Você está na página 1de 30

LAPORAN PENDAHULUAN DIMENSIA

1.1 Definisi
Definisi Demensia Istilah demensia pertama kali digunakan oleh Phillipe Pinel
(1745- 1826) dalam bukunya “TREATISE ON INSANITY” dengan kata ‘Demence”.
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009).
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian
(Medicastore.com ). Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori
yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral
symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku (Kusumawati, 2007).
1.2 Epidemiologi/Insiden Kasus
Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami demensia dan hal
ini tidak bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan status ekonomi. Hasil
penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa demensia terjadi sekitar 8 % pada
warga di atas usia 65 tahun dan meningkat sangat pesat menjadi 25 % pada usia di atas
80 tahun dan hampir 40 % pada usia di atas 90 tahun. 3. Penyebab Demensia pada Usia
Lanjut (Boedhi-Darmojo, 2009)
1.3 Penyebab Demensia
Penyebab demansia yang reversibel sangat penting untuk diketahui, karena dengan
pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari yang
normal. Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa dihentikan yaitu :
1. Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
2. Infeksi susunan saraf pusat
3. Gangguan metabolik :
a) Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme,
Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b) Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo dan
hipernatremia, hiperkalemia.
c) Remote efek dari kanker atau limfoma.
4. Gangguan nutrisi :
a) Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)
b) Kekurangan Niasin (pellagra)
c) Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff)
d) Intoksikasi vitamin A, vitamin D, Penyakit Paget
5. Gangguan vaskuler
a) Demensia multi infark
b) Sumbatan arteri carotis
c) Stroke
d) Hipertensi
e) Arthritis Kranial
1) Lesi desak ruang
2) Hirdosefalus bertekanan normal
3) Depresi (pseudo-demensia depresif)
6. Penyakit degeneratif progresif :
a. Tanpa gejala neurologik penting lain :
1. Penyakit Alzheimer
2. Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen :
1. Penyakit Parkinson
2. Penyakit Huntington
3. Kelumpuhan supranuklear progresif
4. Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
1.4 Patofisiologi Terkait dengan Proses Penuaan
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara
umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas
merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar
neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir,
emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
1.5 Klasifikasi Demensia
Demensia dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu :
1) Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
a. Demensia Kortikal Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap
proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt-Jakob.
b. Demensia Subkortikal Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer,
muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Biasanya tidak didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit
Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate,
sifilis, hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.
2) Demensia Reversibel dan Non reversibel
a. Demensia Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang
dapat diobati. Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati
SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan kimia
lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi
vitamin B1, B12, dll).
b. Demensia Non Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab
yang tidak dapat diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit
dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer,
Parkinson, Huntington, Pick, Creutzfelt-Jakob, serta vaskular.
3) Demensia Pre Senilis dan Senilis
a. Demensia Pre Senilis merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan
umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan
oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak
(penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial,
penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi,
penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab
toksik (keracunan), anoksia).
b. Demensia Senilis merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti
dengan adanya gambaran deteriorasi mental.
1.6 Demensia berdasakan Etiologi yang mendasari :
a. Demensia pada Penyakit Alzheimer Merupakan penyebab demensia yang paling
sering ditemukan pada sekitar 50 % kasus demensia. Penyakit Alzheimer
merupakan penyakit degeneratif primer pada otak tanpa penyebab yang pasti.
Dapat terjadi pada umur kurang dari 65 tahun (onset dini) dengan
perkembangan gejala yang cepat dan progresif, atau pada umur di atas 65 tahun
(onset lambat) dengan perjalanan penyakit yang lebih lambat. Pada penyakit ini
terjadi deposit protein abnormal yang menyebabkan kerusakan sel otak dan
penurunan jumlah neuron hippokampus yang mengatur fungsi daya ingat dan
mental. Kadar neurotransmiter juga ditemukan lebih rendah dari normal.
Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer adalah 4A yaitu:
1. Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat
kembali informasi baru yang didapat sebelumnya.
2. Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek
walaupun fungsi sensorisnya masih baik.
3. Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti
dan mengutarakan kata – kata yang akan diucapkan.
4. Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik
walaupun fungsi motorik masih baik (contohnya mampu
memegang gagang pintu tapi tak tahu apa yang harus
dilakukannya).
b. Demensia Vaskular Merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada
hampir 40 % kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan
kardiovaskuler seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes,
dll. Biasanya terdapat riwayat TIA sebelumnya dengan perubahan kesadaran.
Demensia ini terjadi pada umur 50-60 tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70
tahun. Gambaran klinis dapat berupa gangguan fungsi kognitif, gangguan daya
ingat, defisit intelektual, adanya tanda gangguan neurologis fokal, aphasia,
disarthria, disphagia, sakit kepala, pusing, kelemahan, perubahan kepribadian,
tetapi daya tilik diri dan daya nilai masih baik.
c. Demensia pada penyakit lain Adalah demensia yang terjadi akibat penyakit lain
selain Alzheimer dan vaskuler yaitu :
1. Demensia pada penyakit Pick
2. Demensia pada penyakit Huntington
3. Demensia pada penyakit Creutzfelt-Jakob
4. Demensia pada penyakit Parkinson
5. Demensia pada penyakit HIV-AIDS
6. Demensia pada alkoholisme.
1.7 Manifestasi Klinis Demensia
Pada awal perjalanan penyakit, pasien mengalami pegal-pegal, cenderung
mengalami kegagalan dalam melakukan tugas tertentu yang kompleks dan memerlukan
pemecahan masalah. Beberapa hal yang sering ditemui pada demensia adalah :
a. Kemunduran intelektual yang disertai dengan gangguan :
1) Memori (daya ingat)
2) Orientasi : Gangguan orientasi orang, tempat dan waktu tetapi kesadarannya
tidak mengalami gangguan.
3) Bahasa : Aphasia, stereotipik, sirkumstansial, gangguan penamaan objek.
4) Daya pikir dan daya nilai : Daya pikir lebih lambat, aliran ide dan
konsentrasi berkurang, sudut pandang yang jelek dan kurang,
pikiran paranoid, delusi, dll.
5) Kapasitas belajar komprehensif : Gangguan otak dalam memproses
informasi yang masuk.
6) Kemampuan dalam perhitungan.
b. Perubahan emosional
Emosi sering gampang terstimulasi serta tidak dapat mengontrol tawa dan tangis.
c. Kemunduran kepribadian
1) Sering egois
2) Kurang bisa mengerti perasaan orang lain, kurang perhatian, introvert.
3) Kemunduran kebiasaan pribadi, makan, toilet, kebersihan, dll.
d. Perubahan-perubahan pada sistem tubuh :
1) Kardiovaskuler Cardiac output menurun, kemampuan respon terhadap stress
berkurang, tekanan darah meningkat, denyut jantung setelah pemulihan
melambat, cepat pegal bila aktivitas meningkat.
2) Respirasi Volume residu paru meningkat, kapasitas vital paru menurun,
kapasitas difusi dan pertukaran gas menurun, efektivitas batuk menurun,
pada aktivitas berat cepat lelah dan sesak, oksigenasi berkurang sehingga
luka susah sembuh, susah mengeluarkan sekret batuk.
3) Integumen (kulit) Perlindungan terhadap trauma dan suhu yang ekstrem
menurun, perlindungan oleh kelenjar minyak alami dan berkeringat
menurun, kulit tipis kering, dan keriput, sering memar, kebiruan dan cepat
terbakar sinar matahari, intoleransi terhadap panas, struktur tulang kelihatan
pada kulit yang tipis.
4) Reproduksi Pada wanita terjadi penyempitan, penurunan elastisitas dan
sekresi pada dinding vagina, sehingga menimbulkan hubungan seksual yang
sakit, perdarahan, gatal, iritasi dan lambat orgasme. Pada laki –laki terjadi
penurunan ukuran penis dan testes dan respon seksual yang melambat.
5) Genito-urinaria Kapasitas buli menurun, menurunnya sensasi untuk bak
sehingga sering retensi dan kesulitan bak. Pada laki-laki terjadi BPH, dan
pada wanita terjadi relaksasi otot perineum dan inkontinensia urine.
6) Gastrointestinal Salivasi berkurang, susah menelan makanan, mengeluh
mulut kering, pengosongan esofagus dan lambung yang melambat sehingga
sering terjadi gejala penuh, sakit ulu hati, mobilisasi usus berkurang
sehingga sering konstipasi, bersendawa, perut tidak nyaman.
7) Muskuloskeletal Hilangnya densitas tulang, kekuatan dan ukuran otot,
degenerasi tulang rawan sendi, sehingga terjadi penurunan tinggi badan,
kyphosis, fraktur, sakit pada punggung, merasa hilang tenaga, flexibilitas
dan ketahanan sendi menurun dan sering sakit sendi.
8) Saraf Berkurangnya kecepatan konduksi saraf sehingga terjadi konfusi
disertai dengan keluhan fisik dan kehilangan respon lingkungan. Sirkulasi
serebral menurun sehingga terjadi penurunan reaksi dan respon, belajar perlu
waktu yang lama, sering bingung, sering lupa dan jatuh.
e. Sistem indera :
1) Penglihatan : Kemampuan untuk fokus pada objek yang dekat berkurang,
tidak toleransi terhadap sinar, kesulitan mangatur intensitas
cahaya masuk mata, dan penurunan kemampuan membedakan
warna.
2) Pendengaran : Menurunnya kemampuan mendengarkan suara frekuensi
tinggi.
3) Rasa dan bau : Penurunan kemampuan mengecap dan membau sehingga
dapat menggunakan gula dan garam berlebih pada
makanannya.
f. Halusinasi dan delusi
g. Tanda dan Gejala lainnya :
1) Psikiatrik Gangguan cemas, depresi, perubahan kepribadian sehingga sering
menangis atau tertawa patologis, emosi ekstrim tanpa provokasi.
2) Neurologis Apraxia dan agnosia, kejang, sakit kepala, pusing, kelemahan,
sering pingsan, gangguan tidur, disartria, disfagia.
3) Reaksi katastropi Agitasi yang muncul sekunder akibat kesadaran subjektif
terhadap defisit intelektual yang dialami pada keadaan yang penuh stres.
4) Sundown syndrome Mengantuk, konfusi, ataksia, jatuh. Sindrome ini bisa
muncul saat stimulus eksternal berkurang atau karena pengaruh obat
benzodiazepine.
1.8 Komplikasi Demensia
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
1. Ulkus Dekubitus
2. Infeksi saluran kencing
3. Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan
menggunakan peralatan
g. Kehilangan kemampuan berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang
1.9 Pemeriksaan Portabel Demensia
Untuk keperluan penapisan, pemeriksaan psikometrik sederhana misalnya
dengan menggunakan pemeriksaan mini status mental (Mini mental State
Examination/MMSE) akan membantu menentukan gangguan kognitif yang harus
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lain.
1.10 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala
serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI
dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara
bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit
Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan
banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh
jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).
Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang
merupakan pemerisaan skening otak khusus.
1.11 Penatalaksanaan (Boedhi-Darmojo, 2009)
Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demensia biasanya tidak
mungkin, dengan penatalaksaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup sehari-
hari dari penderita. Prinsip utama penatalaksanaan penderita demensia adalah
sebagai berikut
a. Optimalkan fungsi dari penderita
1. Obati penyakit yang mendasarinya (hipertensi, penyakit parkinson)
2. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP
3. Akses keadaan lingkungan, kalau perlu buat perubahan
4. Upayakan aktivitas mental dan fisik
5. Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu
memori bila memungkinkan
6. Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat
7. Tekankan perbaikan gizi
b. Kenali dan obati komplikasi
1. Mengembara dan berbagai perilaku merusak
2. Gangguan perilaku lain
3. Depresi – Agitasi atau agresivitas
4. Inkontinensia
c. Upayakan perumatan berkesinambungan
1. Re-akses keadaan kognitif dan fisik
2. Pengobatan gangguan medik
d. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarganya
1. Berbagai hal tentang penyakitnya
2. Kemungkinan gangguan/kelainan yang bisa terjadi
3. Prognosis
e. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya
1. Berbagai pelayanan kesehatan masyarakat
2. Nasihat hukum dan/keuangan
f. Upayakan nasihat keluarga untuk :
1. Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
2. Penanganan rasa marah atau rasa bersalah
3. Pengambilan keputusan
4. Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
g. Peran keluarga Keluarga
Memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia
bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun
lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif
dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-
hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian lansia,
sehingga lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh
anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya
lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami lansia penderita
demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema,
walaupun setiap hari selama hampir 24 jam mengurus mereka, mungkin mereka
tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan
terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka.
Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang
menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak
mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras
untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat
lansia dengan demensia.
Pada suatu waktu lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur
malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak
dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat
lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman
dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama
dalam jarak yang dekat, genggam tangan lansia, tunjukkan sikap dewasa dan
menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia
untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri
tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan
meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan
kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian
yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu
yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang lansia dengan demensia bertanya
sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja
pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti
tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan
ditempat yang tidak diketahui oleh lansia, memberikan pengaman tambahan
pada pintu dan jendela untuk menghindari lansia kabur adalah hal yang dapat
dilakukan keluarga yang merawat lansia dengan demensia di rumahnya.
(Kusumawati, 2007)
1.12 Prognosis
Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda. Pada sebagian besar demensia
stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita
menjadi lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan perilakunya.
Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan (berkelana). Pada
akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa kehilangan
kemampuan berbicara.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi
berusia lebih dari 68 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,nomor register, diagnostik medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk
menerima pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan
kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstermitas.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Saat ini
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan
yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar sendiri tanpa
meminta izin pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan
anggota keluarga yang menjaga klien. Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga
sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak
dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi.
Diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas
(benzodiazepin), penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu
yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit alzheimer pada usia empat puluhan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memilki hubungan genetik yang
jelas. Diperkirakan 10-30% klien alzheimer familiar (FAD). Pengkajian adanya
anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus
diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepatt progresifnya penyakit.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem dan terarah (B1-B6)
dengan faktor pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (brain) dan dihubungkan
dengan keluhan dari klien.
a. Keadaan Umum
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme.
Adanya perubahan pada tanda vital meliputi brakikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernapasan.
b. Pemeriksaan sistem
B1 ( breathing)
Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
napas.
Inspeksi :didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum,, sesak napas, dan
penggunaan otot bantu napas.
Palpasi :traktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi :adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi:bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (blood)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

B3 (brain)
Pengkajian B3(brain) merupakan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
1. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada
perubahan status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri.
Status mental:biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori baik jangka pendek maupun memori jangka panjang.
2. Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I, biasanya pada klien dengan penyakit alzheimer tidak ada
kelainann dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.
c) Saraf III, IV, VI, pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada nervus ini.
d) Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII, adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX dan X, didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif.
h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan tranpezius.
i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi indra pengecapan normal.

B4 (bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya,
biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien
alzheimer. Penurunan reflekss kandung kemih yang bersifat progresif dan klien
mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postiral. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten denga teknik steril.
B5 (bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena
penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.
B6 (bone)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan
keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan
risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
3. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
1. Apakah klien mengalami susah tidur?
2. Ada masalah atau banyak pikiran?
3. Apakah klien murung atau menangis sendiri?
4. Apakah klien sering was was atau khawatir?

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawabannya ya 1 atau lebih


Pertanyaan tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam sebulan?
2. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain?
3. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
4. Cenderung mengurung diri?
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka masalah
emosional ada atau tidak ada gangguan emosional.
Gangguan emosional
Kesimpulan : pada kasus demensia pada lansia biasanya mengalami
gangguan emosional.
5. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ( short portable mental status quesioner)

Benar Salah Nomor Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana almat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden indonesia?
8 Siapa presiden indonesia
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurang 3dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun
JUMLAH

INTERPRETASI:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
Kesimpulan : berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ida Untari dari STIKes
PKU MUH Surakarta September 2014 adalah didapatkan lansia dengan gangguan
intelektual ringan sebesar 18,3%, sedang 35 % dan berat 46,7%. Peneliti
menjelaskan bahwa semakin bertambahnya umur maka gangguan intelektualnya
semakin berat.
1. Identifikasi Aspek Kognitif
Dengan menggunakan MMSE (mini mental status exam)
NO Aspek Nilai Nilai Kreteria
kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar:
Tahun: 2017
Musim: Panas
Tanggal: 26
Hari: Senin
Bulan: Juli
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: Indonesia
Propinsi: Jawa Timur
Kabupaten/kota: Mojokerto
Panti:
Wisma:
3 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 nama objek (misal:
kursi,meja,kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian kurangi 7-5 tingkat
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada poin ke 2(tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
1.
2.
Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
(tidak ada,dan,jika,atau tetapi)
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah
Ambil kertas ditangan anda,lipat 2 dan taru
di lantai.
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
Perintah pada klien untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin)
“tutup mata anda”
Perintah kepada klien untuk menulis kalimat
dan menyalin gambar
Tot 30 21
al
nila
i
Interpretasi hasil :
24.30: tidak ada gangguan kognitif
18.23: gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : dari hasil diatas lansi mengalami gangguan kognitif sedang


