Você está na página 1de 13

AUDIT KECURANGAN

A. JENIS-JENIS KECURANGAN

1. Pelaporan Keuangan yang Curang


Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
keuangan.
Praktek yang dilakukan bisa dengan melebih sajikan atau merendah sajikan.
Dua jenis praktek tersebut dapat dilakukan dengan:
 Pengaturan laba (earnings management ) : menyangkut tindakan
manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba.
 Perataan laba (income smoothing) bentuk pengaturan laba di mana
pendapatan dan bebanditukar-tukar di antara periode untuk mengurangi
fluktuasi laba. Misalnya dengan mengurangi persediaan atau aktiva
lain.

2. Penyalahgunaan Aktiva
Penyalahgunaan aktiva melibatkan pencurian aktiva entitas. Nilai aktiva yang
dicuri biasanya tidak material tapi terakumulasi selama beberapa waktu.
Pencurian aktiva dapat dilakukan oleh pegawai rendah dan tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh manajemen itu sendiri.

B. KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan
sebagaimana dijelaskan dalam SAS 99 (AU 316). Tiga kondisi tersebut
disebut dengan segitiga kecurangan(fraud triangle).

Insentif / Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasional


1. Insentif/Tekanan
Manajemen atau pegawai lain merasakan dorongan atau tekanan untuk
melakukan kecurangan

2. Kesempatan
Situasi yang membuka ataupun memberikan kesempatan bagi
manajemen ataupun pegawai untuk melakukan tindakan kecurangan.

3. Sikap/Rasionalisasi
Sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,atau
berada dalam lingkungan yang menekan yang membuat mereka merasinalisasi
dilakukannya tindakan yang tidak jujur.

Faktor Resiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang


Contoh Faktor Resiko dalam pelaporan keuangan :
1. Tekanan
- Stabilitas keuangan atau profitabilitas terancam oleh kondisi ekonomi,
industri,atau entitas. Misal: penurunan permintaan yang signifikan dan
tingkat kegagalan industri/ekonomi meningkat.
- Tekanan berlebih pada manajemen dalam pemenuhan pelunasan utang
atau pinjaman lain.
- Kekayaan bersih pribadi manajemen terancam secara material.

2. Kesempatan
- Estimasi akuntansi signifikan melibatkan pertimbangan subyektif atau
ketidakpastian.
- Ketidakefektifan dewan direksi atau komite audit.
- Staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi tidak efektif.
- Komunikasi dan dukungan nilai-nilai entitas tidak tepat / tidak efektif.

3. Sikap/Rasionalisasi
- Sejarah pelanggaran hukum sekuritas dan perundangan lainnya.
- Kebiasaan manajemen membuat peramalan yang terlalu agresif / tidak
realistis di mata analis, kreditor,atau pihak ketiga lainnya.
- Dominasi CEO atau manajer puncak lainnya terhadap penyusunan laporan
keuangan.

Faktor Resiko untuk Penyalahgunaan Aktiva


Contoh Faktor Resiko untuk Penyalahgunaan Aktiva:
1. Insentif/Tekanan
- Kewajiban keuangan pribadi menekan mereka yang memiliki akses ke
kas atau aktiva lain untuk menyalahgunakanaktiva tersebut.
- Hubungan buruk antara manajemen dan pegawai yang memiliki akses ke
aktiva yang rentan dicuri. Contoh: diperkirakan akan ada pemberhentian
sementara pegawai. . promosi, kompensasi, atau imbalan tidak sesuai
harapan.

2. Kesempatan
- Ada jumlah kas di tangan yang besar atau persediaan yang kecil, bernilai
tinggi, atau sedang diminati.
- Internal control tidak memadai atas aktiva karena tidak ada.
- Pemisahan tugas atau pemeriksaan independen.

3. Sikap/Rasionalisasi
- Mengabaikan perlunya memantau atau mengurangi resiko
penyalahgunaan aktiva.
- Mengabaikan pengendalian internal.

C. MENILAI RESIKO KECURANGAN

1. Skeptisisme Profesional

SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor ” tidak


mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak
mengasumsikan kejujuran absolut”.
Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua hal yang harus
diingat:
a. Pikiran yang selalu mempertanyakan.Auditor harus selalu
mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritasmanajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.Setiap indikasi atau temuan harus dievaluasi
dan dipelajari secara mendalam.
2. Sumber Informasi untuk Menilai Resiko Kecurangan
Sumber informasi yang digunakan untuk menilai resiko kecurangan ada lima,
yaitu:
a. Komunikasi di antara tim audit.
Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
 Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang
material akibat kecurangan.Pertimbangan yang diperlukan
adalah ketiga faktor yang telah dibahas sebelumnya, yakni:
insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.
 Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi
pelaporan keuangan yang curang.
 Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.
 Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang
material akibat kecurangan tersebut.

b. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.


Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan
manajemen mencurigai adanya kecurangan. Pertanyaan juga diajukan
kepada pihak lain termasuk komite audit.

c. Faktor-faktor resiko.
Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan
sikap/rasionalisasi) perlu dipertimbangkan dengan semua informasi
yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan muncul tidak melulu karena
adanya ketiga faktor tersebut secara signifikan.

d. Prosedur analitis.
Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya
berbeda dengan ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan
dengan informasi yang lain.

e. Informasi lain.
Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika
menilai resiko kecurangan, dan kebanyakan dapat mengindikasikan
resiko kecurangan yang lebih tinggi.

3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan


Standar auditing mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal
berikut ini yang berhubungan dengan pertimbangan auditor mengenai salah
saji yang material akibat kecurangan :
 Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit
tentang kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang
material.
 Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
 Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah
teridentifikasi, serta uraian tentang respons auditor terhadap risiko
tersebut.
 Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang
signifikan atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
 Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian
pengendalian oleh manajemen.
 Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa
diperlukan prosedur auditing tambahan atau respons lainnya, serta
tindakan yang diambil oleh auditor.
 Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada
manajemen, komite audit, atau pihak lainnya.

Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus


mengevaluasi faktor-faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum
mengembangkan respons yang tepat terhadap resiko kecurangan itu.

D. MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI


RESIKO KECURANGAN

Tata kelola korporasi disandingkan dengan prosedur pengendalian untuk


meminimalkan fraud risk melalui kombinasi tindakan mencegah, menghalangi, dan
mendeteksi kecurangan, yaitu:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Penerapan nilai-nilai perusahaan dapat menciptakan budaya jujur dan etikayang
tinggi, yang meliputi 6 unsur:
a. Menetapkan tone at the top , yang dilandasi dengan kejujuran dan
integritas, yang diawali dari tingkat manajemen.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
c. Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.
d. Pelatihan.
e. Konfirmasi.
f. Disiplin.

2. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Resiko Kecurangan


a. Mengidentifikasikan dan mengukur resiko kecurangan.
b. Mengurangi resiko kecurangan.
c. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan.

3. Pengawasan oleh Komite Audit


Fungsi komite audit:
a. Memperhitungkan potensi diabaikannya internal control.
b. Mengawasi proses penilaian resiko kecurangan oleh manajemen.
c. Pengendalian anti kecurangan.
d. Membantu menciptakan tone at the top yang efektif.
e. Sebagai penghalang dilakukannya kecurangan oleh manajemen senior.

E. MERESPONS RISIKO KECURANGAN


Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut :
1. Mengubah pelaksanaan prosedur audit secalah keseluruhan.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk merancang risiko
kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian
pengendalian oleh manajemen

Mengubah Pelaksanaan Audit Secara Keseluruhan


Auditor dapat memilih di antara beberapa respon secara keseluruhan
bila risiko kecurangan meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan
meningkat, personil yang lebih berpengalaman dapat ditugaskan dalam audit
tersebut.
Pelaku kecurangan sering kali sudah mengetahui prosedur yang akan
dilaksankan. Karena alasan ini, standar audting mengharuskan auditor
memasukan unsur ketidak terdugaan dalam rencana audit.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit untuk Menangani Risiko


Kecurangan
Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko
kecurangan tertentu tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko
kecurangan yang diidentifikasikan.
Selain itu, Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi
yang dipilih manajemen yang melibatkan pengukuran yang subjektif atau
transaksi yang kompleks

Merancang dan Melaksanakan Prosedur untuk Menangani Pengabaian


Pengendalian oleh Manajemen
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua
audit. Karena manajemen memiliki posisi yang untuk melakukan kecurangan
dengan mengabaikan pengendalian yang sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap
audit auditor harus melaksanakan prosedur untuk menangani risiko pengabaian
oleh manajemen. Adapun 3 prosedur yang harus dilaksakan dalam setiap audit
antara lain:
 Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari untuk
Mencari Bukti Salah Saji yang Mungkin Akibat Kecurangan
 Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Biasa
 Mengetahui Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang
Signifikan

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko


Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan
auditor sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko
lainnya. Adapun beberapa hal yang harus diwaspadai oleh auditor dalam
melakukan proses audit antara lain:
 Perbedaan dalam catatan akuntansi
 Bukti audit yang bertentangan atau hilang
 Hubungan yang kurang baik antara auditor dan manajemen
 Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir
yang mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan
selama audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan
informasi lainnya

F. BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK


 Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap manipulasi dan pencurian
adalah akun piutang dan pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang
dilakukan oleh COSO yang menemukan bahwa lebih dari sebagian
kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan itu melibatkan piutang usaha
dan pendapatan. Demikian pula, sebab penjulan itu sering sekali dilakukan
secara tunai atau cepat dikonversi menjadi kas, dan kas ini juga sangatlah
rentan terhadap adanya pencurian ini

Risiko Pelaporan Keuangan Yang Curang Atas Pendapatan


Pendapatan dan piutang terkait serta akun kas secara khusus rentan
manipulasi dan pencurian. Hal ini disebabkan karena penjualan sering kali
secara kas atau mudah dikonversi ke kas, yang sangat rentan dicuri.
Tiga tipe manipulasi pendapatan adalah:
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pedapatan

1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif,
dengan cara menciptakan kebijakan fiktif, serta melibatkan puluhan
jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan
pengakuan pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta
penjualan. Misalnya saja perusahaan mengakui pendapatan periode
berikutnya pada periode ini.
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah
menyangkut retur penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya
perusahaan menyembunyikan retur dari auditor. Adapun maksud dari
tindakan ini adalah agar penjualan dan pendapatan menjadi lebih
besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan beban tagihan
macet, dengan cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal
ini dilakukan sebab alokasi tersebut berkaitan dengan umur piutang,
perusahaan mengubah umur piutang sehingga menjadi lebih kecil.

Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan.


Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang
pendapatan. Dua di antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis
dan perbedaan dokumenter.
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat adanya kecurangan.
Adapun prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan
terjadinya kecurangan yakni “persentase laba kotor” serta “perputaran
piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter
yang sama seperti dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh
ketidak-detilan dari transaksi fiktif yang tidak bisa menyamai transaksi
legal dari segi detail bukti dokumenter.

Penyalahgunaan Penerimaan yang Melibatkan Kas


Penyalahgunaan penerimaan kas jarang yang bersifat material, namun
kecurangan semacam ini dapat berdampak buruk terhadap perusahaaan
karena hilangnya asset secara langsung.
Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya
penjualan yang kemudian diikuti oleh penyesuaian terhadap piutang usaha
pelanggan untuk menyembunyikan pencurian tersebut.

1. Kelalaian Pencatat Penjualan


Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi
adalah ketika penjualan tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan
tersebut dicuri. Kecurangan ini akan mudah untuk dideteksi apabila
barang yang dikirim kepada customer secara kredit.

2. Pencurian Kwitansi Kas setelah Penjualan Dicatat


Hal ini mudah ditemukan setelah membandingkan kas diterima dengan
catatan penjualan. Namun bisa saja pelaku melakukan hal:
1.Mencatat retur penjualan atau alokasi penjualan.
2.Menghapus data pelanggan.
3.Lapping, mencatat pembayaran pelanggan satu ke akun pelanggan
lainnya

 Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak
perusahaan, dan auditor sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan
penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan rentan terhadap manipulasi oleh
manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu.

Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan


Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar
pelaporan keuangan yang curang. Banyak perusaahaan besar memiliki
persediaan yang sangat beragam dan berjumlah besar dibanyak lokasi ,
sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk menambah persediaan fiktif
pada catatan akuntansi.
Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor
sudah lebih dulu memberi tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji.
Akibatnya, akan sangat mudah bagi klien untuk memindahkan persediaan ke
lokasi-lokasi yang diuji.

Ciri-ciri Terjadinya Kecurangan Pesediaan.


Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda
peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukan kecurangan persediaan.
Prosedur analitis sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan persediaan.

Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran
persediaan, sering kali membantu membongkar kecurangan
persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan harga pokok
penjualan dan melebihsajikan marjin kotor. Persediaan fiktif juga
memperkecil perputaran persediaan.

 Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha


Kasus pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan utang usaha
relatif umum ditemui meskipun lebih jarang bila dibandingkan dengan
kecurangan yang melibatkan persediaan atau piutang usaha. Kurang saji yang
disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan kurang saji pembelian dan
harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih. Penyalahgunaan yang
signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk
pembayaran kepada vendor fiktif, serta suap dan perjanjian ilegal lainnya
dengan pemasok.

Risiko Laporan Keuangan yang Curang pada Utang Usaha


Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan
utang usaha dan melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak
mencatat utang usaha sampai periode berikutnya, atau dengan mencatat
penurunan fiktif utang usaha.

Penyalahgunaan dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran


Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku
melakukan pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam
rekening fiktif. Kecurangan ini dapat dicegah dengan menetapkan bahwa
pembayaran hanya akan dilakuakan kepada vendor yang sudah disetujui dan
dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh
personil yang berwenang sebelum pembayaran dilakukan.

 Bidang-bidang risiko kecurangan lainnya


Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan yang lain, hampir semua
akun dapat dimanipulasi. Berikut beberapa akun lain yang risiko pelaporan
keuangan yang curang atau menyalahgunakan yang spesifik :

1. Aset Tetap
Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan,
seringkali didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif.
Akibatnya, aset dapat menjadi sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan
yang tidak memiliki piutang atau persediaan yang material.

