Você está na página 1de 33

DAFTAR ISI

1. Imunisasi dan jenis imunisasi


2. Campak
3. Varicella
4. Kejang demam
5. Bronkiolitis
6. Pertusis
7. Mumps/viral parotitis
8. Gizi buruk (marasmus/kwashiorkor/marasmus-kwashiorkor)
9. Obesitas pada anak + kurva WHO dan CDC
10. Diaper rash/diaper dermatitis
11. Meningitis/ensefalitis pada anak
12. Ikterus fisiologis

1. IMUNISASI
Jadwal imunisasi IDAI dan Depkes berbeda. Untuk dokter umum seharusnya memang
menggunakan jadwal imunisasi Depkes karena inilah yang digunakan di Puskesmas.
Namun untuk ujian lebih baik untuk menghafal keduanya.

JADWAL IMUNISASI IDAI


Hepatitis B 0, 1, dan 6 bulan.

Polio 0, 2, 4, dan 6 bulan. Booster 18-24 bulan dan 5 tahun.

BCG 1x saja usia 0-1 bulan.

DPT 2, 4, dan 6 bulan. Booster 18-24 bulan. 5 tahun, 10-12 tahun (Td) dan 18 tahun (Td).

HiB 2, 4, dan 6 bulan. Booster 15-18 bulan.

Campak 9 bulan. Booster 24 bulan dan 6 tahun.

MMR 15 bulan. Booster 5-6 tahun. Vaksin campak ke 2 (24 bulan) sudah tidak perlu
diberikan jika MMR yang pertamakali diberikan.

HPV Di atas 10 tahun-18 tahun, diberikan 3x.


JADWAL IMUNISASI DEPKES

0 bulan Hepatitis B 0 (nol)

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-HiB 1 (pentabio), Polio 2

3 bulan DPT-HB-HiB 2 (pentabio), Polio 3

4 bulan DPT-HB-HiB 3 (pentabio), Polio 4

9 bulan Campak

18 bulan DPT-HB-HiB

24 bulan Campak

Kelas 1 SD Campak (Agustus) dan DT (November)


Kelas 2 SD Td (November)

Kelas 3 SD Td (November)

● 0-9 bulan merupakan imunisasi dasar.


● 18, 24 bulan dan kelas 1-3 SD merupakan imunisasi tambahan.

IMUNISASI PADA ANAK DENGAN HIV?


Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi Walaupun
responnya terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang, penderita HIV memerlukan
imunisasi. Pasien HIV dapat diimunisasi dengan mikroorganisme yang dilemahkan atau
yang mati sesuai dengan rekomendasi yang tercantum pada tabel di bawah ini.

IPV (JANGAN Rekomendasi: YA Pasien dan keluarga serumah


BERI OPV)

DPT Rekomendasi: YA Pasien dan keluarga serumah

HiB Rekomendasi: YA Pasien dan keluarga serumah

Hepatitis B Rekomendasi: YA Sesuai jadwal anak sehat.


Dianjurkan dosis dilipatgandakan dua kali.

Hepatitis A Rekomendasi: YA Sesuai jadwal anak sehat

MMR Rekomendasi: YA Diberikan umur 12 bulan.


Hanya diberikan jika HIV asimtomatik atau ringan.

Influenza Rekomendasi: YA Tiap tahun diulang

Pneumokokus Rekomendasi: YA Secepat mungkin

BCG Rekomendasi: YA Dianjurkan untuk di Indonesia.


Tidak diberikan bila HIV berat.

BAGAIMANA JIKA IMUNISASI ANAK TERLAMBAT?


Tabel di bawah ini menyediakan jadwal catch-up dan interval minimal antar dosis untuk
anak-anak yang vaksinasinya tertunda (CDC 2014).
JENIS IMUNISASI
VAKSIN BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
● Mycobacterium bovis hidup dilemahkan.
● Dosis dan cara pemberian: 0.05 mL (<1 tahun), 0.1 mL (>1
tahun) intradermal/intrakutan, lengan atas kanan.
● Jika diberikan di atas 3 bulan —> cek tes tuberkulin terlebih dahulu, jika negatif boleh
diberikan.
● Tiap ampul mengandung BCG hidup 1.5 mg, pelarutnya mengandung NaCl 0.9%.
● Vaksin BCG sensitif terhadap sinar matahari, sehingga simpan jauhi dari sinar
matahari.
● Kontraindikasi: pasien imunokompromise, sedang pengobatan menggunakan steroid,
dan HIV.
● KIPI:
- Reaksi lokal 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritema di tempat
suntikan, berubah menjadi pustula dan menjadi ulkus, dan menyembuh spontan dalam
8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
- Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat,
tidak nyeri tekan, tidak demam yang hilang dalam waktu 3-6 bulan.
● Komplikasi: abses di tempat suntikan (cold abscess) karena suntikan terlalu dalam
sampai ke subkutan. Dosis berlebihan dapat menyebabkan limfadenitis supurativa yang
menyembuh dalam 2-6 bulan, BCG-itis.
VAKSIN DPT (DIFTERIA, PERTUSIS, TETANUS)
● Kekebalan aktif terdapat difteria, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan.
● Dosis dan cara pemberian: 0.5 mL IM, paha anterolateral kiri/kanan.
● Kandungan vaksin: 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus, 24 (OU) Bordetella
pertusis mati, diserap ke dalam aluminium fosfat dan mertiolat.
● Terdapat 2 macam vaksin DPT —> DTwP dan DTaP. DTwP menggunakan whole cell
pertusis, yang berarti seluruh sel pertusis digunakan untuk imunisasi (banyak antigen
yang tidak berguna juga ikut dimasukkan ke dalam tubuh —> pirogenik). DTaP
menggunakan acellular pertusis, artinya tidak seluruh sel digunakan, hanya diambil
antigen yang berperan dalam pembentukan antibodi saja (non-pirogenik).
● Kontraindikasi: anak di atas 7 tahun (berikan Td atau DT saja), demam >38ºC, sakit
berat (kelainan neurologis), riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT
sebelumnya/anafilaksis, ensefalopati dalam 7 hari sesudah pemberian vaksin DPT,
riwayat hiperpireksia.
● KIPI: demam, nyeri, bengkak lokal, abses steril, syok, kejang. Jika reaksi berlebihan
berikutnya diberikan DT (difteria, tetanus).

