Você está na página 1de 20

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE

LATEN MEMANJANG TERHADAP NY."H"


DI BPS "BUNDA"

OLEH
CATUR WIDI ASTUTI
09630331

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D IV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2011
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Fase Laten Memanjang


Menurut Sarono Prawirohardjo dalam buku pelayanan maternal dan neonatal fase laten
memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks sampai 4 cm
dan berlangsung lebih dari 8 jam.

B. Etiologi
Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang dapat
disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (adekuat)
2. Tali pusat pendek
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam
persalinan (inpartu) atau belum
Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.

B. Penilaian Klinis
Menurut Sarwono Prawirohardjo menentukan keadaan janin :
1. Periksa DJJ selama atau segera setelah His. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya
1 x dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama fase laten kala II.
2. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikiran
kemungkinan gawat janin
3. Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang mungkin juga menyebabkan
gawat janin. Perbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan psikologis.
Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan BAK.
4. Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berat berikan analgetik

C. Diagnosis
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini
memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi
keadaan ini dengan baik.

Diagnosa partus lama ialah :


Tanda dan Gejala Diagnosa
1. Serviks tidak membuka Belum inpartu
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
2. Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah Fase laten memanjang
8 jam inpartu dengan his yang teratur
3. Pembukaan serviks melewati kanan garis Fase aktif memanjang
waspada partograf
a. Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 menit Inersia uteri
dan lamanya kurang dari 40 detik
b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin CPD
yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his
baik
c. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin Obstruksi kepala
yang dipresentasi tak maju dengan caput,
terdapat moulase hebat, oedema serviks, tanda
ruptura uteri imins, gawat janin
2. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama
mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan

Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan


pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan
tindakan operasi SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab
itu maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang
perbedaan persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Persalinan sesungguhnya
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan internal teratur
c. Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
e. Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
f. Dengan berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
k. Ada penurunan kepala bayi

2. Persalinan Semu
a. Tidak ada perubahan serviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas
rasa nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k. Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan

D. Penatalaksanaan
1. Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
a. Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda
vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya
pertimbangkan pemberian analgetik.
b. Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2
ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan
mengedan dengan tidak menahan napas terlalu lama
d. Perhatikan DJJ

2. Penanganan secara khusus


Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
a. Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan
tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam
keadaan inpartu
b. Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi
dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip
oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes
per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40
tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap
4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin
lakukan seksio sesarea.
c. Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap
utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
penularan HIV
d. Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan
akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl
mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat
(maksimum 40 tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin, serta berikan
antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis
awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam.
e. Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
f. Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg
IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE LATEN
MEMANJANG TERHADAP NY "H"

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


Tanggal : 2 Februari 2010 Pukul : 09.30 WIB

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama ibu : Ny. Heni Nama Suami : Tn. Angga Wijaya
Umur : 23 Tahun Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia
Alamat : Seputih Banyak Alamat : Seputih Banyak
Lam-Teng Lam-Teng

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama. Usia kehamilan cukup bulan mengeluh
perutnya mules dan menjalar sampai ke pinggang sejak pukul 04.00 Wib.

3. Tanda-tanda Persalinan
Ibu datang pukul 09.30 Wib. His (+) frekuensi 2 x setiap 10 menit lamanya 20
detik.

4. Pengeluaran Pervaginam
Ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah, tidak ada
pengeluaran ketuban.
5. Masalah-masalah Khusus
His lemah, sehingga kemungkinan terjadi partus lama.

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 01 Mei 2006
TP : 08 Februari 2007
Haid bulan sebelumnya teratur, lamanya 6 – 7 hari, siklus 28 hari
ANC dilakukan secara teratur, setiap 1 bulan 1 x di bidan.

7. Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi 2 x, pertama usia kehamilan 5 bulan, kedua usia
kehamilan 6 bulan dilakukan di Bidan "M".

8. Riwayat Kehamilan yang Lalu


Ibu hamil anak pertama

9. Pergerakan Janin dalam 24 Jam Terakhir


Ibu merasakan sebelum mules perutnya dirasakan gerakan janin sedikit
berkurang.

