Você está na página 1de 74

BAB IV

HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah PT. Angkasa Pura II (Persero)

PT. Angkasa Pura II (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara

di Lingkungan Kementerian Perhubungan yang bergerak dalam bidang usaha

pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di

wilayah Indonesia Barat. PT. Angkasa Pura II (Persero) telah mendapatkan

kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan

mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini

berubah menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara

Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.

Keberadaan PT. Angkasa Pura II (Persero) berawal dari Perusahaan

Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui

peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum

Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero). Seiring perjalanan Perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai

dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, Spn Nomor 38 resmi berubah

menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero).

65
66

Berdirinya PT. Angkasa Pura II (Persero) bertujuan untuk menjalankan

pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dengan

mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki Perusahaan

dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut

diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan

dan kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan, termasuk

masyarakat.

Saat ini PT. Angkasa Pura II (Persero) mengelola tiga belas (13)

bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Bandara Soekarno-Hatta

(Jakarta), Bandara Halim Perdana Kusuma (Jakarta), Bandara Polonia

(Medan), Bandara Supadio (Pontianak), Bandara Minangkabau (Ketaping),

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Bandara Sultan Syarif

Kasim II (Pekanbaru), Bandara Husein Sastranegara (Bandung), Bandara

Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh), Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjung

Pinang), Bandara Sultan Thaha (Jambi), dan Bandara Depati Amir (Pangkal

Pinang), dan Bandara Silangit (Siborong-borong).

Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, PT. Angkasa Pura II

(Persero) telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai

instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentk apresiasi kepercayaan

masyarakat atas kinerja perusahaan dalam bentuk pelayanan. Penghargaan

tersebut diantaranya adalah The Best BUMN in Logistic Sector dari

Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), The Best I in Good Corporate


67

Governance (2006), Juara I Annual Report Award 2007 kategori BUMN non-

keuangan non-listed, dan sebagai sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya

dalam bidang Good Corporate Governance (GCG). Pada tahun 2009, kembali

PT. Angkasa Pura II (Persero) berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The

Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan juga

sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta

dari Forbesttraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009, The Best Prize

“INCRAFT” Award 2010, Penghargaan untuk bandara Minangkabau Padang

sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award

2011, dll.

4.1.2 Logo PT. Angkasa Pura II (Persero)

4.1.2.1 Arti dan makna Logo PT. Angkasa Pura II (Persero) :

Logo PT. Angkasa Pura II (Persero) ini dibuat pada tahun 1989

yang terdiri dari huruf A dan P dalam pergerakan dinamis serta strip 1

(satu) atau strip 2 (dua) dibawah huruf P. Huruf A merupakan singkatan

dari Angkasa; Huruf P merupakan singkatan dari kata Pura; Strip 1 atau
68

Strip 2 dijadikan sebagai pembeda antara PT. Angkasa Pura I dengan

PT. Angkasa Pura II.

Bentuk gambaran huruf A dan huruf P serta garis-garis pada kaki

huruf A menggambarkan kedinamisan dalam pengelolaan perusahaan.

Adapun warna jingga pada huruf A melambangkan warna yang sering

digunakan di bandar udara, dan warna biru pada huruf P melambangkan

keudaraan yang berarti kedamaian.

4.1.3 Visi & Misi PT. Angkasa Pura II (Persero)

4.1.3.1 Visi PT. Angkasa Pura II (Persero)

Menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang

mampu bersaing di kawasan regional.

4.1.3.2 Misi PT. Angkasa Pura II (Persero)

Mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara

yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan,

dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra

kerja, pegawai, masyarakat, dan lingkungan dengan memegang teguh etika

bisnis.

4.1.4 Tujuan Perusahaan

Dalam rangka mewujudkan visi misi perusahaan, PT. Angkasa Pura II

(Persero) telah menetapkan tujuan perusahaan, tujuan perusahaan tersebut

antara lain :
69

a. Menjalankan dan mendukung kebijakan dan program perusahaan dalam

segmen ekonomi dan pembangunan.

b. Mengumpulkan keuntungan bagi perusahaan dengan menjalankan bisnis

kebandarudaraan yang sesuai dengan asas-asas perusahaan.

4.1.5 Falsafah PT. Angkasa Pura II (Persero)

T : Team work

H : Hospitality

E : Excellent

B : Balance

E : Effectiveness & Efficiency

S : Satisfaction

T : Trustworthy

Falsafah ini merupakan acuan perusahaan untuk selalu memberikan

pelayanan terbaik pada pelanggan sesuai dengan motto perusahaan “to be

world class airport”.

4.1.6 Sekilas Bandara Soekarno-Hatta

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (IATA: CGK, ICAO:WIII)

merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani kota Jakarta dan

sekitarnya di pulau Jawa, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama seperti nama

Presiden Indonesia pertama yaitu Soekarno, dan Wakil Presiden pertama,

Muhammad Hatta. Mengingat letaknya, bandar udara ini sering disebut


70

Cengkareng, dan nama itu pula yang diadopsi IATA untuk memberikan sandi

yaitu CGK.

Pembangunan Bandar Udara Soekarno-hatta merupakan jawaban

Pemerintah Indonesia atas pertumbuhan lalu lintas udara yang meningkat

cepat. Antara 1928-1974, Bandar Udara Kemayoran yang ditujukan untuk

penerbangan domestik dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia,

Bandar Udara halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area tersebut

menjadi sempit, sementara pertumbuhan lalu lintas udara meningkat cepat.

Akhirnya pada awal 1970-an dengan bantuan USAID, delapan lokasi

berpotensi dianalisa untuk bandar udara internasional baru dan yang terpilih

adalah Tangerang Utara.

Antara 1974-1975, sebuah konsorsium konsultan Kanada mencakup

Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle

wilbee Rowland (SWR) memenangkan tender untuk proyek bandara baru.

Pembelajaran dimulai pada 20 Februari 1974 dan disetujui rencana

pembangunannya pada akhir Maret 1975. Sebuah proyek terminal baru yang

diberi nama Jakarta International Airport Cengkareng.

Pada 12 November 1976, undangan tender kepada konsultan Perancis

dengan pemenangnya Aeroport de Paris. Bandar Udara ini dirancang oleh

arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang bandar udara Charles de

Gaulle di Paris. Tepat 20 Mei 1980, pekerjaan dimulai dengan biaya untuk 4

tahun. Pembangunan Bandar Udara ini secara fisik selesai pada 1 Desember
71

1984. Tepat 1 Mei 1985 proses pembangunan terminal kedua dimulai dan

rampung pada 11 Mei 1992.

Kini Bandar Udara terbesar di Indonesia ini terletak sekitar 20 km barat

Jakarta, tepatnya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Operasinya

dimulai pada 1985 dengan satu terminal berkapasitas sembilan juta penumpang

per tahun. Kemudian pada 1992, Terminal 2 dengan kapasitas yang sama

dibuka. Selanjutnya, terminal ketiga yang berdaya tampung empat juta

penumpang per tahun dioperasikan pada 2009.

4.1.7 Job Description Unit Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II

(Persero)

Secara garis besar, keberadaan public relations di PT. Angkasa Pura II

(Persero) ini tidak berdiri sendiri, melainkan berada di bawah Unit Kerja

Corporate Secretary dengan pimpinan tertinggi memegang jabatan setingkat

Vice President. Unit kerja Corporate Secretary atau Sekretaris Perusahaan ini

berfungsi membantu pelaksanaan tugas Direksi dalam pengelolaan dan

pengendalian program, yang meliputi penyelenggaraan kegiatan hubungan

masyarakat, hubungan antar lembaga termasuk praktik tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance) di wilayah kerja perusahaan,

pembinaan administrasi kesekretariatan Direksi dan Dewan Komisaris

PT. Angkasa Pura II (Persero).

Ruang lingkup pekerjaan Unit Corporate Secretary merupakan seluruh

proses interaksi, langsung maupun tidak langsung, lingkungan internal


72

perusahaan maupun institusi pemerintah atau swasta, lembaga pendidikan,

masyarakat umum maupun masyarakat sekitar bandara, yang saling

bekerjasama untuk memberikan citra (image) perusahaan. Di dalam unit

Corporate secretary ini terdapat 3 fungsi manajerial antara lain; (1) Public

Relations (PR), (2) Board of Director Secretary (BODS), dan (3) Institutional

Relations (IR) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Manager. Selain

membawahi 3 divisi tersebut, unit Corporate Secretary juga berkoordinasi

dengan sekertaris BOC (Board of Comissioner) untuk mengalokasikan pesan

kepada para dewan komisaris.

CORPORATE SECRETARY

BOARD OF
BOARD OF PUBLIC INSTITUTIONAL DIRECTORS
COMMISSIONERS RELATIONS RELATIONS SECRETARY
SECRETARY MANAGER MANAGER MANAGER

A. Public Relations (PR)

Berfungsi sebagai pengendali kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi fungsi kehumasan baik internal maupun eksternal antara lain

pengelolaan website, company profile, penerbitan annual report serta

pembentukan citra perusahaan dalam menunjang pelaksanaan usaha dan

pengembangan strategi korporasi.


73

Ruang lingkup tugas Public Relation meliputi pengelolaan informasi yang

relevan untuk dipublikasikan kepada stakeholders guna menciptakan image

positif perusahaan, memilah berdasarkan kriteria informasi sesuai dengan

ketetapan perusahaan, yaitu informasi strategis dan umum, penetapan pejabat

yang berhak menyampaikan informasi dan mempublikasikan dengan media

sebagai alat penyebaran informasi.

Adapun Tugas Pokok dari Public Reations antara lain:

a. Merencanakan dan melaksanakan media monitoring

1) Dokumentasi media massa;

2) Pengelolaan website/portal perusahaan dan portal kementerian BUMN.

b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan publikasi dan promosi

1) Peliputan berita kegiatan nasional (angkutan Lebaran, angkutan Haji,

libur anak sekolah, angkutan Natal, Tahun Baru, dan peresmian);

2) Penanganan berita current issue;

3) Penanganan community development;

4) Pameran skala nasional;

5) Pembuatan souvenir perusahaan;

6) Pengadaan kalender dan agenda tahunan;

7) Pengadaan buku Annual Report;

8) Pengadaan Company Profile;

9) Pengadaan brosur (leaflet, booklet, flyer);

10) Pengelolaan buletin dan majalah;


74

11) Pelaksanaan peliputan foto dan video kegiatan internal dan eksternal

perusahaan.

c. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan media relation

1) Press Release atau Hak Jawab;

2) Press Tour;

3) Press Conference;

4) Membuat somasi;

5) Wawancara dengan media massa;

6) Kunjungan ke redaksi media massa;

7) Edukasi wartawan.

B. Institutional Relations (IR)

Berfungsi sebagai pengendali kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi fungsi hubungan antar lembaga dan pihak-pihak terkait lainnya

(stakeholders) dalam menunjang pelaksanaan usaha dan pengembangan strategi

korporasi. Ruang lingkup Institutional Relations meliputi lembaga tinggi negara,

instansi pemerintah/swasta, BUMN/BUMD.

Tugas Pokok Institutional Relations antara lain :

a. Merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan, antara lain:

1) Pendampingan kunjungan kerja DPR/DPRD Provinsi;

2) Rapat dengar pendapat antara Direksi dengan DPR/DPRD;

3) Kunjungan kerja institusi pemerintah dan swasta (Kantor Kementerian,

Pemerintah Daerah, dan Lembaga Pendidikan);


75

4) Kunjungan kaji banding (benchmarking) dari institusi pemerintah dan

swasta.

b. Melaksanakan pengelolaan Good Corporate Governance (GCG)

1) Melakukan self assessment GCG (review tindak lanjut)

2) Penyusunan laporan hasil assessment GCG;

3) Pendampingan (counterpart) Tim Assessment GCG dari independen;

C. Board of Director Secretary (BODS)

Berfungsi sebagai pengendali kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pengelolaan administrasi dan protokoler Direksi dalam menunjang

pelaksanaan usaha dan pengembangan strategi korporasi.

Tugas Pokoknya antara lain :

a. Merencanakan dan melaksanakan agenda kerja Direksi, antara lain:

1) Hari Ulang Tahun RI & Perusahaan;

2) Pelantikan pejabat;

3) Pra RUPS dan RUPS;

4) Rapat Kerja Perusahaan (Semester 1 dan evaluasi Semester 1);

5) Penyelenggaraan rapat antara Direksi dan Komisaris;

6) Penyelenggaraan rapat khusus Direksi;

7) Penyelenggaraan rapat staf (rapat koordinasi);

8) Kegiatan seminar/lokakarya/diskusi perusahaan;

9) Pengurusan perjalanan dinas Direksi;

10) Pengelolaan kearsipan Direksi (SK, CV, MoU, dan risalah rapat);
76

11) Pengurusan kegiatan awards;

12) Penulisan naskah sambutan.

b. Memberikan arahan dan menugaskan Sekretaris Direksi untuk membantu

pelaksanaan tugas, sebagai berikut:

1) Kegiatan administrasi perkantoran

2) Perjalanan dinas dalam negeri Direksi

3) Perjalanan dinas luar negeri Direksi

4) Kunjungan tamu Direksi

Jadi, Secara singkat dapat disimpulkan gambaran jobdesc dari ketiga

divisi tersebut antara lain; divisi PR bertugas sebagai penunjang komunikasi

baik internal maupun eksternal untuk menjalin hubungan baik dan menciptakan

citra positif perusahaan, sedangkan divisi BODS bertugas sebagai perancang dan

pelaksana berbagai kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan para Direksi,

dan divisi IR bertugas untuk menjalin hubungan antar lembaga seperti DPR,

MPR, Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, dll yang terkait dengan

penerapan GCG (Good Corporate Governance).

4.2 Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian mengenai strategi public relations PT. Angkasa Pura

II (Persero) dalam mengkomunikasikan pembangunan Bandara Internasional

Soekarno-Hatta menuju kawasan aerotropolis tahun 2013 melalui hasil

wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti kepada beberapa narasumber

terkait antara lain :


77

1) Bapak Trisno Heryadi, selaku Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II

(Persero) yang juga berperan sebagai key informan dalam penelitian ini.

2) Bapak Kristanto, selaku Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II

(Persero).

3) Bapak I Ketut Fery Utameyasa, selaku Kepala Biro Marketing

PT. Angkasa Pura II (Persero) yang sebelumnya menjabat sebagai Public

Relations Manager di tahun 2012.

4) Bapak Yudistiawan, selaku General Affairs Manager sekaligus Humas di

PT. Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-

Hatta

5) Erik, selaku pengguna jasa Bandara Soekarno-Hatta (Penumpang rute

domestik)

6) Winda, selaku pengguna jasa Bandara Soekarno-Hatta (Penumpang rute

Internasional)

4.2.1 Pengumpulan Data (Fact Finding)

Hal pertama yang dilakukan sebelum menentukan strategi apa saja yang

akan digunakan oleh Public Relations PT. Angkasa Pura II (Persero) dalam

mengkomunikasikan pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta

menuju kawasan aerotropolis tahun 2013 ini, seorang public relations terlebih

dulu mengkaji dan mengumpulkan informasi dan fakta (fact finding) sebelum

melakukan tindakan yang berkaitan dengan proses pembangunan Bandara

Soekarno-Hatta menuju kawasan aerotropolis.


78

Praktisi PR terlebih dulu mencari data dan fakta mengenai berbagai

problem atau permasalahan yang dialami oleh bandara soekarno-hatta dengan

cara melakukan pengamatan dan survey yang dilakukan oleh unit terkait.

Berdasarkan hasil fact finding yang telah dilakukan oleh unit terkait bandara

soekarno-hatta bahwa terdapat permasalahan-permasalahan pokok yang sedang

dialami oleh bandara soekarno-hatta. Permasalahan pokok tersebut antara lain

adalah isu kapasitas, aksesibilitas, konektivitas, intermoda, dan aspek

lingkungan serta berbagai masalah sosial yang sampai saat ini masih memberi

“warna” tersendiri bagi bandara soekarno-hatta. Terkait isu kapasitas, data

angkutan udara yang dimiliki PT. Angkasa Pura II (Persero) mencatat bahwa

telah terjadi lonjakan jumlah pergerakan penumpang setiap tahunnya dari

kapasitas terminal yang tersedia.

Seperti yang diutarakan oleh bapak Yudis selaku Humas Kantor

Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta berikut;

“Fakta bahwa terjadi lack of capacity di soekarno-hatta airport ini. Soekarno-


hatta yang di desain untuk 18 juta penumpang per tahun, di tahun 2007
tercapai, tapi di tahun 2007 sudah 23 juta penumpang. Kemudian di 2009
dibangun terminal 3 dengan kapasitas 4 juta penumpang per tahun jadi total
keseluruhan terminal 1,2,3 baru mencapai 22 juta penumpang per tahun. di
tahun 2009 faktanya sudah menunjukkan sudah 35 juta lebih. Dan di tahun
2012 sudah 57 juta. Jadi ini suatu fakta yang sudah sangat
mengkhawatirkan.”85

Isu kapasitas itu sendiri memang telah lama menjadi masalah pokok

yang dialami bandara soekarno-hatta mengingat pertumbuhan penumpang yang

meningkat secara signifikan dan unpredictable. Akibatnya, lonjakan jumlah

85
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013
79

penumpang yang semakin lama semakin tinggi tanpa diimbangi dengan

fasilitas yang memadai justru akan menjadi ancaman tersendiri bagi pihak

pengelola bandara yang saat ini bandara soekarno-hatta dinilai dalam keadaan

darurat.

Dengan kondisi bandara yang padat tentunya akan menimbulkan

ketidaknyamanan bagi para pengguna jasa, khususnya penumpang. Seperti

halnya yang dirasakan oleh Winda, salah satu pengguna jasa rute internasional

bandara soekarno-hatta;

“kondisinya udah crowded banget ya. Tapi kalau di terminal 2 dan 3 karena
rute internasional ya, pastinya si tempatnya lebih enak dibanding di terminal
1. Dari segi kenyamanan yang paling nggak nyaman itu ya di terminal satu
menurutku, karena memang sudah full banget.”86

Tidak hanya lonjakan jumlah penumpang yang menyebabkan kapasitas

di bandara dianggap darurat, tetapi juga lonjakan sejumlah armada pesawat.

Meningkatnya demand (permintaan) dari penumpang tentu memaksa pihak

airlines untuk men-suply permintaan tersebut dengan cara menyiapkan armada

baru. Dan kini moda transportasi udara tumbuh pesat sehingga tempat parkir

pesawat yang saat ini tersedia di bandara soekarno-hatta tidak mampu lagi

menampung jumlah pesawat yang semakin banyak. Seperti yang dijelaskan

oleh pak Yudis;

“Kalau tidak dilakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi pertumbuhan


jumlah penumpang yang sangat drastis ini, maka saya tidak bisa
membayangkan apa yang akan terjadi. Misalnya pesawat terus-menerus
datang kemudian parkirnya dimana? Kan harus disediakan apron atau tempat

86
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan Internasional
Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
80

parkir. Peningkatan jumlah permintaan penumpang akan tiket pesawat tentu


akan mendorong perusahaan airlines untuk selalu berusaha memenuhi
permintaan tersebut. Makin tinggi permintaan pastinya mereka akan
menyiapkan armada baru, maka akan parkir dimana?.”87

Data-data statistik mengenai lonjakan jumlah penumpang dan berbagai

macam masalah yang mengakibatkan kepadatan di bandara soekarno-hatta

tersebut memang dipantau setiap harinya oleh pihak pengelola bandara untuk

mengetahui perkembangan yang terjadi di bandara dari hari ke hari yang

diakumulasikan untuk mendapatkan data statistik yang clear diakhir tahun dan

menjadi bahan laporan untuk menentukan langkah apa yang akan dilakukan

kedepan atas apa yang terjadi saat ini.

Isu kapasitas tidaklah menjadi masalah utama satu-satunya yang

dihadapi oleh pihak pengelola bandara soekarno-hatta, masalah lain seperti

aksesibilitas juga sangat perlu diperhatikan. Pada prinsipnya akses jalan

menuju bandara itu merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bandara,

oleh karena itu aksesibilatsnya harus lancar dan uninterupted. Namun tidak

untuk bandara soekarno-hatta. Seperti yang publik ketahui bahwa akses menuju

bandara soekarno-hatta sempat lumpuh akibat banjir yang terjadi di sejumlah

wilayah ibu kota pada awal 2013, bahkan yang lebih parah adalah sekitar tahun

2007. seperti yang disampaikan oleh pak Yudis;

“kita semua tahu bahwa telah terjadi banjir yang membuat wakil presiden
sampai naik helicopter menuju ke jalan tol sedyatmo sekitar tahun 2007. Apa
itu artinya? Bahwa aksesibilitas menjadi salah satu kunci keberhasilan
nyamannya sebuah airport.”88

87
Op.cit.
88
Ibid.
81

Hal tersebut tentunya terjadi bukan tanpa sebab. Semula akses menuju

bandara lancar dan bebas hambatan baik banjir ataupun kemacetan lalu lintas.

Namun, sesuai perkembangan zaman dimana keberadaan bandara saat ini

seakan sudah menjadi pusat perekonomian dimana semua orang berlomba-

lomba untuk membangun bisnis di sekitar bandara. pak Trisno selaku

Sekretaris Perusahaan mengatakan “Bandara seperti halnya gula,semua semut

datang kesini.”89. berbagai perumahan dan hunian-hunian eksklusif dibangun

dengan “menjual” akses bandara sebagai bahan promosi. Berikut pernyataan

Bapak Yudis, mengenai hal ini ;

“Dalam perkembangannya, tata ruang wilayah kota dan lingkungan


khususnya kota tangerang membangun berbagai perumahan dan hunian-
hunian yang membuat secara otomatis terjadi migrasi. Perpindahan sejumlah
penduduk ke kota Tangerang. Sehingga sebagai sebuah daerah penyangga ibu
kota, Tangerang menjadi kota yang sangat padat. Tetapi aksesnya tidak
difikirkan. Disamping itu juga, yang semula jalan tol sedyatmo itu khusus
untuk akses bandara soekarno-hatta kemudian juga tumbuh itu pantai indah
kapuk, pluit, cengkareng dsb yang akhirnya dibukalah jalur-jalur itu.
sehingga, beban jalan tol sedyatmo semakin besar, kemudian terjadi juga
penurunan tanah jalan, kemudian yang lebih repot lagi adalah dengan adanya
pantai indah kapuk ketinggian air lautpun jadi ikut naik. Itu yang membuat
jalan tol nya banjir. Dan ketika jalan tol banjir maka tidak ada lagi akses ke
soekarno-hatta.”90

Ketika dua kunci utama keberhasilan suatu bandara terganggu, maka

akan sangat berpengaruh terhadap citra dan reputasi bandara itu sendiri yang

dianggap sebagai gerbang utamanya suatu negara. Karena baik buruknya citra

suatu negara dapat di representasikan dari bagaimana penataan bandaranya.

89
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013
90
Op.cit
82

Pesatnya pertumbuhan jumlah hunian dan berbagai aspek

perekonomian yang berada di sekitar bandara ini juga diikuti dengan

peningkatan jumlah kendaraan yang semakin lama semakin tinggi. Tingginya

jumlah angka kendaraan yang ada saat ini tentunya menyebabkan arus lalu

lintas terganggu dan terjadinya kemacetan dimana-mana. Hal tersebut akhirnya

memaksa sejumlah orang untuk mencari jalur alternatif untuk cepat sampai

tujuan, salah satunya adalah melalui akses bandara. Akibatnya, akses bandara

yang semula lancar dan hanya dilalui oleh orang-orang yang memiliki

kepentingan dengan bandara kini ramai dan terbuka untuk umum sehingga

menimbulkan kemacetan yang cukup parah di jam-jam tertentu. Perihal berapa

banyak kendaraan yang melintas di bandara setiap harinya dan berapa jumlah

kendaraan yang memang memiliki kepentingan dengan bandara soekarno-hatta

ini diketahui oleh pihak pengelola bandara soekarno-hatta dari sebuah hasil

survey yang dilakukan oleh lembaga masyarakat. Seperti yang dikatakan pak

Yudis;

“Hasil surveynya Masyarakat Transportasi Indonesia yang melakukan survey


“berapa sih kendaraan yang melalui bandara soekarno-hatta setiap hari?”
“berapa jumlah kendaraan yang memang punya kepentingan dengan bandara
soekarno-hatta?” dan hasilnya mencengangkan, 60% kendaraan yang dari
arah Tangerang melalui bandara soekarno-hatta hanya numpang lewat.
Artinya memang soekarno-hatta airport ini dijadikan salah satu alternatif
akses menuju Jakarta. 40% sisanya ya mungkin untuk datang kesini, untuk
jemput, atau ya untuk ke kantor-kantor yang lain yang ada di bandara ini.”91

Lain lagi halnya dengan masalah konektivitas. Konektivitas disini ada

kaitannya dengan unsur antarmoda yang ada di bandara soekarno-hatta.

91
Ibid
83

Dengan angka jumlah penumpang yang mencapai 57 juta penumpang dirasa

sudah tidak efektif lagi bagi seseorang menggunakan kendaraan pribadi atau

antarmoda massal seperti taksi hanya untuk berpindah dari satu terminal ke

terminal lainnya atau menuju tempat-tempat lain yang berada di sekitar

bandara soekarno-hatta. Pasalnya lahan parkir yang terbatas dan sudah sangat

penuh sedikit menyulitkan pengguna jasa untuk memarkirkan kendaraannya,

atau harus mengeluarkan ekstra budget jika menggunakan taksi. Selain itu, saat

ini pihak bandara saat ini hanya menyediakan sejumlah shuttle bus yang secara

frekuensi waktu tertentu dia berputar untuk melayani konektivitas antar

terminal bagi para pengguna jasa secara gratis. Namun karena jumlahnya yang

terbatas, sehingga dirasa perlu untuk menciptakan alternatif-alternatif baru

untuk mengatasinya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Erik selaku

pengguna jasa rute domestik;

“yang masih kurang itu parking system, terus sistem untuk mobilitas antar
terminal juga masih kurang kan saat ini cuma ada shuttle bus, karena kan
kalau untuk mencapai visi kedepan yang seperti dibangun lagi terminal baru
atau menambah jumlah penumpang aku pikir people movement-nya juga pasti
akan lebih banyak yah, jadi kalau sarananya lebih bagus pasti akan lebik oke
lagi.”92
Selain itu, pak Yudis, selaku Humas Kantor Cabang Bandara

Soekarno-Hatta juga menambahkan;

“Diperlukan angkutan masal yang bisa mengangkut sejumlah besar orang dari
Jakarta menuju soekarno-hatta. Juga harus dibuka akses-akses yang baru.
Sebagai alternatif bagaimana caranya orang dengan cepat menuju bandara
soekarno-hatta.”93

92
Hasil Wawancara Langsung dengan Erik, salah satu pengguna jasa penerbangan domestik
Bandara Soekarno-Hatta, 09 Maret 2013.
93
Ibid.
84

Berdasarkan informasi tersebut, artinya bandara soekarno-hatta

memang benar-benar dalam keadaan darurat. Pasalnya, fakta tersebut

menyatakan bahwa kini sistem dan fungsi bandara sebagai kawasan umum

terbatas (restricted public area) tidak berjalan dengan sebagai mana mestinya.

Begitu pula dengan aspek aksesibilitas, konektivitas, dan intermoda yang

semakin terganggu dan tidak terkontrol. Namun di sisi lain, pihak manajemen

melihat fenomena tersebut sebagai suatu peluang bisnis yang ada. Seperti yang

diungkapkan pak Kristanto;

“Kalau saya bilang itu adalah Opportunity, karena semakin banyak orang itu
adalah challenge (tantangan) dan itu adalah peluang. Bagaimana orang harus
berkreasi, menciptakan inovasi-inovasi supaya meraih keuntungan atau
pendapatan perusahaan banyak.”94

Melihat fenomena terkait permasalahan-permasalahan dan peluang

yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini tentunya pihak

manajemen PT.Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola jasa

kebandarudaraan tidak tinggal diam. Karena fenomena tersebut merupakan

sebuah permasalahan Nasional dan harus segera diselesaikan.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus segera berbenah. Dan

akhirnya setelah melalui proses yang panjang, melakukan kajian mendalam

khususnya benefit dan manfaatnya untuk PT. Angkasa Pura II dengan

menerapkan prinsip ekonomi menggunakan analisis SWOT yang berorientasi

pada kebutuhan customer, maka tercetuslah sebuah konsep besar yang dituang

94
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013
85

dalam “Grand Design” pembangunan bandara soekarno-hatta menjadi sebuah

kawasan komersial yang disebut dengan kawasan Aerotropolis.

Rencana pembangunan Bandara Soekarno-Hatta sebagai kawasan

aerotropolis ini tidak serta merta dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan

pokok yang terjadi. Melainkan juga dilatarbelakangi oleh tren-tren yang sedang

terjadi di bandara-bandara di seluruh dunia. Perkembangan zaman dan era

globalisasi yang dihadapi saat ini dan dimasa yang akan datang akan

menjadikan persaingan bisnis yang ketat dimana sebuah bandara nantinya tidak

lagi hanya sekedar tempat orang berpergian dengan menggunakan transportasi

udara, melainkan juga sebagai tempat hiburan dan refreshing. Seperti yang

diutarakan oleh Public Relations Manager mengenai aerotropolis;

” Aerotropolis itu merupakan suatu kawasan yang ada kegiatan atau aktivitas
layaknya sebuah shopping center lah. Disana pasti fasilitas dan sebagainya
sudah menyerupai bukan seperti bandara yang tradisional , jadi bandara
aerotropolis itu bandara yang menuju kebutuhan atau tren hidup, gaya hidup
orang sekarang.”95

Bapak Trisno Heryadi selaku Sekretaris Perusahaan juga

menambahkan:

“Eranya dulu itu bandara adalah tempat orang ingin berpergian dari satu
tempat ke tempat lain dengan mempergunakan angkutan udara atau pesawat.
Tapi konsepnya sekarang adalah bandara merupakan suatu industri baik itu
industri transportasi maupun industri pariwisata dan lain-lain. Artinya
bandara tidak hanya sekedar orang untuk mengantar tetapi orang bisa datang
ke bandara untuk jalan-jalan, spend of money, dll karena di bandara
konsepnya aerotropolis itu adalah bisa kita bangun mall, bisa kita bangun
hotel, rumah sakit, dll. Jadi, bisnis kebandarudaraan yang dikembangkan

95
Ibid
86

menjadi bisnis yang terintegrasi baik itu dari aspek bisnis mall, bisnis trade
(perdagangan), maupun antarmoda.”96

Dalam persaingan bisnis yang ketat ini, berbagai negara berlomba-

lomba memikirkan bagaimana caranya mendatangkan wisatawan ke negara

mereka. Dan salah satu jawabannya adalah melalui “first impressive” yang

didapat para wisatawan saat ia pertama kali datang di bandaranya. Sama halnya

dengan Indonesia, dimana bandara soekarno-hatta ini berperan sebagai

“etalase” Bangsa dan Negara Indonesia. karena pada saat para para wisatawan

berada di bandara dan dia merasa aman, nyaman, enak, meskipun hanya

sekedar transit, tetapi ketika ia kembali, ia akan mengatakan dan bercerita

bahwa Indonesia itu bagus. Itulah salah satu contoh dari pentingnya penataan

bandara bagi sebuah negara.

