Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DIAJUKAN OLEH
15.113082.5.0164
SAMARINDA
2016
2
DIAJUKAN OLEH
15.113082.5.0164
SAMARINDA
2016
Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai
tulisan atau pikiran saya sendiri. Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Afriliya Widiastuti, S.Kep.
15.113083.5.0.164
Pembimbing
Mengetahui,
Koordinator, Mata Kuliah Elektif
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Afriliya Widiastuti, S.Kep.
15.113083.5.0.164
Ns. Elisda H. Pakpahan, S.Kep. Ghozali MH, SST., M.Kes. Ns. Alfi Ari Fakhrul Rizal, M.Kep
NIP.198109212011012001 NIDN. 1114077102 NIDN. 1111038602
Mengetahui,
Ketua
Program Profesi Ners
Motto
The happiest people don’t have the best of everything, they just make
the best everything they have
7
INTISARI
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat ini banyak diteliti dan
dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor
satu di dunia. Acute Coronery Syndrome (ACS) sendiri merupakan bagian dari penyakit jantung
koroner (PJK) dimana yang termasuk ke dalam Acute Coronery Syndrome (ACS) adalah angina
pektoris tidak stabil (Unstable Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST Elevasi (ST Elevation
Myocard Infarct (STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi ( Non ST Elevation Myocard
Infarct (STEMI). Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk melakukan
analisa terhadap kasus kelolaan dengan klien Unstable Pectoris (UAP) dengan nyeri dada di
ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. intervensi inovasi yang digunakan adalah pengaruh Foot Hand Massage terhadap
nyeri dada. Berdasarkan data yang telah didapat dilihat adanya perubahan pengaruh pemberian
terapi Foot Hand Massage terhadap Penurunan nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Kata kunci: Acute Coronery Syndrome (ACS) , Foot Hand Massage, Nyeri dada
1
Mahasiswa Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Samarinda
2
Dosen STIKES Muhammadiyah Samarinda
8
Cardiovascular disease is one type of disease that is currently widely studied and associated with
a person's lifestyle. This disease is the number one cause of death in the world. Acute Coronery
Syndrome (ACS) is a part of coronary heart disease (CHD) which included in the Acute
Coronery Syndrome (ACS) are unstable angina pectoris (Unstable pectoris / UAP), myocardial
infarction with ST elevation (ST Elevation myocardial infarcts ( STEMI), myocardial infarction
without ST elevation (Non ST Elevation myocardial infarcts (STEMI). Nurses final scientific work
aims to analyze the cases managed by the client Unstable pectoris (UAP) with chest pain in the
Intensive Cardiac Care unit (ICCU) of the Abdul Wahab Sjahranie’s hospital Samarinda.
interventions innovation used is the influence of Hand Foot Massage the chest pain. Evaluation
of the intervention Hand Foot Massage indicate that there ia a decrease in pain before and after
the intervention.
Keywords: Acute Coronery Syndrome (ACS) , Foot Hand Massage, chest pain
1
Bachelor of Ners Program STIKES Muhammadiyah Samarinda
2
Lecture of STIKES Muhammadiyah Samarinda
9
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
tak lupa disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, dan
Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Klien
dengan pasien Acut Coronary Syndrome (ACS) Unstable Angina Pectoris/UAP dengan
intervensi inovasi Teknik Foot Hand Massage terhadap penurunan nyeri dada di ruang
ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2016” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata I program studi
Selama proses pembuatan Skripsi penelitian ini, penulis banyak memperoleh bantuan,
motivasi, dukungan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Allah SWT, yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan pada manusia apa yang
tidak diketahui.
2. Rasulullah SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman
3. Bapak Ghozali MH, M.Kes Selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Samarinda dan
4. Ibu Ns. Siti Khoiroh, M.Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan dan Koordinator
5. Ibu Ns. Elisda H. Pakpahan, S.Kep selaku penguji I yang telah memberikan motivasi
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Akhir Ners.
