Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
04011381320031
PSPD A 2013
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana dampak dari muntah darah? INDRO CHYNTIA
Jawab:
a. Bahaya Tersedak
Tersedak, atau aspirasi, merupakan salah satu komplikasi utama hematemesis. Hal
ini dapat menyebabkan pengumpulan darah di paru-paru, mempengaruhi
kemampuan untuk bernapas dengan benar.
b. Anemia
Anemia merupakan komplikasi yang sering muncul setelah seseorang
mengalami perdarahan, termasuk hematemesis. Hal ini terjadi terutama ketika
kehilangan darah yang cepat dan mendadak. syok: pusing saat berdiri pernapasan
cepat dan dangkal Tidak atau jarang berkemih kulit pucat dan dingin Jika tidak
segera diobati, syok dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang diikuti oleh
koma dan kematian. Maka dari itu harus segera dibawa ke rumah sakit atau unit
gawat darurat terdekat.
c. Syok Hipovolemik
Penurunan volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Penurunan volume
intravaskuler dapat menyebabkan terjadinya penurunan volume intraventrikel.
d. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Hal ini diakibatkan
adanya penurunan volume intravaskuler.
e. Penurunan Kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
f. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuag karena fungsi hati tertamggu. Dan suatu keadaan dimana
fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam
keadaan normal dibuang oleh hati.
Mekanisme:
Fungsi hati terganggu metabolisme karbohidrat (glikogenesis, glikogenolisis,
glukoneogenesis) untuk menghasilkan energi terganggu badan lemah.
3. Apa makna klinis dari tidak ada nyeri ulu hati INDRO AFIF
Jawab:
Tn.A tidak ada riwayat nyeri ulu hati diartikan bahwa Tn. A tidak menderita penyakit
yang berhubungan dengan lambung seperti tukak lambung, dan gastritis erisova
hemoragik.
Tatalaksana Khusus
Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif: glipressin (Vasopressin),
somastostatin, sandostatin
Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota
Terapi endoskopi: Ligasi ,Skleroterapi
Terapi radiologi: pemasangan Transjugular Intrahepatic Portosystemic
Shunting (TIPS) dan perkutaneus obliterasi splenoporta
Terapi pembedahan:Transeksi esofagus + devaskularisasi
a. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi portal, dan
timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah
pecah, sehingga timbul perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan
adalah muntah darah atau hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului
rasa nyeri di epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu
disusul dengan melena (Sujono Hadi). Mungkin juga perdarahan pada penderita Sirosis
Hepatis tidak hanya disebabkan oleh pecahnya varises esophagus saja.
b. Koma hepatikum
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah koma
hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat dari faal hati sendiri yang
sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Ini
disebut sebagai koma hepatikum primer. Dapat pula koma hepatikum timbul sebagai
akibat perdarahan, parasentese, gangguan elektrolit, obat-obatan dan lain-lain, dan
disebut koma hepatikum sekunder.
Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan
berkurangnya pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses
detoksifikasi berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam sirkulasi
portal masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea. Pada penderita
dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak amoniak yang bebas beredar dalam darah.
Oleh karena sel hati tidak dapat mengubah amoniak menjadi urea lagi, akhirnya amoniak
menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak.
c. Ulkus peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila
dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya
ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun
pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan.
d. Karsinoma hepatoselular
Menurut Sherlock pada tahun 1968 melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati
menemukan 61,3 % penderita disertai dengan Sirosis Hepatis. Kemungkinan timbulnya
karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya
hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah
menjadi karsinoma yang multiple.
e. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga
penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut Schiff, Spellberg infeksi yang
sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah peritonitis, bronchopneumonia,
pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis, perikarditis,
endokarditis, erysipelas maupun septikemi.