6. Barthel index
Nilai
No. JenisAktifitas Penilaian
Bantuan Mandiri
1. Makan 5 10 10

2 Minum 5-10 15 15

2. Berpindah dari kursi roda ketempat 0 5 5


tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, menyisir, mencukur, 5 10 10
aktifitas dikamar mandi (toileting)
5. Mandi 0 5 5

6. Jalan-jalan di permukaan datar (jika tidak 0 5 5


mampu berjalan dengan kursi roda)
7. Naik turun tangga 5 10 5

8. Berpakaian termasuk mengenkan sepatu 5 10 10

9. Kontrol defekasi 5 10 10

10. Kontrol berkemih 5 10 10

Total 85
Interpretasi
60 : ketergantungan total
65-125 : ketergantungan sebagian
130 : mandiri
Kesimpulan : Dari hasil diatas lansia mengalami ketergantungan sebagian
7. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari
a. INDEKS KATZ
 Mandi
 Mampu mandi tanpa bantuan orang lain
 Kontinen
 Tidak bisa menahan BAK
 Toileting
 Kesulitan toileting
 Tidak mampu menahan urinasi untuk mencapai toilet
 Berpakaian
 Mampu melakukan pakaian sendiri
 Mampu Mengancingkan baju
 Makan
 Memegang, mengambil, memasukkan makanan/minum dalam mulut
sendiri
 Berpindah
 Mampu berpindah dari tempat semula ketempat lain
Interpretasi:
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas.
C. Mndiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
Kesimpulan : Dari hsail MMSE maka lansia menglami disabilitas fungsional
semakin tinggi.

B. Analisa Data

C. Diagnosa Keperawatan
1) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas,
mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga,
dan tingkah laku agresif.
2) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
3) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya
tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
6) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
7) Risiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.

D. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1 Sindrom stress Setelah diberikan a) Jalin a) Untuk
relokasi tindakan hubungan membangan
berhubungan dengan keperawatan saling kepercayaan dan
perubahan dalam diharapkan klien mendukung rasa nyaman.
aktivitas kehidupan dapat beradaptasi dengan klien.
b) Menurunkan
b) Orientasikan
sehari-hari ditandai dengan perubahan
kecemasan dan
pada
dengan aktivitas sehari-
perasaan
lingkungan
kebingungan, hari dan
terganggu.
dan rutinitas
keprihatinan, lingkungan dengan
baru. c) Untuk
gelisah, tampak KH :
c) Observasi
 mengidentifikasi menentukan
cemas, mudah
tingkat
perubahan persepsi klien
tersinggung, tingkah
 mampu stressor
tentang kejadian
laku defensive,
beradaptasi pada (penyesuaian
dan tingkat
kekacauan mental,
perubahan diri,
serangan.
tingkah laku curiga,
lingkungan dan perkembangan
dan tingkah laku
aktivitas , peran
agresif.
kehidupan keluarga,
sehari-hari akibat
 cemas dan takut perubahan d) Konsistensi
berkurang status mengurangi
 membuat
kesehatan) kebingungan
pernyataan yang d) Tentukan
dan
psitif tentang jadwal
meningkatkan
lingkungan yang aktivitas yang
rasa
baru. wajar dan
kebersamaan.
masukan
dalam
e) Menurunkan
kegiatan rutin.
ketegangan,
e) Berikan
mempertahanka
penjelasan dan
informasi n rasa saling
yang percaya, dan
menyenangka orientasi.
n mengenai
kegiatan/ f) Menenangkan
peristiwa. situasi dan
f) Pertahankan
memberi klien
keadaan
waktu untuk
tenang.
memperoleh
Tempatkan
kendali terhadap
dalam
prilaku dan
lingkungan
emosinya.
tenang yang
memberikan
kesempatan g) Rasa diterima
untuk menurunkan
“beristirahat” rasa takut dan
g) Atasi tingkah
respon agresif
laku agresif .
h) Meningkatkan
dengan
perasaan,
pendekatan
dukungan
yamg tenang.
h) Rujuk ke selama
sumber penyesuaian
pendukung
perawatan
diri.
2 Perubahan proses Setelah diberikan a) Kembangkan a) Mengurangi
pikir berhubungan tindakan lingkungan kecemasan dan
dengan perubahan keperawatan yang emosional.
fisiologis diharapkan klien mendukung
(degenerasi neuron mampu mengenali dan hubungan
ireversibel) ditandai perubahan dalam klien-perawat
dengan hilang berpikir dengan yang b) Kebisingan
ingatan atau KH: terapeutik. merupakan
b) Pertahankan
memori, hilang sensori
Mampu
lingkungan
konsentrsi, tidak berlebihan yang
memperlihatkan yang
mampu meningkatkan
kemampuan menyenangka
menginterpretasikan gangguan neuron.
kognitif untuk n dan tenang. c) Menimbulkan
stimulasi dan
menjalani c) Tatap wajah
perhatian,
menilai realitas
konsekuensi ketika
terutama pada
dengan akurat.
kejadian yang berbicara
klien dengan
menegangkan dengan klien.
gangguan
terhadap emosi d) Panggil klien perceptual.
dan pikiran d) Nama adalah
dengan
tentang diri. bentuk identitas
namanya.
Mampu diri dan
mengembangkan menimbulkan
e) Gunakan suara
strategi untuk pengenalan
yang agak
mengatasi terhadap realita
rendah dan
anggapan diri dan klien.
berbicara
yang negative. e) Meningkatkan
Mampu dengan
pemahaman.
mengenali perlahan pada
Ucapan tinggi
tingkah laku dan klien.
dan keras
faktor penyebab. f) Gunakan kata- menimbulkan
kata pendek, stress yg
kalimat, dan mencetuskan
instruksi konfrontasi dan
sederhana(tah respon marah.
f) Seiring
ap demi
tahap). perkembangan
penyakit, pusat
komunikasi
dalam otak
terganggu
g) Ciptakan
sehingga
aktivitas
menghilangkan
sederhana,
kemampuan klien
bermanfaat,
dalam respons
dan tidak
penerimaan pesan
bersifat
dan percakapan
kompetitif
secara
sesuai
keseluruhan.
kemampuan g) Memotivasi klien
klien. dalam cara yang
h) Evaluasi pola
menguatkan
tidur.
kegunaannya dan
kesenangan diri
Kolaborasi
serta merangsang
i) Berikan obat
realita.
sesuai
indikasi:
- Antipsikotik,
h) Kurang tidur
spt:
dapat
haloperidol
- Vasodilator, mengganggu
spt: proses pikir dan
cyclospamol. kemampuan
koping klien.
i) -Mengontrol
agitasi,
halusinasi.
-Meningkatkan
kesadaran
mental.
3 Perubahan persepsi Setelah diberikan a) Kembangkan a) Meningkatkan
sensori berhubungan tindakan lingkungan kenyamanan dan
dengan perubahan keperawatan yang suportif menurunkan
persepsi, transmisi diharapkan dan hubungan kecemasan pada
atau integrasi perubahan persepsi perawat-klien klien.
b) Meningkatkan
sensori (penyakit sensori klien dapat yang
koping dan
neurologis, tidak berkurang atau terapeutik.
b) Bantu klien menurunkan
mampu terkontrol dengan
untuk halusinasi.