7. Kepada seluruh dosen dan staf pendidikan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda.
8. Bapak Paimin, SST. Selaku kepala ruangan dan seluruh staff yang telah memberikan
9. Bapak Arief R., S.Kep selaku CCM yang telah memberikan bimbingan selama
10. Kepada Bapak Mad Karta dan Ibu Rohimah yang selalu memberikan doa dan
11. Kepada kawan stase elektif ICCU yang selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan sehingga dapat bermanfaat secara maksimal untuk semua pihak dan
Wassalamualaikum.Wr. Wb
11
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Motto ............................................................................................................ v
Intisari .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi .................................................................................... . 20
3. Pathway …………………………..…………………......… 23
5. Patofisiologis........................................................................... 25
7. Penatalaksanaan. ..................................................................... 30
8. Komplikasi …………………………………………………. 34
9. Prognosis ……………….……………………………….… 35
5. Karakteristik Nyeri.................................................................. 45
D. Manajemen Nyeri.......................................................................... 51
1. Pengertian. .............................................................................. 51
2. Tujuan. .................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. .................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat ini
banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Penyakit ini
(ACS) sendiri merupakan bagian dari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
yang termasuk ke dalam Acute Coronery Syndrome (ACS) adalah angina pektoris
Elevation Myocard Infarct (STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi ( Non
nyeri dada yang khas, perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung. Nyeri
dada khas Acute Coronery Syndrome (ACS) dicirikan sebagai nyeri dada dibagian
dibakar, terasa penuh yang terjadi dalam bebrapa menit. Nyeri dapat menjalar ke
penyebab kematian, World Health Organisation (WHO) dalam The top 10 causes
of death, pada tahun 2008 sejumlah 7,2 juta jiwa atau 12,8% meninggal karena
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner secara klinik termasuk silent
infark miokard, gagal jantung, dan kematian. Sekitar 80% dari kematian
penyakit tidak menular, dari 42% menjadi 60%. Stroke, hipertensi, penyakit
jantung iskhemik dan penyait jantung lainnya adalah penyakit tidak menular
yang terdiri dari penyakit jantung iskhemik, infark miokard akut, gagal jantung,
lainnya. Pada kasus-kasus penyakit jantung tersebut, jumlah pasien penyakit jantung
rawat inap di rumah sakit terbanyak adalah penyakit jantung iskhemik (30,17%),
dan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada kasus infark miokard akut
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang,
Dasar, 2013).
Data yang didapatkan pasien yang dirawat di ruang ICCU RSUD Abdul
Wahab Sjahranie dalam kurun waktu 3 bulan terakhir yang terdiagnosis dengan
penyakit SKA sebanyak 373 pasien. dengan yang terdiagnosa UAP sebanyak 39
pasien.
18
Patofisiologi sindrom koroner akut (SKA) adalah adanya ruptur atau erosi
dari plak aterosklerosis. Ruptur pertama kali terjadi pada bagian “shoulder of
plaque” yang kemudian diikuti trombosis di dalam plak, yang selanjutnya meluas
Angina pektoris tak stabil (Unstable angina = UA) dan infark miokard akut
jantung.
prognosis dngan cara mencegah infark miokard lanjut dan mencegah kematian.
Upaya yang dilakukan adalah mengurangi terjadinya trombotik akut dan disfungsi
dipahami oleh perawat. Perawat perlu untuk memahami patofisiologis ACS, nyeri
dada yang khas pada ACS, analisa EKG dan hasil laboratorium sebagai kunci
penanganan pasien yang optimal akan menghindarkan dari risiko komplikasi yang
sifatnya ringan, tindakan non farmakologi adalah intervensi yang paling utama,
nyeri. Pada kasus nyeri untuk mengatasi nyeri disamping tindakan farmakologi
yang utama.
penanganan fisik atau stimulasi fisik meliputi stimulasi kulit, stimulasi elektrik
terbimbing).
untuk mengurangi nyeri sering dijelaskan pada teori control gerbang, dengan
diturunkan dengan menggunakan foot hand massage dan juga penelitian oleh
Chang (2008 dalam Hariyanto, 2015) menyebutkan bahwa terapi pijat tangan
mempunyai efek positif pada penurunan rasa sakit pada pasien dirumah sakit.
20
Foot hand massage sendiri adalah bentuk massage pada kaki atau tangan yang
didasari pada premis bahwa ketidaknyamanan atau nyeri diiareea spesifik kaki
atau tangan berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan (Stillwell, 2011).
mengaplikasikan hasil riset tentang teknik foot hand massage dalam pengelolaan
kasus yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners (KIAN) denagn
judul “Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Klien dengan pasien Acut
inovasi Teknik Foot Hand Massage terhadap penurunan nyeri dada di ruang
B. Rumusan Masalah
tersebut, maka penulis menarik rumusan masalah dalam Karya Tulis Akhir Ilmiah
Ners (KIAN) ini sebagai berikut : “bagaimana gambaran Analisa Akhir Klinik
terhadap penurunan nyeri dada di ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Teknik Foot Hand Massage terhadap penurunan nyeri dada di ruang ICCU
2. Tujuan Khusus
Foot Hand Massage terhadap penurunan nyeri dada di ruang ICCU RSUD
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
(EBNP).
Angina Pectoris/UAP.
22
2. Bagi Profesi
Pectoris/UAP.
3. Bagi Penulis
komplementer berupa foot hand massage terhadap nyeri dada serta menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding
tipis disebut atrium dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel
(Muttaqin, 2009).Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan
ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas
fisik, dll. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per
detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer dan Bare, 2010).
merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. dan
pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4
ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang
a. Atrium
vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang
melalui aorta.
b. Ventrikel (bilik)
a) Katup atrioventrikuler.
