Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tingkat IB
Dosen Pembimbing:
Bapak H. Rojabudin
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan ras, di hadapan Allah
dan muka hakim semuanya sama. Sebagai orang Islam yang taat, kita tidak hanya
menerapkan syariat agama pada kehidupan sehari-hari kita, tapi kita juga harus mengetahui,
mencermati, dan menerapkan agama di dalam lingkup hukum.
Dalam kesempatan ini, kami menulis makalah ini dengan alasan agar para pembaca dapat
mengenal lebih dalam apa itu hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
Umum:
- Patuh terhadap perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah, pemimpin yang
dianggap berlaku untuk oleh orang banyak
- Mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
Islam:
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an
Hadits serta Ijima’ ulama dengan sabar dan ikhlas.
- Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah yang berkaitan dengan
perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu tuntunan, pilihan atau yang
menjadikan sesuatu sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.
- Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang timbul dari perbuatan
orang yang mendapat beban Allah SWT., dan ini dibagi menjadi 2 bagian:
1. Hukum Taklifi
1) Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu perbuatan dengan
tuntutan pasti, disebut wajib.
2) Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar dilakukan suatu perbuatan dengan
tuntutan yang tidak harus dikerjakan. Sedangkan kerjaan yang dikerjakan secara sukarela
disebut sunah.
3) Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan suatu perbuatan dengan
tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan disebut haram.
4) Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tidak tegas untuk
ditinggalkannya, sedangkan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkannya disebut makruh.
5) Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan orang mukallaf antara
mengerjakan dan meninggalkannya. Pekerjaan yang diperkenankan untuk dikerjakan dan
ditinggalkan disebut mubah
2. Hukum Wad’I
Hukum Wad’i adalah ketentuan Allah yang mengandung pengertian bahwa terjadinya
sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu. Misalnya:
- Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab kewajiban wudhu
- Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke Baitullah menjadi syarat wajibnya
menunaikan haji
Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui
wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan dipertegas oleh Nabi Muhammad
melalui sunah-Nya yang kini terhimpun dengan baik dalam hadist.
Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia
dan mendatangkan maslahah bagi mereka, mengarahkan kepada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, dengan perantara segala yang bermanfaat serta
menolak yang medarat atau tidak berguna bagi kehidupan manusia.
Menurut Abu Ishaq al-Shatibi, tujuan hukum Islam adalah sebagai berikut:
1. Memelihara aspek agama (hifzul din)
Artinya menjaga agama dengan pemahaman dan perilakuyang toleran (tasamuh), karena
hidup di negara majemuk
2. Memelihara aspek jiwa manusia dan humanisme (hifzul al nafis)
Artinya menjaga jiwa manusia tentang hak-hak asasi dan penyebarannya dalam hukum
pidana, tata negara, politik, serta hak warga masyarakat untuk mendapatkan pendidikan,
pekerjaan, hidup layak, keamanan, dan kedamaian
3. Memelihara aspek akal (hifzal aql)
Artinya menjaga akal sebagai anugerah Allah yang harus dijaga dan dikembangkan serta
dilindungi, karena dengan akal manusia dapat meraih kemajuan
4. Memelihara aspek harta (hifzal irz)
Artinya menjaga harta dan memacu untuk maju supaya memiliki mental kuat dengan mau
bekerja keras, supaya tidak miskin karena kemiskinan merupakan kesengsaraan dalam hidup
5. Memelihara aspek keluarga (hifzal nasl)
Artinya menjaga keturunan yang baik, agar tidak menjadi keluarga lemah dalam segala hal,
baik ekonomi, iman, pendidikan, dan fisik.
1) Wajib ; Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh pemeluk agama islam yang
telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa. Misal: Sholat fardu, Puasa Bulan Ramadhan, dll
2) Sunnah; Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala
dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Misal; Sholat Dhuha, Tahjjud, dll
3) Haram; Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat
muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di
neraka kelak. Misal; Membunuh, Durhaka kepada Ortu, dll
4) Makruh; Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi
jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Misal: Merokok, Lalai, dll
5) Mubah; Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak
akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Misal: Makan dan Minum, Melamum, dll
Dalam ajaran Islam, umat Islam wajib mentaati hukum yang ditetapkan Allah, karena
orang yang mendapat beban itu adalah mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan, maupun
larangan.
Oleh karena itu, bila seseorang telah mengamalkan semua titah Allah, baik berupa
tuntutan (wajib dan sunah) larangan (haram atau makruh) maupun pilihan (mubah), maka
orang tersebut akan menolak perbuatan zalim terhadap sesama manusia maupun sesama
makhluk hidup.
