Você está na página 1de 20

AGAMA ISLAM DAN ILMU

PENGETAHUAN

Makalah

disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah


umum Pendidikan Agama Islam

oleh

Afrizaldi Firdani
1204108010088
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”.
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
program studi teknik pertambangan Fakultas teknik Universitas Syiah Kuala.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Irwandi, S.H.,M.H., selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Banda Aceh, Mei 2013


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................2
C. TUJUAN ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................4
A. Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya ....................7
B. Akal dan Wahyu dalam Islam ........................................................................................12
C. Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan ..........................................17

BAB III PENUTUP .............................................................................................................27


3.1. Kesimpulan ................................................................................................................27
3.2. Saran ..........................................................................................................................28
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya
“tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau
ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa
seluruh isi jagat raya, baik di langitmaupun di bumi, selalu berada dalam keadaan
islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan
manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu
manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu
pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmumempunyai akar huruf yang
sama: ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi. Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi,
merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita.
Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu
anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak
untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal
pikirantersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan
benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat
kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus
memperhatikan beberapa halyang penting.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk
kita. Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi
kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan
hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di
bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-A’raf : 56).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat
dekat kepada orang –orang yang berbuat baik.”
Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah
dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya
agar tetap asri. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah
dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali
lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Bahkan malaikat pun pernahprotes lantaran Adam memiliki jabatan sebagai
khalifah. Seperti yang dikatakan Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34
“Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada
Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan menyombongkan diri,
karena dia adalah dari golongan makhluk yang kafir.”
Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir itulah yang
membuat manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini jika dibandingkan
dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa
disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-
Nya tapi jugakemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini
adalah karunia yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu
memanfaatkannya dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut
(1) Bagaimanakah perkembangan sains dan teknologi, serta karakteristik
dansumbernya ?
(2) Bagaimanakah pandangan islam terhadap akal dan wahyu?
(3) Bagaimanakah motivasi islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ?

C. Tujuan
Tujuan dalam masalah ini adalah sebagai berikut
(1) Untuk mengetahui perspektif serta motivasi islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
(2) Untuk kepentingan teoritis, yaitu untuk menambah khazanah keilmuan tentang
Ilmu pengetahuan dalam islam sehingga dapat mewarnai menambah pengtahuan
mahasiswa, serta diharapkan dapat memberi informasi tambahanatau pembanding
bagi peneliti lain dengan masalah sejenis.
(3) Untuk kepentingan praktis, yaitu kontribusi terhadap pemikiran Islam serta
menghadirkan Islam secara lebih komprehensif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk


menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan- umusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti,
atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat
berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti
mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas
dari asal usul kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan
sejarah ilmu yang paling tepat adalah menurut urutan waktu dan bukan
berdasarkan pembagian negara, lintasan sejarah ilmu terbaik mengikuti
pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya,
zaman tertua dari pertumbuhan ilmu adalah zaman kuno yang merentang antra
tahun kurang lebih 4000 SM-400M. Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1. ± 4000- 6000 SM : Masa Mesir dan Babilon
2. 600-30 SM : Masa Yunani Kuno
3. 30 SM-400 M : Masa Romawi
Di mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur,
ilmu gaya, ilmu hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan
membangun berbagai kuil, istana, dan piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran
juga mulai dikembangkan di Mesir, di Babilonia dikembangkan berbagai gagasan
ilmiah dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu hal lain yang perlu diketahui
bahwa masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang pertama ini adalah
adanya penjelasan penjelasan yang persifat gaib. Pada masa berikutnya di Yunani
Kuno antara tahun 600-30 S.M mengenal siapa para pengembang ilmu serta
tempat dan tahun kelahirannya.
Ada dua jenis ilmu yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati
kematangannya, pertama, ilmu kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba
menerapkan metode yang berdisiplin dalam pengamatan dan penarikan
kesimpulan, dan kedua, geometri, yang sedang mengumpulkan setumpukan hasil
di seputar hubungan-hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus dan
sedang mendekati masalah-masalah struktur logis serta masalah-masalah definisi.
Imuwan-ilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalahThales
(±525-654 s.M.) merupakan ilmuwan yang pertama di dunia karena ia
memplopori tumbuhnya Ilmu Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Pelayaran, dan Ilmu
Ukur dengan berbagai ciptaaan dan penemuan penting. Ilmuwan Yunani Kuno
kedua adalah Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli IlmuPasti. Ilmuwan
Yunani Kuno yang ketiga adalah Democritus (±470-±400 s.M.), gagasan
ilmiahnya yang terkenal ialah tentang atom.
Perkembangan ilmu pada Masa berikutnya adalah Masa Romawi
yang merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan
merupakan masa yang paling sedikit memberikan sumbangsih pada seajarah ilmu
dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam
kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatuur
hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan
mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang
terkemuka. Perkembangan berikutnya pada zaman pertengahan, ribuan naskah
pengetahuan dari Zaman Yunani Kuno yang terselamatkan dan diterjemahkan
dalam bahasa Arab oleh cendekiawan Muslim dan sebagian ditambahi catatan
ulasan, abad VII dan VIII Kaum Muslim meguasai wilayah-wilayah Asia Kecil
sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat-pusat
kebudayaannya ialah Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo. Ilmuwan-
ilmuwan Muslim yang terkenal seperti Al-Razi (865-925) dan Ibnu Sina (980-
1037) adalah ahli ilmu Kedokteran, Jabir ibn Hayyan (±721-±815) dalam
Pengetahuan Kimia dan obat-obatan, serta dalam Ilmu Penglihatan oleh Ibn al-
Haytham (965-1038).
Pada abad XI bangsa-bangsa Eropa Utara berangsur-angsur mengetahui
perkembangan pengetahuan ilmiah yang berlagsung di daerah Muslim. Dan
dengan sebab itu Abad XIV-XVI dikenal Zaman Pencerahan (renaissance) di
Eropa, ditandai dengan kelahiran kembali semua ilmiah maupun pengetahuan
kemanusiaan dari Masa Yunani Kuno. Ilmuwan yang terkemuka saat itu ialah
Nicolaus Copernicus (1473-1543) seorang peletak dasar Ilmu Bintang Modern.
Lainnya adalah Andreas Vesailus (1514-1564) ahli Ilmu Urai Tubuh Modern.
Dengan berakhirnya Zaman Pencerahan dunia memasuki Zaman Modern mulai
Abad XVII, pengertian ilmu yang modern dan berlainan dengan ilmu lama atau
klasik mulai berkembang dalm abad ini. Perkembangan ini terjadi karena
perkembangan 3 hal, yaitu perubahan alam pikiran orang, kemajuan teknologi,
dan lahirnya tata cara ilmiah. Pada Zaman ini banyak melahirkan ilmuwan dengan
teori baru di bidang ilmu pengetahuan yang beragam. Misal, Isaac Newton (1642-
1727) penemu Kaidah Gaya Berat dan Teori Butir Cahaya, Thomas Robert
Malthus (1766-1834) Teori Kependudukan. Setelah memasuki Abad XX
pertumbuhan ilmu di dunia mengalami ledakan, karena boleh dikatakan setiap
tahun puluhan penemuan hasil penelitian para ilmuwan muncul.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana
seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi
dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya
merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan
yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat
ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.
Usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah di segenap
penjuru alam semesta melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences),
sedangkan usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah
dalam kehidupan manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan budaya
(social and cultural sciences).
Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang
yang beriman maupun yang tidak beriman, asalkan memiliki sikap intelektual dan
kemampuan metodologi ilmiah, sebab ayat-ayat Allah bersifat:
1. Pasti (Al-Furqan 2)
2. Tidak pernah berubah (Al-Fath 23)
3. Objektif (Al-Anbiya’ 105)

Dampak positif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :


1. Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
2. Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
3. Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat
4. Membawa manusia kearah lebih modern.
5. Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT
6. Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui
penelitian ilmiah.
Sedangkan dampak negatif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1. Dengan segala sesuatunya yang semakin mudah, menyebabkan orang – orang
menjadi malas berusaha sendiri.
2. Menjadi tergantung pada alat yang dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri.
3. Melupakan keindahan alam.
4. Masyarakat lebih menyukai yang instan.
5. Dengan memanipulasi makanan yang ada, menyebabkan masyarakat kurang gizi.
6. Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK yang semakin maju menyebabkan
peradaban baru.
Sumber ilmu pengetahuan adalah alam. Alam adalah gudang inspirasi, ide,
dan motivasi untuk mengarahkan seseorang mencapai suatu peradaban yang lebih
tinggi. Dalam autobiografi seorang pelaut yang terkenal di zaman dynasti China
yaitu Laksamana Chengho (seorang jenderal) yang pernah melakukan pelayaran
ke Afrika dan Asia menyebutkan, alam telah memberikan motivasi, semangat, dan
arahan kepadanya untuk melakukan penjelajahan ke dunia lain untuk menemukan
hal-hal baru. Suatu ide, gagasan, dan motivasi pada awalnya bersumber dari rasa
keingintahuan kita akan sesuatu hal. Rasa keingintahuan ini kemudian dirangsang
oleh alam melalui akal pikiran kita sehingga timbul suatu ide, motivasi, dan
semangat dalam diri. Rasa keingintahuan inilah yang mendasari untuk
berkembangnya ilmu dan pengetahuan.

B. Akal dan Wahyu dalam Islam


Materi “aqal” dalam al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu,
semuanya datang dalam bentuk kata kerja seperti dalam bentuk ta’qilun atau
ya’qilun. Kata kerja ta’qilun terulang sebanyak 24 kali dan ya’qilun sebanyak 22
kali, sedangkan kata kerja a’qala, na’qilu dan ya’qilu masing-masing satu kali
(Qardawi, 1998: 19). Pengertian akal dapat dijumpai dalam penjelasan ibnu
Taimiyah (2001: 18). Lafadz akal adalah lafadz yang mujmal (bermakna ganda)
sebab lafadz akal mencakup tentang cara berfikir yang benar dan mencakup pula
tentang cara berfikir yang salah. Adapun cara berfikir yang benar adalah cara
berpikir yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan dalam syar’a. Lebih
lanjut, Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul Hukum Islam dalam
Timbangan Akal dan Hikmah juga menyinggung mengenai kesesuaian nash al-
Qur’an dengan akal, jika ada pemikiran yang bertentangna dengan akal maka akal
tersebutlah yang salah karena mengikuti cara berpikir yang salah.

1. Definisi Akal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami
sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam
penelitian ini, yang dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di
atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir
untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa
pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar. Untuk selanjutnya,
dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata akal.
Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan
memegang erat apa yang dia ketahui.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ‘Kata akal, menahan, mengekang, menjaga
dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan,
dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang
nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan
memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah
maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.
Syaikh Al Albani berkata, “Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu
sesuatu yang mengekang dan mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan
tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari ke kanan dan kiri
kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan
pemahaman salaf.”
Al Imam Abul Qosim Al Ashbahany berkata, ”akal ada dua macam yaitu : thabi’i
dan diusahakan. Yang thabi’i adalah yang datang bersamaan dengan yang
kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang, dan
menangis bila tidak senang. Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan
akal di fase kehidupannya hingga usia 40 tahun. Saat itulah sempurna akalnya,
kemudian sesudah itu berkurang akalnya sampai ada yang menjadi pikun.
Tambahan ini adalah akal yang diusahakan. Adapun ilmu maka setiap hari juga
bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka
seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih
bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah sampai
puncaknya. Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan
bahwasanya agama tidak bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama dijangkau
dengan ilmu.