1) Katup trikuspidalis.
b) Katup semilunar.
1) Katup pulmonal.
2) Katup aorta.
2. Persyarafan Jantung
berasal dari trunkus simpatikus bagian servical dan torakal bagian atas
yang terletak pada nodus AV, nodus SA, dan miokardium, menyebabkan
menyebabkan vasodilatasi).
3. Elektrofisiologi Jantung
spontan.
kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai dari nodus SA, nodus AV,
1) SA Node
2) Traktus Internodal
a) Anterior Tract.
b) Middle Tract.
c) Posterior Tract.
3) Bachmaan Bundle
kiri.
30
4) AV Node
berkontraksi.
kali/ menit.
c) Bundle His
d) Bundle Branch
e) Sistem Purkinje
4. Siklus Jantung
dari ventrikel dan kontraksi atrium, dimana terjadi pengisian darah dari
atrium ke ventrikel.
darah dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium
atrium kiri. Darah dari seluruh tubuh melalui vena cava superior dan
c) Periode Istirahat
maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran darah
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri
1. Definisi
nyeri dada iskemik yang akut dan perlu penanganan segera (keadaan
Angina pektoris tidak stabil (UAP) ditandai dengan nyeri dada yang terjadi
atau depresi segmen ST > 0,05 mV. Tidak terjadi peningkatan enzim jantung
(CKMB).
35
oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat dari terjadinya sumbatan arteri
koroner, dan dibagi menjadi dua yaitu Non ST Elevation Myocard Infarct
miocard dengan riwayat nyeri dada yang terjadi saat istirahat, nyeri
menetap, dirasakan lebih lama (lebih dari 20 menit), tidak hilang degan
riwayat nyeri dada yang terjadi saat istirahat, nyeri menetap, durasi lebih
dari 30 menit dan tidak hilang dengan nitrat. EKG menunjukkan elevasi
(CKMB).
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
petanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah APTS. Ketiga
: dari fenomena yang ringan sampai yang terberat. Dan jenjang itu terutama
namun pada penyakit arteri koroner aliran darah tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen.
perubahan struktur dan fungsi dari arteri koroner dan terjadi penurunan
aliran darah ke miokard. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tak
2012).
Faktor risiko ada yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang
dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah usia, jenis kelamin,
ras, dan riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat diubah atau dapat
gangguan toleransi glukosa (DM), diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan
3. Pathway
Faktor resiko
Penurunan curah
jantung
Oksigen untuk metabolisme
Penumpukan kurang maka akan terjadi
darah diparu metabolisme anaerob
terjadi
peningkatan
tekanan pada
pembuluh
darah paru Menghasilkan asam laktat dan
ATP
Ketidakefektifan
pola nafas Penumpukan Asam laktat
pH sel menurun
Nyeri akut
4. Manifestasi Klinis
nyeri dada yang khas, perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung.
Nyeri dada khas Acute Coronary Syndrome dicirikan sebagai nyeri dada
diremas, dibakar, terasa penuh yang terjadi dalam beberapa menit, nyeri
39
dapat menjalar ke dagu, leher, bahu, punggung, atau kedua lengan. Nyeri
(Muttaqin, 2009).
Selain itu ditemukan pula tanda klinis seperti hipotensi yang menunjukkan
5. Patofisiologi
b. Proses Inflamasi
dan berubah menjadi sel foam yang selanjutnya membentuk fatty streaks
(Majid, 2008).
makrofag. Sel T, dan sel otot polos. Sel otot polos bermigrasi dari tunika
fibrosis yang menstabilkan plak dengan cara membungkus inti lipid dari
tetap stabil. Gejala angina akan muncul bila stenosis lumen mencapai 70-
dan plak yang ruptur tersebut menyumbat kurang dari 50% diameter lumen.
Setelah terjadi ruptur plak atau erosi endotel, matriks subendotel akan
mengalami infark miokard. Lokasi dan luasnya infark tergantung pada jenis
arteri yang oklusi dan terdapatnya aliran darah koleteral (Myrtha, 2012).
mengalami stress tetapi bisa membaik kembali. Ketika suplai tidak adekuat
bagi miokard, maka akan terjadi iskemi miokard. Iskemi yang bersifat
cukup luas atau merupakan suatu respon vagus (Santoso & Setiawan, 2005).
Elevation Myocard Infarct (STEMI) terjadi bila disrupsi plak dan trombus
42
(Myrtha, 2012).
