system hidroponik

Abstarct. The research about optimization the growth and production of green
mustard plant Brassica juncea L. hydroponic by administering various liquid organic
materials took place at the Agricultural Biotechnology Division of Center for Research and
Development, Research and Development Society Center (LPPM) building 4th and 5th
floors, University of Hasanuddin, Makassar, runs from January to March 2013. This research
was aimed to select the best sources of hormones from various organic materials to optimize
growth and production of green mustard plant Brassica juncea L. with hydroponic system.
This research was based on a completely randomized design (CRD) with 5 treatments, by
giving organic materials of coconut water (P4), maize (P3), banana peels (P2), bean sprouts
(P1) and without the provision of organic materials (P0) with 5 replicates, each contained 5
replicates of each treatment sample so that the sample was 125 plants observed. Application
of organic materials treatment by spraying. The parameters measured were plant height,
number of leaves, leaf length, leaf width, petiole length and wet weight of green mustard
plant Brassica juncea L. Data were analyzed using the F test followed by Least Significant
Difference (LSD) test. The results showed that the organic material of coconut water (P4) was
a source of plant hormones that were best in optimizing growth and production of green
mustard plant Brassica juncea L.

Keywords: mustard greens, organic materials, hydroponic system

1
PENDAHULUAN

Sayur dibutuhkan manusia untuk mampu menghasilkan sayuran yang


beberapa macam manfaat. Kandungan dipersyaratkan pasar, pemberian nutrisi
aneka vitamin, karbohidrat dan mineral yang sesuai membuat tanaman sehat
pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan sehingga dapat bertahan dari serangan
makanan pokok (Nazaruddin, 1995). Salah hama dan penyakit (Rahimah, 2012).
satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh Selain cara bercocok tanam yang
masyarakat adalah sawi hijau Brassica dilakukan untuk meningkatkan kualitas
juncea L.. dan kuantitas suatu tanaman, cara lain
Menurut Zulkarnain (2010), sawi yang sedang umum dilakukan adalah
hijau Brassica juncea L. dapat pemberian hormon atau yang lebih umum
dikategorikan kedalam sayuran daun disebut zat pengatur tumbuh. Zat pengatur
berdasarkan bagian yang dikonsumsi. Sawi tumbuh (ZPT) tanaman yang umum
hijau Brassica juncea L. memiliki nilai digunakan oleh para petani adalah ZPT
ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli. sintetik, diperlukan biaya yang besar untuk
Selain itu, tanaman ini juga mengandung memperoleh ZPT tersebut dan kadang
mineral, vitamin, protein dan kalori. Oleh langka ketersediaannya. Alternatif yang
karena itu, tanaman ini menjadi komoditas dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini
sayuran yang cukup populer di Indonesia adalah mencari jenis-jenis tumbuhan yang
(Rukmana, 1994). dapat digunakan sebagai sumber hormon
Menurut data Badan Pusat Statistik nabati. Hal ini tentunya tidak sulit
(2012), produksi sawi di Indonesia dari dilakukan mengingat Indonesia merupakan
tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi negara yang memiliki keanekaragaman
yang dapat dilihat secara berturut-turut jenis tumbuhan yang tinggi.
(Badan Pusat Statistik, 2012) : 565,636 ton Berdasarkan Ulfa (2012), beberapa
(2008), 562,838 ton (2009), 583,770 ton tumbuhan dapat digunakan sebagai sumber
(2010) dan 580,969 ton (2011). Direktur zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti air
Pengembangan Usaha dan Investasi Ditjen kelapa, kecambah kacang hijau, pisang
Pengolahan dan Pemasaran Hasil ambon, jagung dan buncis. Dari kelima
Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian sumber ZPT tersebut, ZPT yang berasal
menyatakan saat ini konsumsi buah dan dari jagung adalah ZPT yang paling baik
sayur nasional kurang lebih dalam memacu produksi umbi mini
40kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi kentang aeroponik.
tersebut masih di bawah standar Berdasarkan uraian yang telah
kecukupan pangan terhadap buah dan dikemukakan diatas maka penelitian ini
sayur yang ditetapkan FAO yakni 65,75 dilaksanakan untuk mengetahui respon
kg/kapita/tahun (Anonim, 2012). tanaman sawi hijau Brassica juncea L.
Rendahnya tingkat konsumsi yang dibudidayakan secara hidroponik
tersebut berkaitan dengan minimnya dengan metode genangan terhadap
tingkat produksi pangan yang dialami oleh pemberian berbagai bahan organik sebagai
petani Indonesia. Salah satu solusi untuk sumber hormon nabati.
meningkatkan produksi pangan seperti
sayuran adalah bertanam secara METODE PENELITIAN
hidroponik baik tanpa atau dengan green
house. Dalam dua tahun terakhir pekebun Alat-alat yang digunakan antara
hidroponik terbuka alias tanpa green house lain adalah : mesin pompa air, pipa
bermunculan. Keuntungan dari teknologi polyethylene, saringan kain, labu
tersebut antara lain adalah dapat erlenmeyer, blender, hand sprayer, pisau,
menghemat biaya investasi sekitar 38%, botol plastik, timbangan, wadah plastik,

2
mistar, gelas plastik, ember, lemari air kelapa, tauge dan jagung. Sebelum
pendingin, gabus styrofoam, spons, plastik difermentasi, masing-masing bahan
UV, kain kasa, terpal, mistar dan alat tulis. dicampur dengan air kemudian diblender,
Bahan-bahan yang digunakan disaring dan dicampurkan MIKROBAT
antara lain adalah Benih sawi hijau sebagai bioaktivator. Bahan organik cair
Brassica juncea L., biji jagung Zea mays, kemudian disimpan dalam wadah tidak
kulit pisang ambon Musa paradisiaca, tembus cahaya kemudian disimpan di
kecambah kacang hijau Phaseolus lemari pendingin.
radiatus, air kelapa Cocos nucifera, air, Pembibitan dilakukan dengan
gula pasir, media arang sekam, menaburkan benih sawi hijau Brassica
MIKROBAT, dan nutrisi LABIOTA. juncea L. ke dalam wadah persemaian
yang berisi media berupa arang sekam.
Tabel 1. Komposisi Larutan LABIOTA Pemeliharaan bibit dilakukan selama satu
Bahan Gram / 100 liter air minggu sebelum dipindahkan ke instalasi
Ca(NO3)24H2O 24
KH2PO4 14
system hidroponik.
KNO3 65 Penyemprotan bahan organik pada
Fe-EDTA 0,9 daun tanaman sawi hijau Brassica juncea
Fertilion Combi : 1,2 L. dilakukan tiap seminggu sekali pada
MgO 9.0%
S 3.0% pagi hari. Konsentrasi bahan organik yang
Mn 4.0% digunakan adalah 10 ml/l air (1%).
Fe 4.0% Panen dilakukan setelah tanaman
Cu 1.5%
Zn 1.5% berumur  42 hari. Tanaman sawi hijau
B 0.5% Brassica juncea L. diangkat dari helaian
Mo 0.1% styrofoam kemudian dicabut dari media
Sumber : Baharuddin, 2012 tanamnya. Setelah itu akar sawi hijau
Brassica juncea L. dipotong kemudian
Penelitian ini menggunakan sawi hijau Brassica juncea L. dicuci
Rancangan Acak Lengkap (RAL). bersih.
Terdapat lima perlakuan, diantaranya Pengamatan dilakukan sejak
adalah empat perlakuan berupa pemberian tanaman Sawi hijau Brassica juncea L.
bahan organik dengan sumber bahan berumur 14 hari setelah tanam (HST)
berbeda dan satu perlakuannya adalah hingga tanaman telah dipanen, dengan
tanpa memberikan bahan organik. selang waktu pengamatan setiap tujuh hari.
Terdapat empat macam bahan organik Jumlah sampel yang diamati sebanyak 5
yang akan digunakan yaitu bahan organik tanaman dengan lima kali ulangan
yang berasal dari tauge, kulit pisang, sehingga jumlah keseluruhan sampel yang
jagung dan air kelapa. diamati adalah 125 tanaman. Komponen
Pemasangan sistem hidroponik pengamatan antara lain adalah
genangan diawali dengan penyediaan bak pertambahan tinggi tanaman (cm),
berukuran 3 m x 1 m x 0,5 m. Pemasangan pertambahan jumlah daun (helai), panjang
perangkat selanjutnya meliputi daun dan lebar daun (cm), panjang tangkai
pemasangan terpal, styrofoam serta daun (cm), berat basah tanaman (gram)
pemasangan pipa dari tandon air ke bak Analisis data dilakukan dengan
hidroponik. Nutrisi dicairkan kemudian menggunakan analisis sidik ragam atau uji
dimasukkan kedalam bak, genangan nutrisi F dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
tersebut akan menyuplai hara ke akar Terkecil (BNT) untuk mengetahui
tanaman. perbedaan pengaruh tiap perlakuan
Bahan organik cair dihasilkan dari terhadap parameter pengamatan.
proses fermentasi masing-masing sumber
bahan organik yaitu kulit pisang ambon,

