Você está na página 1de 7

Sahabat Yang Terpisah

“Pokoknya aku nggak mau digituin, Ra! Please!” teriakku keras.


“Oke, tapi kalau begitu pertemanan kita putus sampai sini!” teriak Gita
tak kalah sengit.
Aku menyeringai, “Okelah, deal!”

Yah, begitulah akhir persahabatanku dengan Gita.


Uuh, aku tak mau melihat Gita lagi, apalagi menyebutkan namanya!
Sungguh, aku sangat-sangat-sangat jengkel padanya. Jika aku sudah
bilang sungguh, artinya bersungguh-sungguh!

Seperti saat ia mendorongku dari belakang sampai membuatku masuk


rumah sakit, merebut boneka kesayanganku, mengejekku bahwa bajuku
sudah kusam, padahal jelas-jelas bajuku baru saja dibeli, memfitnahku
mencontek ketika aku mendapat nilai seratus…

Jari jemariku tidak cukup lagi menghitung kejahilan Gita. Aku sudah tahu
betul wataknya. Sejak dulu, aku dan dia telah bersahabat akrab.
Mulanya, ia masih baik denganku. Namun lama-kelamaan, sifat aslinya
sudah mulai muncul. Tetapi sebagai sahabatnya, aku tetap sabar. Hingga
suatu waktu, aku sudah tidak tahan dengan sikap kasarnya padaku.

Syukurlah, kabarnya sebentar lagi Gita akan pindah dari Bogor ke Solo.
Aku berharap, akan menemukan sahabat yang lebih baik dari Gita…
Sahabatku
Namaku Alya Vanissa. Cukup panggil Alya saja. Aku tinggal di London enam bulan terakhir
ini. Setahun penuh, Aku akan menempuh pendidikan di negeri big ben ini.

“Morning Farah!!” sapaku. “Morning Alya” balasnya. “What is it that you look so cheerful
today?” tanya Farah. “Not, not. But, smile is right worship” candaku. “Okay. You’re so funny
Alya, lets go!, we could late later today” seru Farah.

Aku sudah bersahabat dengan Farah sejak pertama kali datang ke sini. Farah sangaaat..
perhatian denganku. Farah selalu mengingatkan, saatnya makan, saatnya istirahat, dan
menjadi penghibur saat Aku bete. Farah siap membantu kapanpun dan di manapun Aku butuh
bantuan.

“The homework for today is to make a science project. Each group consisting of three
people” jelas Mr. Alfred. Para siswa dan siswi mulai gaduh menentukan kelompok masing-
masing. “Shut up!, I make the decision!” bentak Mr. Alfred. Semuanya diam.

Yay!!, Aku bersorak girang di dalam hatiku ketika mendengar Aku sekelompok dengan
Farah. Juga satu temanku yang lain yang berasal dari Jepang, namanya Yura.

Saat waktu istirahat tiba..


“Farah, lets go to canteen!” ajakku. “Sure. But, I go to locker too” katanya. “Okay, I’ll wait”
ujarku lalu berlalu.

“Bibi Chely, Aku pesan!” teriakku. “Pesan apa Alya?” tanya Bibi Chely. Bibi Chely adalah
adik ipar Ayahku. Bibi Chely bekerja di sini. “Satu burger pedas dan jus jeruk” ucapku.
“Oke, ditunggu!” balas Bibi Chely.

Lama Farah tak datang, sampai pesananku datang pun, Farah tak juga datang. Tapi, Aku tetap
sabar menunggu. Tiba-tiba Queen datang dengan tergopoh-gopoh.

“Alya!, Alya!, Alya!”


“Whats the Queen?”
“Farah.. Farah.. Farah..”

“What happens to Farah?”


“She nosebleeds and fainting”
“Then come us to Farah!, thanks for the info”

Farah belum siuman dari pingsannya. Aku sedih melihat Farah terbaring lemah di rumah
sakit. Ternyata selama ini, Farah menyembunyikan penyakitnya dariku. Farah mengidap
kanker otak stadium akhir. Perlahan-lahan, butiran bening menetes membasahi pipiku.

“Al.. ” lirih Farah. “You awake Farah!” seruku. “Alya, why are you crying?” tanya Farah
parau. “No, I am not crying” bujukku seraya mengusap air mata yang membasahi pipiku.
“Are you okay?” tanyaku berusaha mengalihkan topik pembicaraan. “Yes. I’m okay” jawab
Farah meski keadaannya masih lemah.
“Sorry, the patient will rest now. You don’t look she’s now” ucap suster yang memakai
pakaian serba putih. “Oh, yes. Farah, I’m going out now” ucapku. Farah mengangguk lemas.