6. Pemeriksaan Penunjang
menentukan pasien ACS. Pasien dengan keluhan nyeri dada khas harus
Perekaman EKG harus diulang minimal 3 jam selama 6-9 jam, dan 24
dilakukan pemeriksaan lead V7-V9 dan lead V3R dan V4R, bila
2008).
b. Pemeriksaan Laboratorium
tidak stabil. Troponin lebih spesifik dan sensitif dibanding enzim kardiak
c. Radiografi thoraks
2013).
d. Ekhokardiografi
7. Penatalaksaan
mencegah infark miokard lebih lanjut dan kematian. Yang dilakukan adalah
pemberian:
Heparins/(LMWH).
a. Ibrinolitik/trombolitik
a. Oksigen
b. Nitrogliserin
45
per 3-5 menit dengan maksimal 3 kali pemberian. Nitrat mempunyai dua
dan infark inferior, selain itu tidak boleh diberikan pada pasien dengan
c. Morfin
diberikan bila nyeri tidak berkurang dengan ISDN. Efek analgesik akan
d. Aspirin
e. Clopidogrel
juga sebagai anti inflamasi dan anti trombotik. Pada pasien dengan
g. ACE inhibitor
diberikan pada 24 jam pertama pada pasien low EF < 40%, hipertensi,
h. Beta blocker
i. Tindakan reperfusi
Pemilihan reperfusi dilihat dari onset serangan atau nyeri dada ketika
pasien datang ke ruang emergensi (rumah sakit). Bila onset kurang dari 3
perbaikan, harus tetap dilakukan PCI dalam 24 jam pertama. Bila onset
kurang dari 12 jam, maka segera dilakukan PCI primer, dengan waktu
door to balloon maksimal 90 menit. Bila onset lebih dari 12 jam maka
dilakukan PCI.
8. Komplikasi
a. Disfungsional Ventrikular
ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini
dilatasi. Secara akut, hasil ini berasala dari ekspansi infark al: slippage
serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam
zona nekrotik.
48
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca infark pada apeks
lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk Progresivitas
dilatasi dan knsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhi bitot
ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi kurang dari
40%, tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitore ACE harus
diberikan.
a. Gangguan Hemodinamik
mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis
yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan bunyi jantung S3
b. Komplikasi Mekanik
ventrikel.
9. Prognosis
ini penting bahwa semua pasien yang menderita serangan jantung secara
Kerusakan pada otot jantung tidak selalu bermanifestasi sebagai rasa sakit
C. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Menurut Mahon (1994) dalam Potter dan Perry (2009) nyeri merupakan
suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu. Stimulus nyeri berupa stimulus yang bersifat fisik dan
mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau fungsi
2. Teori Nyeri
Teori pengontrolan nyeri yang cukup dikenal adalah teori Gate Control
dari Melzack dan Wall (1965, dalam Mudiah 2013). Teori ini juga
dikenal dengan sebutan Teori Kontrol Pintu Gerbang. Teori Gate Control
mengatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh
Menurut Wall (1978 dalam Brunner & Suddart, 2010) teori gerbang
kendali nyeri adalah proses dimana terjadi interaksi antara stimulus nyeri
dan sensasi lain dan stimulus serabut yang mengirim sensasi tidak
tranmisi nyeri.
mekanoreseptor.
Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut
sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantar ke otak, terdapat pusat
korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur
Suatu teori pereda nyeri yang relatif baru dikembangkan oleh Avron
dalam tubuh. Substansi ini disebut endorphin, yang berasal dari kata
dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphin pada sinaps sel-sel saraf
3. Klasifikasi Nyeri
Menurut National Institutes of Health (1986) dalam Potter & Perry (2009)
nyeri yang paling sering diobservasi oleh perawat pada pasien meliputi tiga
tipe yakni nyeri akut maligna kronik dan non maligna kronik. Brunner &
a. Nyeri Akut
Menurut Potter & Perry (2009) nyeri akut terjadi setelah cedera akut,
penyakit, tau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan
waktu singkat.
sampai berat, durasi singkat (dari beberapa detik sampai enam bulan).
b. Nyeri Kronik
yang menetap dan berlangsung lebih dari enam bualn. Nyeri kronik
intensitasrinagn sampai berat, durasi lama (enam bulan atau lebih), tidak
53
mudah marah, menarik diri, tidur tengganggu, libido menurun dan nafsu
Suddarth (2010)
54
3) Nyeri Viseral
4) Nyeri Alih
yang nyeri.
5) Nyeri Neuropati
merugikan dari system saraf tepi (SST) ke system saraf pusat (SSP)
nyeri bertambah parah oleh stress emosi atau fisik (dingin, kelelahan)
c. Fisiologis Nyeri
Proses terjadinya nyeri menurut Lindamen dan Arthie dalam Judha, dkk
Dua tipe serabut saraf perifer yang megonduksi stimulus nyeri adalah
serabut A-delta yang bermielinasi dan cepat, dan serabut C yang tidak
Sistem yang terlibat dalam trasmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
dalam kulityang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara
sel-sel mast folikel rambut, dan kelenjar keringat. Stimulus yang kuat
pada area tubuh yang berkaitan dengan serabut tersebut (Brunner &
Suddart, 2010).
