Você está na página 1de 6

ANALISA SAMPLE BATUBARA

ANALISA SAMPLE BATUBARA

Metoda Analisa dijabarkan secara rinci dalam metoda standar. Metoda standar
yang umum digunakan dalam perdagangan batubara:

 ISO – International Organization for Standarisation.


 ASTM – American Society for Testing and Materials.
 BS – British Standards.
 AS – Australian Standards.

Pengoperasian Timbangan

1. Pindahkan benda dari permukaan timbangan dan bersihkan bagian bawah


pinggan.

2. Pastikan posisi timbangan rata dengan mengamati gelembung udara. Atur jika
diperlukan sehingga gelembung udara berada dalam lingkaran.

3. Hidupkan timbangan dan tekan “TARE” untuk mengenolkan. Jika timbangan


tidak stabil, cek bahwa tidak ada kotoran dan timbangan bersih

4. Letakkan benda yang ditimbang pada bagian tengah permukaan timbangan,


tunggu sampai penunjukan angka stabil

5. Catat beratnya pada lembar kerja

6. Angkat bendanya dan cek bahwa penunjukan angka kembali ke nol

MOISTURE IN THE ANALYSIS SAMPLE

1. Sample sebelum dianalisa diequilibrium di udara terbuka untuk mencapai


kesetimbangan dengan lingkungan ruangan laboratorium sehingga pengaruh dari
perubahan kelembaban dan temperatur ruangan laboratorium selama
penimbangan dan analisa tidak signifikan terhadah hasil moisture.
2. Moisture (air) ada dalam batubara sebagai inherent moisture, surface atau free
moisture, air terikat di mineral matter dan dekomposisi moisture. Pengukuran
secara analisa yaitu moisture holding capacity, total moisture, air dry loss,
residual moisture dan moisture in analysis sample. Mengacu pada metode
ISO/BS sample batubara dipanaskan pada temperatur 107 °C untuk menguapkan
air dan dialirikan gas nitrogen untuk menghindari oksidasi.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini adalah

 sample harus dipanaskan sampai berat tetap.


 jika sample tidak ditimbang sesegera mungkin setelah pemanasan air kembali ke
sample.
 gas nitrogen harus dialirkan melewati desicant (penyerap uap air) karena jika gas
tidak kering hasilnya rendah.
 Pipa gas outlet MFS tersumbat menyebabkan moisture tertahan di oven sehingga
hasilnya rendah.
Perbedaan ASTM dan ISO/BS :

ASTM menggunakan udara kering dan waktu pemanasan 1 jam sedangkan


ISO/BS menggunakan gas nitrogen dan dikeringkan sampai berat konstan/tetap.

ASH CONTENT/KADAR ABU


(METODE STANDAR)
Ash (abu) adalah bahan-bahan yang tidak terbakar setelah pembakaran sample.
Mineral matter merupakan bagian zat anorganik dalam batubara dan sudah ada
dalam batubara sebelum batubara tersebut dibakar. Jadi mineral matter dan ash
itu berbeda. Abu dalam batubara bersumber dari mineral matter dalam batubara
dan unsur pengotor dari batupasir, tanah dsb yang berasal dari bagian penutup,
dasar atau parting pada lapisan batubara. Hasil kadar abu (ash content)
digunakan untuk mengukur kualitas batubara dan efisiensi proses pembersihan.

ASH CONTENT/KADAR ABU

(METODE RAPID)

Keuntungan dari penentuan ash content mengunakan metode rapid/cepat


karena hasil ash content diperlukan sesegera mungkin oleh operator plant untuk
memonitor kinerja plant dan kualitas produksi. Sample dipanaskan pada
atmosfer nitrogen untuk melepaskan zat terbang (volatile matter) kemudian
dilanjutkan dalam atmosfer oksigen untuk membakar sample guna mendapatkan
abu sisa pembakaran.

Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :

 Pembakaran tidak sempurna.


 Sample meletup menyebabkan hilangnya berat sehingga hasilnya rendah
VOLATILE MATTER (ZAT MUDAH TERBANG)
Volatile Matter adalah senyawaan dalam batubara yang mudah menguap pada
temperatur tertentu dalam kondisi standar. Terdiri dari gas –gas yang mudah
terbakar seperti air, oksida-oksida karbon, hidrogen dan metan, hydrogen
sulfida, ammonia, tar dan oksida-oksida sulfur dan nitrogen. Volatile matter
digunakan sebagai ukuran kualitas batubara. Volatile matter mempengaruhi
pembakaran batubara dalam furnace/tanur. Perbedaan metode pengujian ASTM
dan ISO adalah ISO menggunakan silica crucible pada temperatur 900 oC dalam
furnace yang horizontal, sedangkan ASTM menggunakan crucible platina pada
temperatur 950 oC dalam furnace vertical dalam waktu yang sama 7 menit dan
dikurangi nilai moisture in the analysis sample.

Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :

 Kerapatan crucible dan tutupnya tidak baik menyebabkan hasilnya tinggi atau
tidak menentu.
 Temperatur furnace atau laju pemanasan (heating rate) terlalu rendah
 Waktu pemanasan dan pendinginanharus mendekati kondisi standar.
 Percikan sample batubara dapat menyebabkan partikelnya keluar sehingga
hasilnya tinggi.

