Você está na página 1de 3

ARTIKEL

SEKOLAH RAMAH ANAK


(SRA)
06 Desember 2007
Drs.Adman

Alkisah seorang suhu sakti jaman majapahit yang telah meninggal ratusan tahun lalu, karena sesuatu hal
hidup kembali di abad 21 ini dan bertemu dan dan berjalan-jalan dengan seorang guru Indonesia ke
berbagai tempat. Sang suhu terheran-heran dan takjub karena banyak benda-benda dan hal-hal baru yang
tidak ada dijamannya dulu. Sang suhu bertanya pada seorang guru “wahai pak guru, apa gerangan burung
yang sangat besar yang terbang tinggi itu?”.”ya suhu itu namanya pesawat terbang” Jawab pak guru.
‘Oo………lha kalau itu gerobak kok tidak ditarik kuda dan melaju sangat cepat namanya apa?”Tanya
sang suhu lagi,’kalau itu namanya mobil”.
Begitu seterusnya, semua hal baru ditanyakan oleh suhu dan sampailah mereka berdua di sebuah tempat.
Maka dari pada ditanya terus,, pak guru menjelaskan, sang suhu segera menyahut”Oo……………..kalau
yang satu ini saya sudah tahu, ini namanya sekolah to?.
Guyonan sarkatis!bahwa ketika jaman berganti dan jaman berubah-ada satu yang tak juga berubah
:SEKOLAH.!
Paradigma pendidikan (baca :sekolah) semestinya berubah membaik seiring dengan jaman dan tuntutan
masyarakat sekolah, sesuai asal katanya escole yang juga berarti tempat bermain, semestinya menjadi
tempat yang menyenangkan.
Istilah yang kini lazim digunakan adalah ‘Sekolah Ramah Anak (SRA), seperti apakah sekolah yang
ramah anak/
Apakah ciri-ciri Sekolah Ramah Anak itu? Suatu sekolah dikatakan ramah anak apabila sekolah yang
dimaksud mempunyai ciri-ciri antara lain :
1. Sikap terhadap Murid
A. Perlakukan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas-lemah, kaya-miskin, normal-cacat,
anak pejabat-anak buruh
B. Penerapan norma agama, social, dan budaya setempat.
C. Kasih sayang kepada murid, memberikan perhatian bagi mereka yang lemah dalam proses
belajar, memberikan hukuman phisik atau non phisik bias menjadikan anak trauma.
D. Saling menghormati hak-hak anak baik antar murid, antar tenaga kependidikan serta antara
tenaga kependidikan dan murid, contoh : guru dan/atau kepala sekolah menunggu kedatangan
murid didepan sekolah pada pagi hari dengan raut muka ceria dan berjabat tangan serta
memberikan ucapan “salam’, “selamat pagi’kepada setiap murid,-guru dan/atau kepala sekolah
menanyakan sesuatu yang sederhana kepada murid: “tadi malam belajar sama siapa,
nak?,”sakitnya sudah sembuh?”.

2. Methode pembelajaran
A. Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti pelajaran,
tidak ada rasa takut, cemas, dan was-was, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak
merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain.
B. Terjadi proses belajar yang efektif dihasilkan oleh penerapan method, pembelajaran yang
variatif dan inovatif, misalnya belajar tidak harus dalam kelas. Guru sebagai fasilitator proses
belajar menggunakan alat bantu untuk meningkatkan ketertarikan dan kesenangan dalam
pengembangan kompetensi, termasuk lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
(pasar, kebun,sawah, sungai, laut, dll)
C. Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran dan alat bantu
ajar/peraga sehingga membantu daya serap murid.
D. Guru sebagai fasilitator menerapkan proses belajar mengajar yang kooperatif, interaktif, baik
belajar individu maupun kelompok.
E. Terjadi proses belajar yang partisipatif, murid lebih aktif dalam proses belajar. Guru sebagai
fasilitator proses belajar mendorong dan menfasilitasi murid dalam menemukan cara /jawaban
sendiridalam suatu persoalan.
F. Murid dilibatkan dalam berbagai aktivitas yang mengembangkan kompetensi dengan
menenkankan proses belajar melalui berbuat sesuatu (learning by doing, demo, praktek, dll).
3. Penataan kelas
A. Murid dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi, dan ilustrasi yang menggambarkan ilmu
pengetahuan, dll., penataan bangku secara klasikal, (berbaris kebelakang) mungkin akan
membatasi kreatifitas murid dalam interaksi social dan kerja diskusi kelompok.
B. Murid dilibatkan dalam menentukan warna dinding atau dekorasi dinding kelas sehingga murid
menjadi betah didalam kelas.
C. Murid dilibatkan dalam memajang hasil karya murid, hasil ulangan/test, bahan ajar dan buku
sehingga artistic dan menarik serta menyediakan space untuk baca (pojok baca)
D. Bangku dan kursi sebaiknya ukurannya disesuaikan ukuran postur anak Indonesia serta mudah
untuk digeser guna untuk menciptakan kelas yang dinamis.
4. Lingkungan Sehat
A. Murid dilibatkan dalam mengungkapkan gagasanya dalam menciptakan lingkungan sekolah
(penentuan warna dinding kelas, hiasan, kotak saran, majalah dinding, taman, kebun sekolah,
dll)
B. Tersedia fasilitas air bersih, hygiene dan sanitasi, fasilitas kebersihan, dan fasilitas kesehatan.
C. Fasilitas sanitasi seperti toilet, orinoir, tempat cuci, dll disesuaikan dengan postur dan usia
anak. Misalnya bak mandi yang tidak terlalu tinggi sehingga bias dijangkau oleh tangan anak
kelas 1
D. Disekolah diterapkan kebijakan/peraturan yang mendukung kebersihan dan kesehatan.
Kebijakan/peraturan ini disepakati dikontrol dan dilaksanakan oleh semua murid (dari-oleh-
untuk murid). Contoh : ada murid bertugas piket mengontrol murid lain tentang kebersihan
kuku didepan pimtu kelas dan langsung diadakan pemotongan kuku bagi yang kedapatan
panjang dan kotor-ada murid bertugas piket mengairi tamn didepan kelas-kedapatan
membuang sampah didalam kelas atau lingkungan sekolahmendapatkan hukuman bernyanyi
didepan kelas sambil membawa sampah yang dibuang tersebut.
13 Kriteria SRA menurut UNICEF ;
1. Merefleksikan dan menjalankan apa yang menjadi hak anak di sekolah
2. Memandang secara utuh sebagai bagian dari sekolah, komunitas dan keluarga
3. Berpusat pada kemajuan siswanya
4. Peka terhadap perbedaan jenis kelamin dan ramah terrhadap siswa perempuan
5. Lebih mengutamakan kemajuan kualitas hasil belajar
6. Memberikan pendidikan yang relevan dengan kehidupan anak-anak sehari-hari
7. Fleksibel dan menyikapiperbedaan dengan bijak
8. Terbuka terhadap pendidikan inklusi serta menghormati adanya persamaan kesempatan untuk
siswa
9. Menunjang kesehatan mental dan fisik anak
10. Menyediakan pendidikan terjangkau dan mudah di akses
11. Menguatkan kapasitas, nilai-nilai, komitmen, dan status guru

Você também pode gostar