Menurut Potter & Perry (2009), nyeri mrupakan sesuatu yang kompleks,
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
c. Kebudayaan
d. Makna Nyeri
e. Perhatian
nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang
(pijat).
f. Ansietas
g. Keletihan
h. Pengalaman Sebelumnya
i. Gaya Koping
perlindungan.
59
5. Karakteristik Nyeri
nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan
pasien yang sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat.
rangkaian nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan ? Sudah berapa lama nyeri
dirasakan ? Apakah nyeri yang dirasa terjadi pada waktu yang sama
Awitan nyeri yang berat dan mendadak lebih mudah dikaji daripada
b. Lokasi
c. Intensitas Nyeri
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan (Potter dan Perry,
2009).
berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan
yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri.
baik).
berkomunikasi, memukul).
d. Kualitas
2009).
e. Pola Nyeri
g. Gejala Penyerta
gelisah).
6. Pengukuran Nyeri
a. Self-Report Measure
jenis skala metrik. Seorang penderita diminta untuk menilai sendiri rasa
nyeri yang dirasakan apakah nyeri yang berat (sangat nyeri), kurang
nyeri dan nyeri sedang. Menggunakan buku harian merupakan cara lain
psikis dan emosional atau keadaan afektif nyeri juga dapat dicatat. Self-
report measure adalah skala pengukuran nyeri (misalnya VRS, VAS, pain
c. Pengukuran Fisiologis
langsung pada nyeri akut, tetapi respon biologis pada nyeri akut dapat
migrain jika terjadi serangan yang tiba-tiba dan keras, tetapi beberapa
mata/ mulut yang tertutup rapat atau terbuka lebar, menggigit bibir.
D. Manajemen Nyeri
1. Pengertian
kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat
berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan
2. Tujuan
akibat nyeri.
66
nyeri.
paling umum untuk mengatasi nyeri. Ada tiga jenis analgetik yaitu:
yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada
terbimbing).
farmakologi, yaitu :
2) Akupuntur
3) Akupresur
tapi juga pada sumber masalah yang sering berada di luar organ
4) Hipnotis
5) Masase
Menurut Potter dan Perry (2009) salah satu cara sederhana untuk
menyakitkan.
8) Relaksasi
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada
pengobatan yang memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang
sudah dipetakan sesuai pada zona terapi. Pada zona-zona ini, ada suatu
manusia, dimana setiap organ atau bagian tubuh terletak dalam jalur yang
sama berdasarkan fungsi system saraf. Potter & Perry (2009) menegaskan
nyaman, nyeri berkurang, aktif dan membantu tubuh untuk segar kembali.
Apabila titik tekan dipijat atau disentuh dan diberi aliran energi maka
system cerebral akan menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam
sistem saraf yaitu dengan mengaktifkan sistem nyeri yang disebut analgesia
(Guyton & Hall, 2007). Ketika pemijatan menimbulkan sinyal nyeri, maka
transmisi impuls ini di dalam system serebral dan medulla spinalis (Guyton
Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh di atur oleh dua sistem serabut saraf
dikirim ke sistem saraf pusat atau sistem serebral. Rangsangan yang masuk
hambatan. Sementara itu, signal dari otak juga mempengaruhi intensitas rasa
yang datang melebihi ambang rasa sakitnya, secara reflek orang akan
mengusap bagian yang cedera atau organ tubuh manusia yang berkaitan
dengan daerah titik tekan tersebut. Usaha tubuh untuk merangsang serabut
bisa berkurang bahkan tidak terasa sama sekali (Guyton & Hall, 2007).
hand massage adalah bentuk massage pada kaki atau tangan yang didasarkan
pada premis bahwa ketidaknyamanan atau nyeri diarea spesifik kaki atau
3. Jenis Pijat
Terdapat banyak sekali jenis pijat berdasarkan tekniknya. Ada pijat yang
otot-otot tubuh.
Pada terapi ini, terapis menggunakan minyak yang berasal dari ekstrak
Pada pijat jenis ini , alat yang digunakan adalah batu vulkanik yang
dipanaskan. Batu panas bisa digunakan sebagai alat pijat. Batu pana
sampai rasa hangat yang ada dibatu menghilang. Batu panas yang
c. Totok Aura
teknik penyaluran hawa murni pada titik yang ada di wajah. Totok
dan menarik.
d. Totok Darah
penting darah dalam tubuh antara lain sebagai transportasi air, oksigen,
bening. Totok darah dapat pula dilakukan untuk mengurangi zat – zat
4. Tujuan Massage
berat, menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan guna otot) dan
5. Manfaat Massage
a. Meredakan stress
Menurut Stiwell (2011) penekanan pada area spesifik kaki atau tangan
yang tepat pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.