Hari-hariku berlalu dengan sepi tanpa Farah yang biasa menemaniku, menghiburku di kala
bete, dan membuatkanku cokelat panas biasanya. Hari ini, Aku akan menjenguk Farah.

“Where you go Al?, our project doesn’t finished now” tanya Yura. “Mm.., No Yura. We both
look in Farah yuk Yura!” ajakku. Yura memang bisa sedikit-sedikit bahasa Indonesia. “Your
idea are good, I follow too” ujar Yura lalu menenteng tas selempang warna merah bata
miliknya.

“Hi Farah!, how are you?” sapa Yura. “I’m fine. I fell better, ” jawab Farah yang memang
nampak agak baikan. “We bring apple and milkshake. Your favourite” kata Yura. “Hey
friend!, you daydreaming?” tanya Farah padaku. Aku membuyarkan lamnunanku. “Eh, no.
I’m not Daydreaming. Have you eaten?” tanyaku. “Yes. You?” Farah balik bertanya. “Mm..
yes” Aku berbohong. Padahal, Aku belum makan.

“Apa?!, nggak mungkin!!, dia habis ngobrol sama Aku kemarin!”


“Iya Al, Farah benar-benar udah nggak ada. Ikhlasin aja”
“Nggak mungkin Yura!!, nggak mungkin!!”

“Farah!!!!” teriakku. Huh!, syukurlah. Itu hanya mimpi. Keringat dingin membasahi tubuhku.
Aku langsung meminum air dingin yang ku ambil dari kulkas.

Tutt.. Tutt.. Tutt..


Ada sms dari Mama Farah isinya..
Alya.., fast here!!, this is serious!!

Dengan segera Aku pergi ke rumah sakit. Perasaan was-was dan cemas menghantui diriku.
Tapi, Aku tetap positive thinking saja.

Aku membuka pintu kamar tempat Farah dirawat. Tapi, semuanya gelap. Lampu kamar pun
mati. Lalu tiba-tiba, lampu menyala.

“Happy Bhirtday Alya!!, Happy Bhirtday Alya!!, Happy Bhirtday, Happy Bhirtday, Happy
Bhirtday Alya!!” nyanyian lagu itu terdengar sangat riang. Ada Farah, Yura, Keluarga Farah,
dan yang mengejutkan, ada Keluargaku!!.

Sebuah kue blackforest kesukaanku siap dipotong. Lalu Aku membagikan kue itu pada
semuanya. Aku sangat bahagia. Farah memberiku kado yang sangat istimewa katanya. Tapi
jangan dibuka sekarang. Thank you semua..

Aku akan membuka kado special dari Farah. Isinya adalah.., diary milik Farah, Jam tangan
yang selama ini kuimpikan dan sepucuk surat bertinta biru, warna kesukaanku dan kesukaan
Farah.
Dear Alya..
Mungkin saat kau membaca surat ini, Aku sudah tak ada lagi di dunia ini. Maafkan segala
kesalahanku Alya. Apakah kamu tau, untuk menulis surat ini, Aku menggunakan google
translate lho.., ha.. ha.. ha… Mungkin terdengar konyol. Tapi memang begitu kok. Alya,
sampai jumpa lagi. Kutunggu kamu di dunia yang lebih indah, tuhan lebih menyayangiku.
Muuaacchh…

Yang mencintaimu,
Farah Caroline J.

Aku menangis. Hari ulang tahunku bertepatan dengan hari kematian sahabatku sendiri. Allah
lebih menyayangi Farah. Selamat tinggal Farah, Aku tetap menyayangimu.
Sikap Saling Terbuka itu Penting

Aku Lia, aku sering dikatakan sosok yang tomboy. Aku lebih suka bergaul
dengan laki-laki dari pada temanku yang perempuan. Aku seorang anak
kos yang jauh dari keluargaku. Aku menjadi bebas ke mana saja aku mau
jika uangku mencukupi untuk jalan-jalan. Aku mempunyai sahabat yang
sudah 5 tahun kami bersama, namanya Leli. Kami sering saling
menceriterakan pengalaman kami baik yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan.

Semua orang yang di sekitar kami mengetahui bahwa kami adalah


sahabat dekat karena ke manapun kami selalu bersama. Tapi
kebersamaan itu membuatku tidak bebas untuk bergaul dengan siapa
saja karena jika kami bersama kami seakan tidak butuh teman yang lain,
persahabatan ini membuatku terikat.

Akhir-akhir ini aku mulai bergaul dengan teman-temanku yang cowok.


Aku tidak tau kenapa ketika aku mulai bergaul dengan teman yang lain
Leli mulai menjauhi aku. Aku sering makan bersama temanku yang cowok
dan ketika aku mengajak Leli makan bersama mereka dia selalu menolak.

Sewaktu kami makan bersama aku memberanikan diri untuk bertanya


sama Leli tentang persahabatan kami yang mulai renggang. Aku menatap
Leli yang menikmati makanannya sedangkan aku tidak selera makan
karena penuh dengan rasa penasaran.

“Lel, boleh tanyak nggak?” Aku bertanya dengan ada rasa gugup.
“Tanya apa?” dia menjawab dengan sesingkat itu membuatku semakin
gugup.

“Mmm.., kok kamu jadi cuek sih sama aku? Aku ada salah sama kamu
ya?”
“Nggak kok, biasa aja.” Dia seakan menghindar dari pertanyaanku.
“Ya udah deh, aku aja kali yang merasa.”

Dia hanya diam dan terus makan tanpa ada sepatah katapun keluar dari
mulutnya sampai dia selesai makan. Ketika dia selesai makan dia berkata,
“udah yuk balik, aku masi ada kerjaan nih.” Aku menjadi terdiam dengan
sekejap, makananku belum separuh pun habis. Aku gak habis pikir
kenapa sikapnya menjadi seperti itu.
“Makanan aku belum habis lho Lel, bentar lagi ya.”
“Makanya kalo makan ya makan, jangan ngomong terus udah tau
makannya lama,” dengan ekspresinya dan nada suaranya menunjukkan
kekesalan. Aku berusaha sabar mendengarkan omongan Leli, saat itu
rasanya aku pengen menangis tapi karena di tempat umum aku gak
berani nangis karena malu.
Aku langsung berdiri dan membayar makananku. “Ya udah kita balik, aku
udah kenyang,” ujarku. Setelah membayar makanan kami langsung
pulang ke kos kami masing-masing.

Keesokan harinya aku menceriterakan apa yang terjadi kepada Abert, dia
salah satu teman cowok yang paling akrab dengan aku. Dia selalu curhat
denganku ketika dia ada masalah. Dia orangnya sangat terbuka. Ketika
aku menceriterakan semuanya, Albert menyuruh aku untuk menemui Leli
dan menyuruh aku untuk minta maaf. Awalnya aku nggak mau.

“Ayo lah, gak ada salahnya kan kalo kamu minta maaf, Lia kan udah
sahabatan sama Leli sejak lama, masa sih gara-gara masalah yang gak
jelas kalian jadi diem-dieman.”
“Tapi bert, aku kan gak salah.” Aku seketika merenung dan memutuskan
untuk mengikuti nasihat Albert.
“Oke, aku akan minta maaf sama Leli, bagaimana pun Leli adalah
sahabatku sejak lama. Aku gak mau diam-diaman lagi.”
“Nahh, gitu dong baru temen aku”, sambil mengelus kepalaku. Aku hanya
tersenyum melihat Abert yang seperti saudaraku sendiri.

Setelah berpisah dengan Albert aku menemui Leli yang sedang asik
menonton di kamarnya. Aku duduk di samping Leli. Aku menghela nafas
dan bingung mau ngomong apa sama Leli.

“Mmm Lel, aku minta maaf ya kalo aku ada salah sama kamu.” Dia
menyingkirkan labtopnya dan berhenti menonton mendengar
perkataanku.
“Minta maaf kenapa Li, emang kamu salah apa sama aku?”
“Gak tau kenapa akhir-akhir ini aku merasa kamu agak cuek sama aku
Lel, trus kalo aku ajak kamu keluar main sama Albert dan teman yang
lain kamu gak pernah mau. Kalo kita ketemu kamu selalu diam, aku salah
ya sama kamu?”
“Cerita dong sama aku kita kan sahabat, Leli lagi ada masalah ya?”

“Aku akan cerita sama kamu tapi kamu harus janji dulu gak bakalan
marah ya.”
“Okee, aku janji gak bakalan marah.” Membuatku semakin penasaran
kenapa Leli berkata seperti itu.