berkomunikasi, KH:
c) Keterlibatan
 Mengalami memehami
gangguan tidur,
otak
penurunan halusinasi.
nyeri) ditandai
c) Kaji derajat memperlihatkan
halusinasi.
dengan cemas,
 Mengembangkan sensori atau masalah yang
apatis, gelisah,
strategi gangguan bersifat asimetris
halusinasi.
psikososial untuk persepsi dan menyebabkan
mengurangi bagaiman hal klien kehilangan
stress. tersebut kemampuan pada
 Mendemonstrasi mempengaruhi salah astu sisi
kan respons yang klien termasuk tubuh. Klien
sesuai stimulasi. penurunan tidak dapat
penglihatan mengenali rasa
atau lapar, haus,
pendengaran. Penerima nyeri
d) Ajarkan strategi
eksternal.
untuk d) Untuk
mengurangi menurunkan
stress. kebutuhan akan
e) Ajak piknik
halusinasi.
sederhana, e) piknik
jalan-jalan menunjukkan
kelilin rumah realitadan
sakit. Pantau memberikan
aktivitas. stimulasi sensori
f) Tingkatkan
yang menurunkan
keseimbangan
perasaan curiga
fisiologis
dan halusinasi yg
dengan
disebabkan
menggunakan
perasaan
bola lantai,
terkekang.
tangan menari f)Menjaga
dengan disertai mobilitas yang
music. dapat
g) Libatkan dalam
menurunkan
aktivitas sesuai
risiko terjadinya
indikasi dengan
atrofi otot/
keadaan
osteoporosis pada
tertentu,
tulang.
spt:terapi g) Memberikan
okupasi. kesempatan
terhadap
stimulasi
partisipasi
dengan orang lain
dan dapat
mempertahankan
beberapa tingkat
dari interaksi
sosial.
E. Implementasi
No DX Tanggal Implementasi
1. 1) Melakukan pendekatan saling mendukung dengan klien.
2) Mengorientasikan pada lingkungan dan rutinitas baru.
3) Mengobservasi tingkat stressor (penyesuaian diri,
perkembangan, peran keluarga, akibat perubahan status
kesehatan)
4) Menentukan jadwal aktivitas yang wajar dan masukan
dalam kegiatan rutin.
5) Memberikan penjelasan dan informasi yang
menyenangkan mengenai kegiatan/ peristiwa.
6) Mempertahankan keadaan tenang. Tempatkan dalam
lingkungan tenang yang memberikan kesempatan untuk
“beristirahat”
7) Mengatasi tingkah laku agresif dengan pendekatan yamg
tenang.
8) Rujuk ke sumber pendukung perawatan diri
2 1) Mengembangkan lingkungan yang mendukung dan
hubungan klien-perawat yang terapeutik.
2) Mempertahankan lingkungan yang menyenangkan dan
tenang.
3) Menatap wajah ketika berbicara dengan klien.
4) Memanggil klien dengan namanya.
5) Menggunakan suara yang agak rendah dan berbicara
dengan perlahan pada klien.
6) menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi
sederhana(tahap demi tahap).
7) menciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak
bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
8) mengevaluasi pola tidur.
9) Kolaborasi
Memberikan obat sesuai indikasi:
- Antipsikotik, spt: haloperidol
- Vasodilator, spt: cyclospamol.
3 1) Mengembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan
perawat-klien yang terapeutik.
2) Membantu klien untuk memehami halusinasi.
3) Mengkaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan
bagaiman hal tersebut mempengaruhi klien termasuk
penurunan penglihatan atau pendengaran.
4) Mengajarkan strategi untuk mengurangi stress.
5) mengajak piknik sederhana, jalan-jalan kelilin rumah
sakit. Pantau aktivitas.
6) Meningkatkan keseimbangan fisiologis dengan
menggunakan bola lantai, tangan menari dengan disertai
music.
7) Melibatkan dalam aktivitas sesuai indikasi dengan
keadaan tertentu, spt:terapi okupasi.

Evaluasi:
Diagnosa Proses pikir:
- S: Pasien menyatakan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan benar
- O: Pasien dapat menyebutkan dengan benar setiap pertanyaan yang di
ajukan mengenai orientasi tempat, waktu dan kejadian yang baru
dialaminya.
- A: Masalah teratasi sebagian
- P: Intervensi dilanjutkan dengan....
Diagnosa sindrom stres:
- S: Pasien mengatakan pikirannya sudah lebih tenang dari sebelumnya
- O: Raut wajah pasien tampak sudah lebih tenang dan rileks dari sebelumnya
- A: Masalah teratasi sebagian
- P: Intervensi dilanjutkan untuk tetap menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk pasien
Diagnosa persepsi sensori:
- S: Pasien mengatakan pikirannya sudah lebih tenang
- O: Respon pasien saat diajak berkomunikasi sudah lebih baik
- A: Masalah teratasi sebagian
- P: Intervensi dilanjutkan untuk mengajak pasien lebih sering berkomunikasi
dan menganjurkan melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat

Você também pode gostar