7. Teknik Pemijatan
76
Gambar 2.6 Tehnik Pemijatan Kaki Dan Tangan Barbara & Kunz,
BAB III
A. Pengkajian Pasien
Klien Tn. T usia 38 tahun, No. RM 87.9X.XX, suku Jawa, agama Islam,
Asam RT 1 No. 07 Samarinda. Pasien masuk pada tanggal 26 Juli 2016 pada
2. Keluhan Utama
sejak pukul 18.00 WITA sehingga Tn.T di bawa ke IGD RS AWS oleh
istrinya.
b. Saat Pengkajian
Tn.T mengatakan nyeri dada sebelah kiri dengan skala 6, nyeri dirasakan
menjalar ke lengan kiri dan ulu hati , nyeri dirasakan seperti tertekan,
Klien didiagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis ACS UAP dan
sebelumnya klien pernah dirawat di RSUD AWS pada bulan mei 2015
dengan keluhan penyakit yang sama yaitu ACS UAP, klien mengalami
serangan yang kedua pada bulan juli 2016 yang menyebabkan klien
ICCU.
78
3. Data khusus
a. Primery Survey
1) Breathing
simetris, tidak ada retraksi dinding dada, suara nafas vesikuler, tidak
ada rochi atau wheezhing pada paru, tidak terdapat pernafasan cuping
liter/permenit.
2) Brain
3) Blood
0.05 meq/BB/Jam.
4) Bladder
Klien BAK spontan, jumlah urine 1500 cc selama 24 jam, tidak ada
5) Bowel
Klien makan 3 kali sehari dengan diet jantung rendah garam dan
air putih ± 2000 cc/hari, bising usus 7-8x/menit, klien buang air besar
6) Bone
Pola aktivitas dibatasi ditepat tidur (klien sesak nafas dan nyeri dada
atas maupun bawah dengan skor penuh (skor 5). Tidak ada edema.
b. Secondary Survey
1) Pengkajian Fungsional
Data Subjektif:
Samarinda. akan tetapi saat puasa tahun ini pasien lupa minum
Data Objektif:
b) Pola Metabolik
80
Data Subjektif:
pasienmenghabiskan makanannya.
Data Objektif :
c) Pola Eliminasi
Data Subjektif :
Data Objektif :
Data Subjektif :
81
lain.
Data Objektif :
ekstremitas niali 5.
Data Subjektif :
sekitar 7-8 jam sehari tetapi klien jarang tidur siang. Saat di RS
pasien tidur malam 7-8 sehari dan tidur siang. Pasien mengatakan
Data Objektif :
f) Pola Persepsi-Kognitif
Data Subjektif:
lengan kiri dan ulu hati dengan Skala 6 (nyeri sedang), nyerinya
82
Data Objektif :
Data Subjektif :
Data Objektif :
h) Pola Hubungan-Peran
Data Subjektif:
seperti biasanya.
Data Objektif
Saat jam besuk istri dan anak klien selalu datang menemani
klien.
83
i) Pola Reproduksi-Seksualitas
k) Pola Keyakin-Nilai
beragama islam.
c) Mata : simetris kiri dan kanan, pupil isokor pada mata kanan dan
d) Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada massa, tidak ada
cairan atau lendir yang keluar dari liang telinga, tidak ada nyeri,
e) Hidung : tidak ada masa, tidak ada cairan atau lendir yang kleuar
84
dari lubang hidung, posisi septum nasal ada di tengah, tidak ada
pernafasan.
fremitus teraba jelas dan sama pada dada kiri dan kanan. Pada
regular.
l) Abdomen : pada inspeksi bentuk flat, tidak ada lesi, tidak ada
suhu tubuh 36,5o C, turgor alastis, akral hangat, CRT < 2 detik,
5 5
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. EKG
- HR 75 x/menit
- HR 100 x/menit
- HR 106 x/menit
5. Penatalaksaan Terapi
- Brilinta 90 mg 1-0-1
- ISDN 3 x 5 mg
- ASA 1 x 80 mg
- Atorvastatin 20 mg 0-0-1
B. Masalah Keperawatan
1. Analisa Data
DO :
- Ekspresi menahan sakit
- Pasien terkadang memegang
dada yang terasa nyeri
- Gambaran EKG terdapat Nyeri Ketidakefektifan
iskemik di bagian inferior Pola nafas
DS:
Pasien mengatakan sesak nafas
DO :
- Pasien bedrest
- RR = 28 x/menit
- Terpasang O2 nasal kanul 3
lpm
- Kesimpulan EKG terdapat
iskemik di bagian inferior
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 2
Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Pain Control Pain management
dengan agen Setelah dilakukan tindakan 2.1 Lakukan pengkajian
injury biologis keperawatan selama 3 x 24 nyeri secara
jam, klien mampu komprehensif termasuk
mengontrol nyeri dada lokasi, karakteristik,
ingga berkurang/hilang kualitas dan faktor
dengan indicator : presipitasi
- Mengakui timbulnya 2.2 Observasi reaksi non
91
Diagnosa 3
Ketidakefektif NOC NIC
an pola nafas Airway Patency Respiratory Monitor
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3.1 Monitor frekuensi
dengan nyeri keperawatan selama 3 x 24 irama kedalaman dan
jam, masalah upaya pernafasan.