“Sebenarnya aku gak suka kamu dekat sama Albert karena aku cemburu
liat kamu dekat sama Albert. Setiap kali kita ketemu sama Albert yang
dia deketin dan jailin itu selalu kamu. Padahal aku pengen banget deket
sama dia dan teman cowok yang lain seperti kamu tapi aku nggak bisa.
Makanya setiap kamu ajak aku keluar bareng Albert dan teman yang lain
aku selalu menolak. Aku takut sakit hati melihat kalian yang becandaan
seperti adik sama kakak sendiri, sedangkan aku hanya duduk diam
melihat keakraban kalian.” Aku jadi mengerti mengapa sikap Leli berubah
samaku ketika aku dekat dengan Albert dan teman yang lain.
“Lel, semua yang kita inginkan itu butuh proses, kalo Leli ingin dekat
dengan teman yang lain, Leli gak boleh hanya diam saja. Leli juga harus
berusaha untuk dekat dan berbaur sama mereka. Mereka juga ingin dekat
sama Leli tapi kamu gak pernah mau setiap diajak main sama mereka.
Gimana bisa dekat kalo Leli gak mau terbuka.
“Beneran mereka mau dekat sama aku?!”
“Ya benar lah Lel, masa sih aku bohong.” Leli memeluk aku dengan
senangnya dan minta maaf karena selama ini dia cuek hanya karena
masalah sepele.

“Kalo gitu nanti malam kamu ikut bareng kita makan malam ya, pokonya
kali ini Leli gak boleh nolak.”
“Okee siapp bosss, hahaha”.

Akhirnya kami bisa bersama-sama lagi seperti sebelumnya dan Leli


semakin dekat dengan Albert dan teman yang lain. Sebagai sahabat kita
harus saling terbuka agar tidak terjadi kesalahpahaman dan aku menjadi tau bahwa ada
saatnya aku harus mengalah untuk kebaikan bersama.

Você também pode gostar

  • Bencana
    Bencana
    Documento5 páginas
    Bencana
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • JUDUL
    JUDUL
    Documento3 páginas
    JUDUL
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Fortofolio
    Tugas Fortofolio
    Documento1 página
    Tugas Fortofolio
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento4 páginas
    Cover
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Ciri Bumi dan Jaraknya dari Matahari
    Ciri Bumi dan Jaraknya dari Matahari
    Documento2 páginas
    Ciri Bumi dan Jaraknya dari Matahari
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Ketikan 1
    Ketikan 1
    Documento1 página
    Ketikan 1
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Ketikan 1
    Ketikan 1
    Documento1 página
    Ketikan 1
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Buk Uuuuuu Uuuuuu
    Buk Uuuuuu Uuuuuu
    Documento16 páginas
    Buk Uuuuuu Uuuuuu
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Documento2 páginas
    Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • 4
    4
    Documento2 páginas
    4
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • 1
    1
    Documento3 páginas
    1
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Caper
    Caper
    Documento1 página
    Caper
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Lancang Kuning 9 Orang
    Lancang Kuning 9 Orang
    Documento18 páginas
    Lancang Kuning 9 Orang
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Mendidik Umat dengan Ilmu dan Dakwah
    Mendidik Umat dengan Ilmu dan Dakwah
    Documento12 páginas
    Mendidik Umat dengan Ilmu dan Dakwah
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Joule
    Joule
    Documento4 páginas
    Joule
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Documento2 páginas
    Makna Lagu Ampar-Ampar Pisang
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • BIODATA
    BIODATA
    Documento2 páginas
    BIODATA
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Riwayat Hidup Yuli
    Daftar Riwayat Hidup Yuli
    Documento2 páginas
    Daftar Riwayat Hidup Yuli
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Mencegah Bullying
    Mencegah Bullying
    Documento4 páginas
    Mencegah Bullying
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • 5 Januari
    5 Januari
    Documento7 páginas
    5 Januari
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Rangkuman Tentang Riau
    Rangkuman Tentang Riau
    Documento3 páginas
    Rangkuman Tentang Riau
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Biografi Khalifah Abu Ja
    Biografi Khalifah Abu Ja
    Documento4 páginas
    Biografi Khalifah Abu Ja
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Akuntansi Persediaan
    Akuntansi Persediaan
    Documento7 páginas
    Akuntansi Persediaan
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Sejarah Singkat
    Sejarah Singkat
    Documento5 páginas
    Sejarah Singkat
    Mitha Sari
    0% (1)
  • Jenderal Sudirman
    Jenderal Sudirman
    Documento2 páginas
    Jenderal Sudirman
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • 5 Januari
    5 Januari
    Documento7 páginas
    5 Januari
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Abba Cus
    Abba Cus
    Documento12 páginas
    Abba Cus
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Adab Terhadap Tetangga
    Adab Terhadap Tetangga
    Documento4 páginas
    Adab Terhadap Tetangga
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações
  • Fitra Yanti
    Fitra Yanti
    Documento1 página
    Fitra Yanti
    Mitha Sari
    Ainda não há avaliações