i. Ensefalopati hepatik
Pada sirosis, sel-sel hati tidak berfungsi normal, baik akibat kerusakan maupun
akibat hilangnya hubungan normal sel-sel ini dengan darah. Sebagai tambahan, beberapa
bagian darah dalam vena porta tidak dapat masuk ke dalam hati, tetapi langsung masuk
ke vena lain (bypass). Akibatnya bahan-bahan toksik dalam darah tidak dapat masuk sel
hati, sehingga terjadi akumulasi bahan ini dalam darah. Bila bahan-bahan toksik ini
terkumpul cukup banyak, fungsi otak akan terganggu. Kondisi ini disebut ensefalopati
hepatik. Tidur lebih banyak pada siang dibanding malam (perubahan pola tidur)
merupakan tanda awal ensefalopati hepatik. Keluhan lain dapat berupa mudah
tersinggung, tidak mampu kosentrasi atau menghitung, kehilangan memori, bingung, dan
penurunan kesadaran secara bertahap. Akhirnya, ensefalopati hepatik berat dapat
menimbulkan koma dan kematian.
j.Sindroma hepatorenal
Pasien dengan sirosis yang memburuk dapat berkembang menjadi sindrom
hepatorenal. Sindroma ini merupakan komplikasi serius karena terdapat penurunan
fungsi ginjal namun ginjal secara fisik tidak mengalami kerusakan sama sekali.
Penurunan fungsi ginjal ini disebabkan perubahan aliran darah ke dalam ginjal. Batasan
sindroma hepatorenal adalah kegagalan ginjal secara progresif untuk membersihkan
bahan-bahan toksik dari darah dan kegagalan memproduksi urin dalam jumlah adekuat,
meskipun fungsi ginjal lain yang penting, misalnya retensi garam tidak terganggu. Hal
ini menimbulkan dugaan bahwa penurunan fungsi ginjal disebabkan akumulasi bahan-
bahan toksik dalam darah akibat hati yang tidak berfungsi.
k. Hipersplenisme
Akibat peningkatan tekanan vena porta karena sirosis, terjadi peningkatan blokade aliran
darah dari limpa. Akibatnya terjadi aliran darah kembali ke dalam limpa dan limpa
membesar. Terjadilah splenomegali. Dengan pembesaran limpa ini, fungsi filtrasi
terhadap sel-sel darah dan trombosit ikut meningkat, sehingga jumlahnya akan menurun.
Hipersplenisme merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan kondisi sebagai
berikut: penurunan jumlah sel darah merah (anemia), penurunan sel darah putih
(leukopenia), dan atau trombosit yang rendah (trombositopenia).
LEARNING ISSUE
Insiden
Penderita sirosis hepatic lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita sekitar 1,6 : 1 dengan rata-rata umur terbanyak yan g mengalami adalah usia 30 –
59 tahun.
5. Hepatorenal syndrome
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan hepatorenal
syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-
ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada
kerusakn fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya.
Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal
untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin yang
memadai walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti
penahanan garam, dipelihara/dipertahankan. Jika fungsi hati membaik atau sebuah hati
yang sehat dicangkok kedalam seorang pasien dengan hepatorenal syndrome, ginjal-ginjal
biasanya mulai bekerja secara normal. Ini menyarankan bahwa fungsi yang berkurang
dari ginjal-ginjal adalah akibat dari akumulasi unsur-unsur beracun dalam darah ketika
hati gagal. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome. Satu tipe terjadi secara berangsur-
angsur melalui waktu berbulan-bulan. Yang lainnya terjadi secara cepat melalui waktu
dari satu atau dua minggu.
6. Hepatopulmonary syndrome
Jarang, beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat mengembangkan
hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat mengalami kesulitan bernapas
karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah berlanjut
menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah
bahwa tidak cukup darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-
paru yang berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah
yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil
cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Sebagai akibatnya pasien mengalami sesak
napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
7. Hypersplenism
Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter) untuk
mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet-
platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah) yang lebih tua.
Darah yang mengalir dari limpa bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-
usus. Ketika tekanan dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi
aliran darah dari limpa. Darah tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa
membengkak dalam ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly.
Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut.
Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak sel-sel darah
dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang.
Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu
behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel
darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat
menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan
darah dan berakibat pada perdarahan yang diperpanjang (lama).
8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa
tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana
saja didalam tubuh dan menyebar (metastasizes) ke hati.
Pemeriksaan Diagnostik :