ketidakefektifan pola nafas, 3.2 Monitor pemberian
dengan indicator dan skala oksigen
gangguan sedang (3) : 3.3 Perhatikan gerakan
- Respirasi (16-20 dada, lihat
kali/menit) kesimetrisan,
- Irama pernafasan menggunakan oto
regular bantu pernafasan
- Pernafasan dalam 3.4 Monitor suara nafas
tambahan
Skala : 3.5 Monitor pola nafas ,
1. Penyimpangan berat bradipnue, takipneu,
dari rentang normal hiperventilasi
2. Penyimpangan 3.6 Atur posisi semi fowler
subtansial dari rentang 3.7 Palpasi kesemetrisan
paru-paru
92
E. Intervensi Inovasi
melakukan teknik relaksasi foot hand massage saat nyeri muncul. Intervensi
tersebut diterapkan secara continue selama tiga hari mulai tanggal 26 juli 2016
sampai 28 juli 2016 untuk melihat keefektifan manajemen nyeri yang dilakukan.
F. Implementasi
pernafasan)
1.8 Mengelola pemberian obat anti koagulan yang
sesuai
(Evaluasi : memberikan injeksi lovenox 0.6 cc
secara sc di abdomen)
1.11 Memonitor TD, Nadi,Suhu, RR
(Evaluasi : TD = 112/70, N = 118, RR = 28
x/menit, T = 36.7o C
1.5 Memonitor toleransi aktivitas
(Evaluasi : pasien dapat makan tanpa bantuan
orang lain. pasien masih bedrest)
1.6 Memonitor balance cairan
( Evaluasi : I = 475. O = 400. BC = + 75
1.5 Memonitor jumlah, bunyi dan irama jantung
(hari kamis)
(Evaluasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal regular)
1.8 Memngelola obat anti aritmia
(Evaluasi : memberikan obat oral Brilinta,
ISDN, dan ASA)
1.1 Mengevaluasi Nyeri dada
(Evaluasi : nyeri dada mulai berkurang dengan
skala nyeri 4, dengan durasi ±7 menit,
menyebar ke ulu hati.)
3.6 Mengatur posisi semi fowler
(Evaluasi : pasien mengatakan sesak nafasnya
sudah mulai berkurang dan pasien sudah mulai
mencoba duduk sendiri)
3.5 Memonitor pola Nafas,
(Evaluasi : RR 26x/menit, OKsigen nasal kanul
2 lpm, takipnue, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
1.11 Memonitor TD, Nadi,suhu, dan RR
(Evaluasi : TD : 112/76 mmHg, N: 109
x/menit, RR : 26x/menit, T: 36.4o C)
1.6 Memonitor toleransi aktivitas
(Evaluasi : pasien telah bisa mobilisasi ke
kamar mandi dengan dibantu oleh perawat)
2.4 Melakukan teknik relaksasi Foot Hand Massage
(Evaluasi : pasien bersedia melakukan terapi)
1.9 Mengelola pemberian obat anti koagulan untuk
mencegah thrombus perifer
(Evaluasi : Evaluasi : memberikan injeksi
98
G. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
ANALISA SITUASI
tetapi dapat juga melayani penderita tidak gawat darurat dan untuk
selanjutnya dikoordinasikan dengan bagian atau unit lain yang sesuai dengan
penderita gawat darurat yang optimal, terarah dan terpadu dengan fokus
intensif. Berbagai jenis penyakit yang terdapat di ruang ICCU, antara lain:
kelainan katup, dan penyakit arteri coroner. Sebagai ruang rawat inap
(Intensive Cardiac Care Unit) merupakan unit khusus untuk merawat pasien
yang mempunyai kelainan pada jantung secara intensif. Gedung baru ICCU
memadai.
dengan dengan hasil praktik klinik keperawatan pada pasien dengan Acute
ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang dilakukan pada tgl
mengalami stress tetapi bisa membaik kembali. Ketika suplai tidak adekuat
bagi miokard, maka akan terjadi iskemi miokard. Iskemi yang bersifat
104
UAP adalah adanya nyeri dada berupa rasa tertekan/berat daerah restroternal
Keluhan utama yang dirasakan Tn. T adalah nyeri dada sebelah kiri
yang menjalar ke lengan kiri dan ulu hati. Nyeri diraskan klien hilang timbul
dan bertambah nyeri saat beraktivitas denga skala 6 denga durasi ±15 menit.
laktat dan ATP (yang seharusnya menghasilkan ATP dan air) sehingga
dkk (2012) adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan,
nyeri.