Ruang lingkup yang diurusi hukum Islam menurut pendapat Zahabi meliputi beberapa
aspek, diantaranya:
- Hukum i’tiqadiyah, yaitu sesuatu yang berkenaan dengan akidahdan keyakinan seperti
rukun iman yang enam;
- Hukum alamiyah, yaitu sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, seperti sholat, puasa, zakat
dan haji;
- Muamalah, seperti jual beli, perkawinan, waris, pencurian, dan sebagainya.
Menurut Al-Qur’an, setiap muslim wajib mentaati serta mengikuti kemauan atau kehendak
Allah, kehendak Rosul dan kehendak Ulil amri, yaitu orang yang mempunyai kekuasaan
atau penguasa.
Aturan hukum Islam itu berlaku berangsur-angsur sesuai situasi kondisi dan keadaan
masyarakat waktu itu, baik dalam rangka perintah meninggalkan adat kebiasaan banyak
yang lampau dan kemampuan untuk menggantikan hukumnya dengan hukum baru yang
lebih kondusif.
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak, namun
dalam pembahasan ini dikemukakan peranan utamanya saja, yaitu:
1. Ibadah, fungsi paling utama hukum Islam adalah beribadah kepada Allah swt.,
karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya
2. Fungsi amar makruf nahi munkar yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat
jahat
3. Fungsi zawajir, fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang
disertai dengan ancaman hukuman atau sansi hukum
4. Fungsi tanzim wal islah al-ummah, yaitu hukum Islam sebagai sarana untuk
mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial sehingga
terwujud masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera bahagia.
1. Terwujudnya masyrakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasis hati nurani yang
diilhami dan disinari firman ajaran agama Allah.
2. Terhindarnya perilaku radikal , ekstrim, tidak toleran, dan eksklusif dalam kehidupan
beragama.
3. Terbinanaya masyarakat yang dapat menghayati, mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan
sebenarnya, mengutamakan persamaan, menghargai HAM dan menghormati perbedaan
melalui internalisasi ajaran agama
Oleh karena itu, Allah akan membalas kepada hakim yang konsekuen dalam
mengadili suatu perkara, yaitu seorang hakim yang berpegang teguh pada keadilan dan
kebenaran dalam memutuskan hukum suatu perkara, ditempatkan di mimbar cahaya yang
menggambarkan betapa mulianya orang yang bisa bertugas seadil-adilnya tanpa terpengaruh
bujukan atau rayuan yang menggiurkan.
Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada
dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-
individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan
melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.
Didalam sejarah, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, Nabi
Muhammad yang membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap penindasan dan
ketidakadilan. Dan mempunyai tujuan untuk menuju kearah pembebasan.
Menurut Ali Syari’ati dalam Hilmy (2008:179) para nabi tidak hanya mengajarkan dzikir dan do’a
tetapi mereka juga datang dengan suatu ideologi pembebasan.
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat
peraturan-peraturan yang mengkondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu
manusia yang bermoral (agama sebagai sumber moral). Kearifan yang menjiwai langkah hukum dengan
memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bias memperbaiki kesalahan
(bertaubat kepada Tuhan) Fungsi Profetik Agama:
1. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan:.
Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang baik
seperti :
Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat (Politik atau paham yang
tidak sehat)
Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu hukum dan norma serta nilai
yang ada
Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dan lain sebagainya
Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat (Imbalance), baik
materi dan non materi, baik lahir maupun bathin
Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Endsof Pluralisme)
Intinya :
1) Dalam berpolitik, seperti : Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang
2) Dalam Materialisme, seperti : Ekonomi kapitalisme
3) Dalam Ekologi, seperti : Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan
pendidikan moral, memisahkan pemerintahan Negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan
kehidupan manusia
4) Dalam Reduksionisme, seperti : Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
5) Dalam Kultural atau Budaya, seperti : Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan dunia)
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Rosyadi Khoiron, “Pendidikan Profetik”, Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004, Yogyakarta
Shofan Mohammad “Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar
Dikotomi Sistem Pendidikan Islam)”, IRCiSoD bekerjasama dengan UMG Press, Cet. I ,
2004, Yogyakarta
Kuntowijoyo (Alm), “Muslim Tanpa Masjid”, Bandung: Mizan, 2001
Banawi Imam, “Segi-segi Pendidikan Islam”, Al-Ikhlas, 1987, Surabaya
http://uliyasiwi.wordpress.com/2011/10/11/makalah-pendidikan-agama-islam-2/
http://www.scribd.com/doc/111360836/Fungsi-Profetik-Agama-Dalam-Hukum