3
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan perlakuan pemberian bahan
A. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi organik dari kulit pisang adalah yang
Hijau Brassica juncea L. paling tinggi. Pada pengamatan terakhir,
tanaman yang diberi bahan organik dari air
Hasil analisis statistik uji F kelapa (P4) berbeda sangat nyata dengan
menunjukkan bahwa pemberian beberapa tanaman yang diberi bahan organik dari
bahan organik berpengaruh sangat nyata jagung (P3), kulit pisang (P2), tauge (P1)
terhadap tinggi tanaman sawi hijau dan yang tidak diberi bahan organik (P0)
Brassica juncea L. sejak pengamatan hari atau kontrol merupakan sampel dengan
ke-14, 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanam tinggi paling rendah dan berbeda sangat
(HST). nyata dibanding yang lainnya. Grafik pada
Hasil analisis stasistik uji BNT gambar 1 menunjukkan perbedaan laju
tinggi tanaman pada perlakuan pemberian tinggi tanaman pada tiap perlakuan.
beberapa bahan organik sebagai sumber
hormon nabati pada taraf 1% ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil analisis statistik uji BNT
1% tinggi tanaman sawi hijau B.
juncea L. pada berbagai
perlakuan

Rataan Tinggi Tanaman


Perlakuan 14 21 28 35 42
HST HST HST HST HST
Kontrol Gambar 1. Perbedaan tinggi tanaman sawi
5.388d 9.82c 15.452c 18.276c 28.012d
(P0) hijau B.junceaL. pada berbagai
Tauge
(P1)
7.06c 11.212b 16.26c 21.884b 29.148c perlakuan
Kulit
pisang 8.688b 13.252a 18.148b 24.24a 29.584c B. Pertambahan jumlah daun tanaman
(P2) sawi hijau Brassica juncea L.
Jagung
10.752a 11.756b 18.164b 21.748b 31.864b Hasil analisis statistik
(P3)
Air menunjukkan bahwa pemberian bahan
kelapa 11.2a 13.08a 19.512a 23.884a 33.188a organik berpengaruh sangat nyata terhadap
(P4)
jumlah daun tanaman sawi hijau B. juncea
L. sejak pengamatan hari ke-14, 21, 28, 35
Keterangan:
dan 42 hari setelah tanam (HST).
1. huruf yang berbeda pada kolom yang
Hasil analisis stasistik uji BNT
sama menunjukkan perbedaan sangat
jumlah daun pada perlakuan pemberian
nyata (P<0,01) tinggi sawi hijau B.
berbagai bahan organik disajikan pada
juncea L. antara tiap perlakuan
Tabel berikut ini :
2. HST = Hari Setelah Tanam
Tabel 3. Hasil analisis statistik uji BNT
1% jumlah daun tanaman sawi
Hasil uji BNT pada taraf 1%
hijau B. juncea L. pada berbagai
menunjukkan bahwa tanaman pada
perlakuan
perlakuan pemberian bahan organik dari
air kelapa (P4) merupakan sampel tertinggi Waktu Pengamatan
pada pengamatan 14 HST, 28 HST, 42 Perlakuan 14 21 28 35 42
HST dibandingkan dengan sampel pada HST HST HST HST HST
Kontrol
perlakuan pemberian bahan organik dari 4.56c 7.52c 7.56d 10.6c 10.6b
(P0)
jagung (P3), kulit pisang (P2), tauge (P1) Tauge (P1) 6.12b 8.48b 8.48c 11.12bc 11.12ab
dan P0 atau kontrol. Sedangkan pada Kulit
7.4a
9.16a
9.56a
11.4ab
11.4a
pengamatan 21 HST dan 35 HST, tanaman pisang (P2)

4
Jagung B. juncea L. sejak pengamatan hari ke-14,
7.84a 9.16a 9.6a 11.56ab 11.56a
(P3)
Air kelapa
21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanam (HST)
7.72a 9.28a 9.92a 12.08a 12.08a Hasil analisis stasistik uji BNT
(P4)
panjang daun pada berbagai pemberian
Keterangan: bahan organik ditampilkan pada Tabel
1. huruf yang berbeda pada kolom yang berikut ini:
sama menunjukkan perbedaan sangat Tabel 4. Hasil analisis statistik uji BNT
nyata (P<0,01) jumlah daun sawi hijau 1% panjang daun tanaman sawi
B. juncea L. antara tiap perlakuan hijau B. juncea L. pada berbagai
2. HST = Hari Setelah Tanam perlakuan

Berdasarkan Tabel di atas, jumlah Waktu Pengamatan


Perlakuan 14 21 28 35 42
daun tanaman pada perlakuan tanpa HST HST HST HST HST
pemberian bahan organik (P0) berbeda Kontrol
3.412e 5.696d 8.288d 13.456d 18.104d
sangat nyata dengan perlakuan lainnya (P0)
pada tiap waktu pengamatan kecuali pada Tauge
4.216d 6.58c 10.412c 14.02c 19.488c
(P1)
pengamatan 35 HST dan 42 HST, Kulit
perlakuan kontrol (P0) berbeda nyata pisang 4.664c 7.748b 11.02b 14.54b 19.788c
dengan perlakuan pemberian bahan (P2)
Jagung
organik dari tauge (P1). Pada empat 6.044b 8.084ab 10.88bc 14.24bc 21.596b
(P3)
pengamatan terakhir, tanaman yang Air
diberikan bahan organik dari air kelapa kelapa 6.532a 8.372a 12.348a 15.872a 23.596a
(P4)
(P4) memiliki jumlah daun paling banyak
namun tidak berbeda sangat nyata dengan
tanaman yang diberi bahan organik dari Keterangan:
jagung (P3), dan kulit pisang (P2). 1. huruf yang berbeda pada kolom yang
Gambar 2 menunjukkan jumlah sama menunjukkan perbedaan sangat
daun tanaman pada tiap perlakuan. nyata (P<0,01) panjang daun sawi
hijau B. juncea L. antara tiap perlakuan
2. HST = Hari Setelah Tanam

Panjang daun tanaman berdasarkan


Tabel di atas menunjukkan bahwa P0 atau
kontrol memiliki panjang daun paling
rendah dan berbeda sangat nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan daun
tanaman pada perlakuan dengan
pemberian bahan organik dari air kelapa
Gambar 2. Perbedaan jumlah daun sawi (P4) adalah yang paling panjang diikuti
hijau B. juncea L. pada oleh panjang daun tanaman pada perlakuan
berbagai perlakuan pemberian bahan organik dari jagung (P3),
kulit pisang (P2) dan tauge (P1). Panjang
C. Pertambahan panjang daun daun tanaman yang diberi bahan organik
tanaman sawi hijau Brassica juncea dari air kelapa berbeda sangat nyata
L. dengan perlakuan lainnya pada tiap
Hasil analisis statistik uji F pengamatan kecuali pada pengamatan 21
menunjukkan bahwa pemberian beberapa HST, panjang daun tanaman dengan
bahan organik berpengaruh sangat nyata perlakuan pemberian bahan organik dari
terhadap panjang daun tanaman sawi hijau air kelapa tidak berbeda sangat nyata

5
dengan panjang tanaman dengan perlakuan kelapa
(P4)
pemberian bahan organik dari jagung.
Perbedaan panjang daun tanaman
tiap perlakuan dapat dilihat pada gambar Keterangan:
berikut ini. 1. huruf yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan perbedaan sangat
nyata (P<0,01) lebar daun sawi hijau
B. juncea L. antara tiap perlakuan
2. HST = Hari Setelah Tanam

Tabel di atas menunjukkan bahwa


lebar daun tanaman pada perlakuan tanpa
pemberian bahan organik (P0) atau kontrol
adalah yang terkecil dan berbeda sangat
nyata dengan tanaman pada perlakuan
dengan pemberian bahan organik dari air
kelapa (P4), jagung (P3), kulit pisang (P2),
tauge (P1) kecuali pada waktu pengamatan
42 HST, P0 berbeda nyata dengan P1.
Gambar 3. Perbedaan panjang daun sawi Lebar daun terbesar adalah daun tanaman
hijau B. juncea L. pada pada perlakuan pemberian bahan organik
berbagai perlakuan dari air kelapa (P4) yang berbeda sangat
nyata dengan daun tanaman pada
perlakuan pemberian bahan organik dari
D. Pertambahan lebar daun tanaman
jagung (P3), kulit pisang (P2), tauge (P1)
sawi hijau Brassica juncea L.
Hasil analisis statistik uji F dan kontrol (P0) kecuali pada waktu
pengamatan 21 HST P4 berbeda nyata
menunjukkan bahwa pemberian beberapa
bahan organik berpengaruh sangat nyata dengan P3.
Gambar di bawah ini menunjukkan
terhadap lebar daun tanaman sawi hijau B.
juncea L. sejak pengamatan hari ke-14, 21, perbedaan lebar daun tanaman antara
perlakuan P0, P1, P2, P3 dengan P4 tiap
28, 35 dan 42 hari setelah tanam (HST).
Hasil analisis stasistik uji BNT waktu pengamatan.
lebar daun pada berbagai pemberian
bahan organik di sajikan pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 5.Hasil analisis statistik uji BNT 1%
lebar daun tanaman sawi hijau B.
juncea L. pada berbagai
perlakuan

Waktu Pengamatan
Perlakuan 14 21 28 35
42 HST
HST HST HST HST
Kontrol
1.704d 3.372d 5.16d 8.972d 13.024d
(P0)
Tauge
2.44c 3.996c 6.424c 10.456b 13.124cd
(P1)
Kulit
pisang 3.396b 4.664b 6.615c 10.012c 13.482c
Gambar 4. Perbedaan lebar daun sawi
(P2) hijau B. juncea L. pada
Jagung
3.436b 5.036a 7.388b 9.932c 14.524b berbagai perlakuan
(P3)
Air 3.908a 5.188a 8.776a 12.024a 15.232a

6
E. Pertambahan panjang tangkai daun sawi hijau B. juncea L. antara tiap
tanaman sawi hijau Brassica juncea perlakuan
L. 2. HST = Hari Setelah Tanam
Hasil analisis statistik uji F
menunjukkan bahwa pemberian bahan Gambar di bawah ini menunjukkan
organik berpengaruh sangat nyata perbedaan laju pertambahan panjang
terhadap panjang tangkai daun tanaman tangkai daun tanaman pada tiap perlakuan
sawi hijau B. juncea L. sejak pengamatan :
hari ke-14, 21, 28, 35 dan 42 hari setelah
tanam (HST).
Tabel uji BNT pada taraf 1%
dibawah ini menunjukkan bahwa tanaman
pada perlakuan pemberian bahan organik
dari air kelapa (P4) memiliki tangkai daun
terpanjang pada waktu pengamatan 14
HST, 21 HST, 28 HST dan berbeda sangat
nyata dengan tanaman pada perlakuan
kontrol (P0) dan dengan perlakuan
pemberian bahan organik dari tauge (P1)
tiap minggunya. Sedangkan pada waktu
pengamatan 35 HST dan 42 HST tanaman Gambar 5. Perbedaan panjang tangkai
pada perlakuan pemberian bahan organik daun sawi hijau B. juncea L.
dari jagung (P3) adalah tanaman dengan pada berbagai perlakuan
tangkai terpanjang, berbeda sangat nyata
dengan tanaman pada perlakuan kontrol F. Pengukuran berat basah tanaman
(P0) dan dengan perlakuan pemberian sawi hijau Brassica juncea L.
bahan organik dari tauge (P1) tiap Hasil analisis statistik uji F
minggunya. menunjukkan bahwa pemberian bahan
Tabel 6. Hasil analisis statistik uji BNT organik berpengaruh nyata terhadap berat
1% panjang tangkai daun basah tanaman sawi hijau Brassica juncea
tanaman sawi hijau B. juncea L. L..
pada berbagai perlakuan Hasil analisis stasistik uji BNT
berat basah pada berbagai pemberian
Waktu Pengamatan bahan organik pada taraf 5% di sajikan
Perlakuan 14 21 28 35 42
HST HST HST HST HST
pada Tabel di bawah ini :
Kontrol Tabel 7. Hasil analisis statistik uji BNT
1.82e 2.208d 3.896c 5.244b 7.308c
(P0) 5% berat basah tanaman sawi
Tauge
(P1)
2.16d 2.3cd 3.256d 5.636b 7.916bc hijau B. juncea L. pada berbagai
Kulit perlakuan
pisang 2.388c 2.624c 4.816b 6.56a 8.572b
(P2) Waktu Pengamatan
Jagung b b ab a a
Perlakuan
3.252 3.12 5.04 6.46 10.52 42 HST
(P3)
Kontrol (P0) 97.36e
Air
kelapa 4.268a
3.644 a
5.352 a
6.376 a
8.064 b Tauge (P1) 130.24d
(P4) Kulit pisang (P2) 146.28c
Jagung (P3) 171.56b
Keterangan: Air kelapa (P4) 193.04a
1. huruf yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan perbedaan sangat Keterangan:
nyata (P<0,01) panjang tangkai daun