10. Makan dan Minum Terakhir


Sebelum mules timbul, ibu makan dan minum biasa, tapi setelah mules timbul
terasa malas makan dan lebih banyak minum.

11. Pola Eliminasi


Ibu mengatakan BAB 1 hari 1 x dan BAB terakhir pukul : 04.00 Wib
Ibu mengatakan BAK 6 – 7 x/hari dan terakhir pukul : 09.00 Wib

12. Pola Istirahat


Setelah rasa mulas pada perutnya timbul yaitu pukul 04.00 Wib sampai
pengkajian dilakukan ibu tidur 1 jam sebelumnya tiap harinya + 6 – 7 jam per
hari.
13. Psikologis
Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan ini.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum ibu : baik
Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg RR : 24 x/menit
Pols : 80 x/menit Temp : 370C
3. TB/BB : 157 cm / 55 kg
4. Pemeriksaan fisik
a. Rambut : Tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan tidak mudah
dicabut, warna hitam dan agak kotor
b. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
dan tidak ada oedema
c. Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik
d. Gigi & mulut : Bersih, tidak ada ada caries dan tidak ada stomatitis
e. Telinga : Bentuk simetris, bersih dan fungsi pendengaran baik
f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugularis
g. Dada : Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal, puting
menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada aerola mamae dan
kolostrum sudah keluar
h. Abdomen : Tidak ada bekas operasi
1) Leopold I : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba bagian
yang lunak, tidak melenting dan kurang bundar berarti
bokong. TFU seara MC donald : 36 cm

TBJ = (TFU – 11) x 155


= (36 – 11) x 155
= 3875 gram
2) Leopold II : Pada perut bagian sebelah kiri teraba ada tahanan yang
lebar, datar dan lurus berarti punggung, bagian kanan teraba
bagian kecil-kecil berarti ekstermitas.
3) Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting berarti
kepala
4) Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
5) Auskultasi : Bagian terendah sudah masuk PAP
6) Keadaan : Vesika urinaria kosong
i. Ekstermitas
Atas : tidak ada oedema, gerakan normal, tidak ada luka, bentuk
simetris
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek patela (+) fungsi
ekstermitas baik
j. Genetalia
Inspeksi : pada vulva dan vagina tidak ada varises maupun oedema,
tidak ada luka dan cidera juga peradangan, pada perenium
tidak ada bekas luka
Pengeluaran pervaginam : lendir bercampur darah
k. Rectum : ibu mengatakan hari ini sudah BAB, rektum kosong,
perineum elastis.

5. Pemeriksaan Dalam Pukul : 09.30 WIB


Vulva/pengeluaran pervaginam : blood slym
Perineum : kaku, tidak ada bekas luka
Vulva : tidak ada oedema dan varises
Periksa rugea : tebal, tiak ada benjolan
Porsio : tebal, lunak, pembukaan 1 cm
Serviks : tebal
Ketuban : belum pecah/utuh (+)
Presentasi : kepala, UUK kiri depan
Penurunan : hodge I

Pengawasan Kala I
Kondisi Kondisi janin
Pembukaan
Tgl Waktu Obat cair yang Kontraksi Penurunan Ketuban/
serviks TD Pols RR Temp DJJ
diberikan uterus/his kepala penyusupan

02-02- 9.30 2 cm 110/8 80 24 370C - Kekuatan 140 4/5 +/0


2007 0 lemah, lama x/mnt
<20 detik, 2x (+)
dalam 10 mnt
10.00 81 Kekuatan 145
lemah, lama x/mnt
< 20 detik 2x (+)
dalam 10 mnt
10.30 80 Kekuatan 150
lemah, lama x/mnt
< 20 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
11.00 79 Kekuatan 152
lemah, lama x/mnt
< 20 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
11.30 80 26 37,80C Kekuatan 140
lemah, lama x/mnt
< 20 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
12.00 75 Kekuatan 135
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
12.30 80 Kekuatan 144
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
13.00 76 Kekuatan 140
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
02-02- 13.30 3 cm 80 2 37,30C Kekuatan 134 4/5 +/0
2007 sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
14.00 76 Kekuatan 130
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
14.30 75 Kekuatan 135
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
15.00 78 Kekuatan 132
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
15.30 75 37,80C Kekuatan 140
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
16.00 73 Kekuatan 135
sedang, lama x/mnt
20-40 detik (+)
frekuensi 2x
dalam 10 mnt
16.30 Kekuatan kuat 140
lama > 40 dtk x/mnt
frekuensi 2x (+)
dalam 10 mnt

