Você está na página 1de 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIAL

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

Di susun oleh :
NAMA : HARTONO
NIM : SN I71079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIALE

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang
mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap
berbagai stimulus yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas
yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible
(Nugroho, 2011).
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi : genetik merupakan faktor predisposisi dari asma
bronkhial.
b. Faktor presipitasi

2
1) Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma. Di samping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas
bronchus tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan
sebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah alergen
yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma. Sensitisasi
tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpihan atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah.
Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis alergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan
anak kecil.
2) Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para
influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya aspergillus dan parasit seperti
askaris.
3) Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan
asma. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4) Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya
serangan asma.
5) Kegiatan jasmani

3
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang
berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di
bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6) Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya asma pada anak. Rhinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7) Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau
mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak
sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus
bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai
pencetus non alergen yang dapat mempercepat dan memperburuk
serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; di duga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan
dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infeksi virus pada
saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala asma dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau
saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II

4
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak
ada kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi
saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan
asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi.
Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan
asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit
yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada
serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang
makin banyak antara lain :
1) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
2) Sianosis
3) Silent chest
4) Gangguan kesadaran
5) Tampak lelah
6) Hiperinflasi thoraks dan takikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim di pakai. Karena pada dasarnya asma
bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal.
Selain gejala klinis lain penyakit asma yaitu :
1) Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
2) Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.

5
3) Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit.
4) Takipnea, orthopnea.
5) Diaphoresis
6) Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
7) Fatigue
8) Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
9) Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
10) Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena oedema bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
11) Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
12) Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
13) X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
4. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. Chronik persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
5. Patofisiologi dan pathway
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar
dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk
imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk
kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan di tangkap
makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah
alergen diproses dalam sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel
Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskannya
interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk imunoglobulin E (IgE).

6
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada
seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan di ikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk
Ca++ ke dalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar
cAMP. Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel.
Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator
kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis
( SRS-A), eosinophilic chomotetik factor of anaphylacsis (ECF-A) dan
lain-lain. Hal ini akan menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu :
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil
yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler
yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin
menyempitnya saluran nafas, peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan
ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi
hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang sangat lanjut.
Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu asma intrinsik dan asma ektrinsik. Asma ektrinsik (atopi)
ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus – pencetus spesifik yang
dapat di identifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu,
telur, ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan
asma intrinsik (non atopi ) ditandai dengan mekanisme non alergik yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : udara dingin, zat
kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan
musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta
faktor – faktor intrinsik lain.

7
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.
Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua
ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien
merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang
diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan
diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan
warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun ketiga ditandai
hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada
batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan
tinggi karena asfiksia.

8
Pathway :
Faktor Pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot polos sekresi mukus kental di


bronkiolus bronkiolus dalam lumen bronkiolus

Menekan sisi Diameter bronkiolus Bersihan jalan


Ekspirasi
luar bronkiolus mengecil nafas tidak efektif

Intoleransi aktifitas Dyspneu

Ganguan pertukaran gas Perfusi paru tidak cukup


mendapat ventilasi

Sumber : Almazini, P (2012); Hidayat (2009); Nursalam (2005)

9
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan non farmakologik
1) Penyuluhan
2) Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asma
3) Menghindari faktor pencetus
4) Fisioterapi
b. Pengobatan farmakologik
1) Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
2) Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
3) Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengan
dosis 800 empat kali semprot tiap hari.
4) Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntungannya dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik,
diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
7) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

10
c) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama
20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f) Antibiotik spektrum luas

11
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomer register, diagnosa medis
2) Keluhan utama : sesak nafas, batuk
3) Riwayat penyakit saat ini : waktu terjadinya sakit, berapa lama sudah
terjadinya sakit, proses terjadinya sakit, kapan mulai terjadinya sakit,
bagaimana sakit itu mulai terjadi, upaya yang telah dilakukan, selama
sakit sudah berobat kemana, obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
4) Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan
makanan, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang
mengandung sorbitol dan fruktosa.
5) Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit asma
b. Pengkajian gordon
1) Persepsi kesehatan : keluarga pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2) Nutrisi metabolik : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
3) Pola eliminasi : pasien tidak akan mengalami perubahan pola BAB dan
BAK
4) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
sesak nafas.
5) Tidur/ istirahat : akan terganggu karena adanya batuk berdahak yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6) Kognitif/ perceptual : keluarga pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena anak rewel

12
7) Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak
tercapai pada fase sakit.
8) Seksual/reproduksi : pasien masih berusia anak-anak
9) Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10) Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.
11) Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien belum
sembahyang
c. Pemeriksaan fisik
Anak/ pasien tampak sesak, nafas cepat dan dangkal, terlihat nafas cuping
hidung, retraksi otot bantu pernafasan, sianosis, batuk kering/tidak
produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–otot aksesoris
pernapasan ( retraksi otot interkosta), perpanjangan ekspirasi dan
perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil fremitus menurun
pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiper resonan pada perkusi.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas.
2) Pemeriksaan dahak atau sputum
Untuk mengetahui jenis alergen apa yang masuk dalam saluran
pernapasan
3) Pemeriksaan darah
Analisis Gas Darah (AGD) hanya dilakukan pada penderita dengan
asma berat.
4) Pemeriksaan darah tepi pada penderita asma: jumlah eosinofila dalam
darah meningkat. Dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup
tidaknya dosis kortikoteroid yang diperlukan penderita asma dan
membantu membedakan penderita asma dan bronchitis akut.
5) Foto Rotgen (thoraks)

13
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
kental pada paru dan ketidakefektifan batuk.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual dan batuk berdahak
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan oksigen

14
3. Perencanaan keperawatan

15
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan NOC : NIC :
nafas tidak Respiration status : Ventilation Airway suction
efektif Respiration status : Airway patency - Kaji status oksigen pasien
berhubungan Aspiration control - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah dilakukan suction
dengan Kriteria hasil: - Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam sesudah dilakukan
produksi mukus Mendemonstrasikan batuk efektif dan suction
kental pada paru suara nafas bersih, tidak ada sianosis, - Informasikan pada keluarga tentang suction
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, - Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
ketidakefektifan mampu bernafas dengan mudah, tidak ada bradikardi, peningkatan saturasi O2
batuk. pursed lips Airway management
Menunjukkan jalan nafas yang paten - Monitor respirasi dan status oksigenasi
Mampu mengidentifikasikandan mencegah - Posisikan pasien semi fowler
factor yang dapat menghambat jalan nafas - Lakukan fisioterpi dada
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
2. Pola nafas tidak NOC : NIC :
efektif Respiratory status : Ventilation Airway Management
berhubungan Respiratory status : Airway patency 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
dengan Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

16
hiperventilasi Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan 4. Pasang mayo bila perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sianosis dan dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mengeluarkan sputum, mampu 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
bernafas dengan mudah, tidak ada 8. Lakukan suction pada mayo
pursed lips) 9. Berikan bronkodilator bila perlu
- Menunjukkan jalan nafas yang paten 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
(klien tidak merasa tercekik, irama 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
nafas, frekuensi pernafasan dalam 12. Monitor respirasi dan status O2
rentang normal, tidak ada suara nafas Terapi Oksigen
abnormal) 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Tanda - tanda vital dalam rentang 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
normal (tekanan darah, nadi, 3. Atur peralatan oksigenasi
pernafasan) 4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

17
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

18
3. Ketidakseimban NOC : Nutritional Status : Food and Fluid NIC :
gan nutisi Intake Nutrition Management
kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan diharapkan nutrisi terpenuhi secara - Kaji adanya alergi makanan
tubuh adekuat. - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
berhubungan Kriteria hasil : - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
dengan ketidak Adanya peningkatan berat badan sesuai nutrisi yang dibutuhkan pasien
mampuan dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
mencerna Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Yakinkan diet yang di makan mengandung tinggi serat untuk
makanan atau badan mencegah konstipasi
absorpsi nutrisi Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
yang diperlukan Tidak ada tanda – tanda malnutrisi gizi)
untuk Tidak terjadi penurunan berat badan yang - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
pembentukan berarti - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
sel darah merah - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
- Monitor berat badan pasien
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak pada selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit

19
- Monitor kadar albumin, total protein, hemoglobin dan kadar
hematokrit
- Monitor makanan kesukaan pasien
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor jaringan konjuntiva mata : kering, pucat, dan kemerahan
- Monitor kalori dan intake nutrisi

4. Intoleransi NOC : NIC :


Energy conservation
aktivitas Energy management :
Self Care : ADLs
berhubungan Kriteria hasil : - Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
- Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa
dengan - Monitor nutrisi dan sumber energi
disertai peningkatan tekanan darah, nadi
ketidakseimban - Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktifitas
dan pernafasan
gan antara - Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat
- Mampu melakukan aktifitas sehari-hari
suplai oksigen - Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
(ADLs) secara mandiri
dengan Activity therapy
kebutuhan - Monitor respon fisik, sosial, emosi dan spiritual
oksigen - Bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan penguatan
- Bantu pasien mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
- Bantu pasien memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial

20
21
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pada pasien asma bronkial secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan keluarga dalam :
a. Pasien tidak sesak nafas dan toleran dalam melakukan aktifitas
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala serangan penyakit asma bronkiale
c. Melakukan perawatan/ pengobatan dan penanganan awal asma bronkiale
d. Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh

22
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bennet, John Nicholas. 2013. http://emedicine.medscape.com/article/967822-
overview. diakses tanggal 22 Mei 2017
Bulechek, Gloria., Butcher, Howard., Dochterman Jonne.,& Wagner, Cheryl.
2013. Nursing Intervention Classification. Edisi 6.(terjemahan). Jakarta :
CV Mocomedia
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D., 2010, Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan, 112-113, Jakarta, EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Herdman, T.H& Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnose:Definition& Classification, 2015 – 2017. 10nd ed. Oxford: Wiley
Blackwell
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, L. Meridean., Swanson Elisabeth. 2013.
Nursing Outcome Classification. Edisi 5. (terjemahan). Jakarta : CV
Mocomedia
Riyadi, Sujono dan sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

23

Você também pode gostar