Definisi ataupun penjabaran yang diungkapkan oleh Public Relations

Manager dan Sekretaris Perusahaan mengenai gambaran suatu kawasan

aerotropolis itu sendiri bukanlah tanpa dasar, tetapi berdasarkan hasil survey

dan kajian langsung dari orang yang expert di bidang aerotropolis. Hal tersebut

dilakukan semata-mata agar nantinya PT. Angkasa Pura II tidak salah dalam

mendefinisikan aerotropolis itu sendiri terutama saat mengkomunikasikannya

kepada publik. Untuk itu PT. Angkasa Pura II (Persero) mendatangkan

langsung pakar aerotropolis yang terkenal yaitu Professor John D. Kasarda.

Seperti yang diutarakan oleh pak Fery selaku Public Relations Manager

sebelumnya;

96
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013
87

“Makanya kita pernah mendatangkan yang expert langsung ya, ahlinya


aerotropolis itu, yang membuat buku tentang aerotropolis itu. Pak Kasarda,
John D. Kasarda. Beliau pakarnya aerotropolis. Sudah berkali-kali beliau
didatangkan kesini untuk memberikan masukan-masukan. Karena dia yang
menciptakan buku itu, karena dia yang pertama kali mengangkat nama atau
istilah aerotropolis itu. Jadi kita supaya tidak salah dalam mendefinisikan
aerotropolis. Setelah kita kaji dan benefitnya ternyata memang bagus, ya
akhirnya kita pilih konsep itu.”97

Demikian pula Bapak Kristanto menambahkan mengenai bagaimana

PT. Angkasa Pura II melakukan fact finding terkait tren airport dunia yang

sedang terjadi;

“Pertama kita tergabung dalam ACI (Airport Council International), kita


sudah member disitu, dan kita juga sudah kerjasama dengan INCHEON, the
best airport dalam urusan seperti itu, kita juga sering berpergian melihat
tren-tren airport dunia itu seperti apa, gaya-gaya airport yang banyak sekali,
dan kita juga punya PMU (Project Management Unit) unit yang khusus
membuat strategi-strategi kedepan. Nah, dari situlah kita memikirkan bahwa
kita harus berubah.”98

Berdasarkan latar belakang tersebutlah PT. Angkasa Pura II (Persero)

ingin menjadikan bandara soekarno-hatta sebagai kawasan aerotropolis. Dan

pembangunan bandara soekarno-hatta tersebut akan dilakukan secara bertahap

dengan yang utama dilakukan adalah mengatasi masalah over kapasitas yang

terjadi saat ini.

Selain untuk menjawab persoalan mengenai isu kapasitas yang dialami

oleh bandara soekarno-Hatta, adapun tujuan dari dibangunnya kawasan

aerotropolis tersebut seperti yang diungkapkan oleh pak Yudis selaku Humas

Kantor Cabang Bandara Soekarno-Hatta adalah;

97
Hasil Wawancara langsung dengan I Ketut Fery Utameyasa, Kepala Biro Marketing PT.
Angkasa Pura II (Persero), 02 Februari 2013.
98
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
88

“Yang pertama ya untuk menjawab semua persoalan yang sedang terjadi saat
ini. Tetapi Intinya tujuan dikembangkannya soekarno-hatta international
airport ini adalah untuk kenyamanan penumpang.”99

4.2.2 Perencanaan dan Pemrograman (Planning & Programming)

Setelah melakukan tahap pengumpulan data (fact finding), maka tahap

selanjutnya yang dilakukan adalah tahap perencanaan. Perencanaan ini

merupakan bagian penting dalam upaya melakukan kegiatan komunikasi

kepada publik mengenai pembangunan bandara soekarno-hatta berdasarkan

permasalahan yang terjadi di bandara soekarno-hatta dan opini para pengguna

jasa yang diperoleh dari hasil pengumpulan data.

Adapun tahapan komunikasi mengenai proses pembangunan bandara

soekarno-hatta ini sudah memasuki tahap implementasi, karena proses

pembangunan atau pengembangan bandara soekarno-hatta itu sendiri juga

sudah dalam tahap pengerjaan, sehingga kegiatan komunikasi yang dilakukan

disesuaikan pula dengan tahapan pembangunan yang sedang dilakukan.

Proyek pembangunan bandara soekarno-hatta ini tentunya menjadi

tugas besar bagi PT. Angkasa Pura II. karena pihak pengelola bandara harus

mengubah sebuah bandara tradisional menjadi konsep yang lebih modern atau

aerotropolis dengan berbagai fasilitas penunjangnya untuk meningkatkan level

of service dan menyesuaikan dengan tren airport dunia semakin berkembang

dan juga menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Adapun rencana

99
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
89

pembangunannya secara bertahap seperti yang diungkapkan oleh pak

Kristanto, antara lain;

“Membangun terminal 3 ultimate, kemudian ada perluasan apron dan


selanjutnya ada tahapan-tahapan dalam optimalisasi runway, taxiway, cargo
village, kemudian railway, kemudian baru kita mengintegrasikan terminal 1
dan 2.”
Selain itu juga akan dibangun berbagai fasilitas pendukung seperti

dibangunnya integrated building yang akan memberikan nilai lebih bagi

bandara soekarno-hatta yang diorientasikan menjadi kawasan “aerotropolis”.

Di kawasan tersebut akan terdapat fasilitas-fasilitas seperti mall, convention

hall, area parkir berkapasitas 20.000 kendaraan, kawasan perkantoran

penunjang operasional bandara, dll. Lebih jelas lagi dinyatakan oleh pak

Trisno, mengenai rencana pembangunan kedepan;

“Setelah itu kita akan bangun integrated building, jadi menyatukan antara
terminal 1 dan terminal 2, ditengah-tengah itu nanti ada mall, ada stasiun
kereta api, ada macam-macam kegiatan. Nanti orang dari terminal 1 ke
terminal 2 mempergunakan people mover system, kemudian ada kereta api
dari M1 (dari arah Tangerang) dan kereta monorail dari arah Jakarta masuk.
Itu mimpinya, mudah-mudahan pemerintah daerah mendukung. Nah itu nanti
secara bertahap.”

Jika bandara soekarno-hatta tidak segera berbenah maka akan jauh

tertinggal dengan negara-negara tetangga lainnya. Oleh karena itu proyek besar

pembangunan bandara soekarno-hatta menuju kawasan aerotropolis ini bukan

hanya proyek PT. Angkasa Pura II saja, melainkan masuk kedalam salah satu

program nasional jangka panjang pemerintah. Seperti yang diutarakan oleh

Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II (Persero);

“Ini sebetulnya program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan


Pembangunan Ekonomi Indonesia), programnya nasional jadi kita ini
90

sebenarnya sudah masuk program nasional jangka panjang sampai 2016 yang
menjadi programnya RI 1 (Presiden) dan harus tercapai. sejak 2010 sudah ada
kita rencananya, tapi bicaranya dulu bukan aerotropolis, istilah aerotropolis
itu berkembang karena itu memang tren-nya dunia.”

Tentunya dalam menjalankan mega proyek yang dilakukan PT.

Angkasa Pura II (Persero) dalam menjadikan bandara soekarno-hatta sebagai

kawasan aerotropolis ini harus dikomunikasikan secara pro aktif oleh pihak

manajemen. Pasalnya proyek pembangunan ini tentu melibatkan dan

berdampak kepada banyak pihak dan masing-masing pihak akan berbeda-beda

treatment komunikasinya. Dalam membuat serangkaian rencana kegiatan

komunikasi inilah dibutuhkan sebuah strategi dan fungsi khusus yang

menanganinya.

Strategi public relations yang digunakan untuk mengkomunikasikan

proses pembangunan bandara sokarno-hatta menuju kawasan aerotropolis

sebenarnya sama saja seperti mengkomunikasikan program-program kerja

perusahaan lainnya, hanya saja frekuensi penyampaian dan media yang

digunakan itu yang berbeda. Berikut yang diungkapkan oleh pak Fery, selaku

public relations manager yang sebelumnya mengenai strategi Public Relations;

“Strategi mengkomunikasikan sebenarnya sama dengan strategi


mengkomunikasikan program-program kerja yang lain ya, karena pada
prinsipnya kita sebenarnya tidak ada perbedaan. Hanya mungkin frekuensinya
atau mungkin cakupannya. Contohnya saja media nya kan harus dipilih-pilih.
Media mana yang bisa lebih mewakili kita untuk bisa lebih efektif untuk
sampai ke sasaran.”100

100
Hasil Wawancara langsung dengan I Ketut Fery Utameyasa, Kepala Biro Marketing
PT. Angkasa Pura II (Persero), 02 Februari 2013.
91

Disusunnya strategi komunikasi ini bersamaan dengan dirancangnya

RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) periode 2012-2016. Jadi, dengan

kata lain saat proyek pembangunan bandara soekarno-hatta ini masuk kedalam

salah satu RJPP PT. Angkasa Pura II, maka tugas seorang public relations

adalah merumuskan strategi bagaimana cara mengkomunikasikan perihal

proyek pembangunan bandara tersebut baik kepada stakeholder internal

maupun eksternal.

Berbicara mengenai strategi public relations, sebenarnya strategi public

relations di PT. Angkasa Pura II ini tidak dibuat sendiri, melainkan dibuat oleh

Sekretaris Perusahaan yang bertindak sebagai fungsi strategis di perusahaan,

sedangkan PR yang bertugas mengimplementasikan strategi komunikasi

tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa strategi public relations ini merupakan

bagian dari strategi Sekretaris perusahaan atau Corporate Secretary. Seperti

yang diungkapkan oleh pak Kris dalam salah satu percakapan wawancara;

“Jadi kalau berbicara masalah strategi, ya strategi PR itu merupakan bagian


dari strategi corporate secretary. because, we are under controll corporate
secretary. PR itu hanya mengkomunikasikan, dan semua eksekusinya adalah
unit terkait.”101

Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan komunikasi adalah

penetapan media. Jadi media yang digunakan untuk menyampaikan suatu

pesan haruslah sesuai dan tepat sasaran. Untuk itu, media penunjang yang

digunakan dalam mengkomunikasikan pembangunan bandara soekarno-hatta

ini, antara lain seperti media certak (koran dan majalah), media elektronik,

booklet, leaflet, flyer, press release, dan penggunaan media internal seperti

101
Loc.cit
92

website dan majalah online baling-baling PT. Angkasa Pura II untuk update

perkembangan pembangunannya agar bisa diakses oleh siapapun, kapanpun,

dan dimanapun.

Selain komunikasi melalui media-media tersebut, salah satu strategi

PT. Angkasa Pura II dalam mengkomunikasikan pembangunan bandara

soekarno-hatta ini seluas-luasnya agar diketahui publik adalah dengan cara

mengadakan event khusus seperti pameran atau exhibition dan launching

terkait konsep atau “Grand Design” Bandara Soekarno-Hatta menuju kawasan

aerotropolis di tahun 2016 mendatang. Sasaran khalayak yang dituju oleh PT.

Angkasa Pura II (Persero) ini adalah semua stakeholder perusahaan baik

internal maupun eksternal. Karena perihal proyek besar ini harus diketahui dan

dipublikasikan kepada khalayak luas untuk bersama-sama mendukung

terwujudnya bandara pertama berkelas dunia di Indonesia.

Event “Launching Grand Design Bandara Soekarno-Hatta” merupakan

kegiatan komunikasi tahap awal yang dilakukan PT. Angkasa Pura II (Persero)

pada 2011 lalu untuk mempublikasikan kepada publik terkait konsep bandara

soekarno-hatta yang akan dibangun. Dalam event ini pihak manajemen

memaparkan kepada khalayak tentang konsep grand design pembangunan

bandara soekarno-hatta 4 sampai 5 tahun kedepan akan menjadi seperti apa.

Khalayak yang dimaksud disini adalah pihak airlines, mitra kerja, dan

wartawan media.

Kemudian pada 2 Agustus 2012 dilaksanakan event “Ground Breaking

pengembangan terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta”. Event ini dilaksanakan


93

sebagai tanda dimulainya pengerjaan fisik tahap awal proyek pembangunan

bandara seokarno-hatta dan diresmikan langsung oleh Presiden RI Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) beserta Wakil Presiden Boediono yang juga

diliput oleh seluruh wartawan lokal maupun nasional baik media cetak maupun

media elektronik. Event ground breaking ini menjadi salah satu cara

komunikasi efektif yang dilakukan PR untuk mengkomunikasikan terkait

pembangunan bandara soekarno-hatta ini kepada publik dan menjadi

perbincangan dunia. seperti yang dikatakan oleh bapak Kristanto;

“Salah satu cara kita mengkomunikasikannya juga melalui acara ground


breaking kemarin yang kita mengundang presiden, wakil presiden, dll itu kan
dilakukan dalam rangka supaya gaungnya didengar oleh seluruh pengguna
jasa. Jadi itu merupakan awal dari publikasi grand design bandara soekarno-
hatta menuju kawasan aerotropolis. Nah pada saat itu bisa dikatakan salah
satu komunikasi yang efektif karena kena semua. Karena disitulah presiden
yang meresmikan dimulainya proyek tersebut. Kalau misalnya bukan presiden
yang datang meresmikan, maka akan beda gaungnya kurang keras. Begitu
presiden yang datang, mendunia itu.”102

Selama proses pembangunan bandara tersebut berlangsung tentu akan

banyak menimbulkan hal-hal yang akan mengganggu kenyamanan para

pengguna jasa yang berada di bandara, namun sebisa mungkin pihak pengelola

bandara menjaga agar standar-standar safety dan standar pelayanan tidak

terganggu. Salah satu caranya adalah dengan terus mengkomunikasikan secara

pro aktif kepada masyarakat dan pengguna jasa mengenai perkembangan

pembangunan dan jika ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan.

102
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
94

Sasaran khalayak yang ingin dituju oleh PT. Angkasa Pura II ini adalah

para pengguna jasa. seperti yang dikatakan pak Kristanto saat wawancara;

“Pengguna Jasa. Atau lebih enak kita sebut customer. Yang jelas target kita
customer pasti. Karena kita kan tidak bisa hidup tanpa ada customer ya kan,
dan mereka juga bisa teriak kalau kita tidak memenuhi kebutuhan customer.
Jadi target Angkasa Pura II itu adalah customer dan masyarakat yang
lain.”103

Pak Yudis selaku Humas Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-

Hatta menambahkan;

“Pengguna jasa itu dikategorikan ada dua, ada penumpang ada non
penumpang. Non penumpang itu yang nganter kesini, yang mau berbisnis
disini. lain lagi mitra kerja, mitra kerja itu seperti imigrasi, karantina,
kepolisian, kantor pos, dll ada pula yang namanya mitra usaha yaitu
pelanggan dalam hal usaha, seperti tenant-tenant, Airlines, dll. Jadi cara
mereka memberikan pelayanan kepada customer itu berdampak pada kita. Kita
bahas semua permasalahan yang ada menyangkut kepentingan penumpang
karena intinya main customer kita adalah penumpang. Jadi sasaran utamanya
adalah kepuasan penumpang.”104

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengguna

jasa (penumpang) menjadi sasaran penting atas kegiatan komunikasi yang

dilakukan terkait pembangunan di bandara soekarno-hatta ini. Pasalnya apabila

pengguna jasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan terganggu kenyamanannya,

maka akan banyak menimbulkan komplain. Oleh karena itu, banyak tidaknya

komplain dari para pengguna jasa ini menjadi indikator keberhasilan dari

komunikasi yang dilakukan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero).

Adapun tujuan dari kegiatan komunikasi yang dilakukan PR PT.

