Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sugiharto*
Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
Obesity rates continue to increase from year to year, not only in America and Eu-
ropean countries, but also in Indonesia. WHO report 2003, in the world more than
300 million adults suffer from obesity. In the U.S. 280,000 peoples die every year
caused by obesity. In Jakarta an estimated population 10 of 100 peoples suffering
from obesity. Obesity is 3 times more prevalent in women, this situation is caused
a lower metabolism in women especially in post-menopausal. Post-menopause is
no ovulation, so there is no luteal phase, is one of the reasons for the decrease in
women metabolism. Obesity affects female reproductive function due to leptin and
insulin levels are high. High leptin levels affect steroidogenesis in ovarium. Leptin
inhibits the work of follicle stimulating hormone (FSH) and insulin like growth
factor-1 (IGF-I) in the follicle, thereby disrupting the synthesis of estrogen in the
ovaries / follicles, but not the synthesis of progesterone.
*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: sugihartoikorsmg@yahoo.co.id
Sugiharto / KEMAS 5 (1) (2009) 34-39
35
Sugiharto / KEMAS 5 (1) (2009) 34-39
menopause dimana sudah tidak ada ovulasi, se- pituitari untuk menghasilkan FSH dan LH. Se-
hingga sudah tidak ada fase luteal, merupakan lanjutnya peningkatan sekresi FSH dan LH ini
salah satu alasan menurunnya metabolisme akan merangsang ovarium, sehingga terjadilah
pada wanita (Woods et al., 2002). folikulogenesis (berakhir dengan ovulasi) dan
Obesitas mempengaruhi fungsi re- steroidogenesis (menghasilkan estrogen dan
produksi wanita akibat adanya kadar leptin dan progesteron) (Linné, 2005). Pada awal siklus
insulin yang tinggi. Kadar leptin yang tinggi kadar estrogen yang rendah akan merangsang
mempengaruhi steroidogenesis di ovarium. produksi dan sekresi gonadorpin (FSH dan
Leptin menghambat kerja follicle stimulating LH). Kenaikan kadar FSH dan LH ini mengaki-
hormone (FSH) dan insulin like growth factor-1 batkan pertumbuhan beberapa folikel primor-
(IGF-I) di folikel, sehingga mengganggu sin- dial (folikuiogenesis), dan peningkatan sintesis
tesis estrogen di ovarium/folikel, tetapi tidak estrogen (steroidogenesis) di dalam folikel. Fo-
pada sintesis progesterone (Telli et al., 2002). likel yang semakin membesar dan kadar estro-
Sudah lama dikenal adanya keterkaitan gen yang semakin meningkat ini pada kurang
yang jelas antara hiperinsulin dan hiperandro- lebih hari ke 5-7 siklus haid akan memberikan
gen pada wanita anovulasi. Hiperinsulin dapat umpan balik negatif terhadap FSH tetapi tidak
mengakibatkan hiperandrogen, dan sebaiknya untuk LH. Penurunan kadar FSH pada hari ke
hiperandrogen dapat mengakibatkan hiperin- 5-7 siklus ini mengakibatkan atresia beberapa
sulin (Woods et al., 2002). Timbul pertanyaan folikel kecil, dan hanya tinggal satu folikel do-
pada kasus anovulasi mana yang muncul lebih minan yang tetap tumbuh. Pertumbuhan folikel
dahulu, hiperinsulin terlebih dahulu ataukah dominan yang semakin membesar, akan diikuti
hiperandrogen. Pemberian gonadotropin re- kadar estrogen yang semakin tinggi pula. Ka-
leasing hormone analog (GnRHa) untuk mene- dar estrogen 200 pg/ml atau lebih, yang ber-
kan gonadotropin, pada wanita anovulasi dapat langsung lebih dari 50 jam akan memberikan
menekan androgen, tetapi tidak memperbaiki umpan batik positif terhadap LH, dan terjadi-
hiperinsulin. Kenyataan ini sepertinya mem- lah lonjakan LH pada akhir fase folikuler. Lon-
buktikan bahwa hiperinsulin terjadi lebih da- jakan LH ini akan mengakibatkan sintesis pros-
hulu baru diikuti terjadinya hiperandrogen. taglandin, sedikit kenaikan progesteron, yang
Terdapat hubungan yang selaras antara dera- kemudian diikuti dengan kenaikan/lonjakan
jat hiperinsulin dengan hiperadrogen (Lake FSH. Kenaikan kadar FSH, dan sedikit pening-
et al., 1997). Pada resistensi insulin, dimana katan progesteron, akan mengaktifkan enzim
jumlah reseptor insulin menurun/tidak ber- proteolitik. Aktifasi enzim profeolitik ini bersa-
fungsi (blocked), maka kadar insulin yang ber- ma prostaglandin, akan “memecahkan” dinding
lebih akan berikatan dengan resptor Insulin folikel dan terjadilah pelepasan oosit, keluar
like Growth Factor-I (IGF-I), yang mempunyai dari folikel, terjadilah ovulasi. Selain itu lonjak-
bentuk/struktur, sama dengan reseptor insulin. an LH pada akhir fase folikuler/ pertengahan
IGF-I bekerja memperkuat rangsangan Lutein- siklus juga mengakibatkan rusaknya OMI (oo-
izing Hormon (LH) terhadap sel teka ovarium cyte maturation inhibitor) suatu protein yang
untuk menghasilkan androgen. Pada manusia dihasilkan oleh set granufosa. Rusaknya OMI
baik sel teka maupun sel granulosa ternyata akan menyebabkan oogenesis/meiosis yang
mengandung IGF-II. Tetapi pada penelitian selama fase folikuler terhenti berjalan kembali
lebih lanjut menunjukkan bahwa baik IGF-I (meiosis II), sesaat menjelang ovulasi (Pasquali
maupun IGF-II dapat berikatan/bekerja de- et al., 2006).
ngan reseptor IGF-I, yang mirip reseptor insu- Ovulasi akan terjadi bila: 1) Hipotalamus
lin (Gotteroa et al., 2004). dan pituitari normal, menghasilkan GnRH dan
Ovulasi merupakan kerja sama yang FSH serta LH; 2) Hubungan umpan batik yang
kompleks antara hipotalamus-pituitari-ovari- baku, estrogen rendah diawal siklus, dan estro-
um (aksis H-P-O). Hipotalamus mengeluarkan gen tinggi pada pertengahan siklus; 3) Ovarium
gonadotropin releasing hormone (GnRH) se- yang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
cara pulsasi dalam rentang kritis baik frekuensi Gangguan ovulasi dapat terjadi bila ada kelain-
maupun amplitudonya. GnRH ini merangsang an pada sentral (hipotalamus atau pituitari),
36
Sugiharto / KEMAS 5 (1) (2009) 34-39
hubungan umpan balik (estrogen rendah terus progesterone dalam kurun waktu yang lama
atau estrogen tinggi terus), atau kelainan pada akan dapat menimbulkan keganasan endo-
ovarium (perifer). metrium dan mungkin keganasan buah dada.
OPK (ovarium polikistik) merupa- Kemungkinan terjadinya keganasan endome-
kan anovulasi kronik akibat adanya gangguan trium ini tidak tergantung pada umur wanita
umpan balik dengan kadar estrogen yang se- tetapi lebih bergantung pada lama rangsangan
lalu tinggi. Kadar estrogen yang selalu tinggi estrogen terjadi. Meskipun perdarahan uterus
menyebabkan kadar FSH tidak pernah men- disfungsi (karena estrogen tinggi) ini terjadi
capai puncak, sehingga pertumbuhan folikel pada wanita muda/ reproduksi maka bila ber-
terhenti di tengah jalan tidak pernah diakhiri langsung cukup lama kemungkinan terjadi-
ovulasi. Pada akhirnya terjadi penumpukan fo- nya keganasan endometrium ini tetap harus
likel dengan penampang lebih kurang 8-70 mm dipikirkan. Risiko terjadinya keganasan endo-
dipermukaan ovarium (ovarium polikistik). metrium pada wanita dengan anovulasi kronis
Sebaliknya kadar estrogen yang selalu tinggi ini meningkat 34 kali lipat. Sedangkan Risiko
akan menyebabkan kadar LH yang tinggi terus untuk terjadinya keganasan buah dada pada
(umpan balik positif). Kadar LH yang tinggi anovulasi kronis ini, masih ada silang penda-
ini akan merangsang sel teka (ovarium) untuk pat. Terdapat penelitian yang menyimpulkan
menghasilkan androgen. Sehingga folikel bu- bahwa rangsangan estrogen dalam kurun waktu
kannya di dalam lingkungan estrogen (yang lama, pada anovulasi kronis diusia reproduksi
penting untuk pertumbuhan folikel, tetapi akan memberikan Risiko 3-4 kali lipat untuk
justru dalam lingkungan androgen (folikel terjadinya keganasan buah dada paska meno-
menjadi atresia). Sedangkan kadar estrogen di pause nantinya. Tetapi hasil pendapat ini tidak
dalam darah perifer akan tinggi karena kon- disokong oleh penelitian lainnya.
versi androgen ke estrogen terjadi di jaringan Gangguan haid merupakan Risiko logis
lemak/otot. Penumpukan folikel di permukaan dari anovulasi. Obesitas menyebabkan anovu-
ovarium dan adanya penebalan sel teka/stroma lasi karena: 1) Kadar SHBG menurun, sehingga
akibat rangsangan LH yang terus menerus, me- seks steroid bebas meningkat; 2) Hiperinsulin
nyebabkan adanya pembesaran ovarium. Se- (resistensi insulin), yang merangsang sel teka
cara anatomis tampak ovarium yang membesar sehingga produksi androgen meningkat; 3)
dengan dinding yang tebal mengkilat/sklerotik. Hiperandrogen dan kadar estrogen perifer
Dampak klinik dari sindroma ovarium meningkat akaibat adanya konversi androgen-
polikistik adalah 1) Infertilitas; 2) Gangguan estrogen di jaringan lemak/perifer.
haid, amenore, oligomenore ataupun perda- Pengobatan yang diberikan haruslah me-
rahan uterus disfungsi; 3) Keganasan endo- mikirkan kelainan penyerta yang ada, seperti
metrium dan mungkin keganasan buah dada; obesitas, hiperandrogen ataupun hiperinsulin
penyakit kardio vaskuler; 4) Gangguan meta- yang ada. Terdapat dua masalah yang langsung
bolisme glukosa. menghubungkan antara SPOK ini dengan in-
Gejala klinik OPK sangat bervariasi, mu- fertilitas. Masalah pertama adalah adanya oli-
lai dari obesitas (50-60%), gangguan haid dapat goovulasi atau anovulasi. Masalah kedua ada-
amenore (50%), oligomenore, ataupun per- lah adanya kadar LH yang yang tinggi. makin
darahan (30%), infertilitas ataupun hirsutisme tinggi kadar serum LH pada wanita OPK, maka
(akibat kadar testosterone tinggi). Howards makin tinggi pula kemungkinan terjadinya in-
(1997) menyebutkan bahwa ada hubungan fertilitas. Terdapat penelitian yang melaporkan
antara kadar insulin dan gangguan siklus haid. bahwa kadar serum LH yang tinggi selama fase
Makin tinggi kadar serum insulin, makin tinggi folikuler akan menurunkan angka konsepsi
pula kemungkinan terjadinya oligomenore/ dari 83% menjadi 60%, dan meningkatkan ang-
amenore. Juga semakin tinggi kadar insulin, se- ka kejadian abortus dari 12% menjadi 65%.
makin tebal stroma ovariumnya. kadar LH yang selalu tinggi dari awal siklus,
Selain perdarahan, anovulasi kronis ini diduga akan mengganggu kerja OMI. Hal ini
juga dapat menyebabkan keganasan endome- akan mengakibatkan kualitas oosit yang di-
trium. Rangsangan estrogen, tanpa hambatan hasilkannya menjadi kurang baik. Oleh kare-
37
Sugiharto / KEMAS 5 (1) (2009) 34-39
nanya selain memikirkan penanganan kelainan kelainan hubungan umpan balik akibat kadar
penyerta yang ada, ada pula yang menganjur- estrogen yang selalu tinggi. Pendarahan uterus
kan pemberian obat-oatan untuk menekan ka- disfungsi karena rangsangan estrogen tanpa
dar LH ini sebelum diberikan induksi ovulasi. hambatan progesteron ini dapat diperbaiki
Hiperinsulin dan (S)OPK dikaitkan pula dengan pemberian progestagen 5-7 hari se-
dengan adanya peningkatan produksi/kadar tiap bulannya atau pemberian pil kontrasepsi
plasminogen activator inhibitor type 1 (PAI-1). oral kombinasi dosis rendah. Progestagen yang
Kenaikan kadar PAI-1 akan mengganggu pro- diberikan secara klinik setiap bulan 5-7 hari
ses fibrinolisis, yang diduga akan menyebabkan pada 2 minggu kedua dari siklus haid akan me-
perubahan pada pembuluh darah, untuk selan- ngubah endometrium dari fase poliferasi (ka-
jutnya hal ini akan mengakibatkan terjadinya rena estrogen endogen), menjadi fase sekresi.
PJK. Dhalgren (1992) mengikuti selama 15-20 Sehingga pendarahan/haid yang terjadi meru-
tahun wanita SOPK dan mendapatkan 15% dari pakan pendarahan yang stabil cepat berhenti
wanita ini pada akhirnya menderita diabetes mirip haid ovulasi. Sedangkan pemberian pil
mellitus (DM) dan 40% menderita hipertensi. kontrasepsi kombinasi yang diberikan sejak
di katakan bahwa hipertensi pada wanita SOPK awal siklus, dapat menekan FSH dan LH dari
ini pada umumnya tidak terjadi pada usia re- awal siklus, sehingga menekan folikulogenesis
produksi tetapi terjadi pada usia yang lebih dan steroidogenesis. Pemberian siklik preparat
lanjut. Setelah menyingkirkan faktor umur dan progestagen setiap bulan ternyata hanya mem-
merokok, Risiko PJK meningkat tiga kali lipat perbaiki pendarahan saja (pengaruhnya hanya
pada wanita dengan body mass index (BMI) 29 pada endometrium), tetapi tidak banyak mem-
atau lebih. perbaiki hiperandrogen yang ada. Padahal hi-
Gangguan haid (amenore atau pendara- perandrogen kronis ini akan berpengaruh jelek
han) umumnya merupakan keluhan utama pada metabolisme lemak. Hiperandrogen ini
yang mendorong penderita obesitas/hiper- bisa ditekan dengan pil kontrasepsi oral dosis
insulin ini datang ke klinik endokrinologi re- rendah. Dosis yang sangat rendah (kurang dari
produksi, bukan obesitas itu sendiri. Sehingga 50 mikrogram etinil estradiol) memungkinkan
diperlukan kepedulian yang tinggi mulai dari pemakaian kontrasepsi ini dalam jangka lama,
diagnosis adanya anovulasi, kelainan penyerta baik pada usia lanjut maupun obesitas, karena
yang bersamanya (hiperandrogen, hiperinsu- pengaruhnya pada metabolisme glukosa sangat
lin/obesitas) sampai dampak jangka panjang minimal. Preparat lain untuk menekan hiper-
yang mungkin bakal muncul. androgen adalah metformin. Seperti telah di-
Diagnosis hiperinsulin tidaklah mudah, jelaskana di atas pemerian metformin, sangat
terdapat harga yang saling berhimpit antara rasional untuk menekan hiperandrogen pada
harga normal dan anovulasi dengan OPK. Oleh obesitas dan OPK ini, untuk mencegah ter-
karenanya sangat beralasan bahwa ada yang jadinya dampak negatif yang bakal timbul di
berpendapat setiap wanita dengan kelebihan belakang hari.
berat badan/obesitas, anovulasi dan OPK ada-
lah hiperinsulin. Speroff (1999) memberikan
pegangan praktis untuk diagnosis ditegakkan Penutup
bila rasio gula darah puasa dibagi kadar insu-
lin puasa, harganya kurang dari 4,5. Kemudian Penatalaksanaan obesitas/ hiperinsulin
akan lebih baik bila diikuti dengan pemerik- dengan OPK ini tidaklah hanya terbatas pada
saan gula darah 2 jam paska beban 75 g glu- masa/saat usia reproduksi saja, tetapi perlu
kosa. normal bila harganya kurang dari 140 dipikirkan untuk mengikutinya karena ada-
mg/dL, terganggu bila 140-199 mg/dL, dan non nya dampak jangka panjang nantinya paska
insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM) menopause. Sehingga secara menyeluruh tu-
bila 200 mg/dL atau lebih. juan pengobatan pada wanita dengan obesitas/
Pendarahan uterus disfungsi merupa- hiperinsulin dan OPK adalah menekan kadar
kan dampak klinik lain dari OPK dan hiperin- androgen, induksi ovulasi (untuk infertilitas),
sulin. Anovulasi pada kasus ini terjadi akibat menurunkan berat badan, menghindari ter-
38
Sugiharto / KEMAS 5 (1) (2009) 34-39
jadinya PUD/keganasan endometrium, mene- Howards, J. 1997. Polycystic Ovary Syndrome. In Sei-
kan hiperinsulin dan Risiko PJK. Penatalaksa- bel Machelle M. Infertility A Comprehensive
naan yang paripurna, dan jangka panjang ini, Text. Ed. Ilnd Appleton & Lange, Connecti-
membutuhkan kesadaran dan rencana perawa- cut
Lake, JK., Power, C. and Cole, TJ. 1997. Women’s
tan yang jelas dari dokter yang merawat, dan
Reproductive Health: The Role of Body Mass
kerja sama serta KIE (konseling, informasi, dan Index in Early and Adult Life. International
edukasi) yang baik dengan /terhadap penderita. Journal of Obesity, 21: 432-438
Linné, Y. 2005. Effects of Obesity on Women’s Re-
production and Complications During Preg-
Daftar Pustaka nancy. Obesity Reviews, 5 (2005): 137–143
Pasquali, R., Gambineri, A. and Pagotto, U. 2006.
Anonim.1999. Polycystic Ovary yndrome. In Mishell The Impact of Obesity on Reproduction in
Daniel R. Jr. Atlas of Clinical Gynecology. Women with Polycystic Ovary Syndrome.
Vol. III. Reproductive Endocrinology. Cur- BJOG An International Journal of Obstetrics
rent Medicine, Inc. Philadelphia and Gynaecology, 113: 1148–1159
Deeb, M.E., Awwad, J., Yeretzian, J.S. and Kaspar, Ryan, D. 2007. Obesity in women: A Life Cycle of
G.S. 2003. Prevalence of Reproductive Tract Medical Risk. International Journal of Obe-
Infections, Genital Prolapse, and Obesity in sity, 31: S3–S7
A Rural Community in Lebanon. Bulletin of Speroff, L., Glass, R.H., Kase, N.G. 1999. Clinmical
the World Health Organization, 81: 639-645 Gynecologic Endocrinology and Infertility.
Fernando, O. and Ricardo, A. 2002. Insulin Resis- Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
tance, Polycystic Ovary Syndrome, and Type 4: 201-246, 487-522, 575-594, 781-808
2 Diabetes Mellitus. Fertile Steril, 77: 1095 Telli, M.H., Yildirim, M. and Noyan, V. 2002. Se-
Franks. 2006. Symposium: Diet, Nutrition and Ex- rum Leptin Levels in Patients with Polycystic
ercise in Reproduction Genetic and Envirc- Ovary Syndrome. Fertil Steril, 77: 932
nmental Origins of Obesity Relevant to Re- Waturangi, D.E. 2004. Apakah Kegemukan Menu-
production.RBM online, 12(5): 526-531 lar. Jurnal: Artikel Kompas, Volume: Senin,
Gotteroa, C., Broglioa, F., Prodama, F., Destefanisa, 4 Oktober
S., Bellonec, S., Bensoa, A., Gaunab, C., Ar- Woods, K.S., Reyna, R. and Azziz, R. 2002. Effect of
vata, E., A.J. Van der lelyb and Ghigoa, E. Oral Micronized Progesterone on Androgen
2004. Ghrelin: A Link between Eating Disor- Levels in Women with Polycystic Ovary Syn-
ders, Obesity and Reproduction. Nutritional drome. Fertil Steril. 77: 1125
Neuroscience, 7 (5/6): 255–270
39