Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.3 Etiologi
Etiologi dari thalasemia adalah: Faktor Genetik Suriadi dan Rita Yuliani (2006).
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia
merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab
kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia ) dan kelainan
hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh ;
1. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misalnya : Pada
HBS,HbF, HbD.
2. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa ) rantai globin seperti pada thalasemia.
Penyebab Talasemia Beta major
Talasemia major berlaku apabila gen yang cacat diwarisi daripada kedua-dua ibu dan
bapa. Jika ibu atau bapa merupakan pembawa ciri Talasemia, mereka boleh menurunkan ciri
ini kepada anak-anak mereka. Jika kedua-dua ibu bapa pembawa ciri tersebut maka anak-
anak mereka mungkin merupakan pembawa atau mereka akan menghidap penyakit tersebut
1.1.4 Klasifikasi
Menurut Tarwoto (2008) Berdasarkan sintesis rantai globinnya thalasemia dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1.1.4.1 Thalasemia Alfa
Dimana terjadi penurunan sintesis alfa. Thalasemia ini gejala , bahkan tanpa gejala.
Keadaan sel darah merahnya mikrositik.
1.1.4.2 Thalasemia Beta
Merupakan thalasemia yang sering terjadi, biasanya mempunyai tanda dan gejala
berariasi. Thalasemia Beta dibagi atas:
1) Thalasemia minor atau trait merupakan bentuk heterozigot, mikrositik anemia dan
sering tanpa gejala.
2) Thalasemia Intermedia, pada thalasemia ini ditemukan adanya spleenomegali, anemia
sedang sampai berat.
3) Thalasemia mayor atau cooley anemia, bentuk homozigot disertai anemia berat. Jika
dilakukan transfusi darah yang terus menerus akan terjadi penumpukan zat besi yang
beresiko terhadap kegagalan fungsi jantung, ginjal, hati, gonad atau disebut
hemokromatosis. Pada thalasemia mayor mempunyai ciri anemia yang khas
diantaranya; pucat, anemia, kurus, hepatosplenomegali dan ikterus ringan, mulai
Nampak bayi berumur 3-6 bulan, pertumbuhan lambat, hidung pesek tanpa pangkal
hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi lebar (mongoloid). Kulit pucat
kekuning-kuningan, jika sering dilakukan transfusi warna kulit menjadi kelabu karena
penimbunan pada jaringan kulit.
Kelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta thalasemia dan kelebihan rantai beta
dan gama ditemukan pada alpha thalasemia. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami
presippitasi dalam sel eritrosit. Globin intra eritrosik yang mengalami presipitasi, yang terjadi
sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz,
merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin
menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih.
Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC secara terus-menerus
pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya
sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC, menimbulkan tidak
adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone
marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer adalah
berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel
eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya
volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh
system retikuloendotelial dalam limfa dan hati. Penelitian biomolekular menunjukkan adanya
mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.
Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan
absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses
hemolisis.
1.2.3 Intervensi
1) Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya selera makan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan BB naik, tidak terjadi malnutrisi.
No Intervensi Rasional
1 Kaji riwayat nutrisi, termasuk - Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi
2 Observasi dan catat masukan makanan - Mengawasi masukan kalori atau
Px kualitas kekurangan konsumsi
makanan
3 Timbang BB tiap hari - Mengawasi penurunan BB atau
efektifitas intervensi nutrisi
4 Observasi dan mencatat kejadian mual - Gejala GI menunjukkan efek anemia
/ muntah, flatus dan gejala lain yang (Hipoksia) pada organ
berhubungan
5 Berikan dan bantu higiene mulut yang - Meningkatkan nafsu makan dan
baik pemasukan oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri meminimalkan
kemungkinan infeksi
Intervensi Rasional
1. Monitor TTV - Adanya perubahan perfusi jaringan otak
dapat menyebabkan terjadinya perubahan
tanda-tanda vital : TD↓, RR↑
2. Tinggikan posisi kepala di tempat tidur - Meningkatnya ekspansi paru dan
sesuai toleransi memaksimalkan oksigenasi paru untuk
kebutuhan seluler.
3. Awasi upaya pernafasan, auskultasi - Dispnea, gemericik menunjukkan GJK
bunyi nafas : perhatikan bunyi nafas karena regangan jantung lama/peningkatan
adventisius. kompensasi curah jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi. - Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
5. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan mio kardal /potensial resiko inflan.
suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai - Kenyaman pasien/kebutuhan rasa hangat
dengan indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
6. Ajarkan untuk menghindari penggunaan menghindari panas berlebiha pencetus
bantalan penghangat/botol air panas. vasodilatasi.
7. Kolaborasikan untuk pemberian - Termoreseptor jaringan deral dangkal
PRC.Awasi ketat untuk komplikasi karena gangguan oksigen.
transfusi.
8. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
-Meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen:memperbaiki difisiensi untuk
menurunkan resiko perdarahan.
-Memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan.
1.2.4 Implementasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Mengobservasi dan mencatat masukan makanan
Menimbang BB tiap hari
Mengobservasi dan mencatat kejadian mual muntah, flatus dan gejala lain yang
berhubungan
Memberikan dan membantu higiene mulut dengan baik
Mengkonsulkan atau mendiskusikan dengan ahli gizi
2. Intoleransi Aktivitas
Mengkaji kemampuan px untuk melakukan tugas
Mengkaji kehilanngan / gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
Memonitor dan mencatat perkembangan TTV
Mengubah posisi px dengan perlahan dan pemantau terhadap pusing
Memberi bantuan dalam ambulasi
Mengajukan px unttuk mengehentikan aktivitas bila palpitasi nyeri dada, nafas
pendek kelemahan atau pusing terjadi.
1.2.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula.
2.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika
Robbins,2007, buku ajar patologi, edisi 7 , penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta