Você está na página 1de 27

AUDIT INTERNAL

AUDIT OPERASIONAL

DISUSUN OLEH :

ABRAHAM ARTURO WAKAS 932014005

ADHITIA TORIA JAYA 932014021

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
AUDIT OPERASIONAL

Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang meliputi audit ketaatan dan audit
keuangan. Salah satu hal yang membedakan audit kinerja dan audit konvensional adalah
dalam hal laporan audit. Dalam audit konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat
(opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan.
Sedangkan dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau
berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi dengan
rekomendasi untuk perbaikan dimasa mendatang. Audit terhadap kinerja manajemen dan
mengomentari mengenai bagaimana mereka melaksanakan kewajiban mereka secara
ekonomis, efisien dan efektif bukanlah merupakan topik yang baru sekarang ini, namun
sampai sekarang hasil dari audit kinerja ini selalu disimpan dan dianggap hanya sebagai
dalam pertimbangan organisasi saja.

Tumbuhnya rasa tidak puas dan adanya tuntutan yang meningkat terhadap akuntabilitas
manajemen dari perusahaan publik mengakibatkan perlunya mempertimbangkan
kemungkinan audit kinerja sebagai sebuah mandatori. Secara tradisional audit kinerja telah
dilakukan melalui audit internal suatu departemen dari suatu entitas. Hasil audit ini hanya
disimpan oleh entitas tersebut tanpa ada tindakan lebih lanjut. Auditor internal diminta untuk
mereview sebuah area dari suatu entitas dan melaporkannya kembali pada manajemen
mengenai seberapa ekonomis, efisien dan efektif wilayah tersebut dikelola selama periode
yang diperiksa. Manajemen sepertinya enggan untuk mengungkapkan hasil tersebut pada
anggota dari entitas tersebut atau pada masyarakat umum. Hal ini menjadi pertanyaan besar,
seharusnya hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari audit ini disampaikan atau diungkapkan
pada orang-orang yang berkepentingan dan juga pada masyarakat umum, sehingga mereka
dapat menilai bagaimana kinerja dari manajemen tersebut.

PENGERTIAN AUDIT OPERASIONAL

Audit Operasional adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan
keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manjemen serta
melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta
rekomendasi untuk perbaikan.

Proses yang sistematis

Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah
atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang
baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang
diaudit.
Mengevaluasi operasi organisasi

Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan
disepakati. Dalam auditing operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam bentuk standar
kinerja yang ditetapkan oleh manajemen. Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin
ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini seringkali
didefinisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas
laporan keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan
kriterianya.

Efisiensi, efektivitas, dan ekonomis

Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efektivitas
digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut untuk
mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu
dengan lainnya, bisa saja suatu kebijakan organisasi itu sangat efisien akan tetapi tidak efektif
begitupun sebaliknya. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya
fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah.

Melaporkan kepada orang-orang yang tepat

Auditor internal biasanya melapor ke manajemen atau individu atau badan yang meminta
audit tentang seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang
telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini sangat jarang sekali diungkapkan ke
seluruh bagian organisasi apa lagi ke masyarakat umum. Padahal hasil audit ini bisa jadi
sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak selain manajemen, misalnya masyarakat luas yang
langsung atau tidak langsung berhubungan dengan perusahaan tersebut. Sedangkan dewan
komisaris atau komite audit adalah pihak yang menerima salinan laporan audit operasional.

Rekomendasi perbaikan (Sesuai standar Pelaporan Ketiga dalam Standar Pelaporan


Audit Kinerja)

Hasil dari audit operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak
manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan perusahaan
apakah sudah tepat waktu atau memerlukan perbaikan sehingga akan berpengaruh pada
kelangsungan hidup perusahaan.
MANFAAT AUDIT OPERASIONAL

 Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan
keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit
kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
 Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan
dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
 Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola
perusahaan.
 Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim
investasi dan usaha akan makin kondusif.

KETERBATASAN AUDIT OPERASIONAL

Menurut Nugroho Widjayanto (1985:23-24) ada beberapa keterbatasan audit operasional:

1. Waktu

Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan informasi
kepada manajemen secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa
permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.

2. Keahlian auditor

Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karea tidak mungkin
bagi seorang auditor mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis. Auditor operational
hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada dalam bidang bisnis.

3. Biaya

Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit harus
lebih kecil dari jumlah yang dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor harus mengabaikan
masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.

TAHAP-TAHAP AUDIT OPERASIONAL

1. Memilih auditee

Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, audit operasional biasnya terkena
kendala anggaran atau kehemaatan. Oleh karena itu, sumber daya untuk audit operasional
harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey
pendahuluan terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan yang aka
menghasilkan peringkat dari calon auditee. Titik awal dari studi pendahuluan ini adalah
memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur organisasional entitas serta
karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus memahami industri tempat entitas
beroperasi serta sifat dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian
difokuskan pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon
auditee diperoleh dengan:

 mereview data arsip latar belakang setiap auditee


 meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya
 mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk
kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian mutu, serta
deskripsi tugas
 mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan
tertentu (sering kali disebut entry interview)
 menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan yang tidak
biasa
 melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau
menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial
 Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui
kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.

Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum studi
pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan rekomendasi
mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh departemen auditing
internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.

2. Merencanakan audit

Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit
operasional. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya
audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program
audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi
pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi seperangkat
prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih
tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan
audit gharus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik. Disamping itu,
auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer assisted
techniques) akan efisien dari segi biaya.

Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit
ini harus terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar
ada kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit.
3. Melaksanakan audit

Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan
dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan
audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam audit operasional. Tahap ini
sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam (in-depth audit).

Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan
pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk
auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari
pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan
tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional.
Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan
kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.

Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis
itu harus melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria
tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan secara internal oleh entitas seperti sasaran
produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau, kriteria ini dapat berasal dari luar entitas
berupa standar industri atau diturunkan oleh auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas
yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana auditee
memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas
kerja. seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama
laporan auditor. Auditor menanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung jawab untuk
mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama
audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan
kualitas pekerjaan secara keseluruhan.

4. Melaporkan temuan kepada manajemen

Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari
audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan
pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang
terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit
operasional bervariasi untuk setiap auditee. Laporan itu harus memuat:

 suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit


 uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
 ikhtisar temuan-temuan
 rekomendasi perbaikan
 komentar auditee

Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa
tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta
ketpatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee untuk
dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga
konsep final dapat disiapkan.

Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis
laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu
menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif.
Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan
kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai
dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary) mengenai temuan dan rekomendasi.

5. Melakukan tindak lanjut

Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah
tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya,
kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan
secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus
mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor
internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil
berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang
tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.

STANDAR AUDIT OPERASIONAL

STANDAR UMUM

1. Standar Umum Pertama (Persyaratan Kemampuan atau Keahlihan)

“Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan”

Dengan standar ini, semua organisasi atau lembaga audit bertanggung jawab bahwa setiap
audit dilaksanakan oleh staf yang secara kolektif memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk tugas audit tersebut. Staf tersebut harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang audit pemerintahan, tentang keadaan khas yang diaudit, serta kaitannya
dengan sifat dari jenis yang dilaksanakan.
2. Standar Umum Kedua (Independensi)

“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau lembaga audit dan
auditor baik pemerintah maupun akuntan public, harus independen (secara organisasi maupun
secara pribadi), bebas dari gangguan ilndependensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar
pribadinya ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat
mempertahankan sikap dan penampilan yang independen”

Dengan standar umum kedua ini, organisasi atau lembaga audit dan para auditornya
bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga
pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari audit dipandang tidak memihak
oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu.

3. Standar Umum Ketiga (Penggunaan Kemahiran Secara Cermat dan Seksama)

“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”

4. Standar Umum Keempat (Pengendalian Mutu)

“Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP ini harus
memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system pengendalian mutu tersebut
harus direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern)”

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT KINERJA

1. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama (Perencanaan)

“Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”

Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mendefinisikan tujuan pemeriksaan, dan


lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Tujuan,
lingkup, dan metodologi pemeriksaan tidak ditentukan secara terpisah. Pemeriksa
menentukan ketiga elemen ini secara bersama-sama. Perencanaan merupakan proses yang
berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh sebab itu, pemeriksaan harus
mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian pada tujuan, lingkup dan metodologi
pemeriksaan selama pemeriksaan dilakukan.

2. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua (Supervisi)

“Staf harus diawasi(disupervisi) dengan baik”

Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang
terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi
pemberian instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan
yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian pelatihan
kerja lapangan (on the job training) yang efektif. Supervisor harus yakin bahwa staf benar-
benar memahami mengenai pekerjaan pemeriksaan yang harus dilakukan, mengapa pekerjaan
tersebut harus dilakukan, dan apa yang diharapkan akan dicapai. Bagi staf yang
berpengalaman, supervisor dapat memberikan pokok-pokok mengenai lingkup pekerjaan
pemeriksaan dan menyerahkan rinciannya kepada staf tersebut. Bagi staf yang kurang
berpengalaman, supervisor harus memberikan pengarahan mengenai teknik menganalisis dan
cara mengumpulkan data.

3. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga

Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah: “Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan
harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi
pemeriksa”.

Dalam mengidentifikasikan sumber-sumber data potensial yang dapat digunakan sebagai


bukti pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan data
tersebut, termasuk data yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh
pemeriksa, atau data yang diberikan oleh pihak-pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan
kecukupan dan relevansi bukti-bukti tersebut.

4. Standar Pekerjaan Lapangan Keempat (Dokumentasi Pemeriksaan)

Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah: “Pemeriksa harus mempersiapkan dan


memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan
rekomendasi pemeriksa”

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA

1. Standar Pelaporan Pertama (Bentuk)

“Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan hasil
setiap audit”
Kebutuhan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tentang program pemerintahan
menghendaki bahwa laporan audit disajikan dalam bentuk tertulis. Laporan tertulis berfungsi
untuk:

 mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah, yang berwenang


berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,
 membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman,
 membuat hasl audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait,
 memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang
semestinya telah dilakukan

2. Standar Pelaporan Kedua (Isi Laporan)

Pernyataan standar pelaporan kedua adalah: “Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup”:

 pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan


 tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
 hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi
 tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan
 pelaporan informasi rahasia (apabila ada)

3. Standar Pelaporan Ketiga

Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah: “Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu,
lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin”.

4. Standar Pelaporan Keempat (Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil


Pemeriksaan)

Pernyataan standar pelaporan keempat adalah: “Laporan hasil pemeriksaan diserahkan


kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan
untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”.

 HUBUNGAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS


SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Peranan audit operasional dalam menunjang system pengendalian intern adalah audit
operasional dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi akan suatu system pengendalian intern
pada suatu fungsi (misal fungsi penjualan) dari suatu perusahaan. Seperti telah dijelaskan
diatas, tujuan audit operasional itu sendiri adalah memberikan penilaian terhadap efisiensi
dan efektivitas serta keekonomisan dari suatu bagian operasional perusahaan yang merupakan
akibat yang diharapkan dari system pengendalian intern yang baik. Hubungan ini juga dapat
dilihat dari pernyataan Abdul Halim (2003:198) mengenai beberapa konsep dasar dari Sistem
Pengendalian Intern, yaitu :

“Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mencapai tujuan audit, baik audit keuangan,
audit operasional maupun audit kepatuhan serta Sistem Pengendalian Intern tidak
dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang mutlak dimana setiap Sistem Pengendalian
Intern pasti mempunyai kelemahan”.

Untuk contoh dalam audit operasional, kami melampirkan salah satu tugas yang pernah
dilakukan pada saat S1 akuntansi yaitu melakukan audit operasional terhadap salah satu toko
yang ada di salatiga. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kekurangan
yang dialami, yaitu :

1. Dalam tugas tersebut kami memberikan saran mengenai SOP, namun belum bisa
memberikan contoh SOP yang baik terkait pelaksanaan kinerja di S-Comp
2. Ada beberapa hal yang tidak dapat disampaikan terkait dengan kerahasiaan informasi
(pemasok dan cara melakukan pengiriman)

Você também pode gostar