Você está na página 1de 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penykit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk
sebagai petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan,
kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Berdasarkan
laporan WHO tahun 2000 dari sejumlah Negara yang melaporkan prevalensi penyakit
kusta didunia tercatat diindonesia sebagai peringkat empat setelah india, Brazil dan
Nepal. Menurut WHO tahun 2005 jumlah klien kusta baru didunia adalah sekitar
296.499 klien. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat diregional Asia Tenggara
(201.635) diikiuti regional Afrika (42.814) dan sisinya berada diregional lain didunia
(Darma Piutra, 2009).
Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Diperkirakan sampai akhir tahun 2002 masih ada 13
propinsi dan 111 kabupaten yang belum dapat dieliminasi. Eliminasi yaitu kondisi
dimana penderita kusta tercatat kurang dari 1 per 10.000 penduduk, dan diperkirakan
penyakit tersebut akan hilang secara alamiah

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada kasus kusta?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengerti dalam melakukan asuhan keperawatan pada
kasus kusta

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi dari kusta
2. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari kusta
3. Mahasiswa dapat menyebutkan etiologi dari kusta
4. Mahasiswa dapat menyebutkan manifestasi klinis dari kusta
5. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi dari kusta
6. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari kusta
7. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang dari kusta
8. Mahasiswa dapat menyebutkan penatalakasanaan dari kusta

1
9. Mahasiswa dapat menyebutkan komplikasi dari kusta

1.4 Manfaat
Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Mahasiswa
Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini
dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam ruang lingkup kusta.
1.4.2 Dosen
Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada
ruang lingkup kusta.

1.4.3 Institusi
Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dapat di jadikan referensi
dalam acuan belajar.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Kulit terdiri atas tiga lapisan yang masing masing memiliki berbagai jenis sel
dan memiliki fungsi yang bermacam macam. Ketiga lapisan tersebut epidermis dan
dermis, dan subkutis.
Lapiasan kulit terdiri dari :
1. Epidermis
Merupakan struktur lapisan kulit terluar sel sel epidermis teru menerus
mengalami metosis dan berganti dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis
mengandung reseptor reseptor sensorik untuk sentuhan , suhu, getaran, dan nyeri.
Kompenen utama epidermis adalah protein keraktin, yang dihasilkan sel sel yang
dsebut keraktinonsit.
Keraktin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak larut
dalam air. Keraktin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan
atau mikroganisme penyebab infeksi. Keraktin adalah kompenen utama apendiks
kulit.rambut dan kuku.

3
a. Melanosit (sel pigmen )
Terdapat bagian dasar epidermis. Melanosis menyintesis dan mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormone
perangsang melanosit( melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan
sel sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut.semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya.
Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian bagian kulit yang berwarna
gelap pada orang yang berkulit cerah( misalnya putting susu) mengandung dalam
pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulityang normal bergantung pada
ras dan bervariasi dari merah mudah yang cerah hingga coklat.penyakit sistemik juga
akan memengaruhi warna kulit. Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi
oksigen darah yang tidak mencukupi, berwana kuning-hijau pada penderitaan ikterus,
atau merah atau terlihat flushing bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini
dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit dbawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung dbawah epidermis dan tersusun terutama dari
sel sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitusuatu
kompenen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembulu darah dan limfe.,
serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip
gel, asam hialuronat,disekresikan oleh sel sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
pssrotein dan menyebabkan kulit menjadi elastic dan memiliki turgor(tegangan). Pada
seluruh dermis dijumpai pembulu darah, saraf sensorik dan simpatis,pembulu limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit(sebasea). Sel mast, yang mengeluarkan
histamine selama cendera atau peradangan, dan makrofag,yang memfagositosis sel
sel mati dan mikro organism, juga terdapat di dermis.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak
dan jaringan ikat dimana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan isulator
panas. Jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh(guyton 1996). Lemak yang bertumpuk dan tesebar menurut
jenis kelamin seseorang, secara parsial akan menyebabkan perbedaan bentuk tubuh
laki laki dengan perempuan. Makan yg berlebihan akan meningakatkan peninbunan

4
lemak dibawah kulit. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan
faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut dibentuk dari keratin melalui proses dferensiasi yang sudah dtentukan
sebelumnya, sel sel epidermis tertentu akan membentuk folikel folikel rambut. Folikel
rambut ini disokong oleh matriks kulit akan berdiferensiasi menjadi rambut.kemudian
suatu jaluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar
kepermukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri atas keratin mati dan dibentuk
dengan kecepatan tertentu.sistin dan metionin, yaitu asam amino yang mengandung
sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat, memberikan kekuatan pada rambut.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratatin mati yang dbentuk oleh sel sel epidermis
matriks kuku. Matriks kuku terletak dbawah bagian proksimal lempeng kuku dalam
dermis.bagian ini dapaterlihat sebagai suatu daerah putih yang dsebut lunula, yang
tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh karna rambut maupun
kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut dan kuku tidak mempunyai
ujung syaraf dan tidak mempunyai aliran darah.kuku akan melindungi jari jari tangan
dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang sangat berkembang, serta
meningkat kan fungsi fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat benda benda
kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata rata
0,1mm perhari. Pertumbuhan ini berlangsung lebih cepat pada kuku jari tangan dari
pada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan.
Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan
pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 1a2 hingga 18 bulan.
Kelenjar pada kulit terdiri dari :
1. Kelenjar sebasea.
Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan
berminyak yang disebut sebum kesaluran disekitarnya. Untuk setiap lembar rambut
terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan
membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebasea terdapat diseluruh
tubuh, terutama diwajah, dada dan punggung. Testoteron meningkatkan ukuran
kelenjar sebasea dan pembentukan sebum.

5
2. Kelenjar Keringat
Ditemukan pada kulit disebagian besar dpermukaan tubuh. Bagian tepi bibir,
telinga luar, dan dasar kuku yang tidak mengandungkelenjar keringat. Kelenjar keringat
dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kategori,yaitu kelenjar merokrin dan
apokrin. Kelenjar Merokrin ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran kluarnya
bermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan
berbeda dengan kelenjar ekrin. Secret kelenjar ini mengandung fragmen sel sel
sekretorik. Kelenjar Apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum, dan labia
mayora. Saluran kluarnya pada umumnyabermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar
apokrin akan menjadi aktif pada pubertas.
3. Kelenjar Apokrin
memproduksi keringat yang keruh seperti susu dan di uraikan oleh bakteri untuk
menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang kusus dan dinamakan
kelenjar seruminosa dijumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi
serumen ( lewis 2000).sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna
bagi manusia, tetapi kelenjar ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya
mengalami dekomposisi oleh bakteri ( price 1995 ).
6. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulitadalah sebagai berikut.
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termolegurasi
4. Metabolism, sintesis vitamin D.
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi.
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai
contoh dalam kaitannya denga emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan
marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan.
1. Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekita 1 atau 2
mm yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia
,dan biologis dari invasi bakteri. Kulit telapak tangan kaki yang menebal memberikan
perlindungan terhadap pengaruhtrauma yg terus menerus terjadi di daerah tersebut.

6
Bagian stratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingkungan seperti zat zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan
serangga, luka karena gesekan angin, trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat zat
dari luar yang berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi
homeostasis tubuh.lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan
melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen yang
saling bersalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berprilaku sebagai satu
unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular, akar rambut tubuh, dan kelenjar peluh,
serta sebasea. Oleh karena itu epidermis bersifat avaskular, dermismerupakan barier
transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat menembus stratum korneum
dan epidermis.
2. Sensasi
Ujung-ujung reseptor saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara
terus-menerus keadaan sekitar dilingkungannnya. Fungsi utama reseptor pada kulit
adalah untuk menindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (atau
sentuhan yang berat).
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang
berbeda.
3. Termoregulasi
Peran kulit dalam mengatur panas meliputi sebagai penyekat tubuh,
vasokontriksi (yang mempengaruhi aliran darah dan hilangnya panas kekulit), dan
sensasi suhu. Perpindahan suhu dilakukan pada sistem vaskukar, melalui dinding
pembuluh, kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan sekitar melalui mekanisme
penghilangan panas.
a. Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan suatu objek kepermukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan panas berpindah melalui gelombang elektro magnetic. Adanya
aliran darah dari organ internal inti membawa panas kekulit dan pembuluh darah
permukaan.
b. Konduksi
Merupakan pengeluaran panas dari objek keobjek lain melalui kontak langsung.
Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh terjadi pada saat kulit hangat
menyentuh objek yang lebih dingin,. Ketika pada kondisi suhu dua objek sama,
kehilangan panas konduktif terhenti. Perpindahan panas tubuh secara konduksi dapat
melalui benda padat, gas, dan cair.

7
c. Konveksi
Merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan udara yang
secara langsung kontak dengan kulit adanya arus udara membawa udara hangat akan
menyebabkan kehilangan secara konveksi sebaliknya arus udara dingin meningkatkan
pengeluaran panas mellaui konveksi. Pemebrian pakaian atau selimut akan
menurunkan efek dari konveksi kondisi ini memberikan implikasi pada perawat dalam
mengatur suhu lingkungan pada pasien yang mengalami kondisi hipertermi atau
hipotermi.
d. Evaporasi
Evaporasi adlah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang
menguap. Tubuh secara continue kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600-
900 Ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan
panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan kehllangan air tidak kasat mata dan
tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu.
4. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel sel epitel dan jaringan,
tetapi sinar matahari dengan jumlah yang dapat dtoleransi sangat dperlukan tubuh
manusia. Ketika radiasi sinar ultra violet memberikan paparan, maka sel sel epidermal
di dalam sratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonveksi pelepasan
steroid kolestrol menjadi vitamin D3, atau kolekalsiferol. Kalsitriol merupakan
kompenen yang penting untuk membantu obrsorpsi kalsium dan fasfor di dalam usus
halus.
5. Keseimbangan air
Stratum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan klembapan dalam jaringan subkutan. Apabila kulit mengalami
kerusak, misalnya pada kulit pada luka bakar , cairan dan elektrolit dalam jumlah yang
besar dapat hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps sirkulasi, syok, serta
kematian.
6. Penyerapan zat atau obat
Berbagai senyawalipid(zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum,
termasuk vitamin9A dan D) yang larut lemak dan hormone hormone steroid. Obat obat
dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal
atau lewat lubang lubang folikel.

8
a. Fungsi respons imum
Hasil hasil penelitian terahir menunjukan bahwa beberapa sel dermal( sel sel
langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit , dan subkelompok limfosit-T)
merupakan kompenen penting dalam sistim imun. Penelitian yang masih berlangsung
harus mendefinisikan lebih jelas peranan sel sel dermal ini dalam fungsi imun.
7. Pertimbangan Gerontologik
Secara fisiologis sitem integument akan mengalami perubahan yang signifikan
akibat proses penuaan. Kondisi perubahan yang terjadi pada kulit lansia meliputi
kering, keriput, pembentukan pigmentasi yang tidak merata,dan terbentuknya berbagai
lensi proliferative. Secara truktur terjadi perubahan seluler dimana terjadi penipisan titik
temu antara dermis dan epidermis sehingga meningkatkan kondisi kekeringan pada
kulit. Keadaan ini menyebabkan lokasi pengikatan yang lebih sedikit antara dua lapisan
kulit tersebut sehingga lapisan itu terlepas dari dermis. Kondisi ini memberikan
implikasi pada perawat bahwa fenomena penuaan ini dapat menjadi penyebab
meningkatkan kerentana kulit yang menua terhadap trauma, misalnyapasien yang
kurang mobilisasi akan meningkatkan risiko ulkus tekan yang lebih tinggi disbanding
usia dewasa muda.

2.2 Definisi

Morbus Hansen (kusta,lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang dsebabkan


oleh kuman mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi 9 primer 0,kulit,dan
jaringan tubuh lainnya,kecuali susunan saraf pusat.kuman penyebabnya adalah
mycobacterium leprae (Arif Muttaqin, 2013).
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya ialah
Mycobacterium lepare yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas

9
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat
keorgan lain kecuali susunan saraf pusat (Djuanda Adhi dalam Amin Huda 2015).