2. Pemuliaan Islam Terhadap Akal


Islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, diantara hal yang menunjukan
perhatian dan penghormatan islam kepada akal adalah :
1. Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan akal dalam rangka
mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya. Islam mengarahkan
kekuatan akal kepada tafakkur (memikirkan) dan merenungi (tadabbur) ciptaan-
ciptaan Allah dan syari’at-syari’atnya sebagaimana dalam firmanNya, Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadiaan) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan
dengan (tujuan) benar dan waktu yang telah ditentukan, Dan sesungguhnya
kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan
Tuhannya. (QS. Ar-Rum)
“ Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-
orang yang berakal”, (Al Baqarah : 184),
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari
Jum’at, maak bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Jumu’ah :
9).
2. Islam melarang manusia untuk taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-
pemikiran yang bathil sebagaimana dalam firman Allah, Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab,
“(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami”, (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?
(QS. Al Baqarah : 170).
3. Islam memerintahkan manusia agar belajar dan menuntut ilmu sebagaimana
dalam firman Allah, ”Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.”(QS. At
Taubah : 122).
4. Islam memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan
melarang dari segala hal yang dapat merusak akal seperti khamar, Allah
berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah, 90).

3. Ruang Lingkup Akal Dalam Islam


Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi tidak
menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang lingkup
akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal terbatas jangkauannya, tidak akan
mungkin bisa menggapai hakekat segala sesuatu. Maka Islam memerintahkan akal
agar tunduk dan melaksanakan perintah syar’i walaupun belum sampai kepada
hikmah dan sebab dari perintah itu. Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan
oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada
Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa menjangkau hikmah
perintah Allah tersebut dengan membandingkan penciptaannya dengan penciptaan
Adam, Iblis berkata: ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku
dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah..” (QS.Shaad ; 76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar
jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang
semacamnya, Rasulullah bersabda, ”Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah
memikirkan tentang Dzat Allah.
Allah berfirman, Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh
itu termasuk urusan Tuhanku,dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.”(QS.Al Isra’: 85).
Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada
kita. Salah satu cara, Ia menganjurkan pada kita untuk menuntut ilmu setinggi –
tingginya demi kemajuan umat bersama. Bahkan pernah dikatakan dalam suatu
hadits bahwa ada tiga peninggalan yang mampu menolong manusia untuk
terhindar dari api neraka yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak
sholeh. Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan bahwa ilmu sangatlah penting
untuk kita, sebagai umat islam, bukan hanya penting untuk kehidupan dunia,
tetapi juga kehidupan akhirat. Ilmu yang bermanfaat itu dapat kita bawa hingga ke
akhirat kelak.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran : 110, “Kamu adalah umat yang paling baik
(khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia;
menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman
kepada Allah. Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya
itu baik untuk mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-
orang yang jahat”.
Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki identitas
(ciri, sibghah) yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan. Dalam
mewujudkan keberadaannya ditengah masyarakat mereka menjadi innovator dan
memiliki daya saing serta memiliki imajinasi yang kuat disamping kreatif dan
memiliki pula inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah, consern), bahkan
senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal budi.

4. Definisi Wahyu
Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki
beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu
yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya,
sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz al-Qur’an (as- Shieddiqy: 27).
Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata
wahyu.
Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi
dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang
dimanifestasikan, diungkapkan. Ia adalah pencerahan, sebuah bukti atas realitas
dan penegasan atas kebenaran. Setiap gagasan yang di dalamnya ditemukan
kebenaran ilahi adalah wahyu, karena ia memperkaya pengetahuan sebagai
petunjuk bagi manusia (Haque, 2000: 10). Allah sendiri telah memberikan
gambaran yang jelas mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan dalam al-
Qur’an surat al-Maidah ayat 16 yaitu:
“Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-
Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Pengertian wahyu dalam penelitian di sini adalah kitab al-Qur’an yang di
dalamnya merupakan kumpulan-kumpulan dari wahyu yang membenarkan
wahyu-wahyu sebelumnya (taurat, injil, zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya
kepada Nabi Muhammad SAW selama hampir 23 tahun (Haque, 2000: 19).
Wahyu, menurut Kamus Al-Mufrâdât fî Ghara`ibi`l-Qur`ân, makna aslinya adalah
al-‘Isyaratu`s-sarî’ah. Artinya, isyarat yang cepat yang dimasukkan ke dalam hati
seseorang atau ilqâ’un fi`r-rau`i, maksudnya yang disampaikan dalam hati.

5. Fungsi Wahyu
a) Wahyu merupakan sumber pokok ajaran Islam.
b) Wahyu sebagai landasan berpikir. Semua produk pemikiran (ilmu, teori,
konsep dan gagasan) tidak boleh lepas dari wahyu, baik makna tersirat maupun
tersurat.
c) Wahyu sebagai landasan berbuat, bersikap, berperilaku dalam semua segi
kehidupan.

Akal dan wahyu kalau diletakkan secara fungsionalis, maka keduanya saling
memiliki fungsi. Akal memiliki fungsi untuk memahami wahyu, karena wahyu
ditulis dengan bahasa Arab, dan tidak setiap orang dapat memahami teks Arab.
Wahyu (Al Qur’an sebagai hudan, untuk memahami hudan diperlukan akal.
Wahyu memiliki fungsi mengarahkan kerja akal dan memberikan informasi
kandungan wahyu yang memerlukan bukti empiris, bahkan dengan observasi,
eksperimen, penyelidikan dan penelitian, yang ini semua dikerjakan dengan akal
pikiran.

C. Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan


"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al-'Alaq : 1-5)
Ayat tersebut diatas mendorong Umat Islam untuk pandai membaca, berfikir
dan berkreasi. semakin banyak membaca, semakin banyak manfaat yang
diperoleh. Ilmu akan bertambah, bahasa makin baik, dan wawasan makin luas.
Bacalah alam ini. Bacalah Al Qur'an ini. Bacalah buku-buku ilmu pengetahuan.
Jadi, membaca merupakan kunci pembuka untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan sebagaimana yang dicerminkan dalam
wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tersebut diatas.
Begitu besar perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan, sehingga setiap orang
Islam baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu.
Sabda Nabi : "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan
perempuan" (HR. Ibnu Abdil Bar). Dimanapun ilmu berada, Islam memerintahkan
untuk mencarinya. Sabda Nabi : "Carilah ilmu meskipun di negeri Cina" (HR Ibnu
'Adi dan Baihaqi). Menuntut ilmu dalam Islam tidak berhenti pada batas usia
tertentu, melainkan dilaksanakan seumur hidup. tegasya dalam hal menuntut ilmu
tidak ada istilah "sudah tua". Selama hayat masih dikandung badan, manusia
wajib menuntut ilmu. Hanya caranya saja hendaklah disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan masing-masing. Perintah menuntut ilmu sepanjang masa ini
diterangkan dalam Hadits Nabi SAW. "Carilah ilmu sejak buaian sampai ke liang
lahad".
Dengan memiliki ilmu, seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya
dibanding dengan yang tidak berilmu. Atau dgn kata lain, kedudukan mulia tidak
akan dicapai kecuali dengan ilmu.
Firman Allah SWT : "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat" (Al Mujadilah : 11)
Dan firman Allah SWT : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui" (Az-Zumar : 9). Sementara itu,
penghormatan terhadap penuntut ilmu dijelaskan pula dalam beberapa Hadits
Nabi SAW. diantaranya : "Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah
Allah, sambil membaca al Qur'an dan mempelajarinya kecuali mereka dinaungi
oleh para malaikat, mereka diberikan ketenangan, disirami rahmat dan selalu
diingat Allah".
"Sesungguhnya, malaikat akan meletakkan sayapnya (menaungi) pada pencari
ilmu karena senang apa yang sedang dituntutnya".
Menurut hadits tersebut diatas, tempat-tempat majlis ilmu itu dinaungi
malaikat, diberikan ketenangan (sakinah), disirami rahmat dan dikenang Allah di
singgasana-Nya. Begitulah penghormatan yang diberikan kepada orang-orang
yang menuntut ilmu pengetahuan itu.

Ilmu Memperkuat Iman


Ilmu pengetahuan dapat memperluas cakrawala dan memperkaya bahan
pertimbangan dalam segala sikap dan tindakan. Keluasan wawawasan, pandangan
serta kekayaan informasi akan membuat seseorang lebih cenderung kepada
obyektivitas, kebenaran dan realita. Ilmu yang benar dapat dijadikan sarana untuk
mendekatkan kebenaran dalam berbagai bentuk. Tentunya bagi seorang muslim,
dibalik wajah-wajah kebenaran itu tersirat kebenaran yang mutlak adalah Allah
SWT. Dengan kata lain, ilmu yang benar mendorong seseorang beriman kepada
Allah SWT. Bahkan lebih dari itu, ilmu yang benar dapat pula memperkuat dan
meningkatkan keimanan seseorang. Ilmu dapat memperkuat iman, dan iman
melahirkan kepatuhan dan tawadhu' kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT : "Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini Al
Qur'an itulah yang hak (petunjuk yang benar) dari Tuhanmu, lalu mereka beriman
dan tunduk hati mereka kepada-Nya" (al Hajj : 54).

Dari salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud : "Dari Abu Darda'
berkata, saya mendengar Rasulallah SAW bersabda : 'Kelebihan seseorang alim
dari seseorang 'abid (banyak ibadah) seperti kelebihan bulan pada bintang-
bintang".
Menurut hadits ini orang yang berilmu melebihi dari orang yang banyak ibadah
laksana bulan melebihi bintang-bintang. Ilmu manfaatnya tidak terbatas, bukan
hanya bagi pemiliknya. Tapi ia membias ke orang lain yang mendengarkannya
atau yang membaca karya tulisnya. Sedangkan ibadah manfaatnya terbatas hada
pada sipelakunya.

Ilmu atasar dan pengaruhnya tetap abadi dan lestari selama masih ada orang yang
memanfaatkannya, meskipun sudah beberapa ribu tahun. Tetapi orang yang
melakukan shalat, puasa, zakat, haji, bertasbih, bertakbir dll tetap diberi pahala
oleh Allah SWT, akan tetapi semua ini segera berakhir dengan berakhirnya
pelaksanaan dan kegiatan.

Sabda Nabi : "Jika manusia meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga
: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendo'akan
kedua orang tuanya" (HR. Muslim).

Marilah kita perhatikan intisari ajaran Al-Qur’an tentang sains dan teknologi.
Pertama, Allah menciptakan alam semesta dengan haqq (benar) kemudian
mengaturnya dengan hukum-hukum yang pasti (Al-A`raf 54, An-Nahl 3, Shad
27).

Kedua, manusia diperintahkan Allah untuk meneliti dan memahami hukum-


hukum Allah di alam semesta (Ali Imran 190-191, Yunus 101, Al-Jatsiyah 13).

Ketiga, dalam memanfaatkan hukum-hukum Allah di alam semesta yang


melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia harus berwawasan
lingkungan dan dilarang untuk merusak atau membuat pencemaran (Al-Qasas 77,
Ar-Rum 41).

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kita harus memiliki sikap-sikap


intelektual yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.

Pertama, kritis terhadap permasalahan yang dihadapi, sebagaimana tercantum


dalam Surat Al-Isra’ ayat 36: “Dan janganlah engkau ikuti sesuatu yang tiada
padamu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan isi
hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”.

Kedua, bersedia menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sebagaimana


tercantum dalam Surat Az-Zumar ayat 18: “Maka gembirakanlah hamba-hamba-
Ku yang menginventarisasi pendapat-pendapat, lalu mengikuti yang terbaik.
Mereka itulah yang memperoleh petunjuk Allah dan mereka itulah kaum
intelektual”.
Ketiga, menggunakan daya nazhar (nalar) semaksimal mungkin, sebagaimana
tercantum dalam Surat Yunus ayat 101: “Katakan: nalarilah apa yang ada di langit
dan di bumi. Dan tidaklah berguna segala ayat dan peringatan itu bagi kaum yang
tidak percaya”.

Menurut Surat Ali Imran 191-194, seorang ilmuwan atau intelektual Muslim harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Senantiasa dalam kondisi zikir, memelihara komitmen kepada ajaran Allah.
b. Mengembangkan daya fikir dalam menalari ciptaan Allah.
c. Memanfaatkan potensi dan kesempatan yang disediakan Allah.
d. Menjauhi perilaku menyimpang dari ajaran Allah.
e. Siap membela kebenaran dan keadilan serta memberantas kezaliman.
f. Teguh beriman kepada Allah dan Rasul dalam sikap dan perilaku.
g. Menyadari kekhilafan dan berusaha meningkatkan kemampuan diri.
h. Ikhlas berkorban mempersembahkan bakti hanya kepada Allah.
i. Berwawasan masa depan untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Terdapat tiga alasan pokok, mengapa kita perlu menguasai iptek, yaitu :
i. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-
negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
ii. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
iii. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

Sumber – Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Islam


Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu
pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk
belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada
ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan
dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan
memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya
sebagai berikut:

1. Al-Qur’an dan Sunnah


Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan
Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya
adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga
dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia
diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang
kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui
berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan
Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).

2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS
3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2
yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti :
a) Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
b) Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan
H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik
yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran
atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat
dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru
membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
c) Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari
sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
d) Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
e) Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS
37/6).
f) Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab)
dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
g) Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
h) Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
i) Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5)
dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
j) Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS
39/5).
k) Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
l) Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa (ini bedakan
dengan lau) dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).
m) Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43).
n) Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
o) Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan
(QS 15/22).
p) Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga
betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
q) Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu
diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa
peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi
Muhammad SAW.
r) Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran
(QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat
spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani),
prostrate
(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan
lendir).
s) Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan
tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
t) Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang
melekat (‘alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang
dalam misenhyme (‘izhama) tulang tersebut dibalutoleh otot dan daging (lahma)
(QS 23/14).

3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses
penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa
manusia tersebut (QS 91/7-10).

4. Sejarah:
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya
melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran
wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh,
Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya
dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.
Bila diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra’, artinya baca) QS. 96,
Al ‘Alaq 1-5. Membaca dan menulis, adalah “jendela ilmu pengetahuan”.
Dijelaskan, dengan membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan
yang sebelumnya tidak diketahui (‘allamal-insana maa lam ya’lam). Ilham dan
ilmu belum berakhir. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada
manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap
perubahan zaman dan pergantian masa. Adapun keistimewaan ilmu, menurut
wahyu Allah, antara lain :
1) Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-
orang yang dalam ilmunya (QS.2:7)
2) Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18)
3) Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76)
4) Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)
5) Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu
(QS.17:36)
6) Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85)
7) Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)
8) Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat
(QS.27:66)
9) Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43)
10) Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28)
11) Tuhan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa
tingkatan (QS.58:11)
12) Tuhan mengajarkan dengan pena (tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia
ilmu yang belum diketahuinya (QS.96:4-5)

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan


Allah dalam ayat-ayat berikut:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan)
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-
Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-
firman Allah.” (QS. Al-Baqarah [2] : 269).
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya
dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan
buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits
Nabi SAW). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya
Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Al-Hadits Nabi SAW).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya,
dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
 Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal
yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.
 Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki
beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu
yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya,
sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz al-Qur’an (as- Shieddiqy: 27).
Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata
wahyu.
 Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan
rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang
dimanifestasikan, diungkapkan.
 Alquran dan Al Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama dalam
islam.
 Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan kepada
ummatnya untuk senantiasa mencari ilmu.

B. Saran

 Sebagai umat islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi
umat manusia.
 Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan
umat manusia.
 Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya
merupakan sumber ilmu yang paling utama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan.

Banda Aceh: Pustaka Pelajar UNSYIAH.

The Liang Gie. 1998. Lintasan Sejarah Ilmu. Yogyakarta: PUBIB.

Você também pode gostar