Você está na página 1de 14

1.

Filsafat agama

Filsafat agama merupakan filsafat yang membuat agama menjadi obyek penelitiannya.Fulsafat agama mengembangkan logika, teori
pengetahuan dan metafisika agama.

Kiranya tidak perlu sebuah uraian panjang lebar tentang filsafat agama. Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama
menjadi obyek pemikirannya.

Dalam hal ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang juga mempelajari agama, seperti antropologi budaya, sosiologi
agama dan psikologi agama. Kekhasan ilmu-ilmu itu adalah bahwa mereka bersifat deskriptif.

Antropologi budaya meneliti pola kehidupan sebuah masyarakat dan kerangka spiritual hidup. Dalam rangka itu, bentuk-bentuk
penghayatan agama dalam masyarakat itu diteliti. Antropologi mengamati dan berusaha ikut menghayati bagaimana masyarakat yang
diteliti menghayati Yang ilahi. Antropologi adalah ilmu deskiptif. la tidak menilai apakah penghayatan itu baik atau buruk dan tidak
berusaha untuk mengubah penghayatan itu, melainkan berusaha untuk memahami apa yang merupakan kenyataan keagamaan dalam
masyarakat.

Sosiologi agama meneliti hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat, khususnya pengaruh agama terhadap kelakuan manusia
dalam masyarakat. Sosiologi agama dapat memberi petunjuk yang berharga untuk mengetahui, apa sebenarnya kedudukan agama dalam
sebuah masyarakat, apakah agama itu masih berpengaruh, apakah masyarakat masih mentaatinya, apakah sikap-sikap masyarakat masih
dipengaruhi oleh agama.

Psikologi agama meneliti hakekat, bentuk-bentuk dan perkembangan pengalaman religius pada individu-individu dan kelompok-
kelompok. Psikologi agama meneliti perasaan religius dalam hati, pertobatan, semangat kenabian, dan perbedaan penghayatan
keagamaan dalam masyarakat-masyarakat sederhana dan dalam kebudayaan-kebudayaan tinggi. Segala bentuk penghayatan keagamaan
serta fungsinya dalam perkembangan kepribadian diselidiki.

Berbeda dengan ilmu-ilmu deskriptif, filsafat agama mendekati agama secara menyeluruh. Filsafat agama mengembangkan logika, teori
pengetahuan dan metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh orang-orang beragama sendiri yang ingin memahami dengan
lebih mendalam arti, makna dan segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan antara lain: hubungan antara Allah,
dunia dan manusia, antara akal budi dan wahyu, pengetahuan dan iman, baik dan jahat, sosok pengalaman Yang Kudus dan Yang
Syaitani, apriori religius, faham-faham seperti mitos dan lambang, dan akhrinya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman kepada
Allah serta masalah "theodicea" yang telah saya sebutkan.

Ada juga filsafat agama yang reduktif (mau mengembalikan agama kepada salah satu kebutuhan manusia dengan menghilangkan unsur
transendensi), kritis (mau menunjukkan agama sebagai bentuk penyelewengan dan kemunduran) dan anti agama (mau menunjukkan
bahwa agama adalah tipuan belaka).

Reduktif misalnya filsafat Immanuel Kant (salah seorang filosof terbesar zaman moderen, penganut kristen protestan yang 'alim) yang
mau mengembalikan peran agama sebagai penunjang moralitas manusia. Reduktif-kritis adalah teori Durkheim yang melihat agama
sebagai jaminan kekokohan kesatuan sebuah masyarakat. Kritis, reduktif dan anti agama misalnya filsafat Feuerbach yang mereduksikan
agama pada usaha keliru manusia untuk merealisasikan diri; Marx yang melihat agama sebagai pelarian orang yang tertindas, dan Freud
yang memahami agama sebagai gejala neurotik.