Dua tipe serabut saraf perifer yang megonduksi stimulus nyeri adalah
serabut A-delta yang bermielinasi dan cepat, dan serabut C yang tidak
sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri
Sistem yang terlibat dalam trasmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
sistem nosiseptif. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam
kulityang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit
rambut, dan kelenjar keringat. Stimulus yang kuat pada serabut cabang
visceral dapat mengakibat vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang
Prostaglandin adalah zat kimiawi yang diduga dapat meningkatkan efek yang
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih
membantu tubuh untuk segar kembali. Apabila titik tekan dipijat atau
disentuh dan diberi aliran energi maka system cerebral akan menekan
besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf yaitu dengan
mengaktifkan sistem nyeri yang disebut analgesia (Guyton & Hall, 2007).
Menurut Stiwell (2011) penekanan pada area spesifik kaki atau tangan
yang tepat pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.
dengan keluhan nyeri dada. Tujuan dilakukannya teknik foot hand massage
untuk mengurangi rasa nyeri yang klien rasakan dan merupakan salah satu
metode pengalihan nyeri yaitu refleksi. Berikut ini adalah hasil dari tindakan
N:109x/i, N:100x/i,
RR: 27x/i, RR: 25x/i,
SpO2: 100% SpO2: 100%
Objektif Objektif
TD:110/75 mmHg, TD:102/78 mmHg,
N:108x/i, N:99x/i,
RR: 25x/i, RR: 22x/i,
SpO2: 100% SpO2: 100%
ketiga nyeri dada tidak dirasakan lagi, hanya ulu hati yang terasa penuh.
Hal ini mnunjaukkan bahwa ada perubahan dalam pemberian teknik foot
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
grup control dan grup intervensi. Didapatkan hasil p-value = 0.000 yang
foot hand massage efektif dan dapat digunakan sebagai salah satu
miokard akut.
merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
Foot and hand massage adalah bentuk massage pada kaki atau tangan
gangguan.
110
energi maka system cerebral akan menekan besarnya sinyal nyeri yang
ini di dalam system serebral dan medulla spinalis (Guyton & Hall,
2007).
Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh di atur oleh dua sistem
serabut saraf yaitu serabut A-Delta bermielin dan cepat dan serabut
bekerja untuk melawan hambatan. Sementara itu, signal dari otak juga
sakitnya, secara reflek orang akan mengusap bagian yang cedera atau
organ tubuh manusia yang berkaitan dengan daerah titik tekan tersebut.
juga non-farmakologi seperti teknik foot hand massage pada pasien dan
nyeri tidak selalu terfokus pada pengobatan jenis farmakologi saja dan bisa
dilakukan yaitu teknik foot hand massage selain itu perawat juga harus
memberikan edukasi tentang penyakit, gaya hidup dan diit bagi klien sangat
penting.
nyaman dengan intervensi teknik foot hand massage bagi klien rawat inap di
112
pelaksanaannya di lapangan.
yang komprehensif pada klien ACS UAP di ruamg perawatan rumah sakit.
Selain itu perawat juga perlu mengetahui berbagai teknik distraksi yang ada
melakukan peneritian klien ACS UAP dengan aplikasi latihan teknik foot
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kasus kelolaan
Pectoris (UAP) sejak tanggal 26 sampai 28 Juli 2016 di Ruang ICCU RSUD
a. Tn.T mengatakan nyeri dada sebelah kiri dengan skala 6, nyeri dirasakan
menjalar ke lengan kiri dan ulu hati , nyeri dirasakan seperti tertekan, nyeri
2) Nyeri Akut
(NIC).
2. Intervensi Inovasi
nyeri dan didapatkan hasil terjadi perubahan skala nyeri dari 6 nyeri sedang
B. Saran
pelaksanaannnya dilapangan.
2. Bagi Perawat
perawatan rumah sakit dengan berbagai macam terapi. Selain itu perawat
yang ada.
3. Bagi Klien
115
menurunkan nyeri.
5. Peneliti
pasien jantung.
116
Daftar Pustaka
Asadizaker, et, al. (2011). The Effect of Foot and Hand Massage on
Postoperative Cardiac Surgery Pain. International Journal of Nursing and
Midwifery. Diakses tangal 22 Juli 2016
Brunner & Suddart. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta
: ECG
Coven, D.L. (2009. Acute Coronary Syndrome. Medscape Reference.
http://www.emedecine.medscape.com. Diakses tanggal 22 Juli 2016
Guyton A. C., Hall JE. (2007). Buku Ajar Fisiologis Kedokteran. Jakarta:
EGC
Data Pribadi
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal