Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua, diperkirakan gangguan wicara dan
bahasa pada anak sekitar 4-5% ( diluar gangguan pendengaran serta cela platum ).
Deteksi dini perlu ditegakan, agar penyebabnya segera dicari, sehingga
pengobatannya dapat dilakukan seawal mungkin.
4
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) 6A diharapkan mampu memahami dan menjelaskan
tentang konsep asuhan keperawatan kebutuhan informasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) 6A diharapkan mampu:
a. Memahami dan menjelaskan konsep ganguan informasi
b. Memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
6
2. Masa perinatal :
Prematuritas, berat badan lahir rendah (<2.500 gram), tindakan dengan
alat pada proses kelahiran (ekstraksi vacum, forcep),
hiperbilirubinemia (>20 mg/100ml), asfiksia, dan anoksia otak
merupakan faktor resiko terjadinya cacat ganda.
3. Masa postnatal :
Adanya infeksi bakterial atau virus seperti rubela, campak, parotis,
infeksi otak, perdarahan pada telinga tengah dan trauma temporal dapat
menyebabkan tuli konduktif yang dapat mengakibatkan gangguan
wicara.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang timbul pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
yang diikuti oleh gangguan berkomunikasi adalah :
1. Pendengaran akan berkurang secara perlahan-lahan, progresif dan simetris pada
kedua telinga.
2. Telinga berdenging
3. Klien dapat mendengar suara tetapi sulit memahaminya
4. Dapat disertai oleh nyeri, tinitus, dan vertigo
Berdasarkan perkembangan fungsi pendengaran diatas, ada beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya adanya kerusakan pendengaran :
a. Respon Orientasi
1) Kurangnya refleks beguman atau mengedip pada bunyi keras
2) Menetapnya refleks Moro diatas 4 bln (dihubungkan dengan retardasi
mental)
3) Kegagalan untuk terbangun oleh kebisingan lingkungan yang keras
selama masa bayi
4) Kegagalan untuk melokalisasi sumber bunyi pada usia 6 bln
5) Kesamaan umum pada bunyi
6) Kurangnya respon terhadap kata yang diucapkan, gagal untuk mengikuti
petunjuk verbal
7) Respon terhadap bising keras sebagai perlawanan terhadap bunyi
7
b. Vokalisasi dan Produksi Bunyi
1) Kualitas monoton, bicara tidak jelas, kurang tertawa
2) Kualitas normal pada kehilangan auditorius pusat
3) Kurang pengalaman bermain bunyi dan menjerit
4) Penggunaan normal jargon selama awal masa bayi kehilangan auditorius
pusat.
5) Tidak ada gumanan atau perubahan nada suara pada usia 7 tahun.
6) Kegagalan untuk mengembangkan bicara yang jelas pada usia 24 bulan.
7) Bermain vokal, membenturkan kepala, atau ketukan kaki untuk sensasi
vibrasi
8) Berteriak atau bunyi melengking untuk mengekspresikan kesenangan,
kejengkelan, atau kebutuhan.
c. Perhatian Visual
1) Menambah kesadaran visual dan perhatian
2) Berespon lebih banyak pada ekspresi wajah daripada penjelasan verbal.
3) Waspada pada sikap tubuh dan gerakan
4) Penggunaan sikap tubuh bukan verbalisasi untuk mengekspresikan
keinginan, khususnya setelah 15 bulan
8
9) Terus menerus memperhatikan kecuali wajah pembicara, berespon lebih
terhdap ekspresi wajah daripada verbalisasi
10) Sering meminta pengulangan pertanyaan
11) Mungkin tidak mengikuti pengarahan dengan tepat
e. Perilaku Emosional
1) Menggunakan kemarahan untuk memancing perhatian pada dirinya atau
kebutuhannya
2) Sering keras kepala karena kurangnya pemahaman
3) Peka rangsang karena tidak memahami
4) Malu, takut dan menarik diri
5) Sering tampak bermimpi dalam dunianya sendiri atau tidak perhatian
sama sekali.
6) Selain itu adapun petunjuk yang dapat dijadikan sebagai pedoman
rujukan mengenai kerusakan komunikasi yaitu sebagai berikut :
9
5 tahun a. Gagap atau jenis ketidakfasihan
yang lain
b. Struktur kalimat secara nyata
terganggu
c. Mengganti suara-suara yang mudah
dihasilkan dengan bunyi-bunyi
yang sulit
d. Menghilangkan ujung kata (jamak,
kalimat kerja, dan sebagainya)
10
D. Patofisiologi
11
E. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai kemampuan
mendengar yang dapat merusak gangguan wicara anak/bayi yaitu :
1. Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala yang meliputi :
a. Tes penala
b. Tes Rinne
c. Tes Weber
d. Tes Schwabach
2. Pemeriksaan secara kuantitatif yang meliputi :
Free field test untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan respon terhadap
sumber bunyi.
Behavioral observation, (0-6 bulan)
Conditioned test, (2-4 tahun)
Audiometri nada murni (anak > 4 tahun yang kooperatif)
BERA (brain evoked response audiometry), yang dapat memberikan informasi
obyektif tentang fungsi pendengaran pada bayi baru lahir.
F. Penatalaksanaan Medis
Penemuan kasus gangguan pendengaran dan bicara serta berbahasa dalam
bentuk apapun harus dilakukan sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan penanganan
lebih cepat sehingga cacat bicara ataupun komunikasi ini dapat diatasi. Dengan
memahami tahapan perkembangan bicara dan mendengar, diharapkan orang tua dapat
segera membawa anak yang diduga mengalami keterlambatan atau gangguan
berbicara dan mendengar tersebut pada ahlinya.
Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis kerusakan pendengaran
serta upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama dengan sejumlah ahli dari
berbagai disiplin ilmu, antara lain: dokter THT, dokter syaraf anak, ahli psikologi, ahli
jiwa, dan ahli terapi bicara.
12
G. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian :
a. Riwayat Keluarga :
1) Gangguan genetik yang berhubungan dengan kerusakan pendengaran
atau berbicara.
2) Anggota keluarga, khususnya saudara ataupun orang tua dengan
gangguan pendengaran atau bicara.
b. Riwayat Prenatal :
1) Keguguran/abortus
2) Penyakit yang menyeratai kehamilan (rubella, sifilis, diabetes)
3) Pengobatan yang diperoleh selama kehamilan
4) Eklamsia
c. Riwayat Persalinan :
1) Durasi persalinan, tipe persalinan
2) Gawat janin
3) Presentasi (terutama letak sungsang)
4) Pengobatan yang digunakan
5) Ketidakcocokan darah
d. Riwayat Kelahiran
1) Berat badan lahir < 1500 g
2) Hiperbilirubinemia yang berlebihan merupakan indikasi untuk
exchange transfusi
3) Asfiksia berat
4) Prematuritas
5) Infeksi virus perinatal kongenital (sitomegalivirus, rubela, herpes,
sifilis, toksoplasmosis
6) Anomali kongenital yang mengenai kepala dan leher
e. Riwayat Kesehatan Masa lalu
1) Immunisasi
2) Penyakit sistem syarat seperti meningitis bakterial
3) Kejang
13
4) Demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya
5) Obat ototoksik
6) Pilek, infeksi telinga dan alergi
7) Kesulitan penglihatan
8) Terpapar bising yang berlebihan
f. Perkembangan Pendengaran
1) Kekhawatiran orang tua mengenai kerusakan pendengan (apa
petunjuknya serta usia berapa)
2) Respon terhadap suara, bising yang keras, bunyi dengan frekuensi
yang berbeda.
3) Akibat pengujian audiometrik sebelumnya
g. Perkembangan Bicara
1) Usia berguman, kata pertama yang bermakna dan frase
2) Kejelasan bicara
3) Perbendaharaan kata terakhir
h. Perkembangan Motorik
1) Usia duduk, berdiri dan berjala
2) Tingkat kemandirian dalam perawatan diri, makan, toileting, dan
berdandan
i. Perilaku Adaptif
1) Aktivitas bermain
2) Sosialisasi dengan anak lain
3) Perilaku; tempertranum, menyerang, self-vexation, stimulus fibrasi
4) Pencapaian pendidikan
5) Perilaku terbaru/atau perubahan kepribadian
j. Data Subyektif
1. Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
14
d) Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat
yang diucapkan dalam kalimat yang diucapkan ?
e) Siapa yang mengasuh di rumah ?
f) Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah ?
g) Apakah pernah diajak mengucapkan kata-kata.
h) Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-
kata ?
k. Data Obyektif
15
4) Umur anak.
5) Kemampuan membuat kalimat.
6) Kemampuan mempertahankan kontak mata.
7) Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
8) Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara
meliputi :
3. Intervensi
16
mengggunakan Denver Speech Test.
Gangguan komunikasi berhubungan Stimulasi bahasa dan latihn bicara tetap dilakukan
dengan kerusakan fungsi alat-alat sesuai dengan perkembangan mentak anak
artikulasi Kolaborasi: dengan ahli bedah untuk perbaikan
alat-alat artikulasi.
Gangguan komunikasi verbal Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini
berhubungan dengan gangguan dengan benda-benda atau dengan menggunakan
pendengaranGangguan komunikasi bahasa isyarat serta biasakan anak melihat
berhubungan dengan hambatan bahasa artikulasi orang tua dalam berbicara
Perhatikan kebersihan telinga anak
Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan
alat bantu dengar.
Gunakan bahasa yang sederhana dan umum
digunakan dalam komunikasi sehar-hari.
Gunakan verifikasi bahasa sesuai dengan tingkat
kematangan dan pengetahuan anak.
Kecemasan orang tua berhubungan Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang
dengan ketidakmampuan anak tua terhadap anak.
berbicara Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya
secara jelas, serta kemungkinan penanganan
lanjutan, prognose serta lamanya tindakan atau
pengobatan.
Gangguan komunikasi berhubungan Hindari bicara pada saat kondisi bising
dengan kecemasan Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara
setinggi badan anak.
Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan
mainan kesukaan anak.
Gangguan komunikasi berhubungan Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik
dengan kurangnya kemampuan memori neurologi secara mendetail
dan kerusakan sistem saraf pusat. Kolaborasi dengan tim medis lain
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengertiannya gagap adalah suatu gangguan berbicara di mana aliran
bicara terganggu tanpa disadari dengan indikasi pengulangan dan pemanjangan suara,
tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. suku kata, atau frasa. serta
jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara.
Secara umum diketahui beberapa faktor yang diketahui menjadi faktor
penyebab terjadinya kerusakan pendengaran yang berdampak pada gangguan
berbicara (cacat ganda)
Berbagai faktor penyebab seperti kelainan struktur anatomi, infeksi oleh
mikroorganisme, atau penyebab lain akan menyebabkan kerusakan pada struktur
koklea dan nervus akustik berupa atrophi dan degererasi sel-sel rambut penunjang
pada organ dan reseptor corti disertai perubahan vasculer pada stria vaskularis. Hal ini
akan menyebabkan gangguan penghantaran/transmisi impuls pada nuclei cochlearis
(sebagai tempat untuk merespon frekuensi bunyi) dan nuclei olivaris superior (sebagai
penentu ketepatan lokasi dan arah sumber bunyi) yang menyebabkan impuls ini tidak
dapat dipersepsikan oleh nervus auditorius melalui serabut eferent.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menambah pengetahuan.
Khususnya bagi tenaga medis yaitu perawat untuk lebih mementingkan pemenuhan
kebutuhan informasi.
18
Daftar pustaka
19