Tidak mungkin dalam rangka tulisan sederhana ini kami membahas semua paham itu secara mendalam. Kiranya jelas bahwa orang
agama dewasa ini sangat perlu mempelajari filsafat agama dan bahkan ikut secara aktif di dalamnya, artinya, rnenjadi filosof agama. Di
satu pihak, filsafat dapat membuka mata manusia akan kenyataan, keluhuran dan keunikan gejala agama (berlawanan dengan segala teori
reduktit). Di lain pihak, serangan-serangan filsafat agama yang reduktif, kritis dan anti agama perlu ditanggapi. Kaum agama dapat
belajar daripadanya, belajar bahwa keagamaan dapat disalahfahami, supaya mereka memperbaiki .penghayatan keagamaan sedemikian
rupa hingga agama tidak lagi disalahpahami. Juga untuk membuka kelemahan pendekatan kritis-reduktif itu.

Kalau agama mau menghadapi tantangan modernisasi secara terbuka, dan kalau ia mau ikut menjadi unsur aktif di dalamnya, maka ia
harus berani terjun ke filsafat agama.

2. Fungsi agama bagi kehidupan

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :

 Karena agama merupakan sumber moral


 Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
 Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
 Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah
dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan
hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun
dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
 Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya
ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
 Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-
ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari
kejahatan atau kemungkaran.

Fungsi Agama Kepada Manusia


Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu
berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
dihuraikan di bawah:

– Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.


Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu
keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia
manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah
ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT

-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.


Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya
soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.

– Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.


Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman
bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

– Memainkan fungsi kawanan sosial.


Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika
yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

1. Sebagai sarana pendidikan


Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai
dengan perintah atau larangan yang harus dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu
berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing.

2. Sebagai sarana untuk keselamatan


Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan
keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa
lalu. Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan memohon
keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan cara agar hati
tenang.

3. Sebagai jembatan perdamian dunia


Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang
yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki
tarusan negara dengan ideologi dan agama yang berbeda beda, tetapi semua negara dilandasi rasa saling menghormati hak asasi manusia
, saling menghargai, mengutamakan persamaan derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau
penghujatan terhadap orang lain dan tidak saling merasa benar , maka perdamian dunia akan selalu tercipta hingga akhir jaman.

4. Sebagai alat untuk sosial


Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial
dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas yang
berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak
lagi menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak
baik antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau tentang kezoliman yang berkembang pada
sistem kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama ( walaupun berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka
dan cerdas untuk menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.

5. Sebagai jenjang hidup yang baru


Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan melaarang manusia untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain apapun
bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang dalam bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan
mampu mengubah pribadi seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan yaang baru yaitu kehidupan yang lebih baik dan
mencapai spiritualnya masing masing.

6. Sebagai tempat untuk berinteaksi


Pada dasarnya Ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun didunia. agama mengajarkan manusia untuk saling
bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain). Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk
usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan
sesuai dengan norma norma yang ada dalam masyarakat .

7. Sebagai semangat kreatifitas


Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan
atau kejahatan kejahatan yang merugikan orang lain. semangat kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling bekerja
sama dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat untuk kemajuan bangsa dan negara.

8. Sebagai identitas diri


Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang beragama dan tidak atheisme (Tidak beragama). identitas
tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda penduduk, paspor dan surat surat penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus
menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah didunia.

9. Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis


yaitu yang mengajarkan tentang cara bagaimana berprilaku yang baik yang sesuai norma, moral dan aturan aturan , perintah serta
larangan larangan yang berhubungan dengahn etika bermasyarakat. yang bertujuan agar mudah tercipta krukunaan , saling menghormati
dan hidup saling berdampingan tanpa mengenal perbedaan agama ataupun tradisi.

10. Agama juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan


Yaitu sebagai benteng kekuatan yang tidak mengenal ruang dan waktu karena berperan besar dalam mempengaruhi prilaku dan sikap
manusia secara individu ataupun secara sosial, kalimat ini pernah dinyatakan oleh seorang pakar ahli sosiologi yang bernama Emile
Durkhien.

11. Agama juga bisa disebut sebagai kebanggaan


Yaitu memiliki agama berarti memiliki kebangaan karena mempunyai tuhan tempat kita berserah diri, memohon bantuan dan sarana
untuk beribadah agar menjadi manusia bisa lebih dekat dengan yang maha kuasa dan menjadi pribadi yang lebih baik. agama sebagai
kebanggaan diri secara pribadi tetapi bukan untuk dipertunjukan dalam bentuk keangkuhan, pamer atau kesombongan. karena
keangkuhan hanya akan membuat jarak kita dengan orang lain menjadi menpunyai dinding batas untuk saling berinteraksi. hal ini
disebabkan pada dasarnya manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan bangga dengan tujuan untuk menyombongkan diri.

Pentingnya Agama dalam Kehidupan

Agama dapat mempersatukan perbedaan kultur dalam masyarakat yang majemuk . Agama sangat penting dan sangat berperan dalam
membentuk dan membangaun tatanan masyarakat menjadi lebih teratur, ter rah dan lebih maju karena ajaran agama mampu menciptakan
kerukunan kultur dan memperbaiki kualitas pergaulan pada orang orang yang memiliki perbedaan agama pada masyarakat yang
majemuk agar senantiasa hidup berdampingan tanpa ada rasa iri, dengki, merasa paling benar dan lain lain.

 Agama adalah Tiang kehidupan – Seseorang yang tidak mempunyai agama apapun maka kehidupannya akan dipenuhi dengan
keraguan, cenderung suka dengan jalan kemaksiatan dan perbuatan perbuatan yang merugikan orang lain. tanpa agama seseorang tidak
akan mempunyai sesuatu yang selalu mengajaknya untuk berdoa, bersyukur, menyesali perbuatan dan memohon pengampunan pada
tuhan yang diyakininya dapat menolongnya merubah jalannya menjadi lebih baik.
 Agama adalah Tiang dalam berfikir – Seseorang yang tidak memiliki agama maka akan sulit baginya untuk mengerti dan memahami
cara menghormati perbedaan kita dengan orang lain. sulit bisa menghargai ibadah orang lain dan sulit untuk menyayangi orang orang
yang butuh bantuan . tanpa agama kita tidak mampu berfikir jernih karena jalan kebaikan , kebenaran dan keadilan yang diajarkan
didalamnya tidak pernah dipahaminya dengan baik.
 Agama adalah Tiang dalam berprilaku – Tanpa agama seseorang tidak bisa berprilaku baik ditengah masyarakat karena agama yang
selalu mengajarkan kebaikaan tidak dimilikinya. tanpa agama seseorang sangat miskin dengan ajaran ajaran kebaikan, moral dan tentang
norma norma yang harus dijalankan dalam masyarakat. tanpa agama seseorang cenderung tidak mampu berprilaku santun, tidak mampu
mengendalikan emosi, merasa menang sendiri dan tidak bisa menghargai hasil karya orang lain.
 Agama adalah Tiang dalam mengambil keputusan. – Agama selalu mengajarkan hal hal kebaikan agar manusia selalu berada dalam
kebenaran daan tidak melakukaan hal hal yang dilarang yaang sebenarnya bisa berdampak buruk bagi orang lain. jika hidup saling rukun,
saaling menghormati dan tidak saling menyakiti maka hidup bermasyarakat akan selalu terasa damai, aman dan mudah dalam mengambil
keputusan ketika sedang bermusyawarah.
 Agama adalah Tiang negara – Sebuah negara yang sangat maju tidak akan berati apa apa jika warga negaranya tidak memiliki
agama.karean tanpaa agama manusia dengan manusia lainnya akan mudah terpancing dengan hal hal yang dapat memecah belah
persatuan, seseorang yang tidak beragama mudah terhasut , mudah diperdaya dan mudah terpancing emosi dan memulai pertikaian,
pertengkaran, permusuhan, perkelahian, bahkan peperangan.

Didalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia fungsi agama bisa juga berarti sebagai pedoman hidup sehari hari, sebagai
pembeda dan ciri khas dimasyarakat, sebagai pedoman untuk memahami sesuatu yang baik dan yang salah, sebagai pedoman untuk
rekreasi dan hiburan dan sebagai pengakuan diri akan rasa persamaan diantara umat beragama yang ada di Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi dalam perbedaan agama


Didalam perbedaan agama, Faktor Integritas sangat dibutuhkan tetapi faktor Disintegratif layak untuk dijauhi. Mengapa?

Agama mempunyai dua faktor yang sebenarnya tidak dapat terpisah dari kehidupan masyarkat sehari hari. namun perbedaan agama yang
ada diIndonesia sebenarnya sudah bukan saatnya untuk diperdebatkan , karena masyarakat yang majemuk sudah terbiasa menjadi gaya
hidu di Indonesia sejak jaman kemerdekaan belum ada. Indonesia sudah terbiasa hidup berdampingan dan rukun walaupun
masyarakatnya berbeda kultur. kondisi ini seharusnya menjadi kebanggaan dan tauladan yang baik bagi bangsa lain yang hingga saat ini
masih saja bertikai hanya karena perbedaan agama. secara logika pertikaian mereka tidak ada artinya, karena bangsa yang terus menerus
bertikai hanya karena perbedaan agama, sebenarnya sudah jauh tertinggal dari bangsa Indonesia, karena kemajuan mereka dalam bentuk
etika dan rasa toleransi beragama belumlah sempurna seperti Indonesia! (baca : manfaat toleransi antar umat beragama)

Faktor yang mempengaruhi peranan agama


1. Faktor integritas
Perbedaan agama untuk menyatukan ikatan bersama dalam anggota anggota dalam masyarakat dan menjalani kewajiban kewajiban yang
telah diatur negara berdasarkan undang undang yang berlaku untuk semnmua agama di Indonesia. hal ini dapat menyebabkan semakin
kuatnya rasa persatuan dan kesatuan ditanah air karena agama bisa sebagai kekuatan pemersatu yang paling kuat dari pada senjata tajam
manapun.

persatuan yang terbentuk dari perbedaan yang menjelma saling menghargai, menghormati dan saling menyayangi satu sama lainnya
dapat mudah meruntuhkan ancaman dari bangsa lain atau menghapuskan tekanan dari negara tetangga demi kepentingannya sendiri.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa bersatu didalam perbedaan dan hidup rukun tanpa saling merugikan.

2. Faktor Disintegratif
Fungsi agama memang dapat mempersatukan perbedaan dan meningkatkan rasa nasionalisme terhadap tanah air. Namun agama juga bisa
atau berpotensi untuk menghancurkan eksistensi pada lingkaran masyarakat , memecahbelah persatuan dan bisa memporak porandakan
rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara. Hal dapat terjadi jika salah satu agama tampil sebagai eksistensi yang paling benar,
bersifat kejam dan ingin berkuasa, merasa ajaran agama lain adalah buruk dan cenderung menyalahkan eksistensi agama lain.

Kondisi faktor disintegratif sebaiknya tidak berlaku dinegara manapun, karena kerukunan antar umat beragama sangatlah penting agar
tidak terjadi pertikaian dan peperangan yang tidak perlu. fungsi agama sebaiknya dijalnkan untuk kemajuan moral seluruh manusia agar
selalu dalam kondisi yang seharusnya dan tidak bertentangan dengan norma norma yang telah ada dimasyarakat.

Fungsi Sosial Agama


Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan
(integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).

Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi
masyarakat.

Fungsi Integratif Agama

Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik
diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal
ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan
sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada
saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan
eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri
sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain

Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun
lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya.
memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
 Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
 Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan
batin, dunia dan akhirat.
 Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
 Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan aspek yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai
pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.

Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat
dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas
yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.

Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin
mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini
pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka,
kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk
ekspansi keyakinan.

Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya
yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama)
melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.

Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat
legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau
bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya.

Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di
organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus
dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.

Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena
lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala
tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang
lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati

Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu.
Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan
kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar
tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.

Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh
satu dua penceramah, TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat
sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama!

Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung
dengan manusia. Bagi pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan
yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama
adalah seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.

Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan
perbalahan.

Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang
boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil
tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak
ditemui di peringkat etika dan nilai.

3. Sumber ajaran agama

1. AL-QUR’AN

PENGERTIAN AL-QUR’AN

Etimologi = Al-Qur’an –> Qara’a – Yaqra’u – Qur’anan yang berarti bacaan.

Terminologi = Al-Qur’an adalah Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.,
ditulis dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.

Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, 13 tahun sebelum hijrah hingga 10 tahun setelah
hijrah.

