Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan
beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut
(Dokterbujang.2012).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur
clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang
kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup
kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya
yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan
cervical. Fraktur clavicula bias bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme
terjadinya (Dokterbujang, 2012).
Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan operatif,
dengan pemasangan plat / orif. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah dalam
penatalaksanaan perioperatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana asuhan keperawatan pre operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
2. Bagaimana asuhan keperawatan intra operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
3. Bagaimana asuhan keperawatan post operatif pada pasien dengan fraktur clavicula?.
C. Ruang Lingkup
Dari rumusan masalah diatas penulis membatasi area meliputi asuhan keperawatan
perioperatif ( pre operatif, intra operatif, dan post operatif) pada pasien dengan fraktur clavicula
di Instalasi Bedah Sentral PKU Muhammadiyah Gombong.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara lengkap asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan fraktur
clavicula.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan pre operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
b. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan intra operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
c. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan post operatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan fraktur clavicula.
E. Manfaat
1. Bagi individu
Membandingkan teori yang diperoleh dengan praktik nyata di lapangan dalam melakukan asuhan
keperawatan nyata pada pasien fraktur clavicula.
2. Bagi rumah sakit
Membantu memberikan informasi tentang asuhan keperawatan perioperatif dengan kasus fraktur
clavicula.
3. Bagi institusi
Menambah kepustakaan mengenai asuhan keperawatan dengan fraktur clavicula, sehingga bias
dikembangkan kembali oleh mahasiswa yang lain, sesuai dengan perkembangan ilmu yang
semakin berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Dalam anatomi manusia, clavicula atau tulang leher diklasifikasikan sebagai tulang
panjang yang membentuk bagian dari sabuk bahu ( pectoral korset) atau artinya kunci kecil.
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan
menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior. Ujung medial
clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral
disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder komplek
merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena memiliki 5 sendiyang saling
terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi
synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi
non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya
yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula
tersusun dari tulang spons.Perlekatan otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:
1. Permukaan superior:
a) Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
b) Otot trapezius
2. Permukaan inferior
a) Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
b) Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada tuberculum
conoideum
c) Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea
trapezoidea
3. Batas anterior:
a) Otot pectoralis mayor
b) Otot deltoideus
c) Otot sternocleidomastoid
d) Otot sternohyoideus
e) Otot trapezius
B. Definisi
1. Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Harnowo,
2002, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
2. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart
R,2001, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
3. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000, dalam keperawatansite.blogspot.com, 2013).
5. Fraktur clavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman
langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
clavikula (Putra, 2013).
D. Patofisiologi
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang
atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang
selangka / fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau
dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler
yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau
tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan
terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite,
2013).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula
Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan
dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto
yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang)
mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang,
atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,
otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula
Anda terluka dan terluka dapat diambil.
F. Therapi
Pengobatan akan sangat tergantung pada kerusakan dan jenis fraktur yang terjadi.
Kebanyakan klavikula patah sembuh dengan sendiri. Anda mungkin perlu istirahat dan
melakukan latihan khusus untuk membantu menyembuhkanya. Hal ini sangat penting untuk
menjaga lengan Anda dari bergerak untuk memungkinkan klavikula untuk sembuh total atau
perlu salah satu dari tindakan dibawah berikut:
1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Anda juga mungkin perlu obat
antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
2. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah dari kerusakan
lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan
keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi pembengkakan, nyeri,
dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit
berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
4. Pembedahan
Mungkin memerlukan pembedahan untuk mengembalikan tulang kembali ke posisi normal jika
patah/ fraktur parah. Pembedahan juga mungkin diperlukan untuk memperbaiki klavikula yang
menonjol keluar keluar melalui kulit. Pemasangan Plate screw / pen dapat digunakan untuk
menahan tulang lebih stabil. Masalah lebih lanjut, seperti cedera pada saraf atau pembuluh darah
juga dapat diobati dengan operasi.
G. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu
sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau hipotensi (
kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada
bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena
pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat
kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan /
kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf,
spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local
(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan
berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
5. Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien post operasi
H. Intervensi Keperawatan
No Dx kep Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut NOC: a. Kaji KUpasien Mengetahui cara yang
berhubungan Setelah dilakukan terhadap nyeri efektif untuk
dengan tindakan keperawatan mengatasi nyeri
diskontinuitas selama proses
tulang keperawatan pasien
b. Kaji PQRST
diharapkan mampu nyeri pasien Untuk mengetahui
mempertahankan tingkat tingkat nyeri pasien
nyeri pada:
Indikator IR ER
c. Jelaskan tentang
Skala nyeri 2 4 prosedur yang dapat Memberi alternatif
berkurang menurunkan dan meringankan nyeri
meningkatkan nyeri
Menggunakan 2 4
teknik
d. Ajarkanteknik nafas
relaksasi
dalam
untuk
menurunkan
Nyeri
Keterangan : Untuk meringankan
1. Tidak pernah menunjukan dan memberikan rasa
2. Jarang menunjukan nyaman jugamengalihkan
3. Kadang-kadang e. Kolaborasi nyeri pasien
menunjukan pemberian obat
4. Sering menunjukan analgetik jika perlu.
5. Selalu menunjukan
Analgetik dapat
f. Kaji TTV dan KU mengurangi nyeri
pasien
Mengetahui
perkembangan kondisi
pasien
Pasien 2 4 l. Memberikan
dapat rasa nyaman
dipindahkan pada pasien
dengan
aman dan
nyaman.
Keterangan :
1. Tidak pernah
menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Januari 2014
Tempat : IBS PKU Muhammadiyah Gombong
Jam : 16.30 WIB
Metode : Studi Pustaka dan interview
Sumber : Pasien, observasi RM
Oleh : Indra Hermawan
A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. I. H.
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : blm kawin
Diagnosa : fraktur clavicula sinistra
No. RM : 236046
Tanggal Masuk : 16 Januari 2014
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Hub. dengan pasien : Saudara Kandung
C. Riwayat keshatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh Nyeri Bahu Kiri Pasca kecelakaan motor.
E. Keadaan Umum
Suhu : 362 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 28 x/menit
F. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Metis
Abdomen
I : Tidak ada Jejas, .
A :-
P : Suara timpani, tanpa redup
P : Tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Terpasang DC No 16
Ekstermitas
- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, Luka lecet di jari tengah tangan kiri
- bawah : tak ada jejas, akral hangat.
G. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen Thorak ) Terdapat fraktur klavikula Sinistra.
H. Persiapan Pasien
1. Cairan parenteral : Infus RL 500cc
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Latihan :Pasien sudah diajari teknik nafas dalam
4. Baju operasi : Sudah
5. Inform consent : Sudah
6. Kebersihan colon : Sudah 6-7 jam
7. Persiapan mental : Sudah ( berdoa )
8. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16 Januari 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 14.02 10^3 /uL 4.80- 10.80
Eritrosit 5.11 10^6/Ul 4.70-6.10
Hemoglobin 10.5 g/dL 14.0- 18.0
Hematokrit 35.4 % 42.0-52.0
MCV 69.3 Fl 79.00-99.0
MCH 20.5 Pg 27.0-31.0
MCHC 29.7 g/dl 33.0-37.0
Trombosit 245 10^3/uL 150-450
GDS 86.0 g/dl 70-105
HBSAg Negatif - Negataif
CT/BT 5/1 Menit -
A. Pre operasi
a. Analisa Data
Tanggal/ jam Data Fokus Etiologi Masalah
16 Januari DS : Diskontinuitas Nyeri Akut
2014 (16.30) Pasien mengatakan bahu tulang
kiri nya sakit dan ,
P: Nyeri bertambah ketika
bergerak, nyeri berkurang
saat diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti ditusuk,
R: Regio bahu Sinistra
S: 5,
T: hilang timbul
DO:
Px rogten frakturklavikula
TD : 120/90 mmHg
S : 360C
N : 80 x/mnt
R : 25 x/mnt
b. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Diskontinuitas tulang
e. Evaluasi Keperawatan
No dx Tanggal/ jam Evaluasi
1 16-1-2014 S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala
Jam nyeri 5
16.55 wib O:Pasien tampak meringis kesakitan ketika bahunya
digerakkan, TD: 110/70 mmHg,
N: 80x/m, RR: 22x/m
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjut untuk persiapan tindakan operasi
B. Intra Operasi
1. Persiapan pasien di meja oprasi
Posisi pasien :supinasi
TD : TD: 100/60 mmHg,
N : 83x/m,
RR : 20x/m
Pemasangan : bed side monitor
Waktu operasi: tanggal 16 Januari 2014 pukul 16.55-17.50 wib
Anestesi : general anestesi
a) Analisa Data dan dx Keperawatan
No Tanggal/jam Data fokus Etiologi Problem
dx
1 16-1-2014 DS: - Proses pembedahan Risiko perdarahan
17.00 wib DO: Adanya
luka insisi
sepanjang
±10cmdibagian
bahu kiri.
