Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,

kolusi dan nepotisme serta sebagai sumber pemborosan negara. Padahal sektor

publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber

legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

diberikan masyarakat kepada penyelenggaraan pemerintahan haruslah diimbangi

dengan adanya pemerintahan yang bersih.

Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar

utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar

tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan

yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang

terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi

secara aktif, Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan

pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam

bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban)

merupakan dasar dari pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan pemerintah

tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan

yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu masyarakat

yang demokratis.

Dalam negara demokrasi, “pelaporan keuangan yang transparan” merupakan

sesuatu yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam

negara demokrasi, pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan yang

1
transparan kepada rakyat. Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab atas

integritas, kinerja dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan

informasi yang berguna untuk menaksir akuntabilitas serta membantu dalam

pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik pemerintah

merupakan instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik.

Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik

menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan

informasi kepada publik, salah satunya melalui informasi akuntansi yang berupa

laporan keuangan. Dilihat dari sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor

publik merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan

organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan merupakan alat

pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan.

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisai sektor

publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntanbilitas publik serta

value for money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap

organisasi sektor publik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian audit sektor publik?

2. Bagaimana karakteristik audit sektor publik dan perbedaannya dengan

audit sektor swasta (audit konvensional)?

3. Apa tujuan audit sektor publik?

4. Apa jenis-jenis audit dalam sektor publik?

2
5. Bagaimana standar pemeriksaan keuangan negara?

6. Bagaimana aturan etika kompartemen akuntan sektor publik?

7. Bagaimana value for money audit dan proses audit kinerja?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian audit sektor publik?

2. Untuk mengetahui karakteristik audit sektor publik dan perbedaannya

dengan audit sektor swasta (audit konvensional)?

3. Untuk mengetahui tujuan audit sektor publik?

4. Untuk mengetahui jenis-jenis audit dalam sektor publik?

5. Untuk mengetahui standar pemeriksaan keuangan negara?

6. Untuk mengetahui aturan etika kompartemen akuntan sektor publik?

7. Untuk mengetahui value for money audit dan proses audit kinerja?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Sektor Publik

Secara etimologi, pemeriksaan (audit) berasal dari bahasa latin dengan kata
“auderee” yang berarti mendengar. Mendengar yang efektif adalah sebuah aktivitas
menyerap informasi dalam suatu media dengan menggunakan alat pendengaran yang
diikuti dengan respon yang terprogram. Dengan demikian agar kegiatan mendengar
terjadi maka:

 Harus ada informasi


 Harus ada media
 Harus ada alat pendengaran
 Harus direspon

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemeriksaan adalah suatu kegiatan
menyerap, mengolah, dan merespon data yang dilakukan oleh pihak yang dapat
dipercaya dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk ditindaklanjuti.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan adalah:

 Terdiri dari beberapa kegiatan;


 Dilakukan oleh orang yang dapat dipercaya;
 Disampaikan kepada pihak yang berkepentingan; dan
 Pihak yang berkepentingan menindaklanjutinya.
Terkait dengan praktek akuntansi sebuah entitas, auditing lebih dikenal sebagai
suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang
ditetapkan. Arens dan Loebbecke mendefinisikan auditing sebagai pengumpulan dan
evaluasi bukti-bukti dari informasi yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen, untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

4
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit
sektor publik adalah pemeriksaan terhadap lembaga pemerintah yang dilakukan untuk
menjamin dilakukannya pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana
masyarakat (publik money) yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian
program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan audit sektor publik sendiri sedikit berbeda dengan audit konvensional yang
diterapkan perusahaan pada umumnya. Dalam audit konvensional, yang diaudit
adalah terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, sedangkan dalam audit sektor
publik yang diaudit tidak hanya keuangan dan kepatuhannya saja, melainkan
performa atau kinerjanya (performance audit). Audit kinerja inilah yang biasa dikenal
dengan Value For Money Audit (VFM Audit) yang mengaudit mengenai ekonomi,
efisiensi dan efektivitas dari lembaga pemerintah.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan
pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan
Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang
mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

2.2 Karakteristik Audit Sektor Publik dan Perbedaannya Dengan Audit Sektor
Swasta (Audit Konvensional)
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Pada audit keuangan dan audit kinerja, tidak terdapat perbedaan definisi yang tajam
karena definisi audit kinerja sebagai suatu proses dapat diturunkan dari definisi audit
keuangan.
Pengertian audit dalam audit keuangan adalah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan
dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan, pengertian dari audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian
secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian

5
hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak pengguna laporan tersebut (Malan, 1984).
Jadi, jika disimpulkan dalam poin-poin adalah:
A. Audit konvensional (audit keuangan):
a. Proses sistematis
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi
d. Derajat kesesuaian
e. Kriteria/standar yang telah ditetapkan
f. Mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna laporan tersebut.
B. Audit sektor publik (audit kinerja):
a. Proses sistematis
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Penilaian independen atas ekonomi dan efisiensi operasi
d. Efektivitas (dalam pencapaian hasil)
e. Kepatuhan (kebijakan, peraturan dan hukum)
f. Derajat kesesuaian
g. Kriteria/standar yang telah ditetapkan
h. Mengkomunikasikan hasil.
Maka, jika dilihat perbedaan poin di atas jelas sudah apa yang menjadi titik
perbedaan yang lebih ditekankan dalam audit kinerja di sektor publik ini, yakni
penekanan tidak pada asersi manajemen, melainkan penekanan pada penilaian atas
nilai ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu fungsi lembaga pemerintahan sektor
publik.
Perbedaan antara audit sektor privat dengan audit sektor publik:
AUDIT SEKTOR AUDIT SEKTOR
URAIAN
PRIVAT PUBLIK
Lembaga Audit
Kantor Akuntan Publik Pemerintah dan juga KAP
Pelaksana Audit
(KAP) yang ditunjuk Lembaga
Audit Pemerintah

6
Entitas, program, kegiatan
dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan
Objek Audit Perusahaan/entitas swasta pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Standar Pemeriksaan
Standar Profesional
Standar Audit yang Keuangan Negara (SKPN)
Akuntan Publik yang
digunakan yang dikeluarkan oleh
dikeluarkan IAI
BPK
Merupakan faktor
dominan karena kegiatan
Kepatuhan terhadap
Tidak terlalu dominan di sektor publik sangat
peraturan perundang-
dalam audit dipengaruhi oleh
undangan
peraturan dan perudang-
undangan

2.3 Tujuan Audit Sektor Publik


Organisasi sektor publik mendapatkan amanah dan kepercayaan dari masyarakat
untuk menggunakan sumber daya publik. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk
mengelola sumber daya tersebut secara akuntabel dan transparan. Untuk
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sumber daya tersebut,
diperlukan audit sektor publik.
Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik dapat digunakan oleh
pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan internal. Di
samping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (diluar entitas yang
diaudit) untuk mengevaluasi apakah:
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan
kewenangannya secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan;
2. Program yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan hasil yang diinginkan;
dan

7
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis dan
berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini
menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
pengelolaan keuangan Negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.4 Jenis-Jenis Audit dalam Sektor Publik


Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik pemerintah
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas
dibanding audit sektor swasta (Wilopo, 2001).
Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:
1.) Audit Keuangan (financial audit), Adalah audit atas laporan keuangan yang
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2.) Audit Kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis
terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit
dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas
publik.
3.) Audit dengan Tujuan Tertentu, merupakan audit khusus di luar audit
keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas
hal yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures). Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di
bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian
internal.

8
Meskipun terdapat beberapa jenis audit pada sektor publik, lembaga audit
pemerintah tidak harus melaksanakan audit tersebut sekaligus. Selain membutuhkan
waktu yang cukup lama dan menyerap sumber daya yang cukup besar, pelaksanaan
audit tersebut tidak akan memberikan nilai tambah yang besar sehingga hasil yang
diperoleh tidak seimbang dengan sumber daya yang dikeluarkan. Dengan demikian,
selain dilaksanakan oleh lembaga audit pemerintah, audit sektor publik juga dapat
dilaksanakan oleh KAP untuk dan atas nama lembaga audit pemerintah tersebut.

2.5 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


Standar audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang harus
dipenuhi oleh seorang auditor. Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2004 menyatakan bahwa
standar audit keuangan negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Saat
ini, BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai
standar audit di lingkungan keuangan negara. SPKN ini merupakan revisi dari Standar
Audit Pemerintahan (SAP) 1995.

SPKN secara resmi dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 19 April 2007. Referensi
dari penyusunan SPKN ini adalah:

1. Standar Audit Pemerintahan 1995;


2. Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003-US
GAO;
3. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI);
4. Auditing Standards 1995-INTOSAI
5. Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) 1992-AICPA;
6. Internal Control Standards 2001-INTOSAI; dan
7. Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) 2003-
IIA.

SPKN merupakan patokan untuk melakukan audit atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. SPKN berlaku untuk semua audit yang dilaksanakan
terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN berlaku bagi BPK dan akuntan publik
atau pihak lainnya yang melakukan audit keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
Sementara itu, Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti Badan

9
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral (Itjen) dan
Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) dapat menggunakan SPKN sebagai acuan
dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

SPKN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan profesional


auditor, standar pekerjaan lapangan yang memuat mutu pelaksanaan audit di
lapangan, dan standar pelaporan yang memuat persyaratan laporan audit yang
profesional. Standar umum berlaku baik untuk audit keuangan, audit kinerja, maupun
audit dengan tujuan tertentu. Adapun standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan untuk setiap jenis audit berbeda-beda.

SPKN digunakan bersama-sama dengan SPAP yang diterbitkan oleh IAI. SPKN
memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan dan Persyaratan
Standar Audit (PSA) yang berkaitan dengan audit keuangan dan perikatan atestasi
dalam SPAP, kecuali ditentukan lain. Penerapan SPAP perlu memerhatikan standar
umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam
SPKN.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 01 STANDAR UMUM

Pernyataan Standar Umum meliputi:

1. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang


memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
2. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya.
3. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama.
4. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain
yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).

10
PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 02 STANDAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN

Standar pelaksanaan tambahannya yaitu:

1. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat,


saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan
kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan.
2. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta
tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
3. A. Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan
yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.

B. Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau


peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan
apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur
pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau
ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan.

4. Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan


untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan
5. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 03 STANDAR PELAPORAN


PEMERIKSAAN KEUANGAN

Pernyataan standar pelaporan tambahan adalah:

1. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan


sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

11
2. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.

3. Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam


pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi
yang dapat dilaporkan.

4. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam


pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.

5. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan


untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan.

6. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas


yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 04 STANDAR PELAKSANAAN


PEMERIKSAAN KINERJA

Pernyataan standar pelaksanaannya adalah:

1. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.

2. Staf harus disupervisi dengan baik.

3. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar
yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.

12
4. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 05 STANDAR PELAPORAN


PEMERIKSAAN KINERJA

Standar Pelaporan meliputi:

1. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk


mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.

2. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:

a) pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar


Pemeriksaan;

b) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan;

c) hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan


rekomendasi;

d) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan;

e) pelaporan informasi rahasia apabila ada.

3. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif,


meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.

4. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas


yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Berkaitan dengan independensi, SPKN menyatakannya dalam standar umum


kedua, yang berbunyi “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa baik pemerintahan maupun akuntan

13
publik, harus bebas baik dalam sikap mental maupun penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 06 : STANDAR PELAKSANAAN


PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan dua pernyataan


standar pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI
berikut ini:

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya;
2. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi
simpulan yang dinyatakan dalam laporan.

SPKN juga memberi standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:

1. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat,


saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan atas hal yang
akan dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang diperiksa dan
atau pihak yang meminta pemeriksaan;
2. Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta
tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal yang
diperiksa;
3. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan,
pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang
pengendalian intern yang sifatnya material terhadap hal yang diperiksa;
4. (1) Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk
eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat
berdampak material terhadap hal yang diperiksa.

(2) Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk


reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada terhadap situasi
atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan

14
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila
ditemukan indikasikecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang secara material mempengaruhi hal yang
diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan
bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telah terjadi dan
menentukan dampaknya terhadap halyang diperiksa.
(3) Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan apabila
ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap
pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah terjadi
dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan;

5. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan


dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus
berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa.

PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 07 : STANDAR PELAPORAN


PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan empat pernyataan


standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI
sebagai berikut:

1. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat


perikatan atestasi yang bersangkutan;
2. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan
dipakai sebagai alat pengukur;
3. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi;

15
4. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang
keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati
kriteria atau prosedur tersebut.

SPKN juga memberikan standar pelaporan tambahan sebagai berikut:

1. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan


sesuai dengan SPKN;
2. Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus mengungkapkan:
a. kelemahan pengendalian internal yang berkaitan dengan hal yang
diperiksa,
b. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangantermasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas
perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur
tindak pidana yang terkait dengan hal yang diperiksa,
c. ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa;
3. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan;
4. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat
informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut;
5. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

16
2.6 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Sektor Publik
Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan
ditetapkan untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik, aturan
etika ditetapkan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai
saat ini, aturan etika ini masih dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya
mengacu pada Standard of Professional Practice on Ethics yang diterbitkan oleh The
International Federation of Accountants (IFAC).

Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus
memiliki karakteristik yang mencakup:

1. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan


pelatihan.

2. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi


kerja maupun untuk auditan.

3. Berpandangan obyektif.

4. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.

Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi
akuntan yaitu:

1. bekerja dengan standar profesi yang tinggi,

2. mencapai tingkat kinerja yang diharapkan dan

3. mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratankepentingan masyarakat.

Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi, yaitu:

1. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.

2. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.

3. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan


standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak
dapat dikompromikan.

17
Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor
dan empat panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.

Ketujuh prinsip dasar tersebut adalah:

1. Integritas

2. Obyektivitas

3. Kompetensi

4. Kehati-hatian

5. Kerahasiaan

6. Ketepatan bertindak

7. Standar teknis dan profesional.

Empat panduan umum mengatur hal-hal yang terkait dengan:

1. Good governance

2. Pertentangan kepentingan

3. Fasilitas dan hadiah

4. Penerapan aturan etika bagi anggota profesi yang bekerja di luar negeri.

2.7 Value For Money Audit Dan Proses Audit Kinerja


Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-
lembaga pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar
conventional audit, namun perlu juga dilakukan value for money audit (VFM Audit).
Dalam pemeriksaan yang konvensional, lingkup pemeriksaan hanya sebatas audit
terhadap keuangan dan kepatuhan (financial and compliance audit), sedangkan dalam
pendekatan baru ini selain audit keuangan dan kepatuhan juga perlu dilakukan audit
kinerja (performance audit). Performance Audit meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational
audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk
performance audit tersebut adalah VFM audit atau disingkat 3E’s audit (economy,
efficiency, and effectiveness audit)

18
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi audit. Definisi
audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas
ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan,
dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hokum yang berlaku, menentukan
kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut (Malan,1984).
a. Audit Ekonomi Dan Efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan :
1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor)
secara ekonomis dan efisien.
2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien,
termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola system informasi,
prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Secara lebih spesifik, The General Accounting Office Standards (1994)
menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai
dengan kebutuhan pada biaya terendah.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara
memadai
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau
kurang jelas tujuannya.
e. Menghindari adanya pengangguran sumberdaya atau jumlah pegawai
yang berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efisien

19
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum
dalam menghasilkan atau menyerahkan barabg/jasa dengan kuantitas
dan kualitas yang tepat
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya negara
i. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai kehematan dan efisiensi
Prosedur untuk melakuakan audit ekonomi dan efisiensi meliputi:
1. Perencanaan audit.
2. Me review system akuntansi dan pengendalian intern.
3. Menguji system akuntansi dan pengendalian intern.
4. Melaksanakan audit.
5. Menyampaikan laporan.
b. Audit Efektivitas
Menurut Audit Commission (1986), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa
yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk
mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas (audit program) bertujuan untuk menentukan :
1. Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
2. Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
3. Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternative lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada evaluasi pelaksanaan program,
yaitu sebagai berikut:
a. Apakah program tersebut relevan atau realistik
b. Apakah ada pengaruh dari program tersebut
c. Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan
d. Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil

c. Karakteristik Audit Kinerja:


Ekonomi Audit
Manajemen

3E Efisiensi Audit Kinerja/Value


For Money
Audit
Efektivitas Program
20
Tiga kategori kegiatan Value For Money Audit yaitu: 1)’By-production’ VFM work,
2) An’arrangement Review’, 3) Performance review.
Prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi dalam audit kinerja yaitu :
1. Auditor (orang/lembaga yang melakukan audit), auditee (pihak yang
diaudit), recipient (pihak yang menerima hasil audit).
2. Hubungan akuntabilitas antara auditee (subordinate) dan recipient (otoritas
yang lebih tinggi).
3. Independensi antara auditor dan auditee.
4. Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi
tanggungjawab auditee oleh auditor untuk audit recipient.

d. Standar Audit Kinerja


Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga
pemerintah menurut Standar Audit Pemerintah adalah :
1. Standar Umum
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif
memiliki kecakapan professional yang memadai untuk tugas yang
disyaratkan.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit,
organisasi/lembaga audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan
public, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi),
bebas dari gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang di luar
pribadinya(ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta
harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang independen.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
d. Setiap organisasi/lembaga yang melaksanakan audit yang berdasarkan
SAP ini harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan
system pengendalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu ekstern).
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
a. Perencanaan
Pekerjaan harus direncakanan secara memadai.

21
b. Supervisi
Staf harus diawasi (supervisi) dengan baik.
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Apabila hokum, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan
kepatuhan lainnya merupakan hal yang signifikan bagi tujuan audit,
auditor harus merancang audit tersebut untuk memberiakan keyakinan
yang memadai mengenai kepatuhan tersebut.
d. Pengendalian Manajemen
Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang
relevan dengan audit.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
1. Bentuk
Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit.
2. Ketepatan Waktu
Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk
menyediakan infromasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh
manajemen dan pihak lain yang berkepentingan.
3. Isi Laporan
a. Tujuan, Lingkup, dan Metodelogi Audit
Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan metodologi audit.
b. Hasil Audit
Auditor harus melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jika
mungkin melaporkan kesimpulan auditor.
c. Rekomendasi
Auditor harus menyampaikan rekomendasi untuk melakukan
tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalah dan untuk
meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas yang diaudit.
d. Pernyataan Standar Audit
Auditor harus melaporkan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan
Standar Audit Pemerintah.
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
f. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
penyalahgunaan wewenang

22
g. Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum
h. Pengendalian manajemen
i. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j. Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
k. Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut
l. Informasi istimewa dan rahasia
4. Penyajian Laporan
Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan
ringkas sepanjang hal ini dimungkinkan.
5. Distribusi Laporan
Laporan tertulis diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada :
a. Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit
b. Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang
meminta audit, termasuk organisasi luar yang memberikan dana,
kecuali jika peraturan perundang-undangan melarangnya
c. Kepada pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas
pengawasan secara hukum atau pihak yang bertanggungjawab untuk
melakukan tindak lanjut berdasarkan temuan dan rekomendasi audit
d. Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit
untuk menerima laporan tersebut

23
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Audit sektor publik adalah pemeriksaan terhadap lembaga pemerintah yang

dilakukan untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas

pengelolaan dana masyarakat (publik money) yang bertujuan untuk membandingkan

hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan audit sektor publik sendiri sedikit berbeda dengan

audit konvensional yang diterapkan perusahaan pada umumnya. Dalam audit

konvensional, yang diaudit adalah terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja,

sedangkan dalam audit sektor publik yang diaudit tidak hanya keuangan dan

kepatuhannya saja, melainkan performa atau kinerjanya (performance audit). Audit

kinerja inilah yang biasa dikenal dengan Value For Money Audit (VFM Audit) yang

mengaudit mengenai ekonomi, efisiensi dan efektivitas dari lembaga pemerintah.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit

keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan

pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan

Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang

mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

3.2. Saran

Untuk menghasilkan lembaga pemerintah yang bersih dan akuntabel,

dibutuhkan peranan dan kesadaran dari semua pihak yang terlibat. Karena lembaga

24
sector public merupakan lembaga yang memiliki tanggungjwab besar kepada

masyarakat.

25

Você também pode gostar