FUNGSI AL-QUR’AN

1. Sebagai pedoman hidup.

2. Sebagai korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah swt. yang terdahulu.

3. Sebagai sarana peribadatan.

KANDUNGAN AL-QUR’AN

1. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah swt., malaikat, rasul, hari akhir, qadha dan qadar, dan sebagainya.

2. Prinsip-prinsip syari’ah baik mengenai ibadah khusus maupun ibadah umum sepertiperekonomian, pemerintahan, pernikahan,
kemasyarakatan dan sebagainya.

3. Janji dan ancaman.

4. Kisah para nabi dan Rasul Allah swt. serta umat-umat terdahulu ( sebagai i’tibar / pelajaran ).

5. Konsep ilmu pengetahuan, pengetahuan tentang masalah ketuhanan ( agama ), manusia, masyarakat maupun tentang alam
semesta.
2. AS-SUNNAH

PENGERTIAN AS-SUNNAH / HADITS

Etimologi = jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga berarti undang-undang yang berlaku.

Terminologi = berita / kabar, segala perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw.

KEDUDUKAN AS-SUNNAH / HADITS

As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.

Apabila as-Sunnah / Hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan mengalami kesulitan-kesulitan
seperti :

1. Melaksanakan Shalat, Ibadah Haji, mengeluarkan Zakat dan lain sebagainya, karena ayat al-Qur’an dalam hal tersebut hanya
berbicara secara global dan umum, sedangkan yang menjelaskan secara rinci adalah as-Sunnah / Hadits.

2. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, untuk menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3. Mengikuti pola hidup Nabi, karena dijelaskan secara rinci dalam Sunnahnya, sedangkan mengikuti pola hidup Nabi adalah
perintah al-Qur’an.

4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya peraturan-peraturan yang diterangkan oleh as-Sunnah /
Hadits yang tidak ada dalam al-Qur’an seperti kebolehan memakan bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam al-Qur’an
menyatakan bahwa bangkai itu haram.

HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR’AN

1. Sebagai Bayan ( menerangkan ayat-ayat yang sangat umum).

2. Sebagai Taqrir ( memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an ).

3. Sebagai Bayan Tawdih ( menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ).

PERBEDAAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH / HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM

Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-
perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain sebagai berikut :

1. – Al-Qur’an bersifat Qath’i ( mutlak ) kebenarannya.


– As-Sunnah bersifat Dzhanni ( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.

2. – Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup.

– Tidak seluruh Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada pula Hadits yang Dhaif .

3. – Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya.

– As-Sunnah belum tentu autentik lafadz dan maknanya.

4. – Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib
mengimaninya.

– Apabila as-Sunnah berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan
mengimaninya seperti halnya mengimani al-Qur’an.

5. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka :

– Penerimaan seorang muslim terhadap al-Qur’an hendaknya didasarkan pada keyakinan yang kuat, sedangkan;

– Penerimaan seorang muslim terhadap as-Sunnah harus didasarkan atas keragu-raguan ( dugaan-dugaan ) yang kuat. Hal ini bukan
berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu apakah Hadits itu benar-benar berasal dari Nabi atau tidak karena adanya proses sejarah
kodifikasi hadits yang tidak cukup memberikan jaminan keyakinan sebagaimana jaminan keyakinan terhadap al-Qur’an.

3. IJTIHAD

PENGERTIAN IJTIHAD

Etimologi = mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha bersungguh-sungguh, bekerja semaksimal munggkin.

Terminologi = usaha yang sungguh-sungguh oleh seseorang ulama yang memiliki syarat-syarat tertentu, untuk merumuskan
kepastian hukum tentang sesuatu ( beberapa ) perkara tertentu yang belum ditetapkan hukumnya secara explisit di dalam al-Qur’an
dan as-Sunnah.

Menurut Mahmud Syaltut, Ijtihad atau al-Ra’yu mencakup 2 pengertian, yaitu :

1. Penggunaan pikiran untuk menentukan suatu hukum yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.

2. Penggunaan pikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau Hadits.

Dasar melaksanakan Ijtihad adalah al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 48!

48. dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-
Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

[421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab
sebelumnya.

[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

LAPANGAN IJTIHAD

Secara ringkas, lapangan Ijtihad dapat dibagi menjadi 3 perkara, yaitu :

1. Perkara yang sama sekali tidak ada nashnya di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

2. Perkara yang ada nashnya, tetapi tidak Qath’i ( mutlak ) wurud ( sampai / muncul ) dan dhalala ( kesesatan ) nya.

3. Perkara hukum yang baru tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

KEDUDUKANIJTIHAD

Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai
berikut:

1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, sebab Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia
yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.

2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang, tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu
masa / tempat, tetapi tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.

3. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.

4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan
jiwa ajaran Islam.

5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah

4. Ibadah

A. PENGERTIAN IBADAH
Menurut bahasa kata ibadah berarti patuh , tunduk. Ubudyah artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut Al’azhari, kata ibadah
tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.
Dalam istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut:
1. Jurjani mengatakan ;
Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf , tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhanmu.
2. Menurut ibn katsir :
Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna.
3. Menurut ibn taimiyah :
Didalam kitabnya al-‘ubudiyah , memberikan penjelasan yang cukup luas tentang pengertian ibadah. Pada dasarnya ibadah berarti
merendahkan diri (al-dzull). Akan tetapi , ibadah yang diperintahkan dalam agama itu bukan sekedar ketaatan atau perendahan diri
kepada Allah. Ibadah mengandung pengertian al-dzull dan hubb, dalam tingkatannya yang paling sempurna patuh kepada seseorang
tetapi tidak mencintainya, tidak disebut ibadah ; cinta tanpa kepatuhanpun bukan ibadah. Jadi cinta atau patuh saja belum cukup
untuk mewujudkan pengertian ibadah. Seseorang belum dapat dikatakan beribadah kepada Allah kecuali apabila ia mencintai Allah,
lebih dari cintanya kepada apapundan memuliakan-Nya lebih dari segala yang lain-Nya bahkan ia harus meyakini tidak ada yang
berhak atas cinta dan kepatuhan yang sempurna kecuali Allah.
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk.
Di dalam syara', ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah :
1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan
rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah (mahdhah) ditujukan untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan Allah, agar kita memiliki keimanan yang
benar, lurus dan kuat, jauh sirik , khurafat, tahayul dan perdukunan serta agar kehidupan kita terjaga dari berbagai hal yang
merusak, menyesatkan, mencelakakan, dan mendapatkan ketenangan batin/hati.
“sesengguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa sirik, dan mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya. Barang siapa yang mempersukutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “. ( An-Nissa : 48 ).

B. MACAM-MACAM IBADAH

Manusia diciptakan agar mereka mengenal dan menyembah Allah SWT .


Firman Allah SWT :

Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka menyembah-Ku.(Q.S. Adz-Dzaariyaat : 56).

Allah Subhannahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah
kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari'atNya.

Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang
disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari'atNya maka
dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah). .

Dengan demikian islam telah menjadikan ibadah sebagai perintah pertama yang harus ditunaikan oleh manusia, hanya diperuntukan
bagi Allah Taala saja. Rukun islam dan seluruh ajarannya yang agung itu sesudah mengucapkan dua kalimat shahadat adalah
mendirikan shalat, puasa ramadhan, membayar zakat, dan berhaji ke baitul haram, kesemuanya itu merupakan cermin dari macam-
macam ibadah yang dilaksanakan dengan niat semata-mata karena Allah Taala.
Macam-macam ibadah sebagai mana telah di syariatkan dalam islam, antara lain :
1. Ibadah yang dilaksanakan seorang muslim dengan anggota badannya, seperti : shalat dan puasa. Ibadah ini dikenal dengan
sebutan ibadah badaniyah.
2. Ibadah yang dilaksanakan seorang muslim dengan cara mengeluarkan sebagian harta kekayaannya, seperti : zakat dan
sedekah. Ibadah ini dikenal dengan sebutan ibadah maliah.
3. Ibadah badaniyah dan ibadah maliah secara bersamaan, seperti : haji dan umroh.
4. Ibadah yang tercermin dalam pekerjaan, seperti : shalat, zakat dan haji.
5. Ibadah yang tercermin dalam sikap meninggalkan dan menahan diri, seperti : puasa.

Namun demikian ibadah yang tercermin dalam sikap meninggalkan dan menahan diri ini bukan sesuatu yang bersifat negative. Dan
yang menjadikan sikap demikian mempunyai nilai ibadah adalah dikarenakan seorang muslim melakukan hal itu atas dasar
kehendak dan pilihannya dengan motif (niat) mendekatkan diri kepada Allah Taala. Maka oleh karenanya tindakan jasmani dan
rohani bersifat positif yang mempunyai nilai positif pula dalam neraca timbangan amal.

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa
yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat
kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika
disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas
hanya pada syi'ar-syi'ar yang biasa dikenal.
Seluruh rangkaian ibadah ritual yang kita lakukan – apapun bentuknya –, apakah itu shalat kita yang 5 waktu sehari semalam, puasa
kita dibulan suci ramadlan, atau zakat, infaq, shadaqoh yang kita keluarkan, bahkan ibadah haji yang seumur hidup satu kali itu,
didalam islam, kedudukan ibadah ibadah makhdloh tersebut tidak lebih hanyalah sebagai Alat (media) yang hendaknya mampu
mengantarkan kita kepada tujuan yang sebenarnya, singkatnya, ibadah itu bukan tujuan, ibadah itu bukan akhir segalanya.

C. Tujuan Ibadah

Para ulama kita, para pakar agama yang kompeten dibidangnya merumuskan, minimal ada 2 tujuan yaitu :
1. Takhliyyah / tazkiyatul qolbi yakni kebersihan hati, maksudnya adalah, Ibadah yang kita lakukan, shalat, puasa, Haji, dan lain
sebagainya. Hendaknya itu semua mampu membersihkan diri kita dari berbagai macam penyakit hati, mampu mensucikan diri kita
dari kotoran jiwa, dari virus virus qolbu yang sangat berbahaya dalam kehidupan. diharapkan dengan rajinnya kita shalat maka
bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan seringnya kita puasa maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya
berzakat / shadaqoh berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita.
2. Tahliyyah. tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah, hiasan Akhlaq dan budi pekerti. pesan moralnya adalah, Ibadah yang
kita lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan. semestinya, dengan sering dan
rajinnya kita shalat, maka muncullah ketawadhu’an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka tumbuhlah sifat pemaaf
kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dst.

5. Akhlak terpuji, akhlak kepada pencipta


A.Pengertian akhlak
Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang
diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia
dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.

Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq.

Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku
manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.

Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul
mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.

B.Macam-macam akhlak terpuji


Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata
karma terhadap makhluk Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi.

Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya
berprasangka buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta
menhindarkan sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah,dan
selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demiseseorang.Semua ini apabila dengan maksud
atau dilandasi niat dan tujuan yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran
Allah kepada kaumnya.

Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan al-‘idl.Al-‘adl adalah keadilan yang ukurannya
didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan al-‘idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh pancaindera
seperti hitungan atau timbangan.
Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap
sesuatu yang terjadi pada diri kita.

Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau bermanfaat.

Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah SWT.

Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.

Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..

Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu
permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa
memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.

1). Akhlak kepada Pencipta


Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali pada
kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan dan
berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa.Dengan kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada
sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan.

# Menurut Ibnu Katsir

Taubat adalah Tobat adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan menyesali atas dosa yang pernah dilakukan pada masa lalu
serta yakin tidak akan melakukan kesalahan yang sama pada masa mendatang.

# Menurut A.Jurjani

Tobat adalah kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari perbuatan dosa dan melaksanakan segala
kewajiban kepada Tuhan.

# Menurut Hamka

Tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan yang sangat sesat dan tidak tentu ujungnya.

2). Akhlak terhadap Sesama


Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah
mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah
hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan
adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik
bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa
itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.

Dalam aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam :

@ Akhlak kepada sesama muslim.


Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut
ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai
ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter
seseorang untuk menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus
menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu
merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga
lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara
hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan
bahkan diharamkan dalam islam.

@ Akhlak kepada sesama non muslim

Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang
punya prinsip hidup dengan nilai-nilaikemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa
serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak
terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai
asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan
yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam kehidupan ada namanya etika social.Berbicara
masalah etika social adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya
bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup
dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik
dalam kehidupan non muslim.
@ Kesimpulan Akhlak Kepada Sesama
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak
terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah
satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social.Baik dan
buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan
hati karena keduanya adalah sumber.Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya
nilai ibadah .
Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya
dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda
Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”

Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan
tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar
budi pekertinya.Baikkepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
3). ADIL
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan
demikian berbuat adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak merugikan pihak
manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang yang
bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun.
Firman Allah di dalam Al-Qur’an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain:

Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8

َ‫ّللا َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬ ُ ‫علَى أَالَّ تَ ْع ِدلُواْ ا ْع ِدلُواْ ه َُو أَ ْق َر‬
‫ب لِلتَّ ْق َوى َواتَّقُواْ ه‬
َ ‫ّللاَ إِنَّ ه‬ َ ‫شنَآ ُن قَ ْو ٍم‬ ُ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آ َمنُواْ كُونُواْ قَ َّوامِ ينَ ِ هلِل‬
َ ‫ش َهدَاء بِا ْل ِقسْطِ َوالَ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

Berlaku adil harus diterapkan kapada siapa saja tanpa membedakan suku,agama atau status sosial.Bahkab perlaku adil diterapkan
kepada keluarga dan kerabat sendiri.Sebagaimana firman Allah berikut ini

Al-Qur’an surat An-nisa Ayat 135

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia [361] kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hambanya yang beriman supaya menjadi orang yang benar-benar
menegakkan keadilan ditengah masyarakat.Berani menjadi saksi akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat dan terdakwa
adalah diri sendiri,orang tua dan kerabat.

Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada semua masyarakat,karena sekali ada pihak yang merasa dizalimi dengan
cara diperlakukan secara tidak adil,maka akan menimbulkan gejolak.Firman Allah lain tentang dali terdapat dalam surat An Nahl
ayat 90

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ADIL dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran.
4). RIDHO
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah ridha artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang
diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena musibah.Orang yang
mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak
iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia
hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama
islam.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat A-baqarah ayat 153

Artinya:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu

Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa memunculkan rasa ridho ketika menerima kenyataan pahit yang tidak
dikehendaki?Caranya yang paling jitu adalah dengan menyadari bahwa Allah SWT maha adil dan bijaksana dalam setiap ketetapan
dan keputusannya.hendaklah seseorang yakin bahwa Allah tidak pernah salah dalam memutuskan suatu hal.
Sebenarnya sikap ridho adalah perasan hati yang senantiasa merasa bahagia ketika menerima takdir baik apapun.Melalui sikap
ridho seseorang akan mudah bersabar menghadapi berbagai macam cobaan.

Ridho mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.Orang yangtelah menempati tingkatan ridho tidak akan mudah tergoncang
apapun yang dihadapinya.Baginya apapun yang terjadi dialam ini merupakan kodrat atau kekuasaan dan irodat kehendak
Allah.Segalanya harus diterima dengan rasa tenang danikhlas karena hal tersebut adalah pilihan Allah SWT yang berarti pilihan
terbaik.
5). AMAL SHALIH
Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal yang artinya segala pekerjaan atau
perbuatan.Sedangkan shalih artimya bagus.Amal shalih berarti segala perbuatan/pekerjaan yang bagus yang berguna bagi
pribadi,keluarga,masyarakat dan manusia secara keseluruhan.Kebalikan dari amal shalih adalah amalan sayyi’an atau amal jelek
yaitu perbuatan yang mendatangkan madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain.
Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam:

1.Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual kepada Allah SWT

2. Amal shalih yang bersifat horisontal yakni segala bentuk aktivitas sosial kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati untuk bekal
kehidupan alam akhirat.

Islam merupakan agama yang sama sekali tidak membadakan nilai ibadah yang terkandung dalam amal shalih yang barsifat vertikal
maupum horisontal.Karena islam menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki kedua keshalihan tersebut yaitu
keshalihan individual setelah menunaikan amal shalih vertikal dan sekaligus manjadi anggota masyarakat yang memiliki keshalihan
sosial setelah melakukan amal shalih horisontal.

Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam Ai-Qur’an anara lain:

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 82

Artinya:

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

Você também pode gostar