Você está na página 1de 3

2.3.

Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Penderita Diabetes Melitus

Aktivitas fisik dan penurunan berat badan berperan cukup signifikan


dalam menurunkan reskio diabetes pada orang tua, penderita obesitas, maupun
resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II (DM tipe II). Aktivitas fisik,
terutama olahraga aerobik akan memperbanyak kapilarisasi pada otot lurik
sehingga dapat meningkatkan sensitivitas insulin untuk mengaktifkan sintesis
glikogen.1,2
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Jan-Willem van Dijk et al,
didapatkan hasil bahwa olahraga terbaik untuk menurunkan kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang selama
30 hingga 60 menit.3 Adapun berbagai kegiatan olahraga yang disarankan adalah
jogging, berenang, senam kelompok dan bersepeda. Olahraga jenis ini tepat
dilakukan pada penderita DM karena menggunakan semua otot – otot besar,
pernapasan dan jantung.4
Pada senam aerobik misalnya, dari variasi gerakan - gerakan yang banyak
terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi kriteria CRIPE
(continous, rhythmical, interval, progresif dan endurance) sehingga sesuai dengan
tahapan kegiatan yang harus dilakukan.1 Disamping itu, senam aerobik yang
dilakukan secara berkelompok akan memberi rasa senang pada anggota dan juga
dapat memotivasi anggota yang lain untuk terus melakukan olah raga secara
kontinue dan teratur.5
Pada orang yang melakukan olahraga aerobik secara regular, akan terjadi
perubahan dari tipe serabut otot, dimana yang awalnya merupakan serabut otot
tipe I (slow twitch) yang memiliki kapasitas glikolitik yang rendah menjadi
serabut otot tipe IIa (fast twitch a) yang memiliki kapasitas glikolitik yang tinggi
atau menjadi serabut otot tipe IIb (fast twitch b) yang memiliki kapasitas glikolitik
yang sangat tingggi.6
Dengan adanya perubahan tipe serabut otot tersebut, jumlah dari reseptor
insulin di otot akan meningkat. Selain itu, juga akan terjadi peningkatan
konsentrasi dari GLUT-4 (Glucose Transporter type 4) sehingga akan
meningkatkan mekanisme pengangkutan glukosa ke dalam otot.7
Dengan demikian, kadar glukosa dalam darah akan menurun ketika
seseorang selesai melakukan olahraga aerobik dan peningkatan sensitivitas insulin
dapat bertahan selama 24 hingga 72 jam.7
Saat ini di Indonesia telah mulai diselenggarakan senam diabetes di
puskesmas – puskesmas. Senam diabetes merupakan modalitas kedua pada
pengobatan diabetes mellitus. Senam diabetes dapat menurunkan kadar glukosa
darah karena dengan melakukan senam, akan membakar kalori dan mengurangi
lemak didalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan metabolisme sel dalam
menyerap dan menyimpan glukosa. 8
Selain dapat menurunkan kadar gula darah, ternyata senam diabetes juga
dapat meringankan neuropati perifer dari penderita diabetes. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Dixit et al menyimpulkan bahwa dengan melakukan senam
diabetes selama 8 minggu, dimana frekuensi latihan dalam satu minggu adalah
tiga kali, dapat meningkatkan konduktivitas saraf yang signifikan.9
Disamping dapat menurunkan kadar gula darah dan meringankan
neuropati perifer, senam diabetes juga dapat membakar lemak sehingga dapat
mengontrol penurunan berat badan seseorang sehingga penderita diabetes tersebut
dapat terhindar dari komplikasi – komplikasi lain seperti obesitas, dislipidemia,
hipertensi, Penyakit Jantung Koroner (PJK), dan lain-lain.8
Olahraga aerobik secara rutin pada penderita diabetes melitus yang berusia
lanjut juga dapat memperbaiki postur tubuh dan meningkatkan kestabilan ketika
berdiri maupun berjalan. Hal ini akan menurunkan resiko penderita tersebut untuk
terjatuh akibat ketidakseimbangan yang dialaminya.10
Diharapkan pada masa mendatang, olahraga aerobik bukan hanya menjadi
modalitas kedua dalam penatalaksanaan diabetes, karena olahraga aerobik telah
terbukti memiliki berbagai keungulan – keungulan, seperti dapat menurunkan
kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, meringankan neuropati
perifer, hingga dapat mencegah komplikasi – komplikasi yang mungkin akan
terjadi pada penderita diabetes melitus.
1. Ryan AS, Katzel LI, Prior SJ, McLenithan JC, Goldberg AP, Ortmeyer
HK. Aerobic exercise plus weight loss improves insulin sensitivity and
increases skeletal muscle glycogen synthase activity in older men. The
Journals of Gerontology Series A: Biological Sciences and Medical
Sciences. 2014 Jul 1;69(7):790-8.
2. Prior SJ, Blumenthal JB, Katzel LI, Goldberg AP, Ryan AS. Increased
skeletal muscle capillarization after aerobic exercise training and weight
loss improves insulin sensitivity in adults with IGT. Diabetes Care. 2014
May 1;37(5):1469-75.
3. Van Dijk JW, Venema M, Van Mechelen W, Stehouwer CD, Hartgens F,
Van Loon LJ. Effect of moderate-intensity exercise versus activities of
daily living on 24-hour blood glucose homeostasis in male patients with
type 2 diabetes. Diabetes Care. 2013 Nov 1;36(11):3448-53.
4. Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 2. J Majority. 2015 Jan 26;4(5):93-101.
5. Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. Pengaruh latihan fisik; senam
aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
wilayah puskesmas Bukateja Purbalingga. Nurse Media Journal of
Nursing. 2010 Dec 22;1(2).
6. Aggarwala J, Sharma S, Saroochi AJ, Sarkar A. Effects of aerobic exercise
on blood glucose levels and lipid profile in Diabetes Mellitus type 2
subjects.
7. Adams OP. The impact of brief high-intensity exercise on blood glucose
levels. Diabetes Metab Syndr Obes. 2013;6:113-22.
8. Wijayanti L. Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Pakis Surabaya. Journal of Health
Sciences. 2013;6(1).
9. Dixit S, Maiya AG, Shastry BA. Effect of aerobic exercise on peripheral
nerve functions of population with diabetic peripheral neuropathy in type 2
diabetes: a single blind, parallel group randomized controlled trial. Journal
of Diabetes and its Complications. 2014 Jun 30;28(3):332-9.
10. Morrison S, Colberg SR, Parson HK, Vinik AI. Exercise improves gait,
reaction time and postural stability in older adults with type 2 diabetes and
neuropathy. Journal of Diabetes and its Complications. 2014 Oct
31;28(5):715-22.

Você também pode gostar