Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi dan nepotisme serta sebagai sumber pemborosan negara. Padahal sektor
Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar
utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar
yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang
tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan
yang demokratis.
1
transparan kepada rakyat. Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab atas
informasi kepada publik, salah satunya melalui informasi akuntansi yang berupa
laporan keuangan. Dilihat dari sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor
keputusan.
2
5. Bagaimana standar pemeriksaan keuangan negara?
7. Untuk mengetahui value for money audit dan proses audit kinerja?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, pemeriksaan (audit) berasal dari bahasa latin dengan kata
“auderee” yang berarti mendengar. Mendengar yang efektif adalah sebuah aktivitas
menyerap informasi dalam suatu media dengan menggunakan alat pendengaran yang
diikuti dengan respon yang terprogram. Dengan demikian agar kegiatan mendengar
terjadi maka:
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemeriksaan adalah suatu kegiatan
menyerap, mengolah, dan merespon data yang dilakukan oleh pihak yang dapat
dipercaya dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk ditindaklanjuti.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan adalah:
4
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit
sektor publik adalah pemeriksaan terhadap lembaga pemerintah yang dilakukan untuk
menjamin dilakukannya pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana
masyarakat (publik money) yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian
program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan audit sektor publik sendiri sedikit berbeda dengan audit konvensional yang
diterapkan perusahaan pada umumnya. Dalam audit konvensional, yang diaudit
adalah terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, sedangkan dalam audit sektor
publik yang diaudit tidak hanya keuangan dan kepatuhannya saja, melainkan
performa atau kinerjanya (performance audit). Audit kinerja inilah yang biasa dikenal
dengan Value For Money Audit (VFM Audit) yang mengaudit mengenai ekonomi,
efisiensi dan efektivitas dari lembaga pemerintah.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan
pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan
Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang
mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.
2.2 Karakteristik Audit Sektor Publik dan Perbedaannya Dengan Audit Sektor
Swasta (Audit Konvensional)
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Pada audit keuangan dan audit kinerja, tidak terdapat perbedaan definisi yang tajam
karena definisi audit kinerja sebagai suatu proses dapat diturunkan dari definisi audit
keuangan.
Pengertian audit dalam audit keuangan adalah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan
dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan, pengertian dari audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian
secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian
5
hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak pengguna laporan tersebut (Malan, 1984).
Jadi, jika disimpulkan dalam poin-poin adalah:
A. Audit konvensional (audit keuangan):
a. Proses sistematis
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi
d. Derajat kesesuaian
e. Kriteria/standar yang telah ditetapkan
f. Mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna laporan tersebut.
B. Audit sektor publik (audit kinerja):
a. Proses sistematis
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Penilaian independen atas ekonomi dan efisiensi operasi
d. Efektivitas (dalam pencapaian hasil)
e. Kepatuhan (kebijakan, peraturan dan hukum)
f. Derajat kesesuaian
g. Kriteria/standar yang telah ditetapkan
h. Mengkomunikasikan hasil.
Maka, jika dilihat perbedaan poin di atas jelas sudah apa yang menjadi titik
perbedaan yang lebih ditekankan dalam audit kinerja di sektor publik ini, yakni
penekanan tidak pada asersi manajemen, melainkan penekanan pada penilaian atas
nilai ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu fungsi lembaga pemerintahan sektor
publik.
Perbedaan antara audit sektor privat dengan audit sektor publik:
AUDIT SEKTOR AUDIT SEKTOR
URAIAN
PRIVAT PUBLIK
Lembaga Audit
Kantor Akuntan Publik Pemerintah dan juga KAP
Pelaksana Audit
(KAP) yang ditunjuk Lembaga
Audit Pemerintah
6
Entitas, program, kegiatan
dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan
Objek Audit Perusahaan/entitas swasta pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Standar Pemeriksaan
Standar Profesional
Standar Audit yang Keuangan Negara (SKPN)
Akuntan Publik yang
digunakan yang dikeluarkan oleh
dikeluarkan IAI
BPK
Merupakan faktor
dominan karena kegiatan
Kepatuhan terhadap
Tidak terlalu dominan di sektor publik sangat
peraturan perundang-
dalam audit dipengaruhi oleh
undangan
peraturan dan perudang-
undangan
7
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis dan
berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini
menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
pengelolaan keuangan Negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8
Meskipun terdapat beberapa jenis audit pada sektor publik, lembaga audit
pemerintah tidak harus melaksanakan audit tersebut sekaligus. Selain membutuhkan
waktu yang cukup lama dan menyerap sumber daya yang cukup besar, pelaksanaan
audit tersebut tidak akan memberikan nilai tambah yang besar sehingga hasil yang
diperoleh tidak seimbang dengan sumber daya yang dikeluarkan. Dengan demikian,
selain dilaksanakan oleh lembaga audit pemerintah, audit sektor publik juga dapat
dilaksanakan oleh KAP untuk dan atas nama lembaga audit pemerintah tersebut.
SPKN secara resmi dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 19 April 2007. Referensi
dari penyusunan SPKN ini adalah:
SPKN merupakan patokan untuk melakukan audit atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. SPKN berlaku untuk semua audit yang dilaksanakan
terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN berlaku bagi BPK dan akuntan publik
atau pihak lainnya yang melakukan audit keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
Sementara itu, Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti Badan
9
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral (Itjen) dan
Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) dapat menggunakan SPKN sebagai acuan
dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.
SPKN digunakan bersama-sama dengan SPAP yang diterbitkan oleh IAI. SPKN
memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan Persyaratan
Standar Audit (PSA) yang berkaitan dengan audit keuangan dan perikatan atestasi
dalam SPAP, kecuali ditentukan lain. Penerapan SPAP perlu memerhatikan standar
umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam
SPKN.
10
PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 02 STANDAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
11
2. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.
3. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar
yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
12
4. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.
13
publik, harus bebas baik dalam sikap mental maupun penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
14
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila
ditemukan indikasikecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang secara material mempengaruhi hal yang
diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan
bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telah terjadi dan
menentukan dampaknya terhadap halyang diperiksa.
(3) Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan apabila
ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah terjadi
dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan;
15
4. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang
keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati
kriteria atau prosedur tersebut.
16
2.6 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Sektor Publik
Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan
ditetapkan untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik, aturan
etika ditetapkan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai
saat ini, aturan etika ini masih dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya
mengacu pada Standard of Professional Practice on Ethics yang diterbitkan oleh The
International Federation of Accountants (IFAC).
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus
memiliki karakteristik yang mencakup:
3. Berpandangan obyektif.
4. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi
akuntan yaitu:
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi, yaitu:
17
Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor
dan empat panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.
1. Integritas
2. Obyektivitas
3. Kompetensi
4. Kehati-hatian
5. Kerahasiaan
6. Ketepatan bertindak
1. Good governance
2. Pertentangan kepentingan
4. Penerapan aturan etika bagi anggota profesi yang bekerja di luar negeri.
18
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi audit. Definisi
audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas
ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan,
dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hokum yang berlaku, menentukan
kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut (Malan,1984).
a. Audit Ekonomi Dan Efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan :
1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor)
secara ekonomis dan efisien.
2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien,
termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola system informasi,
prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Secara lebih spesifik, The General Accounting Office Standards (1994)
menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai
dengan kebutuhan pada biaya terendah.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara
memadai
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau
kurang jelas tujuannya.
e. Menghindari adanya pengangguran sumberdaya atau jumlah pegawai
yang berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efisien
19
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum
dalam menghasilkan atau menyerahkan barabg/jasa dengan kuantitas
dan kualitas yang tepat
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya negara
i. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai kehematan dan efisiensi
Prosedur untuk melakuakan audit ekonomi dan efisiensi meliputi:
1. Perencanaan audit.
2. Me review system akuntansi dan pengendalian intern.
3. Menguji system akuntansi dan pengendalian intern.
4. Melaksanakan audit.
5. Menyampaikan laporan.
b. Audit Efektivitas
Menurut Audit Commission (1986), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa
yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk
mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas (audit program) bertujuan untuk menentukan :
1. Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
2. Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
3. Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternative lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada evaluasi pelaksanaan program,
yaitu sebagai berikut:
a. Apakah program tersebut relevan atau realistik
b. Apakah ada pengaruh dari program tersebut
c. Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan
d. Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil
21
b. Supervisi
Staf harus diawasi (supervisi) dengan baik.
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Apabila hokum, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan
kepatuhan lainnya merupakan hal yang signifikan bagi tujuan audit,
auditor harus merancang audit tersebut untuk memberiakan keyakinan
yang memadai mengenai kepatuhan tersebut.
d. Pengendalian Manajemen
Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang
relevan dengan audit.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
1. Bentuk
Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit.
2. Ketepatan Waktu
Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk
menyediakan infromasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh
manajemen dan pihak lain yang berkepentingan.
3. Isi Laporan
a. Tujuan, Lingkup, dan Metodelogi Audit
Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan metodologi audit.
b. Hasil Audit
Auditor harus melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jika
mungkin melaporkan kesimpulan auditor.
c. Rekomendasi
Auditor harus menyampaikan rekomendasi untuk melakukan
tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalah dan untuk
meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas yang diaudit.
d. Pernyataan Standar Audit
Auditor harus melaporkan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan
Standar Audit Pemerintah.
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
f. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
penyalahgunaan wewenang
22
g. Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum
h. Pengendalian manajemen
i. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j. Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
k. Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut
l. Informasi istimewa dan rahasia
4. Penyajian Laporan
Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan
ringkas sepanjang hal ini dimungkinkan.
5. Distribusi Laporan
Laporan tertulis diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada :
a. Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit
b. Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang
meminta audit, termasuk organisasi luar yang memberikan dana,
kecuali jika peraturan perundang-undangan melarangnya
c. Kepada pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas
pengawasan secara hukum atau pihak yang bertanggungjawab untuk
melakukan tindak lanjut berdasarkan temuan dan rekomendasi audit
d. Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit
untuk menerima laporan tersebut
23
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan audit sektor publik sendiri sedikit berbeda dengan
konvensional, yang diaudit adalah terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja,
sedangkan dalam audit sektor publik yang diaudit tidak hanya keuangan dan
kinerja inilah yang biasa dikenal dengan Value For Money Audit (VFM Audit) yang
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
3.2. Saran
dibutuhkan peranan dan kesadaran dari semua pihak yang terlibat. Karena lembaga
24
sector public merupakan lembaga yang memiliki tanggungjwab besar kepada
masyarakat.
25