Você está na página 1de 6

ANTENATAL CARE (ANC) TERPADU "14 T" & "17 T"

Pengertian
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu
dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah.
(Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)

Tujuan kunjungan
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan sosial ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)

Jadwal kunjungan
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan.
Pemeriksaan dilakukan setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2
minggu. Dan sesudah 36 minggu.
Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a) Satu kali pada trimester pertama
b) Satu kali pada trimester kedua
c) Dua kali pada trimester ketiga. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)

Pelayanan antenatal terpadu


Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada
semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilannya.

Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang
sehat.

Standar asuhan kebidanan

Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".


1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
- Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III
berkisar anatar 9-13,9 kg
- Kenaikan BB setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg/minggu mulai TM II.
- BB ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
- Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.
Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2

Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai IMT


Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : (Prawirohadjo, 2013)
- Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis.
- Pada trimester II dan III Kenaikan BB dianjurkan
o menambah BB 0,4 kg untuk IMT Normal
o menambah BB 0,5 kg gizi kurang
o menambah BB 0,3 kg.
- Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
b) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.

- Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang
sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2) Ukur Tekanan Darah (T2)


Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting
untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg.

3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)


- Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan
berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan.
- TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)


- Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa.
- Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada
masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin.
- Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan
untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.

5) Pemberian Imunisasi TT (T5)


Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap
infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada
ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus
mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan
kedua pada empat minggu kemudian)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001 ; Depkes RI, 2000) . (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)

Tabel 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan


Pada kunjungan -
TT 1 -
antenatal pertama

TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

25 tahun/seumur
TT 5 1 taun setelah TT4 99
hidup
Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
6) Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara Sahli. Pemeriksaan
Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan
Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun
pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi,
kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
8) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk mengetahui adanya
treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang
pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil
dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan < 16
minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.
9) Pemeriksaan urine reduksi (T9)
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah
untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat
mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10) Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi
dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11) Senam Hamil ( T11 )
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan. Adapun
tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan
relaksasi.
12) Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala
malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat
penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus prematurus juga
anemia.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek
buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
14) Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati & Suryono, 2010).
Pelayanan Standar Asuhan 17 T
Tabel 2.6 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan Trimester I Trimester II Trimester III Keterangan
1 Keadaan Umum ü ü ü Rutin
2 Suhu Badan ü ü ü Rutin
3 Tekanan Darah ü ü ü Rutin
4 Berat Badan ü ü ü Rutin
5 LILA ü Rutin
6 TFU ü ü Rutin
7 Presentasi Janin ü ü Rutin
8 DJJ ü ü Rutin
9 Pemeriksaan HB ü ü Rutin
10 Golongan Darah ü Rutin
11 Protein Urin · · · Rutin
Gula
12 · · · Atas indikasi
Darah/reduksi
13 Darah Malaria · · · Atas indikasi
14 BTA · · · Atas indikasi
15 Darah Sifilis · · · Atas indukasi
16 Serologi HIV · · · Atas indikasi
17 USG · · · Atas indikasi
Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
ANTENATAL CARE”

a. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan
untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala,
yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat
Pelayanan Dasar, 2004 : 1).

Pengawasan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim (Manuaba, 2002 : 129).

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala,
yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kegawatan yang ditemukan (Depkes RI, 2004 : 12).

Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal (Prawirohardjo, 2000 : 89).

Salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran dan informasi pada seorang wanita
mengenai tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya. Perawatan antenatal juga merupakan
suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan
bantuan segera dari petugas kesehatan (WHO, 2004 : 8).

Pemeriksaan antenatal seyogyanya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam
beberapa hari setelah terlambat menstruasi, terutama bagi wanita yang menginginkan terminasi kehamilan, tetapi bagi semua
wanita secara umum sebaiknya jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali.

b. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Tujuan asuhan antenatal adalah:

1) Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Saifudin, dkk, 2002).

Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya (Poedji Rochjati,
2003 : 41).

c. Manfaat Antenatal Care (ANC)

Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan (Manuaba, 1998).

Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:

1) Bagi ibu

a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi
kehamilan.

b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.

c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.

d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).

2) Bagi janin

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan
kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia (Manuaba, 1999).
d. Standar Minimal Pelayanan Antenatal

Menurut Saifuddin (2002) pelayanan antenatal mencakup banyak hal namun dalam penerapan operasional dikenal standar
minimal “7T” yang terdiri dari :

1. Timbang berat badan

Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil
muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing – masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat
total adalah 9 – 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti bengkak,
kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).

2. Ukur tekanan darah

Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau
tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 1997).

3. Ukur tinggi fundus uteri

Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:

12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.

16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.

20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.

24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.

28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.

32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.

36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.

40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).

4. Pemberian imunisasi TT

Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal
4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin
maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat pemberian
imunisasi TT adalah sebagai berikut :

a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak
minimal dua minggu.

b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang
pertama (Depkes RI, 1997).

5. Pemberian tablet zat besi

Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.

Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum bersama
air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah
ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.

Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut
dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus
segera ditangani.

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.

Standar Pelayanan antenatal mencakup banyak hal yakni terdiri dari :

a) Identifikasi ibu hamil

Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Memberikan pelayanan berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal.
c) Palpasi Abdominal

Palpasi juga disebut periksa raba. Palpasi guna memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak,
posisi dan bagian bawah janin palpasi abdomen pada wanita hamil dilakukan mulai umur kehamilan 36 minggu untuk kehamilan
normal, dan umur kehamilan 28 minggu bila pada pemeriksaan Mc. Donald ditemukan tinggi fundus uteri lebih tinggi dari
seharusnya.

Tinggi fundus uteri dalam sentimeter (cm) yang normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir. Jika hasil pengukuran berbeda 1-2 cm, masih dapat ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih
kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin (Mandriwati, 2006 : 84).

Tinggi fundus uteri normal sebagai berikut :

24 minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.

28 minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari atas pusat

32 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat – processus xyphoideus.

36 minggu :Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xyphoideus.

40 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara processus xyphoideus – pusat.

d) Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan.

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlakukan. Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenai tanda serta gejala preeklamsia lainnya
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

Akibat yang dapat ditimbulkan dari pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai dengan standar minimal yaitu komplikasi obstetri
yang mungkin terjadi selama kehamilan tidak dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. Komplikasi obstetri
itu antara lain : komplikasi obstetri langsung (perdarahan, preeklamsi/eklamsi, kelainan letak, anak besar, kehamilan kembar,
ketuban pecah dini), komplikasi obstetri tidak langsung (sakit jantung, hepatitis, tuberkulosa, anemia, diabetes melitus) dan
komplikasi yang berhubungan dengan obstetri (cedera akibat keclakaan kendaraan, keracuan, kebakaran).

e. Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Kunjungan disini bukan hanya ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan tetapi juga setiap kontak dengan
tenaga kesehatan dan diberikan pelayanan antenatal sesuai standar baik di Posyandu, Polindes, atau kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan.

Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang dikenal dengan istilah K1, K2, K3, dan
K4. Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu), dan dua kali
pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI, 2004 : 47).

Adapun uraianya sebagai berikut :

1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I (sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan
jumlah kunjungan minimal satu kali dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, imunisasi
Tetanus Toxoid, periksa fundu uteri, pemberian tablet tambah darah, tes PMS, dan temu wicara. K1 ini mempunyai peranan
penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui
jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).

2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan
mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1.

3) K3 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan
mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (usia kehamilan >36 minggu) dan
mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1, K2, dan K3.

Você também pode gostar