17.00 Kekuatan kuat 145


lama > 40 dtk x/mnt
frekuensi 2x (+)
dalam 10 mnt
17.30 4 cm 73 370C Kekuatan kuat 135 3/5 +/0
lama > 40 dtk x/mnt
frekuensi 2x (+)
dalam 10 mnt

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


1. Diagnosa
Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, PUKI, memanjang intrauterin,
presentasi kepala, inpartu kala I fase laten.
Dasar :
a. Ibu mengatakan hamil anak pertama
b. HPHT : 1 Mei 2006
TP : 8 Februari 207
c. Pada pemeriksaan leopold di dapat hasil
Leopold I : TFU pertengahan pusat-PX, fundus teraba bokong
Leopold II : bagian kiri teraba bagian keras, panjang diri bagian kanan ibu
teraba bagian kecil (ekstermitas)
Leopold III : bagian terendah teraba kepala
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP
DJJ : 140 x/menit
d. Hasil pemeriksaan dalam pukul : 09.30 Wib
Vulva : pengeluaran pervagina berupa blood slym, tidak ada oedema,
tidak ada varises dan bekas luka, tidak ada hemoroid.
Rugea : tebal, tidak ada benjolan
Porsio : lembut dan tipis, pembukaan 2 cm
Serviks : tebal
Ketuban : belum pecah/utuh (+)
Presentasi : UUK kiri depan
Penurunan : hodge II

2. Masalah
Fase laten memanjang
Dasar :
Ibu melaui fase laten lebih dari 8 jam.

3. Kebutuhan
a. Mengatasi kebutuhan nutrisi ibu untuk mengantisipasi kelelahan
b. Memberikan support kepada ibu
c. Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Potensial terjadinya partus lama akibat fase laten yang memanjang
Dasar :
- Ibu inpartu kala II
- Fase laten berlangsung lebih dari 8 jam
- Ibu hamil anak 1

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN DAN KOLABORASI


Kolaborasi dengan dokter bila ada komplikasi pada kala I proses persalinan.

V. RENCANA MANAJEMEN
1. a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada saat proses
persalinan
c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada komplikasi
d. Siapkan ruangan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu serta
persiapkan bidan dengan memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik
2. Penyuluhan cara mengejan yang efektif
a. Jelaskan manfaat mengejan yang efektif
b. Ajarkan ibu cara mengejan yang efektif
c. Observasi cara mengejan ibu
3. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
a. Jelaskan penyebab nyeri
b. Ajarkan cara mengatasi nyeri
4. Pemenuhan nutrisi (asuhan sayang ibu)
a. Beri ibu makan jika lapar
b. Beri ibu minum jika haus
c. Beri ibu minuman manis sebagai penambah tenaga
d. Suruh ibu istirahat jika lelah

VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG


1. a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini ibu telah memasuki kala I
persalinan dengan fase laten memanjang
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
c. Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ, penurunan
kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda vital
d. Persiapan persalinan :
1) Ruang bersalin
2) Menyiapkan alat persalinan
Partus set, heating set, air DTT dan klorin, pakaian bayi, handuk, tempat
sampah kering dan basah.
3) Menyiapkan alat resusitasi
4) Menyiapkan pakaian bayi
5) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
6) PD setiap 4 jam 1 x atau indikasi inpartu
7) Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
8) Memenuhi kebutuhan fisik ibu, makan, minum, BAK dan BAB
9) Memenuhi kebutuhan psikologis ibu
Memberikan dukungan persalinan
10) Menyiapkan alat (pelidung diri) untuk bidan: mitela, masker barascort,
kacamata, hand scoen, spatu booth.
11) Melakukan penyuluhan mengenai cara mengejan yang efektif
a. Menjelaskan manfaat mengejan efektif pada ibu, apabila ibu mengejan
dengan baik dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan
pengeluaran bayi.
b. Mengajarkan cara mengejan yang efektif, mengejan dilakukan pada saat
his dan telah memasuki kala II persalinan, sehingga diafragma berfungsi
lebih baik, badan ibu dilengkungkan dengan dagu di dada atau mata
melihat perut, kaki ditarik kearah badan sehingga lengkungan badan
dapat membantu mendorong janin.
12) Mengobservasi cara mengejan ibu

2. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri yang disebabkan oleh fase laten
yangmemanjang
a. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri. Nyeri disebabkan karena
adanya kontraksi uterus yang akan membantu mendorong janin untuk turun
b. Mengajarkan cara mengatasi nyeri, ibu disuruh untuk berjalan-jalan bila masih
bisa, kemudian menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri, agar
pembukaan serviks lebih cepat.
3. Ibu bersedia untuk miring ke kiri
4. Kemajuan persalinan baik
5. Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ : 140 x/menit
Penurunan kepala : hodge II
TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit Suhu : 37 0C
6. Kandung kemih : kosong
7. Frekuensi His : 2 x dalam 10 menit, lemah, lamanya < 20 detik.

Kala II Pukul 17.30 Wib

S : Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB, dan keluar air dari
kemaluannya.
O : Dilakukan PD pukul : 17.30 Wib dengan hasil
1. Vulva : tidak ada oedema dan varises, pengeluaran berupa blood slym
2. Introitus vagina: rugea masih teraba, tidak ada bisul/benjolan
3. Partio : lembut, pembukaan 4 cm
4. Serviks : tebal
5. Ketuban : Utuh/belum pecah (+)
6. Presentasi : UUK kiri depan/kepala
7. Penurunan : hodge II
8. DJJ : 140 x/menit
9. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
TTV : TD : 130/70 mmHg Nadi : 81 x/menit
RR : 21 x/menit Suhu : 37 0C
10. Tanda persalinan semakin tampak yaitu perineum menonjol, vulva membuka dan
ada tekanan pada anus.

A : 1. Diagnosa
a. Ibu P1A0 partu kala II, janin tunggal, hidup intrauteri, plasenta kepala
Dasar :
Kontraksi uterus : 2 x dalam 10 menit lama 20-40 detik
Pembukaan lengkap, portio tidak teraba, ketuban (-), perineum menonjol dan
vulva membuka, DJJ : 140 x/menit
b. Potensial terjadi perpanjangan kala I fase laten
Dasar :
Ibu hamil anak pertama
Pembukaan 10 cm, perineum kaku, ketuban (-)
Fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

2. Masalah
Fase laten memanjang dan ibu cemas menghadapi, persalinannya
Dasar :
Ibu memasuki kala II persalinan
Ibu hamil anak pertama

3. Kebutuhan
Penyuluhan cara relaksasi
Pertolongan persalinan yang bersih, aman dan nyaman

P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah masuk fase persalinan


2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu kontraksi
uterus, pantau penurunan, presentasi kepala janin dan DJJ setelah kontraksi dan
vital sign.
3. Anjurkan dan ajarkan pada ibu mengejan pada saat his ada dan relaksasi pada saat
his menghilang
4. Observasi cara mengejan ibu
5. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada saat ibu mengejan
6. Lakukan pertolongan persalinan, tolong kepala, bahu, badan, kemudian bersihkan
jalan napas
7. Periksa janin tunggal atau kembar
8. Observasi perdarahan pervaginam
9. Bayi lahir pukul : 22. 00 Wib
BB : 3.000 kg
Jenis kelamin : laki-laki
PB : 49 cm
Anus : (+)
APGAR score: 7
Bayi tidak menangis spontan
a. Lakukan asuhan BBL : letakkan bayi diperut ibu, keringkan bayi, potong tali
pusat, ganti dengan kain bersih
b. Segera lakukan resusitasi untuk membebaskan jalan napas
c. Jika berhasil dan bayi menangis spontan hangatkan kembali tubuh bayi dan
berikan pada ibu untuk disusukan.
Kala III Pukul 22.15 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya mulas
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 130/70 mmHg Nadi : 21 x/menit
RR : 81 x/menit Suhu : 37 0C
Janin tunggal
TFU, 2 jari di bawah pusat
Abdomen : Kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras, seperti batu, terdapat
semburan darah tiba-tiba dan tali pusat memanjang
A : 1. Diagnosa
Ibu P1Ao
Dasar : uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari di bawah pusat, plasenta belum
lahir.

2. Masalah
Nyeri perut bagian bawah
Dasar :
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
Plasenta belum lahir
Kontrkasi uterus baik
TFU 2 jari di bawah pusat

3. Kebutuhan
Manajemen aktif kala III
Pemenuhan nutrisi dan cairan
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu sedang berada pada kala III persalinan
2. Lakukan pemeriksaan TTV
TD : 12/70 mmHg Pols : 80 x/menit
RR : 23 x/menit Suhu : 37 0C
1. Anjurkan dan ajarkan pada ibu mengejan pada saat his ada dan relaksasi pada saat
his menghilang
a. Pemberian oxitosin 10 IU
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
c. Masase fundus
2. Lahirkan plasenta dengan hati-hati
a. Kotiledon dan selaput utuh
b. Panjang tali pusat : 20 cm
c. Lebar plasenta : 13 cm
d. Berat plasenta : 500 gr
e. Tebal plasenta : 2 cm
3. Setelah 15 detik lakukan masase fundus secara sirkuler dan ajarkan pada ibu untuk
melakukannya sendiri
4. Lakukan vulva hygiene pada ibu
5. Observasi perdarahan dan luka

Kala IV Pukul : 23. 00 WIB

S : Ibu mengatakan masih terasa mules


O : 1. Pemeriksaan tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit Suhu : 37 0C
2. Keadaan kandung kemih : kosong
3. TFU : 3 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus baik
5. Perdarahan pervaginam + 150 cc
6. Pengeluaran lochea rubra

A : 1. Diagnosa
a. Ibu P1Ao partus spontan pervaginam partus kala IV
Dasar :
Ibu partus spontan pervaginam pukul : 22.00 Wib
Plasenta lahir lengkap pukul : 22.30 Wib
Pengeluaran lochea rubra
TFU : 3 jari dibawah pusat
b. Potensi terjadi perdarahan pervaginam
Dasar :
Plasenta lahir pukul : 22.30 Wib
Perdarahan pervaginam berupa lochea rubra

1. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar :
Ibu mengatakan masih mules dan sedikit nyeri pada daerah genetalia

2. Kebutuhan
Personal hygiene ibu
Memberi rasa nyaman ibu
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini


2. Periksa TTV, TFU, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua
3. Penyuluhan personal hygiene
Beritahu ibu untuk membersihkan daerah kemaluannya setelah BAB dan BAK
dengan arah kebelakang, mandi 2 x/hari dan ganti pakaian
4. Pemenuhan mobilisasi ibu
Miring ke kanan / ke kiri
Ibu boleh berjalan sesudah 6 jam
5. Pemenuhan nutrisi ibu
Makan yang bergizi karena ibu masih dalam masa pemulihan minum 6 – 8
gelas/hari
6. Pemenuhan istirahat
Tidur 6 – 7 jam/hari
7. Observasi pengeluaran vagina (lochea)
DAFTAR PUSATAKA

Mochtar, Rustam : Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi 2. Jakarta. EGC, 1998

Prawirohardjo, Sarwono : Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, Yayasan


Bina Pusata, 2002.

___________________: Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bin Pustaka, 2002

Suprijadi : Asuhan Intra Partum, Jakarta, WHO, 2001

Você também pode gostar