Você está na página 1de 13

MELAKSANAKAN PENGUJIAN TAMBAHAN UNTUK PENYAJIAN DAN

PENGUNGKAPAN
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identik
dengan asersi manjemen untuk penyajian dan pengungkapan. Berikut ini adalah asersi
manajemen dan tujuan audit umum yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.
Sebagian besar pengujian auditor yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkpan telah dilaksanakan pada tiga fase audit pertama. Pada tahap IV audit, auditor
mengevaluasi bukti yang diperoleh selama tiga tahap pertama audit untuk mengukur
diperlukan atau tidaknya bukti tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan.
Auditor harus mengumpulkan bukti audit yang mencukupi. Dalam mengumpulkan
bukti untuk tujuan umum yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, auditor
konsisten dengan bagaimana mereka melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan saldo. Beberapa hal yang dilakukan auditor
antara lain:
 Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian yang berkaitan dengan tujuan
penyajian dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penialaian risiko.
 Melakukan uji pengendalian yang berhubungan dengan pengungkapan ketika
penilaian awal atas risiko pengendalian berada di bawah maksimum
 Melaksanakan prosedur substantif untuk memperoleh assurance bahwa semua tujuan
audit dicapai untuk informasi dan jumlah yang disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan.

REVIEW KEWAJIBAN KONTINJEN DAN KOMITMEN


Selama fase terakhir ini, auditor melaksanakan prosedur audit yang berkaitan dengan
kewajiban kontinjen atau kewajiban bersyarat (contingent liability). Kewajiban bersyarat
adalah kewajiban yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi di masa depan yang
potensial kepada suatu pihak luar untuk suatu jumlah yang tidak diketauhui dan diakibatkan
oleh aktivitas yang telah berlangsung, tergantung kejadian di masa depan. Karakteristik yang
penting dari kewajiban kontinjen adalah ketidkapastian jumlah dan kemungkinan terjadinya.
Kewajiban kontinjen yang material harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Diperlukan tiga kondisi agar kewajiban kontinjen ada.
 Terdapat potensi pemabayaran ke pihak luar atau kerusakan aktiva (aset) yang
diakibatkan oleh kondisi yang ada
 Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau kerusaskan di masa
mendatang
 Hasil akan dipecahkan oleh satu atau beberapa kejadian di masa mendatang
Prosedur Audit untuk Menemukan Kontinjensi
Langkah pertama dalam mengauudit kontinjensi adalah menemukan ada atau tidaknya
kontinjensi (tujuan keterjadian penyajian dan pengungkapan). Begitu ditemukan adanya
kontinjensi, evaluasi terhadap materialitas dan pengungkapan catatan kakinya dapat
dilakukan dengan memuaskan.
Beberapa prosedur audit yang sering digunakan untuk mencari kewajiban kontinjen, antara
lain:
 Mengajukan pertanyaan kepada manajemen (lisan maupun tertulis) mengenai
kemungkinan adanya kontinjensi yang tidak tercatat.
Dalam mengajukan pertanyaan ini, auditor harus spesifik dalam menggambarkan
berbagai jenis kontinjensi yang mengharuskan adanya pengungkapan.
 Telaah laporan-laporan petugas pajak mengenai penyelesaian perselisihan pajak
penghasilan tahun berjalan dan tahun sebelumnya.
Laporan-laporan itu dapat mengungkap apakah terdapat bidang-bidang dimana
ketidaksesuaian mengenai tahun-tahun yang belum dapat diselesaikan mungkin akan
timbul. Bila suatu penelaahan pajak telah berlangsung lama maka terdapat
kemungkinan yang meningkat tentang adanya perselisihan pajak.
 Telaah notulen rapat direksi dan pemegang saham untuk mengetahui apakah ada
indikasi gugatan hukum atau kontinjensi-kontinjensi lain.
 Analisis biaya penasihat hukum untuk periode audit dan periksa faktur dan pernyataan
penasihat hukum untuk mengetahui apakah ada indikasi-indikasi kewajiban kontinjen,
khususnya gugatan hukum dan penetapan pajak.
 Peroleh konfirmasi semua penasihat hukum utama yang memberikan jasa hukum
klien mengenai status gugatan hukum yang masih berlangsung atau kewajiban
kontinjen lain.
 Telaah kertas kerja yang ada untuk mendapatkan informasi tentang indikasi adanya
kontinjensi potensial.
Misalnya konfirmasi bank dapat menunjukkan adanya wesel tagih didiskontokan atau
jaminan-jaminan untuk pinjaman.
 Peroleh L/C yang masih berlaku per tanggal neraca dan minta konfirmasi mengenai
sisa-sisa yang telah dan belum terpakai.

Evaluasi Kewajiban Kontinjen yang Diketahui


Auditor harus megevaluais signifikansi kewajiban potensial dan sifat pengungkapan yang
diperlukan dalam laporan keuangan bila ia menyimpulkan bahwa memang terdapat
kewajiban-kewajiban kontinjen. Kewajiban kontinjen itu cukup diketahui dalam beberapa
kasus untuk dimasukkan dalam laporan keuangan sebagai suatu kewajiban aktual.
Dalam kasus-kasus lain, pengungkapan tidak diperlukan bila kontinjensi itu sangat remote
atau tidak material. Serimgkali, kantor akuntan publik memengusahakan suatu penilaian
tersendiri mengenai kewajiban potensial itu dari penasihat hukumnya sendiri. Penasihat
hukum klien merupakan penasihat klien dan sering kehilangan perspektif dalam menentukan
penilaian atas kemungkinan kekalahan dalam proses hukum dan jumlah kerugian potensial
yang akan diderita.

Prosedur Audit untuk Menemukan Komitmen


Dalam suatu komitmen, karakteristik yang palin penting adalah persetujuan untuk mengikat
perusahaan kepada suatu himpunan kondisi-kondisi yang tetap di masa depan tanpa
memandang apa yang akan terjadi terhadap laba atau perekonomian secara keseluruhan.
Semua komitmen lazimnya digambarkan dalam suatu catatan atas laporan keuangan terpisah
atau digabung dalam catatan atas laporan keuangan yang berkaitan dengan kontinjensi.
Pencarian komitmen yang tidak tercatat lazimnya dilakukan sebagai bagian dari setiap bidang
audit. Misalnya:
 Dalam memeriksa transaksi penjualan, auditor harus waspada terhadap komitmen-
komitmen penjualan.
 Komitmen untuk membeli bahan baku atau peralatan dapat diidentifikasikan sebagai
bagian dari audit setiap rekening itu.
Auditor juga harus waspada bila membaca kontrak dan arsip surat menyurat, dan informasi
mengenai ini harus diminta dari manajemen.

Mengajukan Pertanyaan kepada Pengacara Klien


Merupakan prosedur utama yang menjadi tempat auditor bergantung untuk mengevaluasi
tuntutan hukum yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi tuntutan
tambahan. Auditor bergantung pada keahlian dan pengetahuan pengacara klien mengenai
persoalan hukum klien untuk memberikan opini profesional mengenai hasil yang diharapkan
dari tuntutan hukum yang ada dan jumlah yang mungkin dari kewajiban, termasuk biaya
pengadilan. Pengacara juga lebih mungkin mengetahui penundaan tuntutan hukum dan klaim
yang diabaikan manajemen.
Banyak kantor akuntan publik menganalisis beban hukum untuk sepanjang tahun dan
meminta klien mengirimkan surat penyelidikan standar kepada setiap pengacara yang pernah
terlibat dengan klien di tahun ini atau tahun sebelumnya, ditambah setiap pengacara yang
pada saat tertentu bekerja dengan perusahaan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut melibatkan
sejumlah besar pengacara, termasuk beberapa yang mengerjakan aspek hukum yang sangat
berbeda dari tuntutan hukum potensial.

REVIEW TERHADAP PERISTIWA KEMUDIAN


Ini merupakan tahapan ketiga dari penyelesaian audit dimana auditor harus mereview
transaksi dan peristiwa yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah
terdapat transaksi atau peristiwa yang muncul yang mungkin memperngaruhi penyajian dan
pengungkapan wajar dari periode saat ini.
Terdapat dua jenis peristiwa kemudian (subsequent events) yang memerlukan pertimbangan
manajemen dan evaluasi auditor, yaitu:
1. Peristiwa yang Memiliki Dampak Langsung Terhadap Laporan Keuangan dan
Memerlukan Penyesuaian
Beberapa kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca memberikan informasi tambahan
kepada manajemen agar dapat menentukan penyajian dan pengungkapan yang wajar atas
saldo akun pada tanggal neraca. Informasi mengenai kejadian ini membantu auditor dalam
melakukan verifikasi saldo. Misalnya, jika auditor mengalami kesulitan dalam menentukan
penilaian yang tepat atas persediaan karena keusangannya, maka penjualan persediaan bahan
baku sebagai bahan sisa pada periode setelah tanggal neraca akan menunjukkan nilai
persediaan yang benar pada tanggal neraca.
2. Peristiwa yang Tidak Memiliki Dampak Langsung Terhadap Laporan
Keuangan tetapi Memerlukan Pengungkapan
Kejadian jenis ini memberikan suatu kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang
dilaporkan, tetapi tidak terlalu signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan meskipun
tidak memerlukan penyesuaian akun. Biasanya akun ini cukup diungkapkan dengan
menggunakan penjelasan tambahan, tetapi kadang-kadang bisa cukup signifikan sehingga
memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan tambahan (Supplemental financial
statement) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah kejadian tersebut muncul pada
tanggal neraca.
Pengujian Audit
Terdapat dua kategori prosedur audit untuk review peristiwa kemudian yang biasanya
terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun.
1. Kategori ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai
bagian dari pengujian perincian saldo. Misalnya auditor memeriksa transaksi
penjualan dan pembelian setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah
batasnya akurat. Auditor juga menguji tertagihnya piutang dangan dengan menelaah
penerimaan kas periode setelah tanggal neraca untuk mengevaluasi penilaian
cadangan kerugian piutang tidak tertagih.
2. Prosedur yang dilakukan khususnya untuk menemukan kejadian atau transaksi yang
harus diakui sebagai kejadian setelah tanggal neraca.
Pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk menguji saldo akun tahun berjalan atau
penjelasan tambahan sebagai pengujian kelengkapan untuk tujuan penyajian dan
pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen
Tanya jawab biasanya bervariasi pada masing-masing klien, tetapi biasanya ditujukan
untuk menemukan kewajiban kontijensi atau komitmen, perubahan signifikan atas
aset atau struktur modal perusahaan, status bagian-bagian yang belum diketahui
dengan pasti pada tanggal neraca, dan penyesuaian tidak lazim yang dilakukan setelah
tanggal neraca. Auditor perusahaan publik juga harus memasukkan tanya jawab
mengenai perubahan pengendalian internal atas laporan keuangan yang dilakukan
setelah akhir periode fiskal.
2. Korespondensi dengan Pengacara
Auditor berkorespondesi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian kewajiban
kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal dan
mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi
kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.
3. Review atas Laporan Internal yang Disiapkan pada Tanggal Neraca
Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis
perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan
setelah akhir tahun. Mereka harus berhati-hati untuk periode audit dan perubahan
setelah akhir tahun. Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi
dalam bisnis atau lingkungan di mana klien beroperasi. Auditor harus membahas
laporan interim dengan manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat
dengan dasar yang sama dengan laporan periode berjalan dan melakukan tanya jawab
mengenai perubahan signifikan atas hasil operasinya.
4. Review atas Catatan Yang Dibuat Setelah Tanggal Neraca
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan
sifat dari transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal
tidak selalu terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan
untuk menyusun jurnal tersebut.

5. Pemeriksaan Notulensi Pertemuan Dewan Direksi Setelah tanggal Neraca


Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan
direksi atas kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan
periode berjalan.
6. Permintaan Surat Representasi
Surat representasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan
adanya perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai
kejadian setelah tanggal neraca. Surat ini harus dibuat dan mencangkup hal-hal lain
yang penting.

AKUMULASI BUKTI AKHIR


Sebagai tambahan atas review peristiwa selanjutnya, auditor memiliki beberapa tanggung
jawab pengumpulan bukti akhir yang diterapkan pada semua siklus, antara lain :
a) Melaksanakan prosedur analitis akhir,
b) Mengevaluasi asumsi going-concern,
c) Memperoleh surat representasi dari manajemen,
d) Mempertimbangkan informasi yang menemani laporan keuangan dasar, dan
e) Membaca informasi lain dari laporan tahunan.
Masing-masing dari hal tersebut dilakukan belakangan dalam audit.
Melaksanakan Prosedur Analitis Akhir
Ketika melaksanakan prosedur analitis selama tahap review akhir, yang diharuskan oleh
standar audit, partner pada umumnya membaca laporan keuangan, termasuk catatan kaki, dan
mempertimbangkan :
1. Kecukupan dari bukti yang dikumpulkan mengenai saldo akun yang tidak biasa atau
tidak diharapkan atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau ketika
melaksanakan audit.
2. Saldo akun yang tidak biasa atau tidak diharapkan atau hubungan yang sebelumnya
tidak teridentifikasi.
Hasil dari prosedur analitis akhir mungkin menunjukkan bukti audit tambahan jika
diperlukan.

Mengevaluasi Asumsi Going-Concern


SAS 59 (AU 341) mengharuskan auditor uuntuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan
substansial mengenai kemampuan klien untuk terus berjalan sebagai going-concern untuk
setidaknya satu tahun setelah tanggal neraca.
1) Auditor melakukan penilaian awal sebagai bagian dari perencanaan, dan merevisinya
jika menemukan informasi baru. Sebagai contoh, selama audit, auditor menemukan
perusahaan telah gagal melunasi pinjaman, kehilangan pelanggan utamanya, atau
memutuskan untuk menyingkirkan aktiva yang substansial untuk melunasi pinjaman.
2) Auditor menggunakan prosedur analitis, berdiskusi dengan manajemen mengenai
kemungkinan mendapatkan kesulitan keuangan, berdasarkan pengetahuan mereka atas
bisnis klien.
3) Penilaian akhir dari status going-concern perusahaan dilakukan setelah semua bukti
dikumpulkan dan penyesuaian audit yang diusulkan telah dimasukkan ke dalam
laporan keuangan. Ketika auditor telah memiliki keberatan mengenai asumsi going-
concern, mereka harus mengevaluasi rencana manajemen untuk menghindari
kebangkrutan dan kemampuan untuk mencapai rencana tersebut.
Memperoleh Surat Representasi Manajemen
SAS 85 (AU 333) mengharuskan auditor untuk memperoleh surat representasi (letter of
representation) yang mendokumentasikan representasi lisan yang paling penting dalam audit.
Penolakan oleh klien untuk menyiapkan dan menandatangani surat mengharuskan pendapat
dengan pengecualian dalam laporan auditor untuk memastikan bahwa terdapat representasi
yang memadai mengenai peristiwa kemudian.
Tiga tujuan dari surat representasi klien adalah :
1) Untuk menekankan kepada tanggung jawab manajemen atas asersi dalam laporan
keuangan.
2) Untuk mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau penghapusan dalam
laporan keuangan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, surat representasi seharusnya
cukup rinci untuk bertindak sebagai pengingat kepada manajemen.
3) Untuk mendokumentasikan respons dari manajemen untuk mengajukan pertanyaan
mengenai berbagai aspek dari audit. Karena sifatnya yang lebih formal dari
komunikasi lisan, surat representasi juga membantu mengurangi kesalahpahaman
antara manajemen dan auditor.
SAS 85 menyarankan empat kategori persoalan khusus yang harus dimasukkan. Keempat
kategori tersebut, adalah :
1) Laporan keuangan
 Pengakuan manajemen atas tanggung jawabnya untuk penyajian yang wajar
dari laporan keuangan.
 Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
2) Kelengkapan informasi
 Ketersediaan dari semua catatan keuangan dan data terkait.
 Kelengkapan dan ketersediaan dari semua notulen rapat pemegang saham,
direksi, dan komite direksi.
3) Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
 Keyakinan manajemen bahwa dampak dari setiap salah saji laporan keuangan
yang tidak diperbaiki adalah tidak material terhadap laporan keuangan.
 Informasi berkenaan kecurangan melibatkan (a) manajemen, (b) karyawan
yang memiliki peran signifikan dalam pengendalian internal, atau (c) orang
lain dimana kecurangan dapat memiliki dampak material terhadap laporan
keuangan.
 Informasi yang berkenaan dengan transaksi pihak ketiga dan jumlah piutang
dari atau terutang kepada pihak yang terkait.
 Klaim atau penilaian yang belum dinilai menurut nasihat pengacara
perusahaan adalah asersi yang mungkin dan harus diungkapkan sesuai dengan
Financial Accounting Standard Board (FASB) Statement No. 5, Accounting
for Contigencies.
4) Peristiwa kemudian
 Kebangkrutan dari pelanggan utama yang masih memiliki saldo piutang usaha
pada tanggal neraca.
 Merger atau akuisisi setelah tanggal neraca.

Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar


Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan dasar yang
di buat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar. PSA 36 (SAS 29/ AU 551)
merujuk pada informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan
keuangan dasar dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor.
Standar audit dengan sengaja tidak mendefinisikan atau membatasi informasi tambahan agar
perusahaan dapat menyediakan informasi yang bisa memenuhi kebutuhan penggunanya.
Auditor harus jelas memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan keuangan
utama dan untuk informasi tambahan. Biasanya auditor tidak melakukan audit terperinci yang
memadai untuk menyesuaikan opini atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi tertentu
auditor dapat saja mengandalkan bahwa informasi tersebut disajikan dengan wajar.

Membaca Informasi Lain dalam Laporan Tahunan


PSA 44 (SAS 8/ AU 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya asumsikan bahwa
surat dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikkan laba per lembar saham dari Rp.2.600,-
menjadi Rp.2.930,-. Auditor diminta untuk membandingkan informasi dengan laporan
keuangan atas kesesuaiannya.

MENGEVALUASI HASIL
Auditor perusahaan publik harus membuat kesimpulan menyeluruh atas efektivitas
pengendalian internal dalam pelaporan keuangan. Kelima aspek dalam evaluasi hasil yaitu:

Bukti yang Tepat dan Mencukupi


Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan apakah
seluruh hal material dari transaksi, akun, dan pengungkapan sudah diuji secara memadai,
dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah adalah
memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan akurat dan
didokumentasikan dan seluruh tujuan audit terpenuhi. Jika auditor memutuskan bahwa bukti
yang memadai tidak terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan keuangan disajikan
dengan wajar, maka mereka memiliki 2 (dua) pilihan mengakumulasikan bukti tambahan atau
menerbitkan opini dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.
Bukti yang Mendukung Pendapat Auditor
Bagian terpenting dalam mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan dengan wajar
adalah telaah auditor atas ringkasan salah saji yang ditemukan dalam audit. Ketika terdapat
salah saji yang material, auditor harus mengajukan pembetulan kepada klien atas laporan
keuangan. Mungkin tidak mudah untuk menentukan jumlah yang tepat atas pembetulannya
karena jumlah pasti salah saji tidak dapay ditentukan. Hal ini terjadi karena kemungkinan
terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel. Sebagai tambahan atas masing-masing salah
saji material, ada beberapa salah saji yang tidak material tetapi tidak disesuaikan oleh klien.
Auditor harus menggabungkan salah saji yang tidak material untuk melihat apakah hasil
gabungan tersebut akan material.
Pengungkapan Laporan Keuangan
Sebelum menyelesaikan audit, auditor harus membuat evaluasi akhir apakah pengungkapan
laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan pengungkapan. Auditor
harus mendesain dan melakukan prosedur audit untuk mendapatkan bukti yang memenuhi
keempat tujuan penyajian dan pengungkapan. Sebagai bagian dari telaah akhir dalam
pengungkapan laporan keuangan, banyak KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar
pembanding pengungkapan laporan keuangan untuk setiap audit. Kuesioner ini didesain
untuk mengingatkan auditor tentang masalah yang biasanya muncul dalam laporan keuangan
dan memfasilitasi telaah akhir untuk keseluruhan audit oleh seorang rekanan independen.
Mengaudit Review Dokumentasi
Ada 3 (tiga) alasan mengapa staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah
dokumentasikan audit pada saat penyelesaian audit:
• Untuk mengevaluasi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
• Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar kinerja KAP.
• Menghilangkan kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor.
Review Independen
Pada saat penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk laporan
keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang tidak terlibat dalam
audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit. Telaah independen
disyaratkan oleh Sec, termasuk telaah atas informasi keuangan intern dan audit pengendalian
internal. Penelaah ini menempati posisi penting untuk memastikan bahwa audit sudah
dilakukan dengan memadai. Tim audit harus dapat menjustifikasi bukti yang diakumulasi
dan kesimpulan yang diambil berdasarkan kondisi pada saat audit dilakukan.
Ikhtisar Evaluasi Bukti
Mengevaluasi hasil dan mencapai kesimpulan atas dasar bukti.

Bukti audit Mengevaluasi Mengevaluasi


aktual hasil (menurut laporan
(menurut akun dan keuangan
siklus, akun, siiklus) secara Menerbitkan
dan tujuan) keseluruhan laporan audit

•Prosedur •Estimasi •Estimasi


audit salah saji salah saji
•Ukuran (menurut (laporan
sampel akun) secara
•Item yang •Risiko audit keseluruhan)
akan dipilih yang dicapai •Risiko audit
•Penetapan (menurut yang dicapai
Waktu akun dan (laporan
siklus) secara
keseluruhan)

MENERBITKAN LAPORAN AUDIT


Auditor harus menunggu untuk menentukan laporan audit yang memadai untuk diterbitkan
sampai seluruh bukti diakumulasi dan dievaluasi, termasuk seluruh langkah penyelesaian
audit. Oleh karena laporan audit adalah satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar
pengguna dari keseluruhan proses audit, sementara konsekuensi dari penerbitan laporan yang
tidak benar sangat besar, maka laporan ini sangat penting.
Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen
Setelah audit selesai, beberapa komunikasi yang potensial dikirimkan auditor kepada komite
audit atau pihak lain yang berhak. Komunikasi tersebut diantaranya adalah:
1. Kecurangan dan tindakan ilegal yang terdeteksi
Setiap kecurangan dan tindakan ilegal harus dilaporkan kepada komite audit, tanpa
memandang materialitas. Tujuannya adalah membantu komnite audit dalam
melaksanakan perannya sebagai pengawas atas laporan keuangan
2. Defisiensi pengendalian internal
Auditor jugfa harus mengomunikasikan secara tertulis defisiensi pengendalian
internal yang signofokan dan kelemahan material dalam perancangan atau
pengoperasioan pengendalian internal kepada pihak yang berhak. Dalam perusahaan
besar, komunikasi ini dilakukan kepada komite audit, sementara dalam perusahaan
kecil, komunikasi dapat dilakukan kepada pemilik atau manajemen senior.
3. Komunikasi lain dengan komite audit
Auditor mengomunikasikan informasi tambahan tertentu yang diperoleh selama audit
kepada komite audit. Tujuan dari komunikasi ini adalah agar komite audit atau pihak
yang berhak tetap memperoleh informasi yang relevan dan signifikan guna
mengawasi proses pelaporan keuangan serta menyediakan kesempatan bagi komite
audit untuk mengomunikasikan persoalan penting kepada auditor. Sifat komunikasi
ini adalah dua arah antara auditor dengan pihak yang berhak.
4. Surat manajemen
Surat manajemen ditujukan untuk memberi tahu personil klien mengenai rekomendasi
akuntan publik untuk memperbaiki setiap bagian bisnis klien. Sebagian besar
rekomendasi ini berfokus pada saran agar operasi berjalan lebih efisien. Surat
manajemen berbeda dengan surat yang melaporkan defisiensi pengendalian internal.
Surat manajemen bersifat operasional dan ditujukan kepada klien untuk membantu
mengoperasikan bisnisnya secara lebih baik.
Penemuan Fakta-Fakta Lebih Lanjut
Setelah auditor menerbitkan laporan audit dan menyelesaikan semua komunikasi dengan
manajemen serta komite audit, audit dianggap telah selesai. Biasanya, kontak berikutnya akan
terjadi ketika proses perencanaan audit untuk tahun berikutnya.
Tanggung jawab auditor untuk mereviu kembali peristiwa lebih lanjut akan berakhir pada
tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan. Auditor tidak lagi bertanggung jawab mencari
fakta-fakta lebih lanjut, tetapi jika menemukan bahwa laporan keuangan yang diterbitkan
ternyata salah, mereka harus mengoreksinya. Dalam sejumlah kasus, penemuan fakta-fakta
lebih lanjut terjadi ketika auditor menemukan salah saji material dalam laporan keuangan
tahun selanjutnya, atau ketika klien melaporkan salah saji kepada auditor.
Apabila penemuan fakta-fakta lebih lanjut terjadi, auditor berkewajiban untuk memastikan
bahwa para pemakai yang mengandalkan laporan keuangan diberi tahu mengenai salah saji
tersebut. Jika auditor sudah mengetahui salah saji tersebut sebelum laporan audit diterbitkan,
auditor akan bersikeras bahwa manajemen lah yang harus memperbaiki salahsaji itu, atau
sebagai gantinya, laporan audit yang berbeda akan diterbitkan.
PENGAUDITAN II
PENYELESAIAN AUDIT

KELOMPOK 3

I Gede Made Aditya Pradnyana (1406305101 / 03)

Ida Ayu Intan Suryadewi (1406305122 / 13)

A.A. Sagung Winda Wulandewi Kumara (1406305174 / 36)

I Gede Agus Sudiarsana Putra (1406305191 / 43)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016

Você também pode gostar