Angkasa Pura II (Persero) kepada para pengguna jasa bandara terkait

103
Ibid.
104
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
95

pembangunan bandara soekarno-hatta ini seperti yang diutarakan pak Yudis

adalah;

“Tujuannya agar publik tahu, biar publik mengerti kalau sekarang ini bandara
soekarno-hatta masih dirasa kurang nyaman, mohon maklum. Nanti anda akan
dibuat nyaman setelah jadi. Tapi sekarang masih agak crowded jadi mohon
sabar dulu.”105

Proyek tahap awal pembangunan Bandara Soekarno-Hatta untuk

menanggulangi masalah over capacity yang terjadi yaitu dengan membangun

Terminal 3 (T3 Ultimate) yang rencananya akan menghabiskan biaya sekitar

Rp. 4,7 triliun. Adapun sumber dana yang digunakan untuk pembangunan

bandara soekarno-hatta ini bukan menggunakan dana APBN, melainkan

menggunakan dana internal perusahaan dan pinjaman perbankan. Seperti salah

satu hasil kutipan wawancara dengan pak Trisno, mengatakan;

“Sumber dana kita ada, tidak pakai sumber dana APBN, tapi kita cari uang
sendiri. Artinya ada itu semua bank terbuka untuk memberikan pinjaman
kepada Angkasa Pura II, karena Angkasa Pura II punya peluang kedepan yang
baik secara finansial karena kita punya asset yang cukup besar, tinggal
bagaimana masyarakat mendukung.”106

Berdasarkan informasi yang diperoleh, dana pinjaman tersebut berasal

dari Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank BNI. Berbicara masalah budget

tentunya menjadi hal yang sangat sensitif, pasalnya sebagai perusahaan BUMN

masayarakat cenderung menilai segala sesuatunya adalah menggunakan uang

negara. Oleh karena itu, semua informasi terkait budget proyek pembangunan

tersebut selalu dikomunikasikan kepada publik agar tercipta transparansi

105
Ibid
106
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
96

bahwa proyek pembangunan bandara soekarno-hatta ini tidaklah menggunakan

uang negara.

4.2.3 Aksi dan Komunikasi (Taking Action & Communicating)

Tahap selanjutnya setelah melakukan pengumpulan data dan

perencanaan adalah tahap implementasi dan komunikasi. Media komunikasi

yang digunakan dalam melakukan komunikasi eksternal ini biasanya dapat

dilakukan melalui komunikasi lisan (langsung) maupun tulisan berupa poster-

poster, stiker, banner, booklet, leaflet, dan lain-lain

Tahap pembangunan bandara soekarno-hatta ini sudah memasuki tahap

ekspansi terminal 3 baik pembangunan apron maupun bentuk fisik bangunan

itu sendiri yang semula berkapasitas 4 juta penumpang per tahun rencananya

akan dapat menampung sekitar 25 juta penumpang per tahun. Proses

pengerjaan pembangunan bandara soekarno-hatta secara keseluruhan adalah

suatu perkara yang tidak mudah dan memakan waktu yang sangat panjang.

Untuk itu, Setiap detil perkembangan terkait step-step pengerjaan

pembangunan bandara soekarno-hatta ini secara intens disampaikan kepada

publik melalui media massa, karena sejauh ini media massa masih dianggap

sebagai media yang efektif dalam menyampaikan message kepada publik.

Seperti yang diungkapkan oleh pak Fery, selaku Public Relations

Manager yang sebelumnya;

“Untuk itu kita juga intens ya artinya frekuensi bertemu dengan media itu
lumayan sering. Kan terkadang untuk konsep yang sebesar ini kan tidak
mungkin kita sekaligus kan, nah makanya kita jelaskan kepada media langkah-
langkah untuk mewujudkan itu seperti apa. Kita sampaikan bahwa “ni kita
97

punya program seperti ini, ini yang sudah jalan, ini yang sedang dikerjakan,
ini yang sedang tender, dll”. Biasanya step-step itu yang ditanyakan dan
disampaikan ke mereka.”107

Salah satu isi pesan yang disampaikan terkait update perkembangan

pembangunan tersebut yang peneliti dapat dari sebuah press release yang

dibuat oleh PR PT. Angkasa Pura II (Persero) dan di publish melalui website

adalah informasi mengenai penandatanganan kerjasama (MoU) antara pihak

PT. Angkasa Pura II (Persero) dengan pihak Kawahpejaya Indonesia KSO

pada tanggal 18 Maret 2013 yang bertempat di Gedung Auditorium Kantor

Pusat PT. Angkasa Pura II (Persero). Kawahpejaya Indonesia KSO merupakan

Konsorsium yang akan melaksanakan pengerjaan perluasan gedung Terminal 3

(T3 Ultimate) Bandara Soekarno-Hatta.

Konsorsium Kawahpejaya Indonesia KSO merupakan gabungan dari

beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan design, antara

lain PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT. Waskita Karya (Persero) Tbk,

PT. Pembangunan Perumahan (Persero), PT. Jaya Teknik, PT Indulexco,

PT. GMDI, dan PT. Atelier 6 Arsitek. Tergabung juga di woodhead, Aecum &

Kontraktor Hyundai dalam konsorsium Kawahapejaya.

Dalam press release tersebut disebutkan pula secara detail lingkup

pekerjaan T3 Ultimate, antara lain ialah :

1. Bangunan Terminal 3 Ultimate meliputi Pekerjaan struktur,

arsitektur,interior furniture, mekanikal elektrikal, landscape, elektronika

bandara, peralatan khusus.

107
Hasil Wawancara langsung dengan I Ketut Fery Utameyasa, Kepala Biro Marketing
PT. Angkasa Pura II (Persero), 02 Februari 2013.
98

2. Bangunan VVIP meliputi struktur, Arsitektur, Fasade, Interior, MEP, Parkir

kendaraan

3. Gedung Parkir meliputi Struktur, Arsitektur, MEP

4. Utilitas dan bangunan penunjang meliputi sturktur, arsitektur dan MEP

5. Jalan dan Fly Over

6. Penataan dan penyusunan Pier 1 108

Deskripsi mengenai konsep pembangunan T3 Ultimate tersebut juga

dijelaskan, dimana T3 Ultimate ini mengusung konsep ramah lingkungan dan

eco airport yang akan ada berbagai fasilitas terbaru dalam rangka

meningkatkan pelayanan dan kenyaman pengguna jasa bandara, antara lain;

a. Penggunaan BHS (Baggage handling system), 6 Elegan Island Counter

Check in (common use & centralized check in counter),

b. Keseragaman design tenant yang terintegrasi, pembuatan furniture yang

berkonsepkan budaya Indonesia,

c. Koridor bernuansa aqua scape, di mana pengguna jasa bandara dapat berjalan

kaki melalui koridor tersebut dengan menikmati suasana nuansa hijau dan

wahana pameran ikan (fauna) yang ada di Indonesia, sebagai interprestasi

terhadap negara kelautan.

Tidak hanya itu, pengelolahan limbah juga akan menjadi prioritas yang

dipertimbangkan dalam mewujudkan konsep ramah lingkungan di lingkungan

bandara. Untuk itu, PT. Angkasa Pura II (Persero) akan menggunakan Basic

Waste Facility, Pemenuhan target prerequisite & rating point BEM secara

108
Press Release “Terminal 3 Siap dikembangkan”, 19 Maret 2013.
99

maksimal dengan implementasi ISO 14001 (disamping ISO 9001 & OHSAS

18001) terkait pengelolaan limbah saat konstruksi dan juga saat operasional

bandara, dan bersinergi dengan pihak independen (Greenship Professional)

untuk memastikan pencapaian kinerja Green Building. Di mana pengelolahan

limbah proyek akan dibagi atas 3 jenis (Padat, cair dan gas), tempat

pembuangan sampah di luar bangunan. Hal tersebut sesuai dengan konsep

pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai Eco Airport.109

Update informasi mengenai perkembangan bandara soekarno-hatta ini

selalu diinformasikan oleh public relations dalam sebuah bentuk press release

yang dipublish melalui website ataupun majalah online baling-baling. Seperti

yang diutarakan pak Kristanto;

“Untuk medium information kita update juga. Ya bentuknya sama bisa


melalui media apa saja, bisa website, majalah online baling-baling kita, dll.
Nah, itu media yang utama untuk menyampaikan berita up to date nya”110

Majalah online baling-baling merupakan majalah bilingual online

(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yang dikelola oleh public relations-

corporate secretary PT. Angkasa Pura II (Persero). Majalah online baling-

baling ini berisikan berbagai informasi terkait aktivitas maupun event

perusahaan baik kantor pusat maupun kantor cabang.

Baling-baling billingual online magazine ini merupakan salah satu

media online yang dapat diakses oleh seluruh khalayak baik internal maupun

eksternal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga dapat

109
Ibid
110
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
100

mencakup seluruh stakeholder dari berbagai kalangan. Meskipun disebut

billingual online magazine, namun pada nyatanya berdasarkan hasil temuan

peneliti tidak semua informasi yang disampaikan diterjemahkan kedalam

bahasa Inggris. Hal tersebut tentu menjadi salah satu kendala yang dihadapi

dalam menyampaikan update informasi melalui website dan majalah online

baling-baling ini kepada khalayak yang berada di luar Indonesia. karena

mereka akan sedikit kesulitan untuk memahami isi informasi tersebut.

Selain komunikasi melalui media massa, website, maupun majalah

online baling-baling, salah satu bentuk media komunikasi khusus yang dibuat

oleh public relations terkait pembangunan bandara soekarno-hatta adalah

booklet “grand design” Bandara Soekarno-Hatta. Booklet tersebut berisikan

konsep-konsep dan strategi tahap-tahap pembangunan jangka panjang bandara

soekarno-hatta menuju kawasan aerotropolis 4 sampai 5 tahun kedepan.

“Grand design Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan konsep


besar yang berfungsi sebagai pedoman (guidelines) di dalam pembuatan
perancangan dan pengembangan yang mengacu kepada Rencana Induk
Bandar Udara Soekarno-Hatta sebagaimana telah ditetapkan dalam keputusan
Menteri Perhubungan No: KM 48 Tahun 2008.”111

Isi pesan yang terdapat dalam booklet grand design bandara soekarno-

hatta ini adalah mengenai pemaparan mengenai upaya PT. Angkasa Pura II

(Persero) untuk memberikan solusi terkait lima permasalahan pokok yang

dialami bandara soekarno-hatta seperti; Kapasitas, Aksesibilitas, Konektivitas,

Intermoda, dan Aspek lingkungan serta mengantisipasi perkembangan bandar

udara 20 tahun kedepan. Sasaran khalayak untuk media booklet ini antara lain

111
Booklet “Grand Design Bandara Soekarno-Hatta” tahun 2012.
101

mitra kerja, investor, media dan tamu-tamu penting perusahaan saja. Tidak

sampai kepada pengguna jasa. Namun, rencana kedepannya untuk pengguna

jasa akan dibuatkan sekitar 10.000 leaflet yang akan diletakkan di konter-

konter agar lebih efisien dan mudah dibawa kemana saja. Isi pesannya pun

hanya seputar informasi ringan yakni terkait grand design dan peta pelayanan

di bandara saja Seperti yang diutarakan oleh pak Trisno terkait rencana

tersebut;

“Pengguna jasa kita rencana pakai leaflet, saya sekarang lagi suka bikin-bikin
leaflet, jadi saat dia buka semua informasi ada disitu. Jadi dia bisa kantongin
dan bisa dibawa kemana-mana. Sebentar lagi jadi, kita akan buat sepuluh ribu
yang nanti akan diletakkan di konter-konter atau dibagikan menggunakan jasa
dari teman-teman mahasiswa atau kita kerjasama dengan serikat pekerja
untuk membantu membagikan pada saat orang datang. Sekitar dua hari
sampai seminggu pasti akan habis itu.”112

Selain itu event lainnya yang dilakukan PR dalam rangka

mengkomunikasikan dan mensosialisasikan terkait grand design pembangunan

bandara soekarno-hatta ini adalah dengan mengikuti pameran-pameran

infrastruktur dan mengadakan seminar-seminar. Kegiatan seminar dan pameran

tersebut bukan secara langsung PT. Angkasa Pura II yang mengadakan,

melainkan berpartisipasi atau berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti

perkumpulan kargo, perkumpulan pilot, dari organisasi IATA, dll. Pihak terkait

tersebut diminta sebagai penyelenggara, dan PT. Angkasa Pura II berpartisipasi

didalamnya. Seperti cuplikan hasil wawancara dengan Sekretaris Perusahaan

berikut;

112
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
102

“Kita kan sering mengadakan seminar kargo, pameran Airport world expo,
dll. Angkasa Pura II, Angkasa Pura I yang mengadakan tapi yang
menyelenggarakannya orang lain. Lalu pak dirut disana mengeluarkan
statement, menyampaikan sambutan dengan expose ke depan bandara
soekarno-hatta akan menjadi seperti apa. Nah, pada saat itu secara tidak
langsung kita mempublikasikan rencana kita kedepan.”113

Bapak Kristanto, selaku Public Relations Manager juga menambahkan;

“Tapi untuk tahun ini saya belum dapat informasi lagi ya paling saya masih
menggunakan komunikasi dengan media. Karena kan bukan kita yang bikin
pameran, biasanya pihak lain yang menyelenggarakan dan kita berpartisipasi
aja, begitu. Jadi jika nanti ada tawaran dari penyelenggara pameran biasanya
di JITC saya sangat tertarik sekali. Nanti disana saya akan bicara mengenai
update airport soekarno-hatta seperti ini. Kita akan buat bandara soekarno-
hatta ke depan seperti ini, dan itu dalam bentuk pameran. Dan biasanya dalam
pameran itu akan ada media-media publikasi seperti dalam bentuk leaflet,
broshure, dll satu paket seperti pada umumnya pameran.114

Jadi, salah satu strategi komunikasinya adalah dengan memberdayakan

pihak terkait lain untuk mengadakan event tersebut bukan pihak PT. Angkasa

Pura II secara langsung, karena pihak manajemen tidak ingin terkesan “narsis”

dengan selalu mengadakan event-event besar. PT. Angkasa Pura II sendiri

bertindak sebagai pemberi sponsor, peserta pameran, atau menjadi pembicara

dalam kegiatan seminar maupun talkshow. Padahal ide atau gagasannya adalah

berasal dari PT. Angkasa Pura II (Persero). Bapak Trisno menjelaskan;

“Nah, dikaitkan dengan pertanyaan bagaimana kita mempublikasikan, kita


lewat-lewat mitra kerja kita, tidak secara langsung. Kenapa tidak secara
langsung? Karena kita tidak mau istilahnya pak dirut itu “narsis”. Kita
pokoknya mengerjakan sesuatu tanpa banyak bicara. Tapi kita bicara lewat
event-event yang sebetulnya skenarionya kita yang buat tapi mereka yang

113
Ibid
114
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
103

mengadakan. Lalu kita mendukung lewat sponsor. Padahal sebenarnya


gagasannya gagasan kita.”115

Untuk kegiatan seminar dan pameran tersebut, yang menjadi target

sasaran PT. Angkasa Pura II (Persero) dalam mengkomunikasikan perihal

pembangunan bandara soekarno-hatta ini kedepannya adalah khalayak level

menengah ke atas. Belum sampai kepada penumpang atau pengguna jasa. level

menengah ke atas tersebut antara lain seperti; mitra kerja, mitra usaha,

mahasiswa, para pengusaha level bawah, para pekerja yang memang sering

pergi ke luar kota. Dan biasanya presentasi-presentasi saat seminar tersebut

dilakukan oleh unit PMU dan oleh PR, namun PR memang lebih banyak

komunikasi melalui media massa saja. Seperti pernyataan pak Trisno mengenai

hal ini;

“Sasaran kita masih di level atas dan menengah, kebawah belum. Level atas
dan menegah itu seperti mitra, lalu mahasiswa, para pengusaha level bawah,
para pekerja yang memang dia sering pergi ke luar kota mengenai kedepannya
bandara akan seperti ini, jadi mereka punya hope kedepan. Kalau di level
bawah barangkali nanti secara natural dia akan mengikuti dengan
sendirinya.”116

Alasan mengapa para pengguna jasa tidak dilibatkan dalam beberapa

program dan media khusus yang dibuat oleh PR dan Sekretaris Perusahaan ini

adalah agar tidak menimbulkan “hope” yang terlalu positif bagi para pengguna

jasa dimana pembangunan tersebut akan terasa sangat lama. Sering kali karena

hope yang terlalu besar tersebut waktu setahun akan terasa seperti satu abad

dan ujungnya berdampak pada citra negatif bagi perusahaan itu sendiri. Oleh

115
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
116
Ibid
104

karena itu dibutuhkan strategi-strategi dalam mengkomunikasikan pengerjaan

pembangunan tersebut. Pak Trisno menceritakan mengenai hal tersebut;

“Jadi kita tidak semua informasi kita publish. Karena kalau dipublish juga ada
dampaknya. Mereka akan beranggapan dari sejak dulu bandara dibangun tapi
gak jadi-jadi, padahal dibangunnya saja baru kemarin kita informasikan itu.
Karena hope yang tinggi itu, mereka menunggu itu akan jadi terasa lama.
Makanya ada strategi. Strateginya menurut saya tidak usah ini disampaikan
kepada penumpang, pengguna jasa, tidak usah. Cukup leaflet, informasi-
informasi umum.”117

Jadi, tidak semua “mimpi” PT. Angkasa Pura II menjadikan bandara

soekarno-hatta sebagai kawasan aerotropolis ini dibeberkan kepada pengguna

jasa. Hal tersebut dikarenakan proses pembangunannya yang tidak mudah dan

memakan waktu lama. Karena mempublish suatu produk kebandarudaraan

tidak dapat disamakan dengan produk food and beverage yang setelah

dipromosikan, esok produknya langsung tersedia. Menurutnya yang lebih

penting bagi pengguna jasa adalah di maintain dari hari ke hari, bulan ke bulan

dengan kualitas pelayanan yang semakin baik.