2.3 Etiologi
M. leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang
ditemukan oleh GH Armaur Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam,
berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u lebar 0,2-0,5 u, biasanya berkelompok dan ada
yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama pada jaringan yang bersuhu dingin
dan tidak dapat dikultur dalam media buatan. Kuman ini dapat menyebabkan infeksi
sistemik pada binatang aramdilo.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Makula hipopigmentasi
2. Hiperpigmentasi
3. Eritematosa
4. Gejala kerusakan syaraf (sensorik, motorik, autonom)
5. Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiataorius atas, tulang-tulang jari
dan wajah
6. Kulit kerinf dan alopesia

2.5 Patofisiologi
Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau
cacat tubuh. Kelainan kulit dan tanpa komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya
berbentuk macula saja, infiltrate saja, atau keduanya. Haruslah berhati hati dan buatlah
diagnosis banding dengan banyak penyakit kulit lainnya yang hampir hampir
menyerupainya, sebab penyakit kusta ini mendapat julukan the greatest imitator pada
ilmu penyakit kulit. Secara inspeksi,penyakit ini mirip penyakit lain, ada tindakannya
anestesi local sangat banyak membantu penentuan diagnosis, meskipun tidak selalu
jelas. Teknik untuk menilai adanya anestesi local adalah dengan cara menggoreskan
ujung jarum suntik kesisi tengah lesi kea rah kulit normal. Apabila pasien tidak
mengalami sensasi nyeri pada area , maka tes anestesi local di nyatakan positif. Cara
menggoresnya mulai dari tengah lesikearah kulit normal.
Respons pada saraf perifer akan terjadi pembesaran dan nyeri pada n. ulnaris,
n. aurikularismagnus , n. koplitea lakteralis,n. tibialis posterior, n. medianus,n. radialis
,dan n. fasialis. Respons keseluruhan saraf ulnarif memberikan manifestasi anesthesia

10
pada ujung jari bagian anterior kelingking dan jari manis, clawing klingking dan jari
manis, atrofi, hipotenar, dan otot interoseusdorsalis pertama. Respons keseluruhan
saraf medianus memberikan menifestasi anesthesia pad ujung jari bagian anterior , ibu
jari, telunjuk, dan jari tengah, tidak mampu anduksi ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk,
jari tengah, dan ibu jari kontraktur.Respons keseluruhan saraf radialis memberikan
manifestasi anesthesia dorsumanus tangan gantung (wrist drop) , tidak mampu extensi
jari jari atau pergelangan tangan.

2.6 Klasifikasi
Kelainan kulit dan hasil Tipe PB Tipe MB
pemeriksaan bakteriologis
1. Bercak makula
a. Jumlah 1-5 Banyak
b. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
c. Distribusi Unilateral atau bilateral Bilateral, simetris
Asimetris
d. Permukaan Kering dan kasar Halus, berkilat
e. Batas Tegas Kurang tegas
f. Gangguan sensibilitas Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang
sudah lanjut
g. Kehilangan kemampuan Bercak tidak Bercak masih berkeringat,
berkembang, bulu rontok berkeringat, ada bulu bulu tidak rontok
pada bercak rontok pada bercak

2. Infiltrate
a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang, tidak
ada
b. Membrane mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang, tidak
tersumbat pendarahan ada
dihidung
3. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
4. Penebalan syaraf tepi Lebih sering terjadi dini, Terjadi pada yang lanjut
asimetris biasanya lebih dari satu
dan simetris

11
5. Deformitas Biasanya asimetris Terjadi pada stadium
terjadi dini lanjut
6. Sediaan apus BTA negative BTA positive
7. Ciri-ciri khusus Central healing Punched out lesion (lesi
penyembuhan ditengah seperti kue donat),
madarosis, ginekomastia,
hidung pelana, suara
sengau

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Bakteriologis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut:
a. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
b. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak ditemukan
lesi ditempat lain.
c. Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu
ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
d. Lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium
lepraeialah:
 Cuping telinga kiri atau kanan.
 Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain.
e. Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena:
 Tidak menyenangkan pasien.
 Positif palsu karena ada mikobakterium lain.
 Tidak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir
hidungapabila sedian apus kulit negative
 Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung
lebihdulu negatif dari pada sediaan kulit ditempat lain.
f. Indikasi pengambilan sediaan apus kulit:
 Semua orang yang dicurigai menderita kusta.
 Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai pasienkusta.
 Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau
karenatersangkakuman resisten terhadap obat.
 Semua pasien MB setiap 1 tahun sekali.

12
g. Pemerikaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu
ziehlneelsen atau kinyoun gabett.
h. Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode yaitu cara
zigzag, huruf z, dan setengah atau seperempat lingkaran. Bentuk kuman
yangmungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pecah-pecah
(fragmented),granula (granulates), globus dan clumps.
2. Indeks Bakteri (IB):
Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan hapus. IB
digunakanuntuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasil pengobatan. Penilaian
dilakukanmenurut skala logaritma RIDLEY sebagai berikut:
0 :bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang
3+ bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
4+ bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
5+ bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
6+ bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
Indeks Morfologi (IM)Merupakan persentase BTA bentuk utuh terhadap seluruh BTA.
IM digunakan untuk mengetahui daya penularan kuman, mengevaluasi hasil
pengobatan, dan membantumenentukan resistensi terhadap obat.

2.8 Penatalaksanaan
Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS
dimulai tahu 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang
semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat,
dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
1. Tipe PB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa
a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum didepan petugas
b. DDS tablet 100 mg/hari diminum dirumah
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan, dan setelah selesai
diminum 6 dosis dinyatakan RFT (Released from Treatment atau berhenti
minum obat kusta) meskipun secara klinis lesinyamasih aktif.
2. Tipe MB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa

13
a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum didepan petugas
b. Klofazimin 300 mg/bulan diminum didepan petugas dilanjutkan dengan
klofazimin 50 mg/hari diminum dirumah
c. DDS 100 mg/hari diminum dirumah
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan.
Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis
lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.
3. Dosis untuk anak
a. Klofazimin
Umur dibawah 10 tahun
 Bulanan 100 mg/bula
 Harian 50 mg/2kali/perminggu
Umur 11-14 tahun
 Bulanan 100 mg/bulan
 Harian 50 mg/3kali/perminggu
b. DDS
 1-2 mg/kg berat badan
c. Rifampisin
 10-15 mg/kg berat badan
4. Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO (1998), pasien
kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600
mg. ofloksasin 400 mg, dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan
RFT, sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan.
Untuk tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan
sebanyak 24 dosis dalam 24 bulan

5. Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatkana
DO apabila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.

14
2.9 Komplikasi
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.

15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, nomor register, jenis kelamin, status, alamat, tanggal
MRS, diagnosa medis. Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang
diberikan, anak-anak dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda
2. Keluhan utama
Pada umumnya pada pasien dengan morbus hensen ,mengeluh adanya
bercak-bercak Disertai hiperanastesi dan terasa kaku diikuti dengan dan
peningkatan suhu
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit kusta biasanya adanya bercak-bercak merah disertai
hiper anastesi dan odema pada ektrimitas pada bagian perifer seperti
tangan,kaki serta bisa juga terjadi peningkatan suhu tubuh.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang diderita pasien sebelumnya seperti hepatitis,asma dan
alergi,jantung koroner.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya merupakan penyakit menular Maka anggota keluarga mempunyai
resiko beasar tertular dengan kontak lama.
4. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Pada umumnya pada pola presepsi pada pasien kusta mengalami
gangguan terutama pada body image,penderita merasa rendah diri dan
merasa terkucilkan sedangkaan pada tatalaksana hidup sehat pada
umumnya klien kurang kebersihan diri dan lingkungan yang kotor dan
sering kontk langsung dengan penderita kusta.Karena kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya maka timbul masalah dalam perawatan
diri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi makanan klien sehari-hari komposisi:sayur, lauk pauk,minum sehari
berapa gelas,berat badan naik atau turun,sebelum dan saat masuk rumah

16
sakit turgor kulit normal atau menurundan kebiasaan maskan klien.Klien
tinggal ditempat yang kotor atau bersih Adanya penurunan nafsu makan,
mual, muntah, penurunan berat badan, gangguan pencernaan.
c. Pola eliminasi
Pada Pola eleminasi alvi dan uri pada pasien kusta tidak ada kelainan.
d. Pola istirahat dan tidur
Pada klien kusta pada umumnya pola tidur tidak teerganggu tetapi bagi
kusta yang belum menjalani pengobatan pasien baru biasanya terjadi
gangguan kebutuhan tidur dan istirahat yang disebabkan oleh pikiran
stress, odema dan peningkatan suhu tubuh yang yang diikuti rasa nyeri.
e. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pasien kusta dalam aktifitas ada gangguan dalam hal
interaksi sosial dengan masyarakat biasanya pasien mengurung diri dan
pada pergerakan ektrimitas bagian perifer didapatkan bercak-bercak merah
disertai odema dan pasien dianjurkan harus bayak mobilisasi.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Presepsi klien tentang penyakitnya dan bagaimana konsep dalam
menghadapi penyakitnya yang diderita.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya penderita kusta mengalami gangguan disalah satu
sensorinya seperti peraba . Pasien tidak merasa adanya rangsangan
apabila bercak tersebut diberikan rangsangan.Pada kognitifnya pasien
kusta merasa tidak berguna lagi dan merasa terkucilkan serta merasa tidak
diterima oleh masyarakat dan keluarganya.
h. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pada pola produksi seksual klien tidak mengalami
gangguan.
i. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien kusta selalu mengurung diri dan menarik diri dari
masyarakat (disorentasi) Pasien merasa malu tentang keadaan dirinya.Dan
masyarakat beranggapan penyakit kusta merupakan penyakit yang
menjijikan.
j. Pola penanggulangan stress
Bagai mana klien menghadapi masalah yang dibebani sekarang dan cara
penanggulangannya.