2. Beban Penggajian
Perusahaan bisa saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan
mencatat biaya tenaga kerja berlebihan dalam persediaan.
Ada dua kecurangan yang umum terjadi :
1. Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber
daya manusia dengan fungsi penggajian.
2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock
yang merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam
datang serta jam pulang dari para pegawai atau dengan persetujuan
jam kerja.

G. TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN

1. Merespons Salah Saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan


a. Pengajuan Pertanyaan
Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti
audit yang efektif. Wawancara akan memungkinkan auditor
menjernihkan masalah yang tidak teramati dan mengamati respons lisan
serta nonlisan responden serta dapat membantu mengidentifikasi
masalah-masalah yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau
konfirmasi. Pengajuan pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti
audit harus disesuaikan dengan tujuan penggunannya.
Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori
pengajuan pertanyaan berdasarkan tujuan auditor, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan informasional (informational inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional
untuk memperoleh informasi tentang fakta dan detail yang belum
dimiliki auditor, biasanya mengenai peristiwa atau proses di masa
lalu atau yang sedang berjalan saat ini. Auditor sering kali
menggunakan pengajuan pertanyaan informasional ketika
mengumpulkan bukti tindak lanjut mengenai program dan
pengendalian atau bukti lain menyangkut salah saji atau kecurigaan
kecurangan yang terungkap selama audit dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden
memberikan detail peristiwa, proses, atau situasi.
2. Pengajuan pertanyaan penilaian (assessment inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan penilaian untuk
menguatkan atau menyangkal informasi sebelumnya. Auditor sering
kali memulai pengajuan pertanyaan penilaian dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya umum dan terbuka yang memungkinkan si
terwawacara memberikan respons yang terinci, yang nantinya dapat
ditindaklanjuti dengan pertanyaan yangb lebih khusus. Salah satu
kegunaan pengajuan pertanyaan ini yang biasa dilakukan adalah
untuk memperkuat jawaban manajemen atas pengajuan pertanyaan
sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada pegawai
lainnya.
3. Pengajuan pertanyaan interogatif (interrogative inquiry)
Pengajuan pertanyaan interrogatif sering digunakan untuk
memastikan apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak
mengungkapkan pengetahuan penting tentang fakta, peristiwa, atau
situasi penting. Sering kali, pengajuan pertanyaan interogatif bersifat
konfrontasional, karena orang-orang yang ditanya mungkin bersikap
defensif ketika menutup-nutupi bahwa mereka mengetahui fakta,
peristiwa, atau situasi tertentu. Pada saat menggunakan pengajuan
pertanyaan interogatif, sering kali auditor mengajukan pertanyaan
khusus dan terarah dengan meminta jawaban “ya” atau “tidak”.
Wawancara interogatif harus dilakukan oleh anggota senior tim audit
yang sudah berpengalaman dan sangat mengenal urusan klien.

2. Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan


Supaya pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil
menyimak dan mengevaluasi respons atas pertanyaan yang diajukan.
Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali menghasilkan informasi yang
lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak
yang baik serta pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik
pengajuan pertanyaan auditor.

3. Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan


Apabila auditor mencurigai adanya kecurangan, standar auditing
mengharuskan auditor memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah
kecurangan yang material sudah terjadi.

Analisis Perangkat Lunak Audit


Perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA dapat digunakan untuk
membuktikan adanya. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk
alat bantu spreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo
akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji lebih lanjut. Auditor juga
memakai alat bantu tersebut untuk melaksanakan prosedur analitis pada
tingkat disagregat. Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati pada tingkat
agregat, mungkin terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.

Pengujian Substantif yang Diperluas


Auditor dapat memperluas prosedur substantif lainnya untuk menanggapi
risiko kecurangan yang lebih tinggi. Dalam beberapa contoh, auditor mungkin
mengkonfirmasi setiap transaksi, dan bukan keseluruhan saldo akun, terutama
untuk transaksi bernilai besar yang dicatat menjelang akhir tahun.
Seringkali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada
estimasi subjektif manajemen. Untuk menanggapi risiko yang lebih tinggi
auditor dapat bekerjasama dengan spesialis guna membantu mengevaluasi
keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci.

Implikasi Audit Lainnya


Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi
aspek audit lainnya. Sebagai contoh, kecurangan yang melibatkan
penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang berjumlah sedikit biasanya
dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu melibatkan
manajemen dari tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan
persoalan yang lebih luas menyangkut integritas manajemen. Hal ini mungkin
menunjukkan kepada auditor akan perlunya mengevaluasi kembali penilaian
risiko kecurangan serta dampaknya terhadap sifat, waktu, dan luas bukti audit.

Você também pode gostar