7
1. huruf yang berbeda pada kolom yang diperoleh adalah perlakuan pemberian
sama menunjukkan perbedaan nyata berbagai bahan organik berpengaruh nyata.
(P<0,05) berat basah sawi hijau B. Pertambahan tinggi tanaman adalah
juncea L. antara tiap perlakuan salah satu bagian dari pertumbuhan.
2. HST = Hari Setelah Tanam Parameter ini menjadi salah satu yang
diamati untuk mengukur pengaruh tiap
Berdasarkan Tabel di atas, berat perlakuan yang diberikan pada sampel
basah tanaman tiap perlakuan penelitian. Hasil pengamatan
menunjukkan hasil yang berbeda nyata. menunjukkan bahwa ada perbedaan tinggi
Berat basah tanaman pada perlakuan tanaman antara tiap perlakuan.
pemberian bahan organik dari air kelapa Berdasarkan analisis statistik uji
(P4) adalah yang paling berat yaitu 193.04 BNT pada taraf 1% yang dilakukan setelah
gram diikuti oleh tanaman pada perlakuan hasil uji F yang menyatakan bahwa
pemberian bahan organik dari jagung (P3), pemberian bahan organik berpengaruh
kulit pisang (P2) dan tauge (P1). Berat nyata terhadap tinggi tanaman, pemberian
basah tanaman yang diberi bahan organik bahan organik yang berasal dari air kelapa
dari air kelapa berbeda nyata dengan berat memperoleh hasil tinggi tanaman terbaik
basah tanaman pada perlakuan lainnya. dibanding perlakuan pemberian bahan
Tanaman yang berat basahnya paling organik lainnya. Hal ini diduga karena
rendah yaitu sampel pada perlakuan P0 adanya kandungan unsur hara dan hormon-
atau kontrol sebesar 97.36 gram. hormon di dalam air kelapa yang berperan
Gambar di bawah ini menunjukkan dalam membantu pertumbuhan dan
perbedaan berat basah tanaman tiap perkembangan jaringan, sehingga sel
perlakuan : mengalami differensiasi.
Widiastoety dalam Sari dkk. (2011)
menyatakan bahwa air kelapa mengandung
zat atau bahan-bahan seperti karbohidrat,
vitamin, mineral, protein serta zat tumbuh
auksin, sitokinin dan giberelin yang
berfungsi sebagai penstimulir proliferasi
jaringan, memperlancar metabolisme dan
respirasi.
Tanaman dengan perlakuan tanpa
pemberian bahan organik memiliki tinggi
terendah. Hal ini diduga karena hormon
endogen yang terdapat didalam tanaman
tidak berfungsi optimal untuk
Gambar 6. Perbedaan berat basah sawi meningkatkan pertumbuhannya. Sehingga
hijau B. juncea L. pada tanpa pemberian bahan organik yang
berbagai perlakuan mengandung hormon eksogen, hormon
endogen tersebut tidak bekerja dengan
IV.2 Pembahasan baik sehingga proses fisiologis tanaman
Hasil analisis statistik uji F tidak optimal.
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Hasil pengamatan pada
berbagai bahan organik (P1, P2, P3, P4) pertumbuhan daun yang meliputi jumlah
berpengaruh sangat nyata pada parameter daun, panjang dan lebar daun serta panjang
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tangkai daun setelah analisis statistik uji
daun, lebar daun, dan panjang tangkai BNT pada taraf 1% menunjukkan bahwa
daun tiap waktu pengamatan. Sedangkan tanaman dengan perlakuan pemberian
pada parameter berat basah, hasil yang bahan organik dari air kelapa