Khusus kepada pengguna jasa, public relations memiliki strategi sendiri

dalam mengkomunikasikan grand design bandara soekarno-hatta. Tidak

melalui media massa, melainkan melalui media publikasi luar ruang yang

dipasang di sekitar bandara, umumnya banyak dijumpai di terminal

keberangkatan maupun kedatangan. Seperti yang diutarakan pak Trisno;

“Selain itu lewat publikasi melalui airport teve, disitu juga banyak informasi-
informasi tentang itu, banner-banner grand design juga banyak dipasang di
sekitar bandara, di dalam terminal kedatangan dan keberangkatan juga bisa

117
Ibid
105

dilihat ada semua disitu tentang konsep bandara menjadi kawasan


aerotropolis nanti.”118

Berdasarkan hasil observasi langsung peneliti di lokasi sekitar bandara

soekarno-hatta, terdapat baliho di jalan menuju bandara dan stiker-stiker besar

yang berisikan gambar-gambar grand design ataupun gambar konsep ruangan

kedepan akan menjadi seperti apa. Contohnya gambar ruang meeting point,

new counter check-in, Playground children, dll. Selain banner dan stiker-stiker

besar, dijumpai pula gambar-gambar grand design yang terpampang di badan

beberapa shuttle bus moda penghubung antar terminal bandara soekarno-hatta.

Media-media yang digunakan tersebut sangat efektif untuk menarik perhatian

pengguna jasa dan untuk menyampaikan pesan secara tersirat agar lebih jelas

dengan menampilkannya secara visual. Winda, salah satu penumpang rute

Internasional pun mengakui hal itu;

“Ohh.. kalau dari gambarnya itu si keliatan, jadi kalau pikir aku si kaya yang
mau dibangun aerotropolis itu ya terminalnya nantinya jadi kaya yang ada di
gambar-gambar itu yang ada di pajangan-pajangan itu. Cuma kalau yang
secara spesifiknya isi aerotropolis itu sendiri apa aku juga kurang paham.
Soalnya kalau kita pergi kan kita paling hanya lewat, jadi hal-hal seperti itu
kaya iklan aja, jadi kita kan nggak begitu ngeh merhatiin “itu apa sih?” gitu
kan. Jadi palingan sambil lewat dan ada gambar-gambar kan agak lumayan
mencolok. Selain itu di jalan arah jakarta menuju bandara, di tol nya itu kan
aku liat ada billboard yang ada gambarnya juga.”119

Untuk menjaga unsur keamanan dan kenyamanan pengguna jasa yang

berada di sekitar lokasi pembangunan, maka lokasi tersebut akan ditutup

layaknya lokasi pembangunan pada umumnya, namun yang membedakan

118
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
119
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
106

adalah ada sentuhan dan konsep PR di dalamnya. Yakni ditutup dengan

menggunakan backdrop yang di cover dengan gambar-gambar grand design

yang menjadi representatif visual agar publik tahu apa yang sedang dikerjakan.

Selain itu juga terdapat tulisan yang memberitahukan bahwa kenyamannya

akan terganggu. Seperti hasil cuplikan wawancara dengan pak Fery berikut ini;

“Begini, lokasi tempat pembangunan kita tutup. Pertama kita harus tetap bisa
memberikan kenyamanan. Memang akan membuat tidak nyaman tetapi lokasi
kita tutup untuk apa? Ya untuk keselamatan juga para pekerja yang ada di
dalam, untuk keselamatan juga orang-orang yang lewat. Dan biasanya tidak
sekedar tutup, nanti kita cover dengan gambar-gambar. Gambar itu
menunjukkan apa yang sedang dikerjakan. Jadi tempat yang ditutup itu akan
seperti ini, nah contoh gambarnya ada. Jadi orang tidak bertanya-tanya ”akan
dibangun apa itu ya?” jadi dia tinggal lihat gambar “ohh, tempat ini akan
dibuat seperti ini”, itu salah satu konsepnya PR. Dan kita sampaikan disitu
besar-besar tulisannya “mohon maaf atas ketidaknyamanan” atau dalam
bahasa inggris “sorry, for your inconvenience” begitu.”120

Lokasi pembangunan yang sedang berjalan saat ini pada dasarnya tidak

begitu berdampak besar dalam mengganggu kenyamanan para pengguna jasa

di bandara. Pasalnya lokasi yang dibangun saat ini merupakan lokasi non aktif

dari kegiatan operasional bandara seperti apron pesawat dan pengembangan

terminal 3 yang notabennya masih lahan kosong. Berbeda dengan nantinya saat

revitalisasi terminal 1 dan 2 dimana akan dilakukan pembangunan di kawasan

yang kegiatan operasionalnya 24 jam tentu akan banyak sekali kendala dan

tantangan yang akan dihadapi. Namun apapun itu harus tetap diinformasikan

dan diberikan alternatif untuk mengedepankan standar safety dan standar

pelayanan yang ada. Salah satunya adalah dengan menutup lokasi

120
Hasil Wawancara langsung dengan I Ketut Fery Utameyasa, Kepala Biro Marketing
PT. Angkasa Pura II (Persero), 02 Februari 2013.
107

pembangunan tersebut dengan menggunakan backdrop agar debu-debu tidak

mengganggu kenyamanan pengguna jasa.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan erik salah satu pengguna

jasa domestik rute Batam menyatakan bahwa sejauh ini memang tidak ada hal-

hal yang mengganggu kenyamanan penumpang selama pembangunan tersebut

berlangsung. Seperti cuplikan berikut ini;

“Kalau buat aku pribadi si nggak sih. Nggak ngerasa terganggu. So far aku
liat ya kondisi kaya gini yaudah. Gak pernah sampai komplain si, masih
dimaklumi lah lagi pula sampai saat ini secara pribadi si saya nggak merasa
terganggu dan keberatan.”121

Begitu pula Winda salah satu pengguna jasa Internasional rute Penang,

Malaysia mengatakan’

“Aku si nggak tahu kalau udah mulai di bangun ya. Soalnya kayanya dari
bulan-bulan kemarin aku lewat ya begini-begini aja begitu ke terminal 1, 2
atau 3. Tapi mungkin ngeliat ada pekerjaan kalo misalkan kita pulang keluar
dari terminal tu lewat jalan yang deket sini terminal 3 aku liat kaya lagi ada
aktivitas pembangunan gitu ya kayaknya apronnya. Paling yang aku liat si itu
aj sejauh ini. Kayaknya yang lain-lainnya belum deh. Jadi belum terlihat
perubahan dan sampai sejauh ini sih belum ada yang mengganggu ya kalau
dari segi pembangunan. Masih sama aja.”122

Selain itu berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan juga sejauh

ini belum ada hal-hal yang mengganggu arus lalu lintas di sekitar bandara

soekarno-hatta. Kalaupun terjadi pengalihan arus lalu lintas di sekitar bandara,

public relations secara pro aktif akan menginformasikan hal tersebut kepada

publik serta menyediakan berbagai alternatif selama arus lalu lintas tersebut

121
Hasil Wawancara Langsung dengan Erik, salah satu pengguna jasa penerbangan domestik
Bandara Soekarno-Hatta, 09 Maret 2013.
122
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
108

masih berada dalam otoritas bandara yakni mulai dari main enterance bandara

sampai M1 dari arah Tangerang, selebihnya pihak Angkasa Pura II

berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat untuk membantu

menginformasikan perihal pengalihan arus lalu lintas tersebut. Adapun public

relations-corporate secretary membantu menginformasikan melalui media

running text dan melalui media elektronik Radio Elshinta karena isi pesannya

dapat diterima saat itu juga. Seperti cuplikan wawancara dengan Pak Trisno

berikut ini;

“Angkasa Pura II harus pro aktif bagaimana kita mem-publish informasi ke


masyarakat. Lebih well-informed melalui running text dan lewat radio. Kalau
lewat media tulis atau koran biasanya kita info hari ini, baru besoknya di
publikasikan, kan jadinya sudah telat gitu ya. Jadi, yang paling efektif adalah
radio dan running text karena dapat informasinya dapat diterima saat itu
juga.”123

Dalam pembangunan apron di terminal 3 ini, bukan hanya pengguna

jasa yang terganggu, melainkan juga pesawat. Untuk itu public relations juga

harus bertindak secara pro aktif dalam mengkomunikasikannya. Seperti yang

dikemukakan oleh pak Kristanto selaku Public Relations Manager mengenai

cara mengkomunikasikannya kepada pesawat;

“Kalau kita bicara pada airline atau pesawat, ada yang namanya NOTEM
(Notes to Airman) itu orang teknis (ATS) yang operasikan dan itu dipublish di
seluruh dunia, jadi ketika kita mau melakukan sesuatu perubahan, maka kita
menginformasikannya melalui notem untuk ke pesawat. Jadi kalau untuk
penerbangan kita publish. di ICAO langsung masuk pemberitahuan ke
departemen perhubungan dan departemen perhubungan akan publish ke
dunia. Dengan begitu airline operated yang masuk ke cengkareng akan tahu
bahwa nanti saat landing disitu harus hati-hati karena sedang ada ini. Begitu.

123
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
109

Jadi untuk yang airline salah satu saluran komunikasinya adalah melalui
departemen perubungan terlebih dahulu.”124

Dengan kata lain, dikatakan bahwa segala sesuatu kegiatan yang

berhubungan dengan airside atau airlines itu adalah produk informasinya pihak

teknis atau unit ATS (Air Traffic Services), sedangkan untuk penyampaian

informasi ke publik maupun pengguna jasa adalah produk informasi dari PR

dan Sekretaris Perusahaan. Namun tetap yang lebih dominan sebagai

eksekutornya adalah pihak dari kantor cabang utama bandara soekarno-hatta

sedangkan kantor pusat hanya berperan sebagai pembina dalam membuat

perencanaan dan strategi komunikasi. Pak Kristanto menambahkan;

“Tapi yang lebih dominan mengenai informasi bandara soekarno-hatta


sebenarnya adalah orang kantor cabang. Karena ini kan airportnya dia, kita
hanya sebagai pembina. Jadi kita yang meramu isi pesannya apa yang harus
disampaikan. jadi kita pasti tidak bisa kontrol semua, jadi yang dominan untuk
eksekusi ya kantor cabang. Dan mereka sudah mempunyai cara-cara untuk
menginformasikan ke publik.”125

Pak Yudis selaku Humas Kantor Cabang utama bandara soekarno-hatta

membenarkan pernyataan tersebut;

“Bukan saya yang melakukan perencanaan atau membuat strategi. Saya hanya
unit penyambung lidah saja. Jadi begini, hal ini sudah dibahas sampai level
kantor pusat dan direksi. Dan perencanaan tersebut sudah dibuat sedemikian
rupa bahkan sudah dibahas di tingkat nasional. Jadi kita disini hanya tinggal
menjalankannya saja, tinggal mengkomunikasikannya saja.”126

Begitu pula saat gerbang M1 akan ditutup. Rencananya pada sekitar

bulan Juni atau Juli 2013 gerbang M1 dari arah Tangerang akan ditutup karena

124
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
125
Ibid
126
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
110

nantinya akan ada sekitar 600 kendaraan yang hilir mudik membawa bahan

material dan akan sangat mengganggu apabila jalan tersebut tidak ditutup,

selain itu juga akan dibangun rel kereta api yang akan masuk melalui gerbang

M1 jadi, semuanya kembali seperti awal yakni masuk melalui main enterance

bandara. Oleh karena itu hal tersebut harus dikomunikasikan sejak jauh-jauh

hari dan dilakukan pendekatan-pendekatan baik kepada local government

maupun masyarakat sekitar agar tercipta pemahaman dan pengertian akan

program PT. Angkasa Pura II. Dan dalam melakukan pendekatan kepada

masyarakat sekitar itu merupakan tugas dari Humas Kantor Cabang Utama.

Seperti yang dikemukakan pak Yudis;

“Jadi seperti bentuk community relations. Jadi pada saat acara community
relations itu saya menyampaikan mengenai perkembangan bandara soekarno-
hatta. satu saat contohnya saja yang akan dilakukan adalah penutupan jalan
M1. Mereka tidak bisa lagi lewat sana, mereka harus maklum, dan itu harus
diterima dengan senang hati. Bagaimana masyarakat bisa menerima dengan
senang hati, itu yang paling penting. Tentu komunikasinya harus baik. Karena
mereka harus mendukung program-program Angkasa Pura II. karena
lingkungan ini menjadi sangat penting menurut saya untuk kita kelola dengan
baik. Hubungan yang baik harus tetap dijaga, karena kita punya program
sebaik apapun kalau lingkungannya tidak mendukung maka itu akan menjadi
pencitraan yang buruk bagi perusahaan.”127

Dalam kegiatan komunikasi dan publikasi terkait grand design dan

pembangunan bandara soekarno-hatta ini, isi pesan dan konsep komunikasi

sepenuhnya dikendalikan oleh PR, tidak ada keterlibatan developer

didalamnya. Developer hanya membantu public relations dalam menyiapkan

bahan atau materialnya saja seperti spanduk, banner, maupun cover-cover yang

127
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
111

digunakan untuk menutup lokasi pembangunan tetapi tidak isi pesannya.

Developer tidak memiliki kewenangan menyampaikan pesan kepada publik.

Jadi, semua kegiatan komunikasi yang berhubungan dengan publik dikontrol

sepenuhnya oleh PR untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam

penulisan dan gambar yang digunakan. Lebih lengkapnya dijelaskan oleh pak

Fery seperti berikut ini;

“ngga ngga..kalau developer tidak. Developer tidak punya kewenangan untuk


menyampaikan kepada publik ya. Karena itu kan lokasinya ada di tempat kita.
developer mungkin hanya membantu materialnya. Artinya kita AP II minta
tolong kepada developer untuk dibuatkan spanduk tentang pembangunan ini
kalau perlu digambar, setelah dibikin itu lalu ditempel. Jadi semua konsep
tetap dari PR. Karena kan ini informasi sampai ke publik, kalau tidak kita
kontrol biasanya yang sering terjadi itu kan misalnya pertama tulisannya salah
atau mungkin kata-katanya, khususnya bahasa inggris. Yang kedua,
gambarnya tidak pas, yang dicontoh apa yang digambar apa, kan gitu kan,
nggak nyambung. Jadi harus tetap kita kontrol.”128

Jadi, yang bertanggung jawab sebagai komunikator atau spoke person

dalam hal berkomunikasi kepada publik ini untuk kantor pusat adalah Public

Relations Manager dan Sekretaris Perusahaan. Sedangkan untuk Kantor

Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta adalah General Affairs Manager yang

merangkap sebagai Humas dan Senior General Manager. Meskipun antara

public relations dan sekretaris perusahaan memiliki fungsi yang sama yakni

sebagai komunikator, namun tetap memiliki wewenang yang berbeda dalam

menyalurkan informasi kepada publik. seperti yang diungkapkan oleh pak

Kristanto selaku Public Relations Manager;

128
Hasil Wawancara langsung dengan I Ketut Fery Utameyasa, Kepala Biro Marketing
PT. Angkasa Pura II (Persero), 02 Februari 2013.
112

“Corporate Secretary itu lebih bersifat strategis jadi kalau di media itu dia
berbicara masalah strategis perusahaan. Kalau PR, hanya bersifat teknis
operasional. Seperti pencitraan, publikasi, dll. Jadi untuk menjadi spoke
person, ya itu tadi bahwa CS berbicara mengenai hal-hal yang bersifat
strategis, saya operasional. Itu saja. PR itu hanya men-support kegiatannya
CS. Karena CS mengurusi segala kegiatannya BOD juga, jadi kita bagi-bagi
tugas.”129

Pak Trisno, Selaku Sekretaris Perusahaan juga menambahkan;

“Kalau PR dia lebih kepada menyampaikan informasi-informasi sifatnya


bukan kebijakan. Tetapi dia menginformasikan kedepan misalnya “oia
kedepan akan ada ini, ini, ini..” tetapi kalau timbul pertanyaan kenapa itu
begitu? Itu saya yang bicara. Contoh lain misalnya PR menginformasikan
kalau jalan ini akan ditutup. Tetapi kenapa itu ditutup? Mereka tanya ke saya.
Seperti itu. Kalau saya lebih pada kebijakannya.”130

Berbeda lagi dengan fungsi Humas kantor cabang, dimana Humas

Kantor Cabang Utama ini fokus utamanya adalah mengenai permasalahan-

permasalahan yang terjadi sehari-hari di kantor cabang utama saja, dalam hal

ini Bandara Soekarno-Hatta. Jadi, jika ada berbagai permasalahan yang terjadi

di sekitar bandara soekarno-hatta, maupun informasi yang berhubungan

langsung dengan pengguna jasa, maka Humas kantor Cabang Utama lah yang

diberi kewenangan untuk menjadi spoke person untuk menjawab persoalan

tersebut. Namun jika lingkupnya luas dan mengacu kepada kebijakan, kembali

akan ditangani oleh kantor pusat.

Seperti salah satu contoh permasalahan yang sedang gencar ditangani

oleh Humas Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta untuk mendukung

terwujudnya “the World Class Airport” ini adalah dengan melakukan

129
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
130
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
113

“sweeping” di sekitar bandara untuk mengatasi masalah sosial yang ada seperti

taksi gelap, pedagang asongan, calo tiket, porter liar, dll yang kerap

mengganggu kenyamanan para pengguna jasa. seperti yang diutarakan Winda,

salah satu pengguna jasa bandara yang merasa terganggu dengan hal tersebut;

“Dari segi kenyamanan yang paling nggak nyaman itu ya di terminal satu
menurutku, karena banyak porter-porter dan taksi-taksi gelap yang bikin risih
sih sebenernya yang suka dikejar-kejar menawarkan taksi. Belum lagi kalau
kita lagi nunggu suka ada pedagang yang jualan parfum, dll itu jelas
mengganggu.”131

Kegiatan sweeping tersebut secara rutin dilakukan untuk perlahan-lahan

mengurangi permasalahan sosial yang ada di bandara, dengan begitu lama-

kelamaan perusahaan yakin masalah tersebut dapat dihilangkan. Tidak hanya

itu, untuk memberikan news value, Humas kantor Cabang juga mengundang

wartawan media massa baik lokal maupun nasional untuk melakukan press

tour di bandara. para awak media diajak berkeliling di sekitar bandara untuk

menyaksikan dan merasakan langsung bahwa bandara saat ini sudah mulai

tertib. Hal tersebut tentu merupakan salah satu bagian dari strategi PR dalam

mengkomunikasikan improvement atau kondisi yang ada di bandara soekarno-

hatta saat ini.

Adapun feedback yang diterima dari kegiatan komunikasi yang

dilakukan terbagi menjadi dua yakni bisa positif, bisa juga negatif. feedback

yang negatif ini seringkali disebut dengan istilah “komplain”. Tentunya

feedback yang diterima terkait pembangunan bandara ini pertama kali biasanya

negatif dikarenakan ketidaktahuan para pengguna jasa atas apa yang sedang

131
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
114

dilakukan oleh pihak pengelola bandara, namun setelah dikomunikasikan

perlahan dan terus-menerus, lama kelamaan menjadi positif. Asalkan

informasinya jelas dan berbagai alternatif-alternatif perubahan itu disediakan

oleh pihak pengelola bandara maka para pengguna jasa masih bisa memahami

dan memaklumi. Justru dengan adanya informasi tersebut masyarakat mulai

melihat peluang bisnis kedepan sehingga feedback yang diberikan sangat

positif. Seperti yang diutarakan Pak Yudis sebagai berikut;

“Saya kira indikatornya itu cukup jelas misalnya kalau dari komplain di
media. Sampai sekarang alhamdulillah terjadi penurunan yang sangat drastis,
alhamdulillah sangat jarang sekali. email-email yang masuk ke webmaster
juga lebih banyak pertanyaan-pertanyaan seputar apakah mereka bisa
melamar pekerjaan disini, apakah mereka bisa buka usaha disini, kebanyakan
seputar itu saja. Tidak ada komplain. Jadi bisa dibilang sampai saat ini
responnya masih sangat positif. Karena kita kampanyekan terus, kita
komunikasikan terus.”132

Secara keseluruhan, Public Relations Manager menganggap masih

belum ada kendala yang berarti terkait komunikasi ke publik karena semua

informasi disampaikan secara intens dan jelas. Jika pun ada perubahan itu

hanya bersifat sementara, tidak permanen. Feedback yang diterima pun seperti

yang telah dikatakan adalah positif. Seperti yang diutarakan Pak Kristanto

selaku Public Relations Manager;

“emm..sejauh ini, kendala tidak ada yah. Karena kan lagi-lagi orang indonesia
ya tidak seperti orang barat. Kalau orang barat kan benar-benar kritis dia.
Jadi sejauh ini si belum, belum ada. Ya kecil-kecil si ada ya seperti yang saya

132
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
115

bilang tadi, tapi penanggulangannya kan kita cukup menyadari ke mereka


bahwa ini tidak permanen.”133

Pak Yudis Selaku Humas Kantor Cabang Utama pun mengutarakan hal

yang sama sebagai berikut;

“Secara maksimal, secara general tidak ada kendala. Tetapi kalau saya
melihat kesempurnaan itu belum sempurna. Karena belum ada unit khusus
yang fokus menangani itu. nantinya akan ada, nantinya akan dibentuk unit
itu.”134

Adapun feedback yang negatif atau komplain tersebut juga dianggap

public relations sebagai salah satu feedback yang bagus untuk melihat

kekurangan perusahaan untuk menuju yang lebih baik. Justru dengan adanya

komplain tersebut menandakan pengguna jasa peduli dengan produk ataupun

jasa yang diberikan. Komplain pasti ada, Namun sejauh ini PR mengatakan

tidak banyak komplain yang diterima. Meskipun begitu jika terdapat sebuah

komplain maka cara PR dalam mengelola komplain tersebut antara lain seperti

yang dijelaskan oleh pak Kristanto berikut;

“Komplain pasti ada ya, mungkin hal-hal kecil lah, tapi kebanyakan orang kita
memaklumi. Karena apa? Karena kita sudah menyiapkan alternatif. Yang
namanya alternatif itu kan bersifat sementara, tidak seperti yang awal. Tinggal
bagaimana kita mengkomunikasikannya aja kan. Tapi kan itu tidak lama,
kecuali itu akan kita buat permanen. tapi ini kan tidak, tidak dalam rangka
permanen, melainkan “temporary under construction, after that is running
well”.”135

Pak Yudis Selaku Humas Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-

Hatta menambahkan;

133
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
134
Op.cit.
135
Op.cit.
116

“Komplain itu salah satu feedback yang bagus, untuk melihat apa yang kurang
dari kita. apakah yang kurang itu bisa segera kita tutupi atau kita harus tunda.
Tetapi yang paling penting adalah menjawab komplain itu dulu, agar yang
menyampaikan message komplain itu mengerti bahwa dia direspon.
Tindaklanjutnya kita juga sampaikan bahwa ini bisa kita tindaklanjuti segera
atau mohon sabar dulu pak bu, kita sedang melakukan perbaikan-perbaikan,
mungkin di tahun depan kita harapkan perbaikan itu bisa segera selesai. Dan
juga kita tidak lupa ucapkan terima kasih atas masukannya. Itu kan harus
direspon dengan baik semua mau kritik, saran, masukan, komplain.”136

Jadi, dapat dijabarkan proses pengelolaan komplain yang dilakukan

oleh PR pertama kali adalah menjawab komplain tersebut sebagai tanda bahwa

komplain dari pengguna jasa tersebut direspon. Setelah komplain tersebut

direspon, maka PR segera menghubungi unit terkait di lapangan untuk

memeriksa apakah informasi tersebut benar, jika benar maka PR akan

menugaskan pihak terkait untuk membenahinya. Setelah dibenahi maka PR

kembali menjawab komplain tersebut dengan menginformasikan bahwa telah

dilakukan perbaikan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas informasi

yang telah diberikan. jadi dalam mengelola komplain tersebut PR tidak

sendirian, melainkan berkoordinasi dengan unit-unit terkait, dan PR hanya

berperan sebagai komunikator saja. Pak Kristanto menambahkan;

“Jadi itu lah, tidak semuanya dilakukan oleh PR melainkan kita bersinergis
dengan unit-unit terkait. jadi PR itu listening, crapping, and distribution,
kemudian menjelaskan apa yang kita punya dan anda tinggal mengikuti. Jadi
win-win solution.”137

Untuk menjalahkan fungsi listening, crapping, and distribution

tersebut, maka tersedia beberapa saluran komunikasi yang disediakan oleh

136
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
137
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
117

perusahaan untuk menampung kritik, saran, maupun keluhan dari publik,

antara lain seperti yang disebutkan oleh public relations manager;

“Bisa lewat website, kita punya front line information, kita juga lagi
berencana bikin call center. Jadi ya yang sementara lewat media itu saja.”138

Untuk melayani keluhan customer, rencananya PT. Angkasa Pura II

(Persero) akan bekerjasama dengan Telkom untuk membuat customer care

atau customer center. Jadi nanti jika orang ingin menyampaikan keluhan-

keluhannya ataupun menanyakan berbagai aspek dapat menghubungi customer

care tersebut. Hal tersebut tentu dilakukan untuk mengakomodir semua

keluhan maupun saran dari publik dalam rangka perbaikan perusahaan ke arah

yang lebih baik kedepan. Pak Trisno menambahkan;

“Kita tidak ingin ketika ada orang telepon harus menekan nomor ekstention,
tidak. Tetapi kita ingin sekali telepon langsung ada yang menjawab. Jadi
kaitannya dengan pengembangan kedepan seperti itu.”

Adapun untuk budget terkait kegiatan publikasi yang dilakukan oleh

public relations ini memang disediakan dari anggaran umum public relations-

corporate secretary, namun apakah budget tersebut hanya khusus untuk

publikasi bandara soekarno-hatta atau tidak, public relations tidak

mengetahuinya. Seperti yang diutarakan public relations manager berikut;

“saya tidak tahu apakah ada budget khusus atau tidak. Yang jelas kalau bicara
komponen-komponen untuk strategi atau anggaran seperti itu kami ada. tapi
apakah budget tersebut untuk meng-cover publikasi 10 airport yang sedang
dibangun atau tidak saya belum tau.”

138
Ibid
118

Karena kerahasiaan data, pihak public relations tidak dapat memberikan

jumlah budget yang tersedia secara rinci terkait kegiatan publikasi

pembangunan bandara soekarno-hatta menuju kawasan aerotropolis yang

sedang dilakukan.

4.2.4 Evaluasi (Evaluation)

Langkah terakhir yang dilakukan oleh public relations setelah

menjalankan strategi komunikasi adalah evaluasi. Evaluasi merupakan

penilaian terhadap apa yang telah dilakukan dari mulai fact finding,

perencanaan, sampai hasil program yang telah diimplementasikan. Apakah

kegiatan tersebut sudah tepat sasaran dan sesuai harapan dan apakah strategi

yang dijalankan berhasil atau tidak yang kemudian hasil dari evaluasi tersebut

akan menjadi dasar untuk membuat perbaikan-perbaikan maupun program-

program public relations selanjutnya.

Berbagai kegiatan komunikasi dan publikasi terkait pembangunan

bandara soekarno-hatta ini telah dilakukan oleh perusahaan sejak tahun 2010

dari mulai sounding, launching, dan announcing agar publik mengetahui dan

memaklumi jika ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan di bandara

soekarno-hatta selama proses pembangunan berlangsung terlepas dari faham

atau tidaknya publik akan definisi atau konsep aerotropolis secara utuh. dari

hasil evaluai inilah dapat diketahui apakah tujuan dari kegiatan komunikasi

tersebut tercapai atau tidak.

Evaluasi dari kegiatan komunikasi dan publikasi yang telah dilakukan

ini secara keseluruhan dilihat dari hasil media monitoring dan feedback dari
119

para pengguna jasa selama proses pembangunan berlangsung. Karena seperti

yang telah dibahas sebelumnya bahwa indikator keberhasilan komunikasi

tersebut adalah dari banyaknya komplain dan pemberitaan di media massa.

