Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sistem saraf pusat (central neuron sistem) terdiri atas otak dan medulla
spinalis. Dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi
CNS. Meningen terdiri atas 3 (tiga) lapis yaitu terdapat rongga-rongga (space)
yaitu :
Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interprestasi, intekrasi,
koordinasi dan inisiasi berbagai impuls saraf. Otak terdiri dari otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak (brainstem).
Terdiri dari dua belahan yang disebut Hemipherium cerebri dan keduanya
dipisahkan oleh fissure longitudinalis cerebri menjadi hemisfer kanan dan kiri.
Hemisfer cerebri dibagi menjadi lobus – lobus yang diberi nama sesuai dengan
tulang diatasnya, yaitu :
a. Lobus frontalis
b. Lobus parietalis
c. Lobus occipitalis
d. Lobus temporalis
Pembuluh darah
Fisiologi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ooC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
ETIOLOGI
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat
misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui, proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air, Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh:
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai:
1. Apnea.
2. meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet.
3. Hipoksemia.
4. Hiperkapnia
5. asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik
6. hipotensi artenal
7. denyut jantung yang tidak teratur
8. suhu tubuh meningkat meningkatnya aktifitas otot
9. metabolisme otak meningkat.
PROGNOSA
Dengan penanggulangan yang tepat & cepat prognosisnya baik & tidak
menyebabkan kematian Resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung faktor :
MANIFESTASI KLINIK
PENATALAKSANAAN MEDIK
kejang,maka :
Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal
dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat. Pengobatan penunjang
pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
Pengobatan rumat
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl)
b. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian
2. obat.
3. Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi
kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.
7. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang
utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal
8. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral
oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
DIAGNOSA 1
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
DIAGNOSA 2
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah.
Rasional: meminimalkan injuri saat kejang
b. Tinggalah bersama klien selama fase kejang.
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
c. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional: menurunkan resiko trauma pada mulut.
d. Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika
kontrol otot volunter berkurang.
e. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
f. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang Rasional: mendeteksi secara
dini keadaan yang abnormal