8
menunjukkan pertumbuhan paling baik kemudian difermentasi agar menghasilkan
diantara bahan organik lainnya. senyawa-senyawan organik, hormon
Menurut Morel air kelapa tanaman (auksin, giberelin dan sitokinin),
merupakan endosperm dalam bentuk cair vitamin, antibiotik dan polisakarida yang
yang mengandung unsur hara dan zat dapat diserap langsung oleh tanaman
pengatur tumbuh sehingga dapat (Subadiyasa dalam Jusuf, 2007).
menstimulasi perkecambahan dan MIKROBAT adalah bioaktifator
pertumbuhan. Ditambahkan oleh Sugara yang mengandung beberapa jenis mikroba
dan Raharjo, air kelapa juga mengandung antara lain Pseudomonas fluorescens,
zeatin yang termasuk ke dalam golongan Lactobacillus sp., Actinomycetes,
sitokinin yang bermanfaat untuk memacu Streptomyces, yang berfungsi sebagai anti
terjadinya organogenesis yang dapat toksin, penyuplai hara dan hormon serta
mempercepat pertumbuhan daun (Sari pengurai bahan organik (Baharuddin dkk.
dkk., 2011). dalam Suherah, 2010).
Menurut Lakitan ( 2001 ), berat Berikut merupakan komponen bahan
segar tanaman terdiri dari 80-90 % adalah kimia yang terkandung dalam Air kelapa
air dan sisanya adalah berat kering. Cocos nucifera berdasarkan George dan
Kemampuan tanaman dalam menyerap air Sherrington (1984) dalam Husain (2012) :
terletak pada akarnya. Kondisi akar yang Tabel 8. Komponen bahan kimia dalam air
baik akan mendukung penyerapan air yang kelapa Cocos nucifera
optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan Bahan Kimia Komponen Bahan Kimia
Asam amino Aspartat, glutamat, serin,
bahwa tanaman dengan pemberian bahan asparagin, glisin, β-alalnin,
organik dari air kelapa memiliki berat threonin, histidin, glutamin,
basah yang paling baik. Hal ini diduga arginin, lisin, valin, metionin,
tirosin, prolin, homo-serin,
karena kandungan hormon auksin dan fenilalanin, hidroksiprolin.
sitokininnya yang sesuai sehingga mampu Kandungan Amonium, etanol-amin,
memacu pemanjangan sel akar sehingga nitrogen dihidroksi fenilalanin.
Asam-asam Sikimik, kuinik, pirolidon,
memperluas daya serap akar. Sesuai organic karboksilik, suksinik, malik,
dengan Campbell dkk. (2003) yang sitrik.
menyatakan bahwa sitokinin yang Gula Sukrosa, glukosa, fruktosa,
ditambahkan dengan auksin bersama- manitol.
Gula alcohol Surbitol, mioinositol, skiloinositol
sama, mengakibatkan sel-sel cepat Vitamin Asam nikotinat, asam pantotenat,
membelah. Selanjutnya ditambahkan biotin, riboflavin, asam folat,
bahwa jika auksin lebih pekat dari tiamin, piridoksin, asam askorbat.
Substansi Auksin, giberelin, zeatin, 1,3-
sitokinin maka akar akan terbentuk. pertumbuhan diphenilurea, zeatin glukosida,
Perlakuan pemberian bahan zeatin ribosida, promotor
organik lainnya yaitu jagung, kulit pisang pertumbuhan, sitokinin-sitokinin
yang lain.
dan tauge juga memberikan pengaruh yang Lain-lain RNA-polimerase, DNA-P, urasil,
lebih baik dibandingkan dengan kontrol. adenin,
Namun hasil yang diperoleh tidak leukoantosianin, pilokosin, asam
fosfatase, diastase, dehidrogenase,
seoptimal dengan bahan organik dari air peroksidase, katalase.
kelapa, hal ini diduga konsentrasi hormon
serta jumlah jenis hormon yang Kandungan beberapa hormon
terkandung dalam bahan organik tersebut pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan
kurang optimal untuk pertumbuhan giberelin memberikan pengaruh yang baik
tanaman sawi hijau Brassica juncea L. terhadap pertumbuhan tanaman.
Bahan organik yang terbuat dari air Keseimbangan dari ketiga hormon ini dan
kelapa yang dicampurkan dengan gula interaksinya dapat mengontrol
kemudian ditambahkan dengan pertumbuhan dan perkembangan
MIKROBAT sebagai bioaktifator tumbuhan.

9
Menurut Campbell dkk (2003) kelapa, jagung, kulit pisang dan
bahwa interaksi yang tepat antara auksin tauge
dan sitokinin akan memberikan pengaruh 2. Kombinasi perlakuan antar bahan
yang baik yaitu berupa pembelahan sel, organik untuk mengetahui
rasio sitokinin terhadap auksin mengontrol sinergisme bahan-bahan organik
diferensiasi sel. Fungsi lain dari sitokinin tersebut.
adalah memperlambat penurunan kondisi
daun. Interaksi lainnya adalah antara DAFTAR PUSTAKA
giberelin dan auksin dalam merangsang
pertumbuhan batang dan daun. Anonim, 2012. Konsumsi Sayur
Selain itu menurut Salisbury dan Indonesia Di Bawah Standar
Ross (1995), sitokinin memacu FAO.
perkembangan kloroplas dan sintesis http://www.iposnews.com/2012/08
klorofil serta protein. Hal ini tentunya /10 (diakses tanggal 30 Oktober
meningkatkan proses fisiologis tumbuhan 2012).
seperti fotosintesis yang dapat Anonim, 2012. Produksi Sayuran di
mengoptimalkan pertumbuhan. Indonesia. http://www.bps.go.id
Berdasarkan uraian diatas, maka (diakses tanggal 30 Oktober 2012).
dapat dijelaskan bahwa bahan organik dari Baharuddin, 2012. Nutrisi Labiota. Pusat
air kelapa mengandung hormon Penelitian dan Pengembangan
pertumbuhan yang paling baik sehingga Divisi Bioteknologi Pertanian
mampu memberikan pengaruh menyeluruh UNHAS. Makassar
pada pertumbuhan dan produksi sawi hijau Campbell, N.A., Reece J.B. dan Mitchell
B. juncea L. L.G., 2003. Biology Jilid II Edisi
ke-V. Erlangga. Jakarta.
Kesimpulan Husain, I., 2012. Induksi Protocorm
pada Eksplan Bawang Putih
1. Bahan organik yang berasal dari air pada Media MS Minim Hara
kelapa, jagung, kulit pisang dan Makro dan Mikro yang
tauge sebagai sumber hormon Ditambahkan Air Kelapa. JATT
nabati memberikan pengaruh Vol. 1 No. 1. Hal: 31
sangat nyata terhadap pertumbuhan Jusuf, Lahadassy, 2007. Sinergisme Daun
dan produksi tanaman sawi hijau Gamal dengan Pseudomonas
Brassica juncea L. secara fluorescens sebagai Pupuk
hidroponik Organik dan Kontribusinya
2. Bahan organik yang berasal dari air terhadap Tanah danTanaman.
kelapa adalah sumber hormon Disertasi. Program PascaSarjana
nabati paling baik untuk UNHAS. Hal : 31
mengoptimalkan pertumbuhan dan Nazaruddin, 1995. Budi Daya dan
produksi sawi hijau Brassica Pengaturan Panen Sayuran
juncea L. secara hidroponik. Dataran Rendah. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Saran Rahimah, D. S., 2012. Hidroponik di
Sebaiknya dilakukan penelitian Bawah Langit. TRUBUS No. 513
lanjutan untuk mengetahui hal-hal berikut Edisi Agustus 2012/XLIII.
ini : Rukmana, R., 1994. Bertanam Petsai dan
1. Komposisi dan konsentrasi hormon Sawi. Kanisius. Yogyakarta.
yang terkandung dalam bahan Salisbury, F. B., dan Ross, C. W., 1995.
organik yang berasal dari air Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Penerbit ITB. Bandung.

10
Sari, Y. P., Manurung, H., dan Aspiah,
2011. Pengaruh Pemberian Air
Kelapa Terhadap Pertumbuhan
Anggrek Kantong Semar
(Paphiopedilum Supardii Braem
& Loeb) pada Media Knudson
Secara In Vitro.
MulawarmanScientifie. Vol.
10.No. 2. Hal: 223 dan 225
Suherah, 2009. Pengujian Beberapa
Konsentrasi Bioaktivator
terhadap Intensitas Serangan
Phytopthora palmivora Butl.
Secara In Vitro, serta
Efektivitasnya dalam
Dekomposisi KulitBuahKakao.
Tesis. Program PascaSarjana
UNHAS. Hal: 15
Ulfa, F., 2012. Peran Senyawa Bioaktif
Tanaman sebagai Zat Pengatur
Tumbuh dalam Memacu
Produksi Umbi Mini Kentang
Solanum tuberosum L. pada
Sistem Budidaya Aeroponik.
Proposal Disertasi. Program Pasca
SarjanaUNHAS. Hal: 40
Zulkarnain, 2010. Dasar-Dasar
Hortikultura. Bumi Aksara.
Jakarta.

11

Você também pode gostar