17
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipeI, reaksi
ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf
tepi motorik.
b. Sistem penglihatan.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik,kornea mata anastesi sehingga
reflek kedip berkurang jika terjadi infeksimengakibatkan kebutaan, dan saraf
tepi motorik terjadi kelemahan mata akanlagophthalmos jika ada infeksi
akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi peradangan
pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis.Sedangkan pause
basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akanrontok.
c. Sistem pernafasan.
Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelanadan terdapat
gangguan pada tenggorokan.
d. Sistem persarafan:
a.) Kerusakan fungsi sensorik, Kelainan fungsi sensorik inimenyebabkan
terjadinya kurang/ mati rasa. Akibat kurang/ mati rasa pada
telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata
mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
b). Kerusakan fungsi motorik. Kekuatan otot tangan dan kakidapat menjadi
lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena
tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya
dapat terjadikekakuan pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan
mengakibatkan matatidak dapat dirapatkan (lagophthalmos).
c). Kerusakan fungsi otonom,Terjadigangguan pada kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darahsehingga kulit menjadi kering,
menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
e. Sistem muskuloskeletal.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanyakelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
f. Sistem integumen.
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak
eritem(kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika
ada kerusakanfungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar

18
minyak dan gangguansirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras
dan pecah-pecah. Rambut:sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d macula, nodula dan papula
2. Gangguan citra tubuh b.d amputasi
3. Resiko cedera b.d kelumpuhan otot
4. Nyeri akut b.d pelepasan mediator nyeri
5. Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan aktivitas
6. Resiko infeksi b. d infasif bakteri

c. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d macula, nodula, papula
NOC :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastilitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi).
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami
NIC :
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Monitor status nutrisi pasien
5. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2. Ganggguan citra tubuh b.d amputasi
NOC :
1. Body image positif
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3. Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial

NIC :
1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Monitor frekuensi dirinya

19
3. Jelaskna tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaina alat bantu
3. Resiko cedera b.d kelumpuhan otot
NOC :
1. Klien terbebas dari cedera
2. Klien mampu menjelaskan cara untuk mencegah cedera
3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku
personal
4. Mampu mengenali status kesehatan yang ada

NIC :
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
3. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
4. Memindahkan barang-baranng yang dapat membayakan
5. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
4. Nyeri akut b.d pelepasan mediator nyeri
NOC :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Kaji penyebab yang mempengaruhi nyeri
3. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
4. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu,
pencahayaan dan kebisingan
5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

20
5. Hamabatan mobilitas fisik b.d perubahan aktivitas
NOC :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat

NIC :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
2. Damping dan bantu pasien saat mobilisasii dan bantu pemenuhan
kebutuhan ADL
3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
4. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
5. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
6. Resiko infeksi b.d infasif bakteri
NOC :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
3. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
4. Cuci tangan setiap dan sebelum tindakan keperawatan
5. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

21
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit kusta adalah adalah penyakit infeksi kronis yang dsebabkan oleh
kuman mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi 9 primer 0,kulit,dan jaringan
tubuh lainnya,kecuali susunan saraf pusat.kuman penyebabnya adalah mycobacterium
leprae yang bermanifestasi hiperpigmentasi dan kerusakan pada kulit.

4.2 Saran
Diharapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya dari makalah ini saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman maupun dosen mata kuliah
sistem integumen

22
DAFTAR PUSTAKA

Emmy, S., dkk. 2003. Kusta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Huda Nurarif Amin., ddk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC NOC. Jilid 2. Jogjakarta.

Mansjoer Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeculapius

Muttaqin Arif., ddk. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika.

23
24

Você também pode gostar