Seperti yang disampaikan oleh pak Kristanto selaku public relations manager;

“Efektif tidaknya suatu informasi saya tolak ukurnya dari banyak tidaknya
komplain. artinya kan kita punya beberapa sarana yang saya sebutkan tadi itu
kita melihat dari situ juga, dan kita juga melihat dari beberapa rubrik media,
rubrik pembaca yang ada di media massa itu kan ya. Nah kita coba ukur
melalui media monitoring kita. kalau disitu banyak komplain, disitu banyak
segala pemberitaan mengenai pembangunan, it’s mean question, tinggal
beritanya apa. Kalau beritanya negatif berarti saya harus
menginformasikannya lagi. Tapi kalau beritanya positif, maka kita harus
pertahankan. Kalau evaluasi secara over all ya kita tinggal tunggu aja hasil
media monitoring, dari sisi komunikasi.”139

Adapun periodesasi evaluasi itu sendiri dilakukan oleh public relations-

corporate secretary setiap satu semester (6 bulan). jika dalam periode tersebut

tidak ada reaksi negatif dan tidak ada keluhan dari masyarakat maupun

pengguna jasa, maka komunikasi tersebut dapat dikatakan berhasil. Selain itu

untuk mengukur News Value dan PR Value yang dilakukan selama ini didapat

dari hasil media monitoring. Seperti yang disampaikan oleh pak Trisno berikut;

“evaluasi selalu kita lakukan, Salah satunya dibuat oleh staf saya. Jadi nanti
staf saya membuat evaluasi berapa media yang memuat berita negatif, berapa
yang positif dikaitkan dengan cost. Ketimbang kita membuat spanduk misalnya
dengan harga sekian dipasang disana-sana, lebih baik kita ngomong sekali ke
wartawan akan dilihat beritanya seperti ini dan cost-nya seperti ini.”140

139
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
140
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
120

Jika dari hasil media monitoring tersebut diketahui berita positif lebih

banyak ketimbang negatif, maka kegiatan komunikasi tersebut dikatakan

berhasil dan dapat berjalan dengan baik. pak Yudis mengutarakan hasil media

monitoring yang didapat adalah sebagai berikut;

“Hasil monitoring atau hasil pengukuran PR Value yang dilakukan periode


Januari 2013 menyatakan bahwa berita Angkasa Pura didominasi oleh
bandara soekarno-hatta. Berita positif 72% berita negatifnya itu 28%
biasanya karena kasus. Tetapi berita positifnya jelas lebih besar daripada
berita negatifnya. Itu menurut saya adalah salah satu indikator keberhasilan
komunikasi publik yang dilakukan. Jelas, kalau media menulis baik kan itu
salah satu pencitraan yang baik. Nah kemudian kita ukur berapa banyak media
yang menaikkan berita kita, ukur positifnya berapa banyak, nantikan ketemu
PR valuenya.”141

Berdasarkan data yang peneliti dapat, sepanjang bulan Januari 2013

terdapat sebanyak 413 pemberitaan di media massa terkait PT. Angkasa Pura II

(Persero). Sejumlah pemberitaan tersebut dimuat oleh beberapa media massa

baik lokal maupun nasional, baik cetak maupun online. Adapun daftar nama

media tersebut antara lain; Investor Daily, Republika.co.id, Rakyat Merdeka,

Vivanews.com, Jawa Pos, Kabar6.com, Tribunnews, Metrotvnews.com,

Liputan6.com, Harian Pelita, Suara Pembaruan, Koran Tempo, Suara Karya,

OkeZONE.com, Warta Kota, Tempo Interaktif, Sindonews.com, Bisnis.com,

Tangerangnews.com, Merdeka.com, JPNN.Com, Detik.com, Jurnal Nasional,

Bisnis Indonesia, Berita Kota, dan Indo Pos. dari keseluruhan 413 pemberitaan

di media tersebut selama bulan Januari 2013, Total terdapat 273 pemberitaan

yang memberikan pencitraan positif, dan 113 Pemberitaan pencitraan negatif,

141
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
121

sementara 27 sisanya adalah netral.142 Terkait banyaknya pemberitaan

pencitraan negatif ini biasanya dikarenakan kasus-kasus atau permasalahan

yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta yang melibatkan maskapai, isu

korporat, masalah penumpang, dll, bukan terkait pembangunan. Salah satu cara

yang dilakukan untuk menanggapinya adalah dengan melakukan klarifikasi

melalui press release dan mengadakan press conference (bila diperlukan).

Adapun hasil pengamatan peneliti terkait isi pemberitaan periode

Januari-Maret 2013 diambil secara sampling sebagai berikut:

A. Media Cetak

Nama Media Tanggal Terbit Judul Berita

Jalur KA Tangerang-Bandara
Tempo 02 Januari 2013
Dibangun Tahun Ini

Indo pos 03 Januari 2013 PMKS Menjamur di Bandara


Soetta.

Berita Kota 07 Januari 2013 Siap-siap, Pintu M1 Bandara


Akan Ditutup

Harian Kontan 05 Februari 2013 Bandara Soekarno-Hatta Sudah


Sesak

Media Indonesia 20 Februari 2013 AP II Bangun Terminal Kargo


Baru

Suara Pembaruan 20 Februari 2013 AP II Bangun Terminal Kargo


Senilai Rp 2 T

Jurnal Nasional 15 Maret 2013 Terminal III Bangun Parkir


untuk 50 Pesawat

142
Hasil evaluasi media monitoring Public Relations PT. Angkasa Pura II (Persero), Januari 2013.
122

Warta Kota 27 Maret 2013 AP II Merazia Calo Bandara

B. Media Online

Nama Media Tanggal Terbit Judul Berita

Beritasatu.com 03 Januari 2013 KA Bandara Soetta Akan


Mirip KA Changi

JPNN.com 04 Januari 2013 Tender Kereta Bandara Soetta


Dimulai Tahun Ini

Soekarno-Hatta Jadi World


Detik.com 16 Februari 2013
Class Airport, Ini Tanggapan
Masyarakat

Konsorsium Kawahapejaya
Liputan6.com 26 Februari 2013
Indonesia Menang Tender
Bandara Soeta

Terminal III Bandara Soetta


Tangselraya.com 16 Maret 2013
Tambah Apron dan Landasan
Pacu

Kompas.com 18 Maret 2013 Rp 4,7 Triliun untuk Perluasan


Terminal 3 Soekarno-Hatta

Bantenposnews.com 21 Maret 2013


Perluasan Bandara Terkendala

Setelah dilakukan evaluasi dari implementasi komunikasi melalui hasil

perhitungan media monitoring, kemudian Sekretaris Perusahaan akan

mempublish hasil tersebut kepada para direksi dan jajarannya pada saat

meeting tertentu. Seperti yang diutarakan pak Trisno berikut;


123

“Evaluasi selalu kita lakukan, dan hasil evaluasi itu kita share kepada teman-
teman dan kepada direksi pada saat kita ada rapat koordinasi dan rapat BEM
(board executive meeting). tergantung situasinya.”143

Namun dari implementasi tersebut peneliti menemukan adanya

beberapa pengguna jasa yang masih belum mengetahui perihal rencana

pembangunan bandara soekarno-hatta menjadi kawasan aerotropolis di tahun

2016 mendatang. Padahal berbagai publikasi telah dilakukan perusahaan sejak

lama dan terus diupdate perkembangannya.

Seperti yang diutarakan Winda, salah satu pengguna jasa rute

Internasional yang hampir setiap bulan menggunakan jasa bandara soekarno-

hatta mengaku mengetahui informasi tersebut melalui media massa;

“emm.. kawasan aerotropolis, kurang ngerti ya mbak, tapi yang jelas aku sih
pernah baca di majalah gitu kalau nggak salah bandara soekarno-hatta itu
mau dipugar dibangun lagi senilai lebih dari 5 triliun kalau nggak salah. emm,
lupa sih kayaknya udah lama deh sekitar bulan agustus-an deh. Kayanya
bukan majalah tapi koran. Kalau nggak salah itu dari koran gitu tapi aku lupa
nama korannya apa tapi sempet ada kok berita seperti itu.”144

Begitu pula hal yang sama diutarakan oleh Erik, salah satu pengguna

jasa bandara soekarno-hatta rute domestik yang terakhir kali datang ke bandara

sekitar bulan Januari 2013 mengaku tidak mengetahui rencana pembangunan

bandara soekarno-hatta menuju kawasan aerotropolis;

“Belum, belum tau. Jujur belum tahu. Emm saya rencana pembangunannya
belum tahu. Saya Cuma pernah dengar dari orang kalau misalnya bandara ini
memang akan dikembangkan dari segi fasilitas, penambahan pembangunan di
terminal 3, nah tapi kalau untuk pengembangan menjadi kawasan terpadu

143
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
144
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
124

aerotropolis itu secara konsep si saya mungkin nggak pernah dengar.


Maksudnya secara terpadu itu konsepnya belum. Saya Cuma tahu dari orang
kalau bandara ini akan “dipercantik”. Ya cukup tau dari situ aja.”145

Mengetahui hal tersebut, pak Yudis Menanggapi perihal ketidaktahuan

pengguna jasa terkait pembangunan bandara soekarno-hatta dari media massa

sebagai berikut;

“Sebenarnya sudah dikomunikasikan, jika aisyah nanya mengapa mereka


tahu? Kan belum tentu dia baca koran, koran kan cepat hilangnya hanya satu
hari. Kalau majalah hanya satu bulan. belum tentu dalam periode itu mereka
mengerti tentang aerotropolis. Oleh karena itu ditunjang dengan media seperti
stiker-stiker besar yang dipasang di sekitar terminal.”146

Beliau menambahkan bahwasanya memang konsep aerotropolis

tersebut hanya dikenal oleh beberapa pihak saja, dan PT. Angkasa Pura II pun

hanya melakukan presentasi-presentasi dan seminar-seminar terkait detil

pembangunan bandara soekarno-hatta menuju kawasan aerotropolis tersebut

untuk khalayak tertentu saja. Untuk masyarakat dan pengguna jasa sendiri

nantinya hanya tinggal mengikuti dan melihat hasilnya saja agar tidak

menimbulkan hope yang terlalu positif karena dikhawatirkan akan memberikan

citra buruk ke perusahaan.

Jadi, membentuk tingkat pemahaman para pengguna jasa mengenai

konsep aerotropolis itu sendiri memang tidak menjadi fokus dari kegiatan

komunikasi dan publikasi yang dilakukan public relations karena tujuan dari

dilakukannya komunikasi tersebut adalah sebatas agar publik maupun para

pengguna jasa mengetahui bahwasanya bandara sedang berbenah dan dapat

145
Hasil Wawancara Langsung dengan Erik, salah satu pengguna jasa penerbangan domestik
Bandara Soekarno-Hatta, 09 Maret 2013.
146
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
125

memaklumi jika ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan di bandara bukan

mengukur seberapa faham mereka tentang konsep aerotropolis itu sendiri.

Selebihnya para pengguna jasa hanya terus di maintain dari hari ke hari dengan

kualitas pelayanan yang semakin baik. Oleh karena itu selain melalui media

massa, bentuk komunikasinya ditunjang oleh media-media publikasi visual

grand design yang dipasang disekitar bandara agar pengguna jasa memiliki

gambaran akan menjadi apa bandara soekarno-hatta kedepan. Hal tersebut juga

diakui Winda yang mengaku mengetahui perihal konsep pembangunan bandara

soekarno-hatta dari berbagai media komunikasi visual yang terdapat disekitar

bandara;

“Untuk aerotropolis sebenernya nggak tau sih aerotropolis itu apa ya, Cuma
kalo misalkan kita masuk ke terminal kedatangan dan keberangkatan, itu mulai
dari apron dan sepanjang jalan menuju pesawat itu di kiri kanan itu ada apa
sih stiker ya namanya atau banner-banner gitu tulisannya ada aerotropolis-
aerotropolis gitu. Jadi kalau pikir aku si kaya yang mau dibangun aerotropolis
itu ya terminalnya nantinya jadi kaya yang ada di gambar-gambar itu yang
ada di pajangan-pajangan itu. Cuma kalau yang secara spesifiknya isi
aerotropolis itu sendiri apa aku juga kurang paham.”147

Dari hasil evaluasi ini pihak Public Relations-Corporate Secretary juga

memahami bahwasanya masih perlu diadakan perbaikan-perbaikan dalam

mengkomunikasikan perihal pembangunan bandara soekarno-hatta ini, oleh

karena itu hasil dari evaluasi ini akan dijadikan rekomendasi PR dalam

melakukan perbaikan-perbaikan kedepannya. Pak Kristanto menjelaskan;

“Nah nanti pada pascanya saya tinggal mengevaluasi, kan nanti para
pengguna jasa sudah merasakan, dan pihak-pihak terkait juga, kita tinggal

147
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
126

menanyakan apa yang masih kurang dan harus ditambahkan dan ujungnya-
ujungnya tetap di publikasikan bahwa hal-hal yang sudah tercapai bagaimana,
kenyamanan sudah semakin meningkat, kapasitas juga, dll dengan
menggunakan kemasan informasi yang akan kita perbaiki juga nantinya.”148

Sebagai unit yang membawahi divisi public relations, Sekretaris

Perusahaan tidak pernah menilai puas atau tidak puas dengan kinerja public

relations dalam hal komunikasi dan publikasi. Karena menurutnya semua harus

terus bekerjasama dalam menyampaikan informasi dan publikasi dari berbagai

aspek baik aspek knowledge, aspek information, dll dari waktu ke waktu secara

terus-menerus dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dan pengguna jasa. Untuk menilai puas tidak puas dan maksimal atau tidak

maksimalnya beliau membiarkan masyarakat yang menilainya.

Harapan yang sangat sederhana diutarakan Sekretaris Perusahaan dari

dilakukannya pembangunan Bandara Soekarno-Hatta menuju kawasan

aerotropolis kedepan adalah;

“Harapan saya Cuma satu, orang datang ke bandara balik lagi dengan
senyum, jangan marah-marah, jangan lagi ada anggapan Angkasa Pura
payah. Dll yang saya inginkan kedepannya nanti juga para pekerjanya juga
lebih ramah, senyum, dan membuat orang lain nyaman.”149

Pak Yudis Selaku Humas Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-

Hatta juga menambahkan;

“Harapan saya Bandara soekarno-hatta ini sesuai program manajemen


jangka pendek, menengah, dan jangka panjang bahwa dalam jangka panjang

148
Hasil Wawancara langsung dengan Kristanto, Public Relations Manager PT. Angkasa Pura II
(Persero), 02 Februari 2013.
149
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura II
(Persero), 06 Maret 2013.
127

kita mampu bersaing menjadi airport yang menjadi kebanggan atau world
class airport lah yang masuk dalam kategori airport-airport terbaik di dunia.
Karena Airport terbaik itu tujuh kali berturut-turut sekarang masih dipegang
oleh INCHEON.”150

Harapan yang sama juga disampaikan oleh para pengguna jasa dimana

ingin Bandara Soekarno-Hatta kedepan menjadi Bandara yang menjadi

kebanggaan rakyat Indonesia dan mampu bersaing dengan negara-negara

tetangga lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Erik dan Winda berikut ini;

“Harapanku ya bandara soekarno-hatta sebagai gerbang pertama Indonesia


ya senggaknya kita bisa setara lah dengan negara tetangga yang disebrang
sana (singapure) kita nggak boleh kalah.”151

“Kepengennya si bandara soekarno-hatta lebih luas, kapasitas penumpangnya


lebih disesuaikan. Kalau kita ke negara tetangga kan misalnya ke changi,
singapure itu kan negaranya kecil dan dia juga termasuk airport yang sibuk
banget kan, tapi sesibuk-sibuknya dia, dia nggak se-crowded disini. Disana itu
lebih tertata. Karena bisa dilihat sendiri banyak orang yang pada duduk-
duduk di depan terminal karena di dalam emang full banget, jadi harapannya
si ya itu tadi lebih luas dan lebih tertata. Selain itu dibagusin lah,
bangunannya diperbarui lagi, ini kan bangunannya udah lama dan agak tua.
itu aja sih paling.”152

Berbagai upaya perbaikan dilakukan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero)

selaku pengelola bandara demi meningkatkan kualitas pelayanan kepada para

pengguna jasa karena main customer sebuah perusahaan jasa adalah

pelanggannya. Ditengah upaya perbaikan dan pembangunan yang sedang

berlangsung demi terwujudnya suatu bandara berkelas dunia pertama di

150
Hasil Wawancara langsung dengan Yudistiawan, Humas Kantor Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, 02 April 2013.
151
Hasil Wawancara Langsung dengan Erik, salah satu pengguna jasa penerbangan domestik
Bandara Soekarno-Hatta, 09 Maret 2013.
152
Hasil Wawancara Langsung dengan Winda, salah satu pengguna jasa penerbangan
Internasional Bandara Soekarno-Hatta, 11 Maret 2013.
128

Indonesia ini tentunya akan banyak mengganggu kenyamanan publik yang

berada disekitar bandara. Untuk itu, dibutuhkan kegiatan komunikasi yang

bertahap dan berkelanjutan karena komunikasi ini menjadi sangat penting

dilakukan demi tercapainya tujuan dan saling pengertian mendalam antara

organisasi dengan publiknya. Adapun harapan yang diungkapkan oleh Pak

Trisno selaku Sekretaris Perusahaan dari kegiatan komunikasi dan publikasi

yang dilakukan adalah;

“Harapan saya untuk kegiatan publikasi yang dilakukan ya semoga saja


masyarakat faham dan memaklumi bahwasanya bandara saat ini memang
sedang berbenah jadi wajar kalau ada hal-hal yang sedikit mengganggu
kenyamanan.”153

4.3 Pembahasan

Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi

tidak terlepas dari bagaimana ia membina hubungan baik dengan publik

eksternalnya. Pasalnya suatu program, kegiatan, maupun kebijakan organisasi

tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari publik eksternal

karena keduanya saling berkaitan. Untuk itu, dibutuhkanlah komunikasi eksternal

untuk menyelaraskan hubungan antara organisasi dengan khalayaknya.

Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan antara pimpinan

organisasi dengan khalayak luar organisasi. Adapun public relations

menjembatani dua jalur komunikasi secara timbal balik yakni berperan sebagai

komunikator dalam menyampaikan informasi-informasi dari perusahaan kepada

153
Hasil Wawancara langsung dengan Trisno Heryadi, Sekretaris Perusahaan PT. Angkasa Pura
II (Persero), 06 Maret 2013.
129

publik baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dan sebaliknya menampung dan

menyampaikan kembali informasi dari publik kepada organisasi.

Publik eksternal organisasi sangat beragam, sehingga kebutuhan mereka

akan suatu informasi pun beragam. Untuk itu dalam membina hubungan baik

dengan publik tersebut seorang public relations harus mampu memahami

kebutuhan dan tuntutan informasi yang berbeda dari masing-masing karakteristik

publik eksternalnya, Sehingga tak jarang sebuah organisasi memiliki strategi dan

taktik khusus dalam menyampaikan informasinya.

Strategi sendiri pada dasarnya merupakan sebuah rencana kerja yang

dirancang khusus sesuai dengan visi misi organisasi semata-mata untuk mencapai

hasil akhir yaitu tujuan dan sasaran organisasi. Disini, seorang PR memiliki

strategi sendiri dalam merumuskan bagaimana menyampaikan suatu program

kerja maupun kebijakan perusahaan kepada publiknya agar program maupun

kebijakan tersebut dapat berjalan dan diterima dengan baik oleh khalayaknya baik

internal maupun eksternal sekalipun.

Adapun hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan peneliti yakni untuk

mengetahui dan mendeskripsikan strategi public relations PT. Angkasa Pura II

(Persero) dalam mengkomunikasikan pembangunan Bandara Soekarno-Hatta

menuju kawasan aerotropolis tahun 2013. Hasil penelitian ini diperoleh melalui

wawancara langsung dengan beberapa narasumber yang berkompeten

dibidangnya dilengkapi dengan data-data pendukung lain yang diharapkan dapat

memberikan gambaran mengenai strategi public relations dalam


130

mengkomunikasikan pembangunan Bandara Soekarno-Hatta menuju kawasan

aerotropolis ini khususnya kepada para pengguna jasa.

Dalam meneliti strategi public relations dalam mengkomunikasikan perihal

pembangunan Bandara Soekarno-Hatta ini, acuan yang digunakan peneliti adalah

berdasarkan 4 tahap manajemen public relations antara lain; pengumpulan fakta

(fact finding), perencanaan dan membuat program (planning & programming),

aksi dan komunikasi (taking action and communicating), dan terakhir evaluasi

(evaluation). Tahapan inilah yang umumnya dilalui oleh public relations dalam

membuat strategi dan menjalankan program kerjanya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan public relations, diketahui

bahwasanya strategi public relations di perusahaan ini merupakan bagian dari

strategi Corporate Secretary atau Sekretaris Perusahaan. Pasalnya memang

keberadaan PR di perusahaan ini secara struktural berada dibawah unit Sekretaris

Perusahaan, sehingga kegiatan yang dilakukan oleh PR adalah supporting dari

program-program Sekretaris Perusahaan. Berbicara masalah strategi, menurut

public relations manager pada dasarnya strategi mengkomunikasikan perihal

pembangunan bandara soekarno-hatta ini sama saja seperti mengkomunikasikan

program-program kerja perusahaan lainnya. Namun bedanya adalah dari segi

frekuensi penyampaiannya dan media komunikasi yang digunakan. Frekuensi

penyampaian yang intens sesuai dengan perkembangan tahap-tahap pembangunan

yang dilakukan, serta pemilihan media-media komunikasi yang sesuai agar tepat

sasaran menjadi hal penting yang harus dilakukan. Tidak semua informasi

dipublish khususnya pada pengguna jasa melainkan disesuaikan dengan


131

kebutuhan masing-masing khalayaknya untuk mengantisipasi dampak buruk yang

akan ditimbulkan.

Memang tidak disebutkan secara spesifik mengenai apa nama strategi yang

digunakan untuk mengkomunikasikan perihal pembangunan Bandara Soekarno-

Hatta tersebut, namun jika dilihat dari apa yang dilakukan oleh public relations

dan dikaitkan dengan teori, maka peneliti mengkategorikannya ke dalam metode

distribusi yang diberi nama “Strategi Distribusi Informasi” dimana pemilihan

media khususnya media massa masih menjadi media yang dianggap efektif untuk

menyampaikan informasi terkait perkembangan pembangunan bandara soekarno-

hatta kepada masyarakat luas secara cepat dan serentak.

Diawali dengan tahapan pertama yaitu fact finding atau pengumpulan data.

Pada tahap pengumpulan data ini, public relations bersama sekretaris perusahaan

dan unit-unit terkait mencari tahu permasalahan-permasalahan yang terjadi di

Bandara Soekarno-Hatta berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan dibantu

dengan hasil survey beberapa lembaga masyarakat terkait untuk dapat dicarikan

solusinya. Berdasarkan hasil fact finding, ditemukan 5 permasalahan pokok yang

dialami bandara soekarno-hatta antara lain; masalah kapasitas, aksesibilitas,

konektivitas, intermoda, dan aspek lingkungan serta permasalahan sosial lainnya

seperti pedagang asongan, taksi gelap, porter liar, ojeg, calo tiket, dll yang kerap

mengganggu kenyamanan para pengguna jasa dan memberikan citra negatif bagi

sebuah bandara berkelas internasional.

Selain masalah pokok dan sosial yang dialami bandara soekarno-hatta,

persaingan bisnis yang ketat juga menuntut bandara soekarno-hatta untuk


132

melakukan ekspansi dan revitalisasi mengikuti perkembangan tren airport dunia

seperti yang saat ini sedang terjadi dan mulai diterapkan oleh beberapa bandara

besar di dunia. Tren airport dunia ini diketahui public relations dan pihak

manajemen dari keanggotaan perusahaan dalam organisasi internasional ACI

(Airport Council International) dan dari beberapa kegiatan “Benchmark” yang

dilakukan public relations dan manajemen ke beberapa airport di luar negeri. Dari

hasil kegiatan tersebut ditemukan bahwa tren-nya airport di dunia itu adalah

dimana bandara tidak monoton sebagai tempat lepas landas dan mendaratnya

pesawat saja, tetapi bandara kini menjadi sebuah kawasan metropolitan lengkap

dengan fasilitas penunjang layaknya sebuah kota modern. Untuk itu dalam

beberapa dekade belakangan ini mulai dikenal dengan istillah Aerotropolis,

gabungan dari kata Airport dan Metropolis.

Setelah melakukan kajian mendalam dan studi kelayakan dari hasil

pengumpulan data tersebut, maka pihak manajemen memutuskan bahwa bandara

soekarno-hatta layak untuk dijadikan sebuah kawasan aerotropolis. Dan untuk

mewujudkan impian tersebut, diperlukan perencanaan jangka panjang yang

matang agar kegiatan dapat berjalan tepat sasaran. Adapun tujuan utama

dikembangkannya Bandara Soekarno-Hatta ini selain untuk menjawab berbagai

permasalahan yang terjadi saat ini adalah untuk meningkatkan level of service

kepada para pengguna jasa.

Proyek pembangunan bandara soekarno-hatta tersebut tidak hanya menjadi

salah satu program jangka panjang yang dilakukan PT. Angkasa Pura II (Persero),

melainkan termasuk kedalam program nasional jangka panjang pemerintah atau


133

MP3EI (Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia).

Untuk itu perlu dilakukan komunikasi secara bertahap dan terus-menerus agar

diketahui dan mendapat dukungan dari masyarakat luas. Karena segala sesuatunya

tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk para

pengguna jasa. Untuk itu konsep pembangunan Bandara Soekarno-Hatta itu

sendiri secara utuh dituangkan dalam bentuk “Grand Design” yang berperan

sebagai pedoman atau guidelines dalam pembuatan perancangan dan

pengembangan Bandara Soekarno-Hatta selama 4-5 tahun kedepan.

Adapun implementasi dari strategi komunikasi yang dilakukan public

relations dalam mengkomunikasikan pembangunan bandara soekarno-hatta

menuju kawasan aerotropolis mendatang antara lain:

A. Melalui Event Khusus

Target Sasaran
No. Nama Event

Launching “Grand Design” Bandara Mitra Kerja, Mitra Usaha,


1
Soekarno-Hatta Media

“Ground Breaking” Pengembangan Mitra Kerja, Mitra Usaha,


2 Media, dan Tamu Penting
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
Perusahaan

3 Pengguna Jasa
Pameran

Mitra Kerja, Mitra Usaha,


4 Seminar Mahasiswa, Pengusaha Level
bawah, dll
134

B. Media Publikasi

Target Sasaran
No. Nama Media
Mitra Kerja, Investor, Media,
1 Booklet tamu Penting Perusahaan

2 Pengguna Jasa
Leaflet

Pengguna jasa dan Masyarakat


3 Banner Sekitar Bandara

4 Pengguna Jasa
Stiker-Stiker Besar

5 Pengguna Jasa
Baliho

6 Pengguna Jasa
Giant Banner

Pengguna Jasa dan Masyarakat


7 Backdrop sekitar bandara

8 Pengguna Jasa
Airport Teve

9 Website Publik umum

10 Publik umum, dll


Majalah Online Baling-Baling

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa Public relations secara pro

aktif selalu mengkomunikasikan informasi perihal pembangunan bandara

soekarno-hatta ini kepada seluruh stakeholdernya termasuk salah satu target

sasarannya adalah konsumen atau pengguna jasa. hal tersebut semata-mata

dilakukan dengan tujuan agar publik dan pengguna jasa mengetahui perihal

pembangunan yang sedang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta dan memaklumi


135

jika ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan selama proses perbaikan

berlangsung. Namun sebisa mungkin pihak pengelola bandara selalu menjaga

standar-standar safety dan pelayanan agar tidak ada kegiatan operasional yang

terganggu. Kalaupun ada kegiatan operasional maupun arus lalu lintas yang

terganggu, public relations sudah mengantisipasi dengan menyiapkan berbagai

alternatif dan mengkomunikasikannya melalui running text yang ada disekitar

bandara maupun melalui media Radio Elshinta agar dapat menjangkau target

sasaran yang diinginkan.

Seperti yang telah dijabarkan dalam tabel diatas, diketahui bahwa dalam

mengkomunikasikan perihal pembangunan bandara soekarno-hatta ini tidak

semua informasi detail disampaikan public relations kepada para pengguna jasa.

Melainkan isi informasi dan media yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing stakeholdernya. Karena menurut sekretaris perusahaan, setiap

informasi pasti ada dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.

Mengkomunikasikan produk kebandarudaraan tidak dapat disamakan dengan

mengkomunikasikan produk lain halnya food and beverage. Karena proses

pembangunan bandara tersebut memakan waktu yang tidak sebentar, sehingga

waktu setahun akan terasa satu abad jika ditunggu terus-menerus. Untuk itu pihak

perusahaan lebih memberikan informasi-informasi ringan saja kepada pengguna

jasa. Menurutnya yang lebih penting adalah me-maintain pengguna jasa dari hari

ke hari, bulan ke bulan dengan level of service yang semakin baik dan nyaman.

Adapun tujuan dari penggunaan media komunikasi luar ruang yang

dipasang disekitar bandara dengan menampilkan gambar-gambar grand design


136

bandara soekarno-hatta adalah adalah untuk menyampaikan pesan dan

memberikan gambaran secara visual mengenai konsep bandara kedepan akan

menjadi seperti apa, dan untuk menyamakan persepsi antara perusahaan dengan

publik mengenai konsep aerotropolis di Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan

untuk up-date informasi perkembangan pembangunan bandara soekarno-hatta ini

secara intens disampaikan oleh public relations melalui media massa, website

perusahaan dan majalah online baling-baling yang dapat diakses oleh siapapun.

Berdasarkan hasil wawancara langsung dan observasi di lapangan tersebut,

peneliti melihat adanya strategi khusus yang dilakukan public relations-corporate

secretary dalam mengkomunikasikan pembangunan bandara soekarno-hatta

menuju kawasan aerotropolis mendatang. Dimana public relations dapat

melakukan pemetaan terhadap target sasarannya dengan menyajikan informasi

yang disesuaikan dengan media komunikasi yang bervariasi, karena public

relations di perusahaan ini sudah mempunyai sasaran khalayak yang jelas dan

mengetahui tingkat pemahaman dan kebutuhan yang berbeda, sehingga media

komunikasi menjadi hal penting dapat untuk menarik perhatian dalam rangka

menyampaikan pesan tersebut agar dapat diterima oleh semua kalangan.

Evaluasi merupakan tahap akhir yang dilakukan untuk mengukur

keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan. Untuk mengukur tingkat

keberhasilan tersebut, public relations melihatnya dari feedback publik ataupun

pengguna jasa melalui kegiatan media monitoring yang dievaluasi setiap satu

semester. Jika dalam satu semester tersebut feedback yang diterima positif dan

memiliki PR Value yang tinggi, maka kegiatan komunikasi tersebut dapat


137

dikatakan berhasil. Namun jika feedback-nya negatif dalam arti banyak terjadi

komplain, maka akan menjadi rekomendasi perbaikan bagi public relations dalam

menyalurkan informasi kedepannya. Kemudian hasil dari evaluasi tersebut akan di

share kepada para Direksi dan jajaran lainnya pada saat kegiatan Rapat Koordiasi

dan BEM (Board Executive Meeting). Pada saat inilah hasil kinerja public

relations-corporate secretary dinilai dan dievaluasi oleh jajaran manajemen

puncak sampai dimana keberhasilan program yang telah dilakukan tersebut.

Peneliti melihat kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh public relations

ini dapat dikatakan berhasil dan berjalan dengan baik, meskipun ditemukan

adanya pengguna jasa tidak memahami secara detail konsep kawasan aerotropolis

tersebut karena memang bukan itu tujuan dari komunikasi yang dilakukan

perusahaan. Namun, berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung peneliti

kepada pengguna jasa di sekitar bandara sejauh ini dapat dimaklumi dan diterima

dengan baik oleh para pengguna jasa, mereka bahkan mendukung program

PT. Angkasa Pura II (Persero) untuk menjadikan Bandara Soekarno-Hatta tersebut

menjadi kawasan aerotropolis dan bersaing dengan negara-negara tetangga.

Upaya yang dilakukan public relations dalam mengkomunikasikan

pembangunan bandara soekarno-hatta ini pun sudah sangat tepat dengan segala

strategi yang digunakan. Pemilihan media serta pemilihan isi pesan atau informasi

yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sasaran

khalayaknya yang berbeda-beda. Namun tetap memiliki tujuan yang sama yakni

tercapainya tujuan akhir perusahaan untuk meningkatkan standar pelayanan


138

bandara kedepannya dan selama proses pembangunannya dapat dimaklumi oleh

para pengguna jasa.

Dengan dikembangkannya Bandara Soekarno-Hatta menjadi kawasan

aerotropolis ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan sosial masyarakat serta mampu bersaing dengan negara-negara

tetangga lain dengan terwujudnya “the World Class Airport” di Indonesia.

Adapun kegiatan komunikasi dan publikasi yang dilakukan public relations-

corporate secretary ini merupakan suatu upaya agar dapat diketahui dan diterima

oleh seluruh lapisan golongan serta membina hubungan baik dengan para

stakeholder perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh dukungan

publik untuk bersama-sama mewujudkan Bandara Soekarno-Hatta sebagai “the

Future Gateway of Indonesia”.

Você também pode gostar