FIXED CARBON (KARBON PADAT)


Fixed Carbon (karbon padat) adalah selisihnya

FC = 100 – (M + Ash + VM)

Fuel Ratio = FC / VM (in the same basis) digunakan mendeskripsikan tingkatan


batubara.

Jenis Batubara Fuel Ratio

Semi-antrasit 8.6

Lignite 0.9

Semi-bituminous 4.3

Bituminous (high volatile) 1.3


Bituminous (medium volatile) 1.9

Bituminous (low volatile) 2.8

Antrasit 24

Kokas 92

TOTAL SULFUR (Metode High Temp.)

Sulfur ada dalam batubara sebagai sulfur organik dan sulfur anorganik (pirit dan
sulfat). Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama proses pembakaran
yang dapat menyebabkan korosi dan kerak pada peralatan juga menyebabkan
polusi udara. Sulfur digunakan evaluasi pengunaan batubara untuk pembakaran.

Reaksi kimianya :

SO2 + H2O2 􀃆 H2SO4 + H2O

H2SO4 + 2NaOH 􀃆 Na2SO4 + 2H2O

Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :

 Pembakaran batubara tidak sempurna


 Retensi sulfur dalam batubara (pencegahan dengan Al2O3)
 Penyerapan gas tidak sempurna
 Standarisasi larutan salah.

TOTAL SULFUR (Metode LECO Analyzer)

Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama pembakaran dibawah


atmosfer oksigen. Produk gas yang dihasilkan dipompakan melewati suatu
penyerap untuk menghilangkan air. Konsentrasi sulfur dioksida diukur
menggunakan cel infra red. Konsentrasi sample standar harus sama dengan
sample yang

dianalisa.

Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :

 Pembakaran batubara tidak sempurna


 Kalibrasi analyzer salah (salah standar)
 Tubenya retak menyebabkan hasilnya rendah
 Pipa tersumbat, Infra red kotor
 Kesalahan elektronik
 Penyerap sudah jelek
 Sample standar dianalisa pada saat kalibrasi instrumen dan setelah setiap 10 kali
analisa sample.

2.

Slagging Coal dan Non Slagging Coal

Berdasarkan jenis abunya yang dapat melebur, batubara dibagi menjadi dua yaitu
Slagging coal dan Non Slagging coal.

Slagging coal adalah batubara yang memiliki abu yang meleleh saat dilakukan
pemanasan pada suhu 1600 0C. dengan kata lain abunya akan mengalir saat
dilakukan proses pembakaran di dalam burner PLTU.

Non Slagging coal adalah batubara yang memiliki abu yang tidak meleleh saat
dilakukan pemanasan pada suhu 1600 oC. dengan kata lain abunya tidak mengalir
saat dilakukan proses pembakaran didalam burner PLTU.

untuk menentukan batubara tersebut slagging coal atau bukan dilakukan analisa
uji abu.
1. Ash Content, uji abu yang bertujuan untuk menentukan unsur apa saja yang
terdapat pada abu batubara

2. AFT (Ash Fushion Temperature), uji abu yang bertujuan untuk mengetahui titik
lebur abu batubara. Jika abu batubara tersebut memiliki AFT dibawah 1600 oC
maka batubara tersebut tergolong Slagging Coal, Jika batubara tersebut memiliki
AFT diatas 1600 oC maka batubara tersebut termasuk golongan Non Slaging
Coal.
pada saat pemanasan pada suhu 1600 oC abu batubara akan membentuk tiga
bentuk yaitu:
- Spherieil
- Hemisphere
- Cair

3. Ash Analisis, uji batubara yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan
masing-masing unsur pada batubara.
beberapa unsur yang terdapat pada batubara yaitu: Si, Al, Fe, Ti, Mn, Ca, Mg, Na,
K, P, S

Beberapa rasio pada abu yang dapat digunakan sebagai indikator apakah batubara
tersebut Slangging Coal atau tidak yaitu

1. Silica Ratio = _________SiO2___________


SiO2 + Fe2O3 + CaO +MgO
= 0,4 s/d 0,8

Untuk Slangging Coal, Silica Ratio-nya lebih besar dari 0,4 (>0,4)

2. Base to Aid Ratio = Fe2O3 +CaO + MgO + Na2O + K2O


SiO2 + Al2O3 + TiO2

= 0,5 s/d 0,9


Untuk Slangging Coal, Base to Aid Ratio-nya lebih kecil dari 0,6 (<0,6)

3. Dolomite Ratio = _________CaO+MgO___________


Fe2O3 + CaO + MgO + NaO + K2O

= 0,5 s/d 0,9


Untuk Slangging Coal, Dolomite Ratio-nya lebih kecil dari 0,6 (<0,6)

4. Ferrite Ratio = _______Fe2O3_________


Fe2O3 + 1,11 FeO + 1,43 Fe

= 0,1 s/d 0,8


Untuk Slangging Coal, Ferrite Ratio-nya lebih kecil dari 0,1 (<0,1)

Viskositas slag abu batubara yang biasa dibutuhkan adalah 250 cp

3.

Você também pode gostar