b) Diagnosa Keperawatan
Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
c) Intervensi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
jam
Risikoperdarahanberhubungan 16-1- Setelah dilakukan 1. Monitor Mengetahui
dengan proses pembedahan 2014 tindakan keperawatan perdaraha jumlah
17.00 wib selama +- 1 jam operasi n pada perdarahan yang
diharapkan risiko daerah muncul
perdarahan dapat pembeda
teratasi dengan KH: han
setelah
Indikator IR ER dilakukan
insisi. Minimalisasi
. Tidak 3 5 perdarahan
terjadi 2. Bantu
perdarahan operator
dan
asisten
Tidak ada 3 5 bila
peningkatan terjadi Mengetahui
output perdaraha perkembangan
cairan n hebat kondisi pasien
Keterangan : Mempertahankan
1. Tidak pernah
3. Monitor status
menunjukan vital sign hemodinamik
2. Jarang menunjukan melalui tubuh karena
3. Kadang-kadang bedsite proses
menunjukan monitor pembedahan
4. Sering menunjukan
5. Selalu 4. Monitor
menunjukan status
cairan
parenteral
untuk
support
intake
cairan
tubuh
selama
operasi
d) Implementasi keperawatan
Tanggal/ jam Implementasi Respon
16-1-2014 1. Memonitor perdarahan pada- Perdarahan ± 100 cc
17.00 wib daerah pembedahan selama
operasi
2. Membantu operator dalam
- Mengedep area yang terjadi
memanajemen perdarahan perdarahan, suction, penjahitan
luka insisi.
- Klien tidak sadar
-Nadi : 88x/menit
3. Memonitor vital sign RR : 20x/menit
TD : 126/31mmHg
S : tidak terkaji
4. Memonitor status cairan Terpasang Infus RL
parenteral untuk support intake
cairan tubuh selama operasi
e) Evaluasi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ jam Evaluasi
Risikoperdarahanberhubungan 16-1-2014 S: -
dengan prosea pembedahan 17.55 wib O:
- klien tidak sadar
- perdarahan:100cc
- TD: 126/31 mmHg, N: 88x/m,
S: tidak terkaji, RR: 20x/m
- luka insisi sudah dijahit
A: Masalah teratasi
P: Berikan informasi tentang
perawatan luka post op
C. Post Operasi
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
irway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas, pasien hanya tiduran
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20x/menit, SaO2 98%
rculation) : Tidak ada sianosis, CRT < 2 detik, TD 120/80mmHg, N: 88x/m, masih ada efek anestesi
b. Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien : Compos Metis (GCS = 15)
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan,
distribusi rambut baik dan bersih
Mata : Sklera unikterik, konjungtiva tidak anemis,
mata simetris
Hidung : Terpasang binasal kanul O2 2 liter
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi agak kotor, tidak
ada pembesaran tonsil, bibir pucat
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Dada : Bentuk dada normal, tidak ada masa, tidak ada
otot bantu nafas
Abdomen : turgor kulit normal,
Genetalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut,
terpasang DC
Ekstremitas atas : Tangan kiri terpasang infuse RL, tangan kiri
terdapat balutan luka post op dibahu kiri,
tangan belum dapat di gerakkan.
Ekstremitas bawah : Kedua kaki bisa di gerakkan.
2. Analisa data
No Waktu Data Fokus Masalah Etiologi
f. Memberikan
Tidak 2 4 rasa nyaman
terjadi pada pasien
abserasi
kulit karena
pemindahan
pasien.
Pasien 2 4
dapat
dipindahkan
dengan
aman dan
nyaman.
Keterangan :
1. Tidak pernah
menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
5. Implementasi keperawatan
No Tanggal/ waktu Implementasi Respon
1 16-1-2014 a. Memperhatikan posisi pasien Pasien dalam posisi supine
18.00 wib dan keadaan tenang
b. Mendekatkan bed di samping Pasien tenang
pasien
c. Melindungi organ vital pasien Pasien aman
d. Kolaborasi dengan 2-3 perawat
yang ada Proses pengangkatan
e. Mengakat pasien secara berjalan lancar
bersamaan Pasien tampak tidur
f. Memberikan penyangga di
tempat tidur pasien. Pasien tenang
6. Evaluasi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ jam Evaluasi
Risiko cedera 16-1-2014 S :-
berhubungan 18.15 wib O :
dengan proses a. Pasien dalam posisi supinasi
pemindahan b. Pasien aman
pasien c. pasien tampak tidur
d. pasien tenang
A : Masalah teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada pasien bernama Tn. I.H dengan riwayat post jatuh dari motor
dan terserempet jatuh miring kekiri dengan trauma pada bahu,tidak ada jejas di abdomen dan
belum pernah melakukan operasiada krepitasi.
B. Proses Keperawatan
1. PRE OPERASI
a. Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah nyeri.
b. Tindakan yang dilakukan dalam pre operasi meliputi:
1) Mengkaji KU pasien terhadap nyeri
2) Mengkaji PQRST nyeri pasien
3) Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman
4) Mengkaji TTV dan KU pasien
Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S: Pasien mengatakan nyeri belum berkurang Skala nyerimasih pada skala 5
2) O: Pasien tampak meringis kesakitan ketika bahunya digerakkan,
3) A: Masalah belum teratasi
4) P: Lanjut untuk persiapan tindakan operasi
2. INTRA OPERASI
a. Pada intra operasi dilakukan persiapan seperti: pengaturan posisi pasien (supinasi), pemasangan
bed site monitor, penyuntikan anestesi menggunakan general anestesi. Kemudian persiapan alat
yang digunakan meliputi Set Tulang dan Set tambahan berupa set hernia dan bahan habis pakai.
b. Tindakan operasi atau proses operasi yang dilakukan diantaranya, yaitu:
Desinfeksi daerah operasi
Drapping
Menandai daerah sayatan ±10cm di bahu kanan
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot
Mempertahankan hemostatis
Reposisi fraktur menahan area fraktur
Fiksasi fraktur
Memasang plat
Bor area fraktur
Mencuci daerah operasi
Hecting otot (jahitan: satu-satu)
Hecting sub cutis/lemak (jahitan: satu-satu)
Hecting kulit (jahitan: continous)
Desinfeksi
Balut luka
c. Dilakukannya tindakan ORIF clavikula, sayatan dilakukan di area bahu bagian kiri, dapat
diambil diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
d. Dengan hasil evaluasi yang di tunjukan:
1) S :-
2) O : klien tidak sadar, perdarahan:100cc, TD: 126/31 mmHg, N: 88x/m, S: tidak terkaji, RR:
20x/m, luka insisi sudah dijahit
3) A : Masalah teratasi
4) P : Berikan informasi tentang perawatan luka post op
3. POST OPRASI
a. Pada post oprasi dilakukan tindakan pengkajian diantaranya pengkajian primer, sekunder dan
pemeriksaan fisik.
b. Setelah pengkajian, ditemukan diagnosa risiko tinggi cedera berhubungan dengan pemindahan
pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general anestesi memiliki
efek, dengan tindakannya meliputi:
1) Memperhatikan posisi pasien
2) Mendekatkan bed di samping pasien
3) Melindungi organ vital pasien
4) Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
5) Mengakat pasien secara bersamaan
6) Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.
Dengan hasil evaluasi yang ditunjukan, yaitu:
1) S :-
2) O : Pasien dalam posisi supinasi, Pasien aman, pasien tampak tidur, pasien tenang
3) A : masalah teratasi
4) P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pre operasi dengan fraktur klavikula
2. Mahasiswa mampu membantu dalam asuhan keperawatan intra operasi dengan fraktur klavikula
3. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan post operasi dengan fraktur klavikula
B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi
pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait
perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA