Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2
kemungkinan, antara lain :
1. Infeksi effective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak,
menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat terjadi
jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan
orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia.
2. Infeksi ineffective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat
berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi
effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen
dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap
penyakit frambusia (Depkes, 2005).
Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain :
a) Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup
kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita.
b) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu
c) Tahap Dini
Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah
tanpa nanah.
d) Tahap Lanjut
Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang, sehingga
mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika disertai infeksi
(borok).
e) Tahap Pasca Patogenesis
Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
1. Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah yang
terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 % dari penderita.
2. Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh.
3. Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan cacat
kepada si penderita.
Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan seluruh murid dalam
kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb:
Umur Nama obat Dosis Pemberian Lama
Melalui Pemberian
< 10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis
Tunggal
≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis
Tunggal
Alternatif
< 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4 Oral 15 hari
dosis
8-15 tahun Tetra atau 250mg,4×1 hri Oral 15 hari
erit.
>8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi Oral 15 hari
4 dosis
Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian pada pasien frambusia meliputi :
1. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama :
a. Gatal-gatal.
b. Demam.
c. Sakit Kepala.
d. Nyeri tulang dan sendi.
e. Terdapat benjolan-benjolan pada kulit.
3. Riwayat penyakit
Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia, dan kambuh kembali.
4. Pemeriksaan Fisik :
a) Pola aktivitas dan istirahat :
1) Kelemahan.
2) Gelisah.
3) Susah bergerak.
4) Susah tidur.
5) Pusing.
b) Pola sirkulasi :
1) Turgor kulit menurun.
2) Kerusakan integritas kulit.
c) Pola sensorik :
1) Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun.
2) Pertahanan tubuh menurun.
d) Pola Nutrisi dan cairan :
1) Anoreksia.
2) Berat badan menurun.
3) Dehidrasi.
e) Pola kepercayaan diri :
1) Perubahan postur tubuh.
2) Menyendiri (malu).
f) Pola tempat tinggal pasien :
1) Sanitasi lingkungan yang buruk.
2) Kurangnya fasilitas air bersih.
3) Lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai.
b. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh menurun.
Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi.
Intervensi :
1. Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu.
Rasional : Memberikan informasi data dasar. Peningkatan suhu secara berulang-ulang dari
demam yang terjadi untuk menunjukkan pada tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru.
2. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak
dengan pasien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
3. Gunakan sapu tangan, masker dan teknik aseptik selama perawatan dan berikan pakaian yang
steril atau baru.
Rasional : Mencegah terpajan pada organisme infeksius.
4. Observasi lesi secara periodik.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi
5. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung atau staf terhadap
tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mengurangi patogen pada sistem intergument dan mengurangi kemungkinan
pasien mengalami infeksi nosokomial.
6. Kolaborasi pemberian preparat antibiotik dengan dokter.
Rasional : Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi.
4.1 Kesimpulan
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum
ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut
pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah
dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma.
Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam jaringan
penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei,
yang memiliki permukaan yang basah, lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai
dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian. Apabila tidak segera
diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses penyebaran
frambusia ada 2, yaitu penularan secara langsung (direct contact), dan penularan secara tidak
langsung (indirect contact).
Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau masa
peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa tahapan, antara lain : tahap
prepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut, dan tahap pasca patogenesis.
Strategi pemberantasan atau pencegahan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: skrining
terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan penderita,
memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK) dan
dilakukan pencarian kontak, penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air
bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama
dalam pengobatan frambusia adalah benzatin penisilin, alternatif pengobatan dapat dilakukan
dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.
4.2 Saran
Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang dapat membuat
penyakit frambusia dapat terjadi, salah satunya yaitu kondisi tempat tinggal yang kotor dan tidak
sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi
lingkungannya, dan menjaga kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan tempat
tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-frambusia.html
(diakses pada tanggal 24 februari 2012)
http://ichynurse.blogspot.com/2012/01/askep-frambusia.html
(diakses pada tanggal 23 februari 2012)