Você está na página 1de 28

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”

OLEH:
KELOMPOK 2
TINGKAT 2 KEPERAWATAN REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN D-3 KEPERAWATAN MATARAM
2010/2011

Keperawatan Medikal Bedah 1 1


KONSEP DASAR BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

A. Pengertian Benigne Prostat Hyperplasia


Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat
meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr
Soetomo, 1994 : 193).

B. Etiologi/Penyebabnya
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia
sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia
lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa
yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen
dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat
menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma
dan epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Roger Kirby, 1994 : 38).

C. Anatomi Dan Fisiologi Prostat


Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi /
mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan
buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada
diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar
ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis.
Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang
lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
 Jaringan Kelenjar  50 - 70 %
 Jaringan Stroma (penyangga)
30 - 50 %
 Kapsul/Musculer
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym

Keperawatan Medikal Bedah 1 2


yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi
(penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu
orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar
melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar
melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi.
Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah
keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal
(tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses
reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing.
Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia
lanjut.

D. Patofisiologi

Keperawatan Medikal Bedah 1 3


Disebababkan oleh beberapa etiologi, seperti pertambahan umur,
peningkatan sel strem, dan lainnya, menyebabkan kelenjar prostat akan
mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder),
di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran
urine. Keadaan ini dapat /meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai
kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-
buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi
yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya sekula-sekula dan
difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai
keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).

TESTIS USIA LANJUT

PADA FASE AWAL PROSTAT HYPERPLASIA

POLA DAN KUALITAS MIKSI BERUBAH

KONTRAKSI MUSKULUS DESTRUSSOR TIDAK ADEKUAT

(LEMAH)

RETENSIO URINE TOTAL RESIDUAL URINE

(FASE DEKOMPENSASI) KOMPENSASI


MENINGKATKAN
NYERI TEKANAN INTRA
INKONTINENSIA
OLEH TEKANAN ABDOMINAL
PARADOKSA
TEKANAN INTRA
OVERFLOW
VESIKA URINARIA
INCONTINENSIA
(TEKANAN INTRA HERNIA,
VASKULER HAEMOROID
URINARIA DARI
PADA TEKANAN
SPINKTER BERSIFAT
KRONIS)
REFLUKS VESIKA URETRAL

DILATASI URETER (HYDRO URETER)

PALVIO KALIKS GINJAL (HYDRONEFROTIK)

KERUSAKAN GINJAL

GAGAL GINJAL

Keperawatan Medikal Bedah 1 4


Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh
muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari
miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia
Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan
pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari
muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam
buli-buli. Saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia
menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan
haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya
melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut
sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih
akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan
terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli
tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan
kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan
menjadi retensi urine.Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan
kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)

Proses Miksi

Fase pengisian

Pves : < 20 cm H2O

Pup : 60 – 100 cm H2O

Fase ekspulsi :

Isi blader 200 – 300 ml

Mulai terangsang ingin kencing

Reseptor Strecth

Syaraf Otonom PS S2 - 4

Keperawatan Medikal Bedah 1 5


Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)

Up membuka, sp. Eks masih menutup

BPH P up meningkat

Kontraksi Detrusor meningkat

Hipertropi

P Ves > P up P Ves < P up

Fase Kompensata Fase Decompensata

Kualitas miksi masih baik Retensio Urine

E. Gejala Benigne Prostat Hyperplasia


Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-
buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :


a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Derajat Benigne Prostat Hyperplasia

Keperawatan Medikal Bedah 1 6


Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa
urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa
urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

F. Komplikasi
 Aterosclerosis
 Infark jantung
 Impoten
 Haemoragik post operasi
 Fistula
 Striktur pasca operasi & inconentia urine

G. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian

1. Anamnesa

Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary


Tract Symptoms) antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi,
terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi
dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.

Riwayat Keperawatan
 Suspect BPH  umur > 60 tahun
 Pola urinari : frekuensi, nocturia, disuria.
 Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran,
melemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa) Jika
frekuensi dan noctoria tak disertai gejala pembatasan aliran non
Obstruktive seperti infeksi.
 BPH  hematuri

2. Pemeriksaan Fisik
 Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok
- septik.
 Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, defisiensi nutrisi, edema, pruritus,
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama
dan pyelonefrosis. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
residual urin

Distensi kandung kemih


 Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik  retensi
urine

Keperawatan Medikal Bedah 1 7


 Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan
menimbulkan pasien ingin buang air kecil  retensi
urine
 Perkusi : Redup  residual urine

 Pemeriksaan penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan


stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun
fimosis.
 Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
 Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur)  posisi knee chest
o Syarat : buli-buli kosong/dikosongkan
o Tujuan : Menentukan konsistensi prostat dan
menentukan besar prostat

Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :

a). Derajat I = beratnya ± 20 gram.

b). Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.

c). Derajat III = beratnya > 40 gram.

3. Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan
Benigne Prostat Hyperplasia atau tidak

Beberapa Pemeriksaan Radiologi


a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli,
residual urine post miksi, dipertikel buli, adanya hidronefrosis.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai
urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF (Buik Overzich ) : Untuk mengetahui adanya kelainan pada
renal, yaitu : Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
c.
d. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada
tidaknya refluk vesiko ureteRasionalstriktur uretra.
e. USG : Untuk menentukan volume urine, digunakan untuk
memeriksa konsistensi, volume residual urine dan menilai
pembesaran prostat jinak/ganas. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara transrektal, transuretral dan supra pubik.

3. Pemeriksaan Endoskopi.

Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.

Keperawatan Medikal Bedah 1 8


4. Pemeriksaan Uroflowmetri

Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif
pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :

a). Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.

b). Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.

c). Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.

5. Pemeriksaan Laboratorium
 Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel
Darah Merah atau PUS.
 RFT  evaluasi fungsi renal
 Serum Acid Phosphatase  Prostat Malignancy
 Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula
digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
 PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan
adanya keganasan.
II. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

Pre Operasi :

a) Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,


pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat.
b) Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi
kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
c) Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi
diuresis..
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

Post Operasi :

a) Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder


pada TUR-P
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
c) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan
d) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan
impoten akibat dari TUR-P.
e) Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang
informasi
f) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan

Keperawatan Medikal Bedah 1 9


III. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Sebelum Operasi

a) Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,


pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Tidak terjadi 1. Dorong pasien untuk 1. Meminimalkan retensi
obstruksi berkemih tiap 2-4 jam urina distensi
dan bila tiba-tiba berlebihan pada
 Kriteria hasil : dirasakan. kandung kemih
Berkemih 2. Observasi aliran urina 2. Untuk mengevaluasi
dalam jumlah perhatian ukuran dan ibstruksi dan pilihan
yang cukup, kekuatan pancaran intervensi
tidak teraba urina
distensi 3. Awasi dan catat waktu 3. Retensi urine
kandung serta jumlah setiap meningkatkan
kemih kali berkemih tekanan dalam
saluran perkemihan
yang dapat
mempengaruhi
4. Berikan cairan sampai fungsi ginjal
3000 ml sehari dalam 4. Peningkatkan
toleransi jantung aliran cairan
meningkatkan
perfusi ginjal serta
membersihkan ginjal
,kandung kemih dari
pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai
indikasi 5. Mengurangi
( antispamodik) spasme kandung
kemih dan
mempercepat
penyembuhan

b. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi


kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Nyeri hilang / 1. Kaji nyeri, 1. Nyeri tajam,
terkontrol. perhatikan lokasi, intermitten dengan
intensitas ( skala 0 - dorongan berkemih /
Kriteria hasil : 10 ). masase urin sekitar
kateter menunjukkan
Klien spasme buli-buli,
melaporkan yang cenderung lebih
nyeri hilang / berat pada
terkontrol, pendekatan TURP
menunjukkan ( biasanya menurun
ketrampilan dalam 48 jam ).
relaksasi dan 2. Pertahankan 2. Mempertahank
aktivitas patensi kateter dan an fungsi kateter dan

Keperawatan Medikal Bedah 1 10


sistem drainase. drainase sistem,
terapeutik sesuai Pertahankan selang menurunkan resiko
indikasi untuk bebas dari lekukan distensi / spasme buli
situasi individu. dan bekuan. - buli.
Tampak rileks, 3. Pertahankan 3. Diperlukan
tidur / istirahat tirah baring bila selama fase awal
dengan tepat. diindikasikan selama fase akut.
4. Berikan 4. Menurunkan
tindakan tegangan otot,
kenyamanan memfokusksn
( sentuhan kembali perhatian
terapeutik, dandapat
pengubahan posisi, meningkatkan
pijatan punggung ) kemampuan koping.
dan aktivitas 5. Menghilangka
terapeutik. n spasme

5. Kolaborasi
dalam pemberian
antispasmodik

c. Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan pasca obstruksi


diuresis.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Keseimbangan 1. Awasi keluaran tiap 1. Diuresisi yang cepat
cairan tubuh jam bila dapat mengurangkan
tetap diindikasikan. volume total karena
terpelihara. Perhatikan keluaran ketidakl cukupan
100-200 ml/. jumlah natrium
Kriteria hasil : diabsorbsi tubulus
ginjal.
Mempertahankan 2. Pantau masukan dan 2. Indikator
hidrasi adekuat haluaran cairan. keseimangan cairan
dibuktikan dan kebutuhan
dengan: tanda penggantian.
-tanda vital 3. Awasi tanda-tanda 3. Deteksi dini terhadap
stabil, nadi vital, perhatikan hipovolemik sistemik
perifer teraba, peningkatan nadi dan
pengisian perifer pernapasan,
baik, membran penurunan tekanan
mukosa lembab darah, diaforesis,
dan keluaran pucat,
urin tepat. 4. Tingkatkan tirah 4. Menurunkan kerja
baring dengan kepala jantung memudahkan
lebih tinggi hemeostatis sirkulasi.
5. Kolaborasi dalam
memantau 5. Berguna dalam
pemeriksaan evaluasi kehilangan
laboratorium sesuai darah / kebutuhan
indikasi, contoh: Hb / penggantian. Serta
Ht, jumlah sel darah dapat
merah. Pemeriksaan mengindikasikan
koagulasi, jumlah terjadinya komplikasi
trombosi misalnya penurunan

Keperawatan Medikal Bedah 1 11


faktor pembekuan
darah,

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau


menghadapi prosedur bedah.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Pasien tampak rileks. 1. Dampingi klien 1. Menunjukka
dan bina hubungan perhatian dan
Kriteria hasil : saling percaya keinginan untuk
2. Memberikan membantu
Menyatakan informasi tentang 2. Membantu pasien
pengetahuan yang prosedur tindakan dalam memahami
akurat tentang situasi, yang akan tujuan dari suatu
menunjukkan rentang dilakukan. tindakan.
yang yang tepat tentang 3. Dorong pasien
perasaan dan penurunan atau orang terdekat 3. Memberikan
rasa takut. untuk menyatakan kesempatan pada
masalah atau pasien dan konsep
perasaan. solusi pemecahan
masalah

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Menyatakan 1. Dorong pasien 1. Memban
pemahaman tentang menyatakan rasa tu pasien dalam
proses penyakit dan takut persaan dan mengalami perasaan.
prognosisnya. perhatian.
2. Kaji ulang 2. Memberi
Kriteria hasil : proses kan dasar
penyakit,pengalaman pengetahuan dimana
Melakukan perubahan pasien pasien dapat
pola hidup atau membuat pilihan
prilasku ysng perlu, informasi terapi.
berpartisipasi dalam
program pengobatan.

II. Sesudah operasi


a. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P

Keperawatan Medikal Bedah 1 12


TUJUAN INTERVENSI RAIONAL
Nyeri berkurang 1. J 1. Klien dapat
atau hilang. elaskan pada klien mendeteksi gajala
tentang gejala dini dini spasmus
Kriteria hasil : spasmus kandung kandung kemih.
 Klien mengatakan kemih.
nyeri berkurang / 2. P 2. Menentukan
hilang. emantauan klien terdapatnya
 Ekspresi wajah pada interval yang spasmus sehingga
klien tenang. teratur selama 48 obat – obatan bisa
 Klien akan jam, untuk diberikan
menunjukkan mengenal gejala –
ketrampilan gejala dini dari
relaksasi. spasmus kandung
 Klien akan tidur / kemih. 3. Memberitahu klien
istirahat dengan 3. J bahwa
tepat. elaskan pada klien ketidaknyamanan
 Tanda – tanda bahwa intensitas hanya temporer.
vital dalam batas dan frekuensi akan
normal. berkurang dalam
24 sampai 48 jam. 4. Mengurang
4. B kemungkinan
eri penyuluhan spasmus.
pada klien agar
tidak berkemih ke 5. Mengurangi
seputar kateter. tekanan pada luka
5. A insisi
njurkan pada klien
untuk tidak duduk
dalam waktu yang
lama sesudah 6. Menurunkan
tindakan TUR-P. tegangan otot,
6. A memfokuskan
jarkan penggunaan kembali perhatian
teknik relaksasi, dan dapat
termasuk latihan meningkatkan
nafas dalam, kemampuan
visualisasi. koping.
7. Sumbatan pada
selang kateter oleh
bekuan darah dapat
7. J menyebabkan
agalah selang distensi kandung
drainase urine kemih dengan
tetap aman dipaha peningkatan
untuk mencegah spasme.
peningkatan
tekanan pada
kandung kemih. 8. Mengetahui
Irigasi kateter jika perkembangan
terlihat bekuan lebih lanjut.
pada selang.
8. O 9. Menghilangkan
bservasi tanda – nyeri dan mencegah
tanda vital spasmus kandung

Keperawatan Medikal Bedah 1 13


kemih.

9. K
olaborasi dengan
dokter untuk
memberi obat –
obatan (analgesik
atau anti
spasmodik )

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama


pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Klien tidak 1. Pertahankan 1.
menunjukkan tanda – sistem kateter Mencegah pemasukan
tanda infeksi . steril, berikan bakteri dan infeksi
perawatan kateter
Kriteria hasil: dengan steril.
 Klien tidak 2. Anjurkan intake 2.
mengalami infeksi. cairan yang cukup Meningkatkan output
 Dapat mencapai ( 2500 – 3000 ) urine sehingga resiko
waktu sehingga dapat terjadi ISK dikurangi
penyembuhan. menurunkan dan mempertahankan
 Tanda – tanda vital potensial infeksi. fungsi ginjal.
dalam batas normal
dan tidak ada 3. Pertahankan posisi
tanda-tanda shock. urobag dibawah. 3.
Menghindari refleks
balik urine yang
dapat memasukkan
4. Observasi tanda – bakteri ke kandung
tanda vital, kemih.
laporkan tanda – 4.
tanda shock dan Mencegah sebelum
demam. terjadi shock.
5. Observasi urine:
warna, jumlah,
bau.
6. Kolaborasi dengan 5.
dokter untuk Mengidentifikasi adanya
memberi obat infeksi.
antibiotik.
6.
Untuk mencegah infeksi
dan membantu proses
penyembuhan.
7.

c. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan .
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Keperawatan Medikal Bedah 1 14


Tidak terjadi 1. Jelaskan pada 1. Menurunkan
perdarahan. klien tentang sebab kecemasan klien
terjadi perdarahan dan mengetahui
Kriteria hasil: setelah tanda – tanda
 Klien tidak pembedahan dan perdarahan
menunjukkan tanda – tanda
tanda – tanda perdarahan .
perdarahan . 2. Irigasi aliran 2. Gumpalan dapat
 Tanda – tanda kateter jika menyumbat kateter,
vital dalam batas terdeteksi menyebabkan
normal . gumpalan dalm peregangan dan
 Urine lancar lewat saluran kateter perdarahan
kateter . kandung kemih
3. Dengan
3. Sediakan diet peningkatan
makanan tinggi tekanan pada fosa
serat dan memberi prostatik yang akan
obat untuk mengendapkan
memudahkan perdarahan .
defekasi
4. Dapat
4. Mencegah menimbulkan
pemakaian perdarahan prostat .
termometer rektal,
pemeriksaan rektal
atau huknah, untuk
sekurang –
kurangnya satu
minggu . 5. Traksi kateter
5. Pantau traksi menyebabkan
kateter: catat pengembangan
waktu traksi di balon ke sisi fosa
pasang dan kapan prostatik,
traksi dilepas . menurunkan
perdarahan.
Umumnya dilepas
3 – 6 jam setelah
pembedahan .
6. Deteksi awal
6. Observasi: Tanda – terhadap
tanda vital tiap 4 komplikasi, dengan
jam,masukan dan intervensi yang
haluaran dan tepat mencegah
warna urine kerusakan jaringan
yang permanen .

d. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan


impoten akibat dari TUR-P.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Fungsi seksual dapat 1. Beri kesempatan 1. Untuk mengetahui
dipertahankan pada klien untuk masalah klien .
memperbincangkan
Kriteria hasil: tentang pengaruh
 Klien tampak rileks TUR – P terhadap

Keperawatan Medikal Bedah 1 15


dan melaporkan seksual .
kecemasan 2. Jelaskan tentang : 2. Kurang
menurun kemungkinan pengetahuan dapat
 Klien menyatakan kembali ketingkat membangkitkan
pemahaman situasi tinggi seperti cemas dan
individual . semula dan berdampak
 Klien kejadian ejakulasi disfungsi seksual
menunjukkan retrograd (air
keterampilan kemih seperti susu)
pemecahan 3. Mencegah 3. Bisa terjadi
masalah hubungan seksual perdarahan dan
 Klien mengerti 3-4 minggu setelah ketidaknyamanan
tentang pengaruh operasi .
TUR – P pada 4. Dorong klien untuk 4. Untuk
seksual. menanyakan mengklarifikasi
kedokter salama di kekhatiran dan
rawat di rumah memberikan akses
sakit dan kepada penjelasan
kunjungan yang spesifik.
lanjutan .

e. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang


informasi
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Klien dapat 1. Beri penjelasan 1. Dapat
menguraikan untuk mencegah menimbulkan
pantangan kegiatan aktifitas berat perdarahan
serta kebutuhan selama 3-4
berobat lanjutan . minggu .
2. Beri penjelasan 2. Mengedan bisa
Kriteria hasil: untuk mencegah menimbulkan
 Klien akan mengedan waktu perdarahan,
melakukan BAB selama 4-6 pelunak tinja bisa
perubahan minggu; dan mengurangi
perilaku. memakai kebutuhan
 Klien pelumas tinja mengedan pada
berpartisipasi untuk laksatif waktu BAB
dalam program sesuai kebutuhan.
pengobatan. 3. Pemasukan 3. Mengurangi
 Klien akan cairan sekurang– potensial infeksi
mengatakan kurangnya 2500- dan gumpalan
pemahaman 3000 ml/hari. darah .
pada pantangan 4. Anjurkan untuk 4. Untuk menjamin
kegiatan dan berobat lanjutan tidak ada
kebutuhan pada dokter. komplikasi .
berobat 5. Kosongkan 5. Untuk membantu
lanjutan . kandung kemih proses
apabila kandung penyembuhan .
kemih sudah
penuh .

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Kebutuhan tidur dan 1. Jelaskan pada klien 1. Meningkatkan
istirahat terpenuhi. dan keluarga pengetahuan klien

Keperawatan Medikal Bedah 1 16


penyebab gangguan sehingga mau
Kriteria hasil: tidur dan kooperatif dalam
 Klien mampu kemungkinan cara tindakan perawatan .
beristirahat / tidur untuk menghindari.
dalam waktu yang 2. Ciptakan suasana 2. Suasana tenang akan
cukup. yang mendukung, mendukung istirahat
 Klien suasana tenang
mengungkapan dengan mengurangi
sudah bisa tidur . kebisingan .
 Klien mampu 3. Beri kesempatan 3. Menentukan rencana
menjelaskan faktor klien untuk mengatasi gangguan
penghambat tidur . mengungkapkan
penyebab gangguan
tidur.
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi nyeri
dokter untuk sehingga klien bisa
pemberian obat istirahat dengan
yang dapat cukup
mengurangi nyeri
( analgesik ).

Keperawatan Medikal Bedah 1 17


TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Waktu : 2 April 2002


Tempat : Ruang Bedah D Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Ramlan Siswandi


Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat : Tambak Segaran Wetan Gang Buntu No.
32 Surabaya.
Tanggal MRS : 1 April 2002 jam 10.30 WIB.
Cara Masuk : Lewat Poliklinik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Diagnosa Medis : Benigne Prostat Hyperplasia Grade II
Alasan Dirawat : Akan dioperasi/tidak dapat buang air kecil
Keluhan Utama : Sulit buang air kecil
Upaya yang telah dilakukan : Tanggal 18 Maret Dibawa ke IRD Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang Dower Kateter

1. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat Penyakit Sekarang


Karena tidak dapat buang air kecil kemudian dipasang Dower Catheter
Tanggal 18 Maret 2002 (dua minggu sebelum MRS) sampai sekarang
menunggu rencana operasi tanggal 8 April 2002.

2) Riwayat Penyakit Dahulu


Dahulu pernah menderita asthma bronchiale, serangan terakhir + 1
tahun yang lalu. Sejak + 1 tahun yang lalu keluar benjolan di lipatan
paha kanan dan kiri. Sebelah kanan lebih besar, terutama bila mengejan,
tetapi masih bisa keluar-masuk. Tanggal 18 Maret 2002 (dua minggu
sebelum MRS) Klien datang ke IRD dengan keluhan tidak bisa buang
air kecil, kemudian di sana dipasang Dower Catheter sampai sekarang.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami
penyakit seperti yang dideritanya sekarang ini

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup
bersih

5) Riwayat Kesehatan Lainnya


Alat bantu yang dipakai  Lensa kontak

Keperawatan Medikal Bedah 1 19


2. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum baik

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 120 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping
hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi,
hasil thorax foto KP dengan curiga multipel bulla paru kanan serta
efusi pleura kanan/minimal

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Nadi 120 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/80 mmHg,
Suhu 36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra
sistole/murmur tidak ada
Hasil ECG : RBBB  tapi tidak perlu terapi

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)


Terpasang polly kateter, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine
kuning pekat, kateter tidak terawat, Kateter belum diganti sejak 14
hari yang lalu,
Genital Hygiene cukup bersih.
Hasil BOF :Tak tampak batu radiopague sepanjang tractus
urinarius

(5) Perkemihan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun
diare, klien buang air besar 1 X/hari

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)


Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
Hasil BOF : Spondilitis lumbalis dan skoliosis ringan vertebra
lumbalis.

Pola aktivitas sehari-hari

(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan


Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali
bila sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan
obat-obat tradisional.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang
cukup.Klien tidak alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu

Keperawatan Medikal Bedah 1 20


menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air putih
sekitar 2 – 3 liter perhari.

(3) Pola Eliminasi


Klien buang air besar 1 X/hari.
Klien buang air kecil saat ini dengan menggunakan polly kateter,
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.

(4) Pola Aktivitas dan latihan


Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya
beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.

(5) Pola tidur.dan Istirahat


Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang
ramai.

(6) Pola Kognitif dan Persepual


Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi.

(7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri


Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang
sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.

(8) Pola Hubungan dan Peran


Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.

(9) Pola Reproduksi Seksual


Selama terpasang Dower Cateter Klien tidak dapat melakukan
hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola Penanggulangan Stress


Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena
kurangnya pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis
anesthesi.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Terpasangnya kateter memerlukan adaptasi klien dalam
menjalankan ibadahnya.

(12) Personal Higiene


Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan
cuci rambut 1 X/minggu.

(13) Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.

Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi.

Keperawatan Medikal Bedah 1 21


Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus
dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya
mahal.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5
waktu sehari dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan
oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh
masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST
Laboratoriun
Hb : 15,3 mg/dl (13,4 mg/dl)
Leukosit : 12.000
BSN : 98 mg/dl ( 140 mg/dl)
2 jam pp : 200
BUN : 21 mg/dl (10 – 20)
Serum Creatinin : 0,7 mg/dl (0,6 – 1,3)
Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2 mmol/l)
Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l)
Albumin : 3,4 gRasionaldl (3,2 – 3,5 gRasionaldl)
SGOT : 21 U/L
SGPT : 12 U/L
Bilirubin Direk : 0,14
Bilirubin Total : 0,32

3. ANALISA DAN SINTESA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


S : Klien mengatakan sedikit stress rencana Kecemasan
menghadapi tindakan operasi pembedahan
Klien mengatakan kurang tidur baik pada dan
waktu siang maupun malam hari. kehilangan
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah status
dengan kondisi ruang perawatan yang kesehatan.
ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.

S : Pasien menyatakan belum memahami kurangnya Kurangnya


tentang sifat penyakit, pemeriksaan informasi pengetahuan tentang
diagnostik dan tujuan tindakan yang yang akurat sifat penyakit,
diprogramkan. pada klien pemeriksaan
O : Pasien bertanya-tanya tentang sifat diagnostik dan
penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
tujuan tindakan yang diprogramkan. diprogramkan.
S : Klien mengatakan sudah dua minggu pemasangan Resiko tinggi
dipasang Dower Kateter Dower terhadap Infeksi
O : Terdapat Kateter yang tersambung dengan Cateter yang Saluran Kencing.
urinebag. lama.

Keperawatan Medikal Bedah 1 22


DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas
1. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status
kesehatan ditandai dengan
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan
yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.

2. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan


tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi
yang akurat pada klien ditandai dengan
S : Pasien menyatakan belum memahami tentang sifat penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
O : Pasien bertanya-tanya tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang diprogramkan.

3. Resiko tinggi terhadap Infeksi Saluran Kencing.berhubungan dengan


pemasangan Dower Cateter yang lama ditandai dengan :
S : Klien mengatakan sudah dua minggu dipasang Dower Kateter.
O : Terdapat Kateter yang tersambung dengan urinebag.

Keperawatan Medikal Bedah 1 23


PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN

DIAGNOSA NAMA
TUJUAN DAN HASIL
TGL. KEPERAWATAN/DATA RENCANA TINDAKAN RASIONAL PERAWAT /
YANG DIHARAPKAN
PENUNJANG MAHASISWA
2 April Kecemasan berhubungan Tujuan : - Berikan dorongan terhadap tiap-tiap - Untuk mengurangi rasa cemas
2002 dengan rencana Rasa cemas dapat proses kehilangan status kesehatan yang
pembedahan dan diatasi/berkurang. timbul.
kehilangan status Kriteria : - Berikan privacy dan lingkungan yang - privacy dan lingkungan yang nyaman
kesehatan. - Pasien dapat nyaman. dapat mengurangi rasa cemas.
Data Penunjang : menyatakan - Batasi staf perawat/petugas kesehatan - Untuk dapat lebih memberikan
- Klien mengatakan kecemasan yang yang menangani pasien. ketenangan.
sedikit stress dirasakan. - Observasi bahasa non verbal dan bahasa - Untuk mendeteksi dini terhadap
menghadapi tindakan - Pasien dapat verbal dari gejala-gejala kecemasan. masalah
operasi. Klien beristirahat dengan - Temani pasien bila gejala-gejala - Untuk mengurangi rasa cemas
mengatakan kurang tenang. kecemasan timbul.
tidur baik pada waktu - Tensi dan Nadi dalam - Berikan kesempatan bagi pasien untuk - Kemampuan pemecahan masalah pasien
siang maupun malam batas normal. mengekspresikan perasaannya . meningkat bila lingkungan nyaman dan
hari. Klien tampak - Ekspresi wajah mendukung diberikan.
terganggu tegang dan ceria/rileks. - Hindari konfrontasi dengan pasien. - Untuk mengurangi ketegangan pasien
gelisah dengan - Berikan informasi tentang program - Informasi yang diberikan dapat
kondisi ruang pengobatan dan hal-hal lain yang membantu mengurangi
perawatan yang ramai mencemaskan pasien. kecemasan/ansietas
- Tensi 140/80 mmHg - Lakukan intervensi keperawatan dengan - Untuk menghindari kemungkinan yang
- Nadi = 120 X/mt hati-hati dan lakukan komunikasi tidak diinginkan
terapeutik.
- Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan - Untuk mengurangi ketegangan dan
yang diprogramkan. kecemasan pasien
- Berikan dorongan pada pasien bila - Untuk mengurangi ketergantungan

25
sudah dapat merawat diri sendiri untuk pasien
meningkatkan harga dirinya sesuai
dengan kondisi penyakit.
- Hargai setiap pendapat dan keputusan - Untuk meningkatkan harga diri pasien.
pasien. S u b h a n

3 April Kurangnya pengetahuan Tujuan : - Kaji tingkat pengetahuan pasien dan - Pengetahuan membantu
2002 tentang sifat penyakit, Pengetahuan pasien keluarga tentang sifat penyakit, mengembangkan kepatuhan pasien dan
pemeriksaan diagnostik tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan keluarga terhadap rencana terapeutik
dan tujuan tindakan yang pemeriksaan diagnostik tindakan yang diprogramkan.
diprogramkan dan tujuan tindakan yang - Berikan penjelasan tentang sifat - Untuk menambah pengetahuan pasien
berhubungan dengan diprogramkan meningkat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan
kurangnya informasi yang Kriteria tujuan tindakan yang diprogramkan.
akurat pada klien. - Pasien dapat - Berikan kesempatan pasien dan - Meningkatkan kemampuan pasien untuk
Data Penunjang : menjelaskan kembali keluarga untuk mengekspresikan memecahkan masalah
- Pasien menyatakan tentang sifat penyakit, perasaannya dan mengajukan
belum memahami tujuan tindakan yang pertanyaan terhadap hal-hal yang belum
tentang sifat penyakit, diprogramkan dan dipahami.
pemeriksaan pemeriksaan - Diskusikan pentingnya banyak minum - Untuk menambah pengetahuan pasien
diagnostik dan tujuan diagnostik. air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak bahwa cairan dapat membantu
tindakan yang - Pasien tidak bertanya ada kontra indikasi. pembersihan ginjal
diprogramkan. lagi tentang sifat - Batasi aktifitas fisik yang berat. - Untuk mencegah kekambuhan Hernia
- Pasien bertanya-tanya penyakit, pemeriksaan yang juga dideritanya
tentang sifat penyakit, diagnostik dan tujuan
pemeriksaan tindakan yang
diagnostik dan tujuan diprogramkan.
tindakan yang
diprogramkan. S u b h a n

26
4 April Resiko tinggi terhadap Tujuan : - Pertahankan sistem kateter steril, - Mencegah masuknya bakteri dan
2002 Infeksi Saluran Kencing Infeksi dapat dicecah Berikan betadine pada kateter dan ujung infeksi/sepsis lanjutan
berhubungan dengan Kriteria hasil : uretra kemudian tutup dengan kasa
pemasangan Dower - Mencapai waktu - Observasi tanda dan gejala Infeksi - Mendeteksi infeksi sejak dini
Cateter yang lama operasi tidak Saluran Kencing
mengalami tanda - Kolaborasi dengan dokter untuk - Untuk mengurangi kemungkinan reseko
infeksi. penggantian Dower Kateter atau Infeksi Saluran Kencing.
pemberian obat Antibiotika S u b h a n

27
IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PERAWAT /
TGL. JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
MAHASISWA
2 April 2002 18.00 - Memberikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
WIB - Memberikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
- Membatasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
- Mengobservasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
- Menemani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
- Memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
- Menghindari konfrontasi dengan pasien.
- Memberikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.
- Melakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
- Menganjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
- Memberikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan
harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
- Menghargai setiap pendapat dan keputusan pasien. S u b h a n

3 April 2002 10.00 - Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik
WIB dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Memberikan penjelasan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
- Memberikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan
mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
- Mendiskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra
indikasi.
- Membatasi aktifitas fisik yang berat. S u b h a n

4 April 2002 10.00 - Mempertahankan sistem kateter steril, memberikan betadine pada kateter dan ujung uretra
WIB kemudian tutup dengan kasa
- Mengobservasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Kencing
- Mengkolaborasi dengan dokter untuk penggantian Dower Kateter atau pemberian obat Antibiotika S u b h a n
EVALUASI

NAMA PERAWAT /
TGL. DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI
MAHASISWA
2 April 2002 Kecemasan berhubungan dengan rencana Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
pembedahan dan kehilangan status kesehatan. Kriteria :
- Pasien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks. S u b h a n

3 April 2002 Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, Pengetahuan pasien tentang sifat penyakit, pemeriksaan
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.meningkat
diprogramkan berhubungan dengan kurangnya Kriteria
informasi yang akurat pada klien. - Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
- Pasien tidak bertanya lagi tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan. S u b h a n

4 April 2002 Resiko tinggi terhadap Infeksi Saluran Kencing Infeksi dapat dicecah
berhubungan dengan pemasangan Dower Cateter Kriteria hasil :
yang lama - Mencapai waktu operasi tidak mengalami tanda infeksi. S u b h a n

Você também pode gostar