VAKSIN POLIO
● Kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
● Terdapat 2 jenis vaksin polio, vaksin Salk/IPV (berisi virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan secara IM) dan vaksin Sabin/OPV (vaksin hidup yang dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan). Rekomendasi Depkes menganjurkan dalam 4x
imunisasi polio minimal diberikan 1x vaksin polio IPV.
● Dosis dan cara pemberian: (OPV) 2 tetes (0.1 ml) langsung ke mulut ditetes atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
● Kandungan vaksin: virus polio tipe 1, 2, 3 hidup dilemahkan, asam amino, antibiotik.
● Kontraindikasi: diare berat, defisiensi imun, kehamilan. Pada HIV jangan berikan
OPV, ganti dengan IPV.
● KIPI: VAPP (Vaccine-associated paralysis polio), adalah kelumpuhan yang
disebabkan karena imunisasi polio. Hal ini terjadi karena virus polio liar menjadi aktif
kembali dan infektif kembali. Hanya terjadi dalam 1:1.000.000-2.000.000 kasus.

VAKSIN CAMPAK
● Kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
● Dosis dan cara pemberian: 0.5 mL subkutan di daerah deltoid/paha.
● Kandungan vaksin: berisi virus campak 5.000 TCID50/PFU, kanamisin sulfat 100 mcg,
eritromisin 30 mcg.
● Kontraindikasi: demam > 38ºC, defisiensi imun, alergi protein telur, hipersensitifitas
terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.
● KIPI: demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis. Dapat pula terjadi ensefalitis pada
1:1.000.000 kasus dalam 5-7 hari setelah pemberian imunisasi.

VAKSIN HEPATITIS B
● Kekebalan aktif terhadap hepatitis B.
● Dosis dan cara pemberian: 0.5 mL IM pada vastus anterolateral femoris/paha.
● Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, berikan vaksin HepB dan 0,5 mL
hepatitis B immune globulin (HBIG) dalam waktu 12 jam pertama kelahiran. Bayi-bayi ini
harus diuji HBsAg dan antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) 1 sampai 2 bulan setelah
selesainya seri HepB, pada usia 9 sampai 18 bulan (lebih diutamakan kunjungan
berikutnya saat anak sehat).
● Jika status HBsAg ibu tidak diketahui, dalam waktu 12 jam setelah kelahiran berikan
vaksin HepB. Untuk bayi dengan berat kurang dari 2.000 gram, berikan HBIG selain
vaksin HepB dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Menentukan status HBsAg ibu
sesegera mungkin dan, jika ibu adalah HBsAg-positif, berikan juga HBIG untuk bayi
dengan berat 2.000 gram atau lebih sesegera mungkin, tetapi tidak ada lebih dari usia 7
hari.
● Kontraindikasi: tidak ada kontraindikasi mutlak, seperti anak sakit berat, riwayat
alergi terhadap ragi.
● KIPI: efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemik (demam ringan, lesu, perasaan
tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.

PROSEDUR IMUNISASI
● Prosedur awal: memberikan salam, memperkenalkan diri kepada pasien dan orang
tua.
● Anamnesis: identitas pasien, riwayat imunisasi yang sudah pernah diberikan, apakah
pasien terlambat imunisasi atau tidak, KIPI yang pernah terjadi pada pasien, apakah
membawa buku catatan imunisasi. Berikan penjelasan mengenai imunisasi yang akan
dilakukan pada pasien, kegunaan vaksin, kontraindikasi dan KIPI.
● Pemeriksaan fisik: keadaan umum, tanda-tanda vital (jika <2 tahun tidak perlu di
tensi kecuali dengan tensi infant. Di atas 2 tahun di tensi dengan menggunakan
tensimeter pediatrik), pemeriksaan antropometri, dan PF head-to-toe (kulit, rambut,
konjungtiva, THT, dan lain2).
● Siapkan vaksin yang akan diberikan. Perhatikan warna vaksin, kejernihan, perhatikan
VVM (Vaccine-vial monitor) untuk memastikan apakah vaksin masih dapat digunakan
(gambar di bawah), maupun lakukan uji kocok bila vaksin membeku dengan diamati 30
menit setelahnya).
● Cuci tangan, asepsis antisepsis lokasi yang akan disuntik. Gunakan sarung tangan
● Lakukan penyuntikan sesuai dengan vaksin yang akan disuntik:
1. Intramuskular (DPT-HB-HiB): bayi <1 tahun pada anterolateral femoris (vastus
lateralis quadriceps femoris). Anak 1-2 tahun pada anterolateral femoris atau
deltoid. Anak 3-18 tahun pada deltoid. Arah jarum 90 derajat.
2. Subkutan (campak): pada otot triseps atau otot paha anterolateral. Arah jarum 45
derajat.
3. Intrakutan (BCG): pada lengan atas kanan. Arah jarum 10-15 derajat.
4. Oral (OPV).
● Catat dan dokumentasikan pemberian vaksin pada buku imunisasi yang dimiliki
pasien. Hal yang perlu dicatat adalah jenis imunisasi, tanggal imunisasi, dan paraf.
● Observasi anak minimal selama 15 menit. Jelaskan kembali mengenai kemungkinan
KIPI dan edukasikan kapan pasien harus kembali datang untuk imunisasi selanjutnya.

2. CAMPAK
ANAMNESIS
● Pasien biasanya datang dengan keluhan ruam kemerahan di kulit, tanyakan ruamnya
awalnya dari mana terlebih dahulu. Ruam pada campak biasanya mulai dari belakang
telinga baru menyebar ke seluruh tubuh. Ruam dapat disertai dengan gatal ringan.
● Sebelum munculnya ruam biasanya pasien mengalami demam tinggi yang
berlangsung selama 4-7 hari. Gejala prodromal lainnya seperti malaise (anak tampak
lemas), penurunan nafsu makan, dan adanya 3C (cough, coryza, conjunctivitis) —>
batuk, pilek, dan mata merah dan/atau berair. Batuk biasanya merupakan gejala yang
paling lama hilang dari campak (bahkan ketika ruam dan semua gejala lain sudah
hilang).
● Biasanya 1-2 hari sebelum bercak merah muncul dapat ditemukan koplik spots, yaitu
seperti bercak abu-kebiruan pada mukosa pipi yang berada di gigi molar ke 2, dan
koplik spots bertahan 3-5 hari setelah pertama muncul ruam.
● Tanyakan apakah saat muncul bercak demamnya masih tinggi atau tidak. Biasanya
pada campak bercak muncul dan demam masih tinggi dan pasien masih tampak toksik.
● Tanyakan keluhan lainnya yang dapat menyertai campak seperti diare, penurunan
kesadaran, mual muntah, dan lain-lain.
● RPD, RPK (tanyakan apakah ada keluarga yang sedang terkena).
● Riwayat sosial: tanyakan apakah anak suka makan yang banyak vitamin A (wortel,
ikan).
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran
● TTV
● Berat badan, tinggi badan
● Mata, mulut, badan, kaki
● Tipe kulit, tekstur, suhu, kelembaban
● Pake loop liat lesinya (identifikasi makulopapular eritrmatosus berskuama, berbatas
tegas)
● Rambut, kuku
● Punggung, telapak tangan, kaki —> lihat apakah ada lesi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin (leukopenia)
● IgM spesifik campak: mulai muncul hari ke-3 setelah munculnya ruam kulit.
● Tzank smear: untuk menyingkirkan diagnosis banding.

DIAGNOSIS BANDING
● Varicella
● Rubella
● Kawasaki syndrome

PENATALAKSANAAN
● Tatalaksana biasanya bersifat suportif, seperti menjaga hidrasi yang tetap cukup, ganti
cairan jika terdapat diare ataupun muntah, dan berikan suplementasi vitamin A.
● WHO merekomendasikan pemberian vitamin A:
- Bayi < 6 bulan: vitamin A 1/2 kapsul biru 50.000 IU/hari, diberikan 2 dosis.
- Bayi 6 bulan - 1 tahun: vitamin A kapsul biru 100.000 IU/hari, diberikan 2 dosis.
- Bayi > 1 tahun: vitamin A kapsul merah 200.000 IU/hari, diberikan 2 dosis.
● Sisanya dapat diberikan obat sesuai keluhan anak:
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, syrup
15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.
● Edukasi:
- Penyakit ini disebabkan karena virus sehingga dapat sembuh dengan sendirinya,
namun tetap perlu dijaga imunitas pasien agar tidak menjadi komplikasi.
- Batuk biasanya akan tetap ada meskipun ruam sudah hilang.
- Anak diharuskan tetap mandi.

3. VARICELLA
ANAMNESIS
● Anak biasanya datang dengan keluhan munculnya melenting-melenting di tubuh.
Tanyakan sudah berapa lama dan penyebarannya. Biasanya pada varicella
penyebarannya secara sentrifugal, dari wajah dan badan lalu menyebar ke seluruh
tubuh. Biasanya anak merasakan sangat gatal dan ingin menggaruk.
● Biasanya sebelum munculnya melenting pada kulit didahului dengan demam ringan 1-
2 hari. Tanyakan apakah ada keluhan lain yang dapat menyertai varicella seperti batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, malaise/lemas, anoreksia/penurunan nafsu
makan.
● Tanyakan kemungkinan dari mana anak tertular, apakah ada
orang/anak/tetangga rumah atau teman sekolah yang mengalami hal serupa atau tidak.
● RPD, RPK, riwayat pengobatan.
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran
● TTV
● Berat badan, tinggi badan
● Mata, mulut, badan, kaki
● Tipe kulit, tekstur, suhu, kelembaban
● Pake loop liat lesinya (identifikasi makulopapular eritrmatosus berskuama, berbatas
tegas)
● Rambut, kuku
● Punggung, telapak tangan, kaki —> lihat apakah ada lesi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah lengkap
● Tzank smear

DIAGNOSIS BANDING
● Campak.
● Miliaria.

PENATALAKSANAAN
● Tatalaksana berupa suportif, terapi antivirus, jika ada dapat pula diberikan VZ-IG
(varicella zoster-immunoglobulin), dan penanganan adanya infeksi bakterial sekunder.
● Tatalaksana suportif (dibarengi dengan edukasi):
- Penanganan gatal: kompres dingin, mandi yang sering, gunting kuku anak, berendam
air hangat, jangan berikan calamine lotion karena menyebabkan kulit terlalu kering dan
membuat anak ingin menggaruk, dapat diberikan antihistamin oral jika gatal dirasakan
sangat berat seperti:
✦ Difenhidramine 5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Sediaan: syrup 12.5 mg/5 mL, tablet
12.5 mg, 25 mg.
✦ CTM 0.4 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis. Usia 1-2 tahun 1 mg 2x sehari, 2-5 tahun 1
mg 3-4x sehari, 6-12 tahun 2 mg 3-4x sehari. Sediaan: syrup 2 mg/5 mL, tablet 4 mg.
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, syrup
15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.
● Antivirus: acyclovir 20 mg/kgBB/dosis PO 4x sehari selama 5 hari, maksimal 800
mg/dosis. Sediaan: tablet 200 mg, 400 mg, 800 mg, syrup (suspensi) 200 mg/5 mL, vial
500 mg/vial, 1 gr/vial.
● Edukasi: jangan buang ludah sembarangan karena bisa nularin orang, pakai bedak
misalnya caladin buat ilangin gatalnya, jangan digaruk.

4. KEJANG DEMAM
ANAMNESIS
● Definisi kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 derajat C) yang disebabkan karena proses ekstrakranial.
Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan - 5 tahun.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan kejang. Tanyakan sejak kapan dan sudah
berapa kali kejang. Anak biasanya sedang mengalami demam terlebih dahulu lalu
terjadi kejang.
● Tanyakan dengan jelas apakah sebelumnya pernah mengalami kejang atau tidak,
sudah berapa kali, awal mula kejang saat umur berapa.
● Jika anak sudah pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang dan
dengan demam tetap tidak termasuk dalam kejang demam. Selain itu jika anak kejang
demam pada umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun pikirkan kemungkinan
penyakit lain seperti infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama dengan
demam.
● Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, sederhana dan kompleks (perlu
diungkapkan dengan lengkap saat memberikan diagnosis).
- Kejang demam sederhana: kejang berlangsung singkat, <15 menit, biasanya berhenti
sendiri, kejang kelojotan (umum/tonik-klonik), tidak berulang dalam 24 jam.
- Kejang demam kompleks: (salah satu dari) lama >15 menit, kejang fokal/parsial satu
sisi (meskipun bisa saja berkembang menjadi umum), berulang lebih dari 1x dalam 24
jam.
● Oleh karena itu perlu ditanyakan berapa kali kejang dalam 1 hari terakhir/24 jam,
kejangnya kelojotan atau mulai dari satu sisi tubuh, berapa menit kejangnya, supaya
dapat mendiagnosis dengan jelas. Tanyakan apa anak sudah diberikan obat atau
belum. Tanyakan pula apakah anak mengalami penurunan kesadaran seperti
lama2 dipanggil tidak merespon, dan lain-lain.
● Tanyakan pula keluhan2 lainnya seperti batuk, pilek, mual, muntah, nafsu makan
menurun, diare, dan lain-lain untuk mencari kemungkinan penyebab demam.
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● Berat badan, tinggi badan.
● Head to toe singkat.
● Pemeriksaan neurologis singkat untuk memastikan tidak adanya kemungkinan
penyakit lain —> kaku kuduk, laseque & kernig, babinsky, refleks fisiologis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin, elektrolit, gula darah —> untuk mengevaluasi sumber demam.
● Lumbal puncture (LP). Hanya untuk menegakkan dan menyingkirkan kemungkinan
menigitis. Dianjurkan pada:
- Bayi < 12 bulan (sangat dianjurkan).
- Bayi 12-18 bulan (dianjurkan).
- Bayi > 18 bulan (tidak rutin).
● EEG (elektroensefalografi). Tidak terlalu direkomendasikan.
● CT scan/MRI. Tidak rutin, hanya atas indikasi:
- Terdapat kelainan neurologik fokal menetap (misal, hemiparesis).
- Paresis N. VI.
- Papiledema.

DIAGNOSIS BANDING
● Kejang demam sederhana/kompleks (salah satu sesuai WD).
● Meningitis/ensefalitis.
● Epilepsi.

PENATALAKSANAAN
● Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
- Diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg (BB < 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg).
Dapat diulangi 1x lagi jika masih kejang dgn interval 5 menit.
- Jika masih kejang: diazepam IV 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan (kecepatan 1-2
mg/menit), maks dose 20 mg.
- Jika masih kejang: fenitoin IV 10-20 mg/kg/kali (kecepatan 1 mg/kg/menit). Bila kejang
berhenti, berikan dosis rumatan 4-8 mgs/kg/hari dibagi 2 dosis dimulai 12 jam setelah
dosis awal.
- Bila masih kejang: rawat ruang PICU.
- SEDIAAN diazepam: supp 5 mg, 10 mg, injeksi 5 mg/2 mL, tab 2 mg, 5 mg.

● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan keluhan pasien:


- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, syrup
15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.

● Pemberian antikonvulsan oral pada saat demam terbukti menurunkan risiko


berulangnya kejang pada 30-60% kasus.
- Diazepam oral 0.3 mg/kgBB/kali 3x sehari saat demam.
- SEDIAAN diazepam: supp 5 mg, 10 mg, injeksi 5 mg/2 mL, tab 2 mg, 5 mg.
● Edukasi pada ibu/orang tua: mengurangi kecemasan orang tua dengan
mengedukasikan beberapa hal:
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
- Memberitahukan cara penanganan kejang.
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping.

5. BRONKIOLITIS
ANAMNESIS
● Bronkiolitis merupakan infeksi saluran nafas bawah (bronkiolus) pada bayi yang
biasanya disebabkan karena RSV (Respiratory Syncytial Virus).
● Pasien biasanya adalah anak usia bayi (80% terjadi pada anak usia 2-6 bulan,
meskipun tetap dapat mengenai anak hingga usia 4 tahun), datang dengan keluhan
batuk dan pilek hingga sesak, dan biasanya disertai dengan bunyi mengi/ngik (dapat
dibuktikan pada pemeriksaan fisik).
● Tanyakan batuk dan pileknya seperti apa, berdahak atau tidak, warna dahak, ada
darah pada dahak atau tidak, kental atau encer, atau dahak apakah sulit
dikeluarkan dan lain-lain.
● Tanyakan apakah terdapat riwayat atopi pada keluarga, seperti asma, gatal-gatal
pada kulit (untuk mendiagnosis banding dengan asma bronkial).
● Tanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin menyertai seperti demam, mual,
muntah, diare, sulit makan dan menyusu/minum, dan lain-lain.
● Tanyakan pula apakah anak sebelumnya tersedak atau tidak, bagaimana posisi anak
saat ibu memberikan minum/asi (untuk mendiagnosis banding dengan pneumonia
aspirasi).
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● Berat badan, tinggi badan.
● Head to toe singkat (jangan lupa CRT, konjungtiva).
● PF thorax dan abdomen singkat.
● Kriteria diagnosis: mengi (yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja
cepat), ekspirasi memanjang, hiperinflasi dinding dada, hipersonor pada perkusi,
retraksi dinding dada, crackles atau ronki pada auskultasi, sulit makan, menyusu atau
minum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Diagnosis sebenarnya berdasarkan gejala klinis, usia, dan rekurensi, serta
pemeriksaan fisik.
● Darah rutin. Biasanya leukosit 8.000-15.000 (masih dapat normal untuk bayi).
● Pulse oxymetri. Untuk mengetahui saturasi oksigen anak/bayi.
● AGD/analisa gas darah. Melihat apakah terdapat gangguan asam basa karena sesak.
● Rö thorax. Tidak selalu rutin dikerjakan, tapi berperan dalam menyingkirkan
kemungkinan diagnosis banding lainnya. Temuan foto thorax pada anak dengan
bronkiolitis juga biasanya bervariasi.

DIAGNOSIS BANDING
● Asma bronkial.
● Pneumonia/brokopneumonia.
● Pneumonia aspirasi.

PENATALAKSANAAN
● Oksigenasi. Menggunakan nasal progs dengan oksigen 30-40%. Sambil perhatikan
saturasi oksigen anak.
● Cairan —> untuk koreksi asidosis metabolik/respiratorik yang mungkin timbul,
mencegah dehidrasi, dapat melalui NGT atau IV (jika oral berisiko aspirasi saat anak
masih sesak).
● Antibiotik dapat berikan untuk pencegahan atau jika terdapat infeksi bakteri sekunder.
Dapat diberikan amoksisilin 25 mg/kgBB/kali (range 20-40 mg/kgBB/kali) 2-3 kali sehari
selama 3 hari. Sediaan: caps 250 mg, 500 mg, syrup 125 mg/5 mL, injeksi 500 mg/vial.

● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan keluhan pasien:


- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, syrup
15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.

● The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan konsumsi vitamin D


400 IU setiap hari untuk bayi baru lahir dilanjutkan sampai memasuki usia remaja
(kekurangan vitamin D diketahui berhubungan dengan terjadinya bronkiolitis).

6. PERTUSIS
ANAMNESIS
● Pertusis merupakan infeksi akibat bakteri Gram-negatif Bordetella pertussis pada
saluran napas sehingga menimbulkan batuk hebat yang khas. Penyakit ini dibagi
menjadi 3 stadium dengan gejala klinis yang berbeda:
1. Stadium kataral. Gejala minimal, demam ringan; rinorea (pilek) atau kongesti nasal
(hidung tersumbat); bersin-bersin; anoreksia (tidak mau makan); frekuensi batuk
bertambah.
2. Stadium paroksismal. Batuk paroksismal dengan intensitas batuk yang meningkat,
yang diikuti dengan adanya bunyi whoop. Dapat terjadi posttussive vomiting (muntah
karena batuk), dan wajah menjadi merah ketika batuk.
3. Stadium konvalesens. Gejala berkurang dalam beberapa minggu-bulan. Dapat
terjadi petekie pada kepala/leher, perdarahan subkonjungtiva, dan crackles difus.
● Biasanya pasien datang tentu dengan keluhan batuk yang tidak berhenti-henti yang
diikuti suara whoop. Tanyakan apakah sebelumnya mengalami demam, batuk pilek
yang makin lama semakin berat (eksplorasi keluhan batuk pilek seperti berdahak/kering,
dst), apakah anak muntah karena batuk, dan lain-lain.
● Biasanya terdapat riwayat kontak dengan penderita pertusis (tanyakan apakah ada
yang batuk-batuk juga di rumah/sekitar rumah/sekolah), dan biasanya belum diimunisasi
atau imunisasi tidak adekuat/tidak lengkap (tanyakan riwayat imunisasi!).
● Tanyakan apakah mata juga tampak kemerahan (pendarahan subkonjungtiva), nafas
sesak sampai berbunyi grok-grok.
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● Berat badan, tinggi badan.
● Head to toe singkat (jangan lupa CRT, konjungtiva).
● PF thorax dan abdomen singkat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin. Biasanya dijumpai leukositosis 15.000-100.000 dengan hitung jenis
ditemukan limfositosis absolut.
● Foto rö thoraks: infiltrat perihiler atau edema, atelektasis, atau empiema.
● AGD, elektrolit.
● Kultur sputum.
● IgG toksin pertusis.
● Diagnosis pasti apabila ditemukan organisme pada apus nasofaring (bahan media
Bordet-Gengou) dengan menggunakan media transpor (Regan-Lowe).
DIAGNOSIS BANDING
● Pneumonia.
● Pneumonia atipikal/mycoplasma.
● Bronkiolitis.
● Croup (laringotrakeobronkitis).

PENATALAKSANAAN
● Terapi suportif merupakan tatalaksana utama pada pertusis seperti pemberian
oksigen, dibantu dengan pemberian antibiotik.
● Indikasi rawat: bayi < 6 bulan, bayi prematur, sianosis, dehidrasi sedang berat.
● Antibiotik: terapi antibiotik diberikan pada stadium paroksismal tidak berefek pada
durasi penyakit, namun mempercepat eradikasi bakteri pada saluran nafas sehingga
mencegah penyebaran dan juga mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder lainnya.
- Eritromisin, klaritromisin, azitromisin. Eritromisin dan klaritromisin tidak
direkomendasikan pada anak di bawah 1 bulan karena berisiko infantile hypertrophic
pyloric stenosis (IHPS). Azitromisin direkomendasikan untuk semua umur. Jika alergi
terhadap eritromisin dapat diberikan trimethoprim-sulfamethoxazole (kontraindikasi
pada anak < 2 bulan).
- Eritromisin: 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari. Sediaan: tablet 500
mg, 250 mg, syrup suspensi 200 mg/5 mL.
- Klaritromisin: 15 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 7 hari. Sediaan: tablet 500 mg,
250 mg, syrup 125 mg/5 mL.
- Azitromisin: 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal hari pertama (maks 500 mg/hari),
kemudian 5 mg/kgBB/hari dosis tunggal hari ke-2 sampai ke-5 (maks 250 mg/hari).
Tatalaksana selama 5 hari. Sediaan: tablet 500 mg, 250 mg, syrup 200 mg/5 mL.
- TMP-SMX: TMP 8 mg/kgBB/hari; SMX 40 mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis selama 14
hari. Sediaan: tablet TMP 80 mg SMX 400 mg, TMP 160 mg SMX 800 mg, syrup
suspensi TMP 40 mg SMX 200 mg, injeksi IV TMP 80 mg SMX 400 mg.

● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan keluhan pasien:


- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg,
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.

● Edukasi: kejar imunisasi, edukasi mengenai imunisasi DPT, tumbuh kembang, dan
lain-lain.
7. MUMPS/PAROTITIS
ANAMNESIS
● Mumps/parotitis virus merupakan penyakit akut, self-limited, yang ditandai dengan
adanya pembengkakan pada kelenjar saliva, satu ataupun lebih.
● Anak biasanya datang dengan pembengkakan pada salah satu sisi wajah. Tanyakan
sudah berapa lama. Biasanya terasa nyeri, terutama saat mengunyah makanan dan
makan/minum asam.
● Anak biasanya sebelumnya demam, sakit kepala dan lemas, lalu dalam 24 jam
muncul pembengkakan pada sisi wajah. Demam biasanya hilang dalam 7 hari.
● Pada 50% kasus pada laki-laki terjadi orkitis, sehingga perlu ditanyakan apakah terasa
nyeri dan bengkak pada testis.
● Tanyakan keluhan lain yang dapat menyertai seperti batuk pilek, mual muntah, diare,
dan lain-lain.
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan (caesar/normal), berat badan saat lahir,
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi eksklusif.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● Berat badan, tinggi badan.
● Head to toe singkat (jangan lupa CRT, konjungtiva).
● Palpasi pada kelenjar parotis. Anak kadang mengalami trismus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin. Dapat ditemukan leukopenia atau mungkin leukositosis.
● Serum amilase lipase. Amilase meningkat, lipase normal pada mumps.
● IgM dan IgG Mumps.
● USG skrotum.

DIAGNOSIS BANDING
● Tumor kelenjar parotis.
● Parotitis supuratif (e.c bakterial).

PENATALAKSANAAN
● Anak yang mengalami mumps perlu diisolasi kurang lebih selama 5 hari untuk
mencegah terjadinya penyebaran.
● Tatalaksana bersifat konservatif dan suportif, tidak ada agen antivirus spesifik karena
mumps adalah penyakit yang bersifat self-limiting disease.
● NSAID dapat diberikan untuk menangani nyeri yang hebat.
● Berikan obat sesuai dengan keluhan anak, seperti:
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau
100 mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan
aspirin—bahaya Reye syndrome).
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg,
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 mg/1 mL.

● Edukasi: anjurkan anak untuk minum yang banyak, hindari makanan dan minuman
yang asam.

8. GIZI BURUK
ANAMNESIS
● Gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe wasting
(BB/TB < 70% atau < -3 SD) atau terdapat gejala klinis gizi buruk (marasmus,
kwashiorkor, atau marasmik-kwashiorkor), LILA < 11.5 cm (untuk anak usia 6 bulan - 5
tahun).
- Marasmus: wajah terlihat tua, kulit kering, iga gambang, baggy pants, BB/TB < -3 SD
atau < 70%.
- Kwashiorkor: edema mulai dari kedua punggung kaki hingga seluruh tubuh, asites,
rambut jagung, dengan BB/TB > - 3 SD.
- Marasmik-kwashiorkor: terdapat tanda2 edema dengan BB/TB < - 3 SD atau terdapat
campuran kedua gejalanya.
● Selanjutnya perlu dinilai apakah pasien mengalami gizi buruk dengan komplikasi, yaitu
seperti tanda gizi buruk dengan salah satu atau lebih dari tanda komplikasi:
- Anoreksia
- Pneumonia berat
- Anemia berat
- Dehidrasi berat
- Demam sangat tinggi
- Penurunan kesadaran

● Pasien biasanya datang dengan keluhan berat badan anak tidak bertambah/tidak naik.
Tanyakan sejak kapan. Perlu ditanyakan mengenai pola makan, menu makan, masih
menyusu gak, ASI atau formula, masih aktif atau nggak anaknya.
● Anamnesis perlu menanyakan ada tidaknya kegawatan yang mungkin sedang dialami
oleh sang anak yaitu adanya dehidrasi/syok, sehingga perlu ditanyakan:
- Apakah terdapat mata cekung, baru saja atau sudah dalam beberapa jam yang lalu.
- Apakah terdapat diare dan lama serta frekuensi diare dan muntah, dan eksplorasi
muntah dan diare (encer/darah/lendir/dst).
- Kapan terakhir anak berkemih.
- Apakah kaki dan tangan anak teraba dingin, dan sejak kapan.

● Selanjutnya anamnesis lanjutan untuk mencari kemungkinan penyebab terjadinya gizi


buruk dan rencana tatalaksana selanjutnya:
- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit.
- Riwayat pemberian ASI Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa
hari terakhir.
- Hilangnya nafsu makan.
- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru.
- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
- Batuk kronik.
- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung.
- Berat badan lahir.
- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain.
- Riwayat imunisasi.
- Apakah ditimbang setiap bulan.
- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak).
- Diketahui atau tersangka infeksi HIV.

● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV. Demam/hipotermi, frekuensi dan tipe pernafasan (apakah terdapat distres
nafas).
● Berat badan, tinggi badan. Tentukan status gizi dengan menggunakan kurva
WHO/CDC.
● PF ANTROPOMETRI anak/bayi.
● Head to toe:
- Konjungtiva (menilai ada tidaknya anemia), sklera (melihat ada tidaknya ikterus).
- Mata: apakah ada tanda-tanda kekurangan vitamin A.
- THT: apakah ada tanda-tanda infeksi.
- Mata cekung, turgor kulit, CRT, tangan kaki teraba dingin/hangat (menilai dehidrasi
dan/atau syok).
- Kulit: kering, kasar, ikterus.
- Rambut: rambut jagung, mudah patah, kasar.
- Ekstremitas: cek adanya edema pada tungkai, terutama punggung kaki.
● PF abdomen: pembesaran hati, pemeriksaan asites.
● PF toraks: adanya distres nafas (retraksi iga), auskultasi jantung paru menilai apakah
terdapat ronki, gallop.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
● Darah rutin.
● Gula darah sewaktu/GDS.
● Serum elektrolit.
● Albumin serum.
● Urinalisis.
● Foto rontgen thoraks.

DIAGNOSIS BANDING
● Marasmus/kwashiorkor (jika WDnya salah satu di antara itu).

PENATALAKSANAAN
● 10 pilar penatalaksanaan gizi buruk yang dibagi menjadi 3 fase: fase stabilisasi,
transisi, dan rehabilitasi.

1. Hipoglikemia
● GDS < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) —> harus diberi makan atau larutan glukosa/gula
pasir 10% segera.
● F75 segera diberikan, atau 50 mL larutan glukosa atau glukosa 10% (1 sendok teh
munjung gula dalam 50 mL air) oral atau per NGT.
● Anak tidak sadar? —> glukosa 10% IV, dosis 5 mL/kgBB, atau larutan
glukosa/gula pasir 50 mL per NGT.
2. Hipotermia
● Suhu aksilar < 35.5 C.
● Segera beri F75 (jika perlu rehidrasi terlebih dahulu). Pastikan anak berpakaian
(termasuk kepalanya), tutup dengan selimut hangat dan letakkan lampu/pemanas di
dekatnya (tapi tidak mengarah langsung ke anak).
● Beri antibiotik.

3. Dehidrasi
● Sulit menentukan status dehidrasi pada anak dengan gizi buruk hanya dengan klinis
saja. Jika anak gizi buruk mengalami diare cair dengan gejala dehidrasi yang tidak jelas,
anggap dehidrasi ringan.
● Jangan beri infus untuk rehidrasi kecuali syok!
● Beri ReSoMal peroral atau perNGT:
- Beri 5 cc/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama.
- Setelah 2 jam, beri 5-10 cc/kgBB/jam selaing seling dengan F-75 dengan jumlah yang
sama, selama 10 jam.
- Selanjutnya berikan F-75 saja teratur setiap 2 jam atau sesuaikan dengan perhitungan
kebutuhan.
● Berikan ReSoMal setiap kali diare. Usia < 1 tahun 50-100 cc tiap BAB, usia ≥ 1 tahun
100-200 cc tiap BAB.

4. Elektrolit
● Biasanya terjadi karena dehidrasi/diare, oleh karena itu pantau rehidrasi dan
perbaikan keadaan klinis. Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas
meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal
segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
● Biasanya koreksi gangguan elektrolit karena diare ikut teratasi dengan
pemberian ReSoMal atau penambahan mineral mix pada F75 atau F100.

5. Infeksi
● Tanda-tanda infeksi seperti demam biasanya tidak muncul pada anak gizi buruk,
padahal infeksi sering terjadi.
● Berikan pada semua anak gizi buruk: antibiotik spektrum luas dan vaksin campak jika
usia ≥ 6 bulan dan belum divaksin atau > 9 bulan namun sudah pernah divaksin usia < 9
bulan.
● Pilihan antibiotik:
- Jika tidak ada komplikasi atau infeksi nyata: Kotrimoksazol (25 mg SMX + 5 mg
TMP/kgBB) PO/12 jam selama 5 hari. Sediaan: tablet TMP 80 mg SMX 400 mg, TMP
160 mg SMX 800 mg, syrup suspensi TMP 40 mg SMX 200 mg, injeksi IV TMP 80 mg
SMX 400 mg.
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak
sakit berat), atau jelas ada infeksi:
✦ Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak
tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari)
sehingga total selama 7 hari,
✦ DITAMBAH: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

6. Mikronutrien tanpa Fe (fase stabilisasi dan transisi), dengan Fe (fase rehabilitasi).


● Semua anak gizi buruk —> defisiensi vitamin dan mineral.
● Meski anemia, jangan berikan zat besi pada fase awal. Tunggu nafsu makan anak
baik dan BB bertambah (biasanya minggu ke-2 atau fase rehabilitasi). Hal ini
disebabkan karena Fe merupakan salah satu zat makanan bagi pertubuhan bakteri. Jika
diberikan pada tahap awal, di mana diketahui tentunya masih terdapat infeksi pada
anak, didukung dengan berat badan yang rendah dan sistem imun yang buruk, maka
pemberian Fe pada awal malah dapat memperparah infeksi.
● Berikan:
- Multivitamin.
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari).
- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari).
- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari).
- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi).
- Vitamin A: diberikan pada hari ke 1 dengan dosis: < 6 bulan 50.000 IU (1/2 kapsul
biru), 6-12 bulan 100.000 IU (1 kapsul biru), 1-5 tahun 200.000 (1 kapsul merah).

7. Makanan awal (fase stabilisasi).


● Jika anak masih mendapat ASI tetap dilanjutkan, namun berikan F75 sesuai dengan
ketentuan kebutuhan harian:
- Cairan: 130 mL/kgBB/hari (jika edema 100 mL/kgBB/hari).
- Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari.
- Energi: 100 kkal/kgBB/hari.
● Untuk pemberian dosis F75 pada fase stabilisasi, lihat sesuai kebutuhan cairan saja
(karena pada fase ini biasanya belum diberikan makanan tambahan lainnya), dengan
anjuran tiap 2 jam (sehingga total 130 x BB dibagi 12), namun sebenarnya dapat
disesuaikan dengan kondisi.

8. Tumbuh kejar (fase transisi dan rehabilitasi).


● Ganti F75 dengan F100 pada fase transisi (hari ke 3-7), sesuai dengan kriteria
kebutuhan pada tabel di atas.
● Setelah selesai fase transisi, dilanjutkan dengan fase rehabilitasi, di mana sudah
boleh mendapatkan pemberian makanan tambahan sering dengan jumlah tidak terbatas
sesuai kemampuan anak, dengan tetap melanjutkan F100 (disesuaikan jumlah nya
dengan makanan tambahan yang diberikan).
● HINDARI GAGAL JANTUNG: tanda-tanda —> HR naik 25x/menit dari baseline dan
RR naik 5x/menit dari baseline. Lakukan:
- Pengurangan volume makanan menjadi 100 mL/kgBB/hari selama 24 jam.
- Selanjutnya tingkatkan perlahan: 115 mL/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya —> 130
mL/kgBB/hari untuk 48 jam berikutnya —> selanjutnya naik 10 mL per hari sampai anak
tdk bisa menghabiskannya.
● Nilai kemajuan kenaikan berat badan:
- Kurang (< 5 g/kgBB/hari).
- Sedang (5-10 g/kgBB/hari).
- Baik (> 10 g/kgBB/hari).

9. Stimulasi sensoris.
● Berikan:
- Ungkapan kasih sayang.
- lingkungan yang ceria.
- Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit per hari.
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat.
- Keterlibatan ibu sesering mungkin.

10. Persiapan pulang.


● Diperbolehkan pulang apabila: BB/TB > -2 SD atau > 80% dianggap telah sembuh.
● Berikan edukasi contoh kepada orang tua untuk membuat makanan kaya energi,
frekuensi makanan yang sering, anjurkan imunisasi dilengkapi dan ikuti program
pemberian vitamin A rutin.
9. OBESITAS PADA ANAK (+ KURVA
WHO/CDC)
ANAMNESIS
● Obesitas pada anak berisiko terjadinya resistensi insulin dan diabetes tipe 2,
hipertensi, hiperlipidemia, gangguan hati dan ginjal, peningkatan risiko gangguan
kardiovaskular, serta disfungsi reproduksi, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian.
● Anak biasanya datang untuk pemeriksaan saja terkait berat badan anak yang
berlebihan, dan biasanya tanpa keluhan lain. Tujuan anamnesis adalah mencari tanda
dan gejala, evaluasi adanya faktor risiko dan perilaku tertentu terhadap obesitas.
● Tanyakan kepada orang tua periode mulai timbulnya obesitas, apakah sejak lahir,
anak-anak, atau remaja. Tanyakan riwayat berat badan lahir, metode persalinan, kondisi
anak saat lahir.
● Tanyakan bagaimana pola makan anak, makanan apa saja yang biasa di makan,
porsi dan frekuensi makan anak, dan lain2 terkait makan anak.
● Tanyakan pola aktivitas anak, apakah terdapat aktivitas fisik yang cukup, hanya
duduk2 saja di rumah, olahraga, dan lain2.
● Tanyakan riwayat obesitas di dalam keluarga, dan faktor risiko dalam keluarga seperti
riwayat keluarga hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus tipe 2, dan lain-lain.
● Tanyakan adanya penyakit lain pada anak, atau apakah anak sedang mengkonsumsi
steroid untuk pengobatan tertentu (curiga sindrom Cushing).
● Tanyakan apakah perkembangan anak cepat/lambat/sesuai usia, pada wanita
tanyakan riwayat menstruasi (apakah mens datang terlalu cepat, atau jika sudah mens
apakah frekuensi tidak teratur).
● Tanyakan apakah terdapat keluhan saat ini, seperti ngorok saat tidur, siang hari terasa
ingin tidur terus, dan lain-lain.
● Tanyakan pula apakah anak merokok atau terdapat depresi pada anak.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● PF ANTROPOMETRI lengkap.
● Nilai BB/TB sesuaikan dengan grafik (WHO jika 0-5 tahun, CDC jika 5-18 tahun dan
usia 2-5 tahun dengan WHO Z score >+1).
- WHO: BB/TB overweight jika Z score > + 2 SD, obesitas jika Z score > +3 SD.
- CDC: BB/TB overweight jika 110-120%, obesitas jika >120%.
● Head to toe:
- Kepala: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap.
- Leher: leher relatif pendek.
- Dada: dada membusung dengan payudara membesar.
- Perut: perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
- Ekstremitas: tungkai umumnya berbentuk X.
- Genitalia: penis tampak kecil.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin.
● Kolesterol total, HDL, LDL, trigilserida.
● GDS, GDP, GD2PP.
● Fungsi hati, fungsi ginjal.
● TSH, T3, FT4.
● SI, TIBC, CRP.
● Foto thorax.
● USG abdomen.

DIAGNOSIS BANDING
● Cushing syndrome.
● Hipotiroidisme.

PENATALAKSANAAN
● Tujuan: menurunkan berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, dan
perbaikan pola makan dan aktivitas fisik sehat.
● Pola makan dan pengaturan kalori yang benar:
- Makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari terjadwal, camilan diutamakan buah2an.
Berikan minum air putih di antara jadwal makan utama dan camilan, lama makan 30
menit/kali.
- Ciptakan kondisi lingkungan yang netral, tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi
makanan tertentu.
- Pengurangan kalori 200-500 kalori sehari, target penurunan BB 0.5 kg per minggu.
- Diet seimbang: karbohidrat 50-60%, lemak 30%, protein 15-20%.
- Diet tinggi serat.

● Pola aktivitas fisik yang benar. Tingkatkan aktivitas olahraga dan latihan-latihan untuk
meningkatkan pengeluaran energi dan metabolisme. Hal-hal yang bisa disarankan
seperti bersepeda rutin, berenang, karate, menari, senam, sepak bola, basket. Kurangi
menonton TV atau bermain game komputer, ajurkan bermain di luar rumah.

● Farmakoterapi: dibagi 3, penekan nafsu makan (sibutramin), penghambat absorbsi


lemak (orlistat), dan rekombinan leptin pada defisiensi leptin bawaan, dan dapat pula
diberikan obat untuk mengatasi komorbiditas seperti metformin. Obat-obat ini tidak
dianjurkan oleh FDA untuk anak di bawah 12 tahun, dan orlistat diizinkan FDA untuk
diberikan pada anak di atas 12 tahun.
- Orlistat 120 mg 1x sehari (sediaan tablet 120 mg). Efek samping terasa bercak
berminyak keluar dari anus, flatus, fekal urgensi, kotorak berminyak/berlemak,
meningkatkan frekuensi BAB.
R/ Orlistat 120 mg tab No. X
S 1 dd tab 1.

10. DIAPER RASH/DIAPER DERMATITIS


ANAMNESIS
● Diaper rash terjadi karena overhidrasi kulit, maserasi, yang disebabkan karena kontak
lama dengan urin dan feses yang tertimbun di dalam popok bayi. Diaper rash
merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan.
● Bayi biasanya datang dibawa ibunya dengan keluhan kemerahan terbatas
pada daerah yang tertutup oleh popok.
● Tanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada pada bayi.
● Tanyakan riwayat-riwayat lainnya seperti nutrisi bayi, pemberian ASI, riwayat
imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini seperti apa, berat badan lahir,
kenaikan berat badan, prematuritas, metode persalinan, komplikasi persalinan.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran.
● TTV.
● PF ANTROPOMETRI bayi lengkap. Tentukan status gizi BB/TB bayi saat ini.
● Head to toe singkat.
● Lihat status lokalis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Biasanya tidak perlu dilakukan.
● Kerokan KOH 10% jika dicurigai kandida.

DIAGNOSIS BANDING
● Kandidiasis.
● Skabies.
● Dermatitis atopik.

PENATALAKSANAAN
● Tatalaksana ABCDE (air, barrier, cleansing, diaper, and education).
● Tatalaksana utama idealnya untuk diaper rash adalah pemberian salep zinc oxide,
berfungsi sebagai antiseptik dan astringent, mempercepat penyembuhan lesi luka dan
hipoalergik. Dapat pula diberikan salep hidrokortison krim 1% pada hari 1 dan 2 jika
inflamasi tampak berat.
R/ Hidrokortison ung 1% tb No. I
S u.e.

● Jika terbukti adanya kandidiasis maka dapat diberikan salep hidrokortison krim 1%
ditambah nistatin krim/salep, atau dapat diberikan salep mikonazole 2%.
R/ Nistatin krim 100.000 U tb No. I
s u.e.

● Edukasi: jaga kulit bayi tetap kering dan bersih, ganti popok lebih sering dengan popok
yang disposable (sekali pakai buang), bersihkan daerah genital bayi dengan air hangat
dan sabun khusus bayi.

11. MENINGITIS PD ANAK


1. Meningitis bakterial/purulen: LP ada peningkatan jumlah sel PMN, ada bakteri
2. Meningitis tuberkulosa/ serosa: limfosit/ MN naik, xantokrom

Anamnesis:
● RPS: kejang nya sejak kapan? Kejangnya berulang atau ga? (Ya) berapa kali kejang
dalam sehari?, apakah diantara episode kejang pasien merasa capek dan lelah? (Ya),
apakah disertai demam mengigil? (Ya!!), ada muntah/nyeri kepala ( ada), kalau
menangis apakah suara tangisannya melengking? ( ya!!!) ada batuk yg tdk kunjung
sembuh ga (kalau ada curiga meningitis tb), apakah anak malas makan dan minum?
(Ya)
● RPD
● RPK ada yg skrng lg kena ga?tanya di keluarga ada yg pny kejang?, tanya jg apa di
keluarga ada yg tbc ( krn tb bs menular ke anak bikin meningitis tb)
● R sosial bgaimana kondisi rumah? Apakah ckup ventilasi? Pake keramik atau msh
tanah (kalau ventilasi krng sebabkan bakreri tb nya berkembang lbh baik)
● Riwayat imuninasi: lengkap ga vaksinnya (kalo meningitis tb, riwayat vaksin ga
lengkap)
● Riwayat persalinan (caesar/normal)
● Berat badan saat lahir, ada prematur (biasanya bblr dan prematur)

PF:
● Anak tampak letargi, pucat
● Periksa neurologis semua
● Periksa bb dan tb anak
● Konjungtiva anemis, pembesaran kgb. Hasilnya uub tegang/nonjol, kaku kuduk +, ada
ggn pada saraf 3,4,6,7
PP:
● Darah rutin ( hb turun)
● LP: kuning jernih, dominan limfosit, glu turun, prot naik (kalau m.tb)
● LP: keruh, dominan pmn, glukosa turun, protein turun ( kalau m. Bakterialis)
● Pewarnaan gram
● BTA ( buat tb)
● Uji tuberculin

DD: meningitis tipe lain, epilepsi, kejang demam

Terapi m.bakterialis
● Seftriakson inj 100mg/kgbb
KS 0,4mg/kgBb
● Untuk kejangnya : diazepam iv 0,5mg/kgbb
● Rawat inap

Terapi meningitis tbc:


● 2 bulan pertama kasih INH 10mg/kgBb, rifampicin 20 mg/kgBb, pirazinamid
20mg/kgbb, etambutol 20mg/kgbb
● Edukasi efek samping rifampicin

Edukasi:
● M.tb suruh balik lg setelah 2 bulan pengobatan
● Lengkapin imunisasi ( HIB )

12. IKTERUS FISIOLOGIS


● Bayi tampak kuning pd >24 jam (biasanya hari kedua/ketiga), hilang dalam 14 hari
● Bayi lahir normal per vagina
● Tdk prematur
● Bayi aktif, menyusu, menangis kuat
● PF: sklera ikterik, badan dan wajah ikterik ( inspeksi, ttv, antropometri)
● Ttv dalam batas normal
● Tidak perlu terapi, jemur di cahaya matahari pagi, tetap berikan ASI
● Bilirubin direct meningkat
● DD: breastfeeding jaundice, ikterus patologis, breastmilk jaundice.

Você também pode gostar