Você está na página 1de 9

ADAT ISTIDAT SUKU JAWA TENGAH

1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan Sedang Hamil

Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu harus benar-benar dijaga
supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk menimpa dan anaknya. Didalam Adat istiadat suku
jawapun mempunyai kepercayaan-kepercayaan seperti ini. Ketika seorang perempuan sedang
hamil/mengandung bayi didalam perutnya, didalam suku jawa seorang perempuan yang sedang
mengandung itu akan benar-benar yang namanya dijaga, supaya tidak akan terjadi hal yang buruk
menimpa perempuan dan calon anaknya itu. Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk
suku jawa akan menyelenggarakan acara semacam selamatan-selamatan. Mengadakannya acara
selamatan ini dilakukan selama dua kali selama masih pada masa-masa mengandung/kehamilan,
pertama adanya acara selametan ini ketika usia sang bayi didalam kandungan mencapai tiga bulan,
dan acara selamatan yang kedua ini dilakukan ketika usia sang bayi sudah mencapai umur 7 bulan.

2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten

Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa hormat masyarakat Jawa
kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama
yang mulia (Islam) di tanah Jawa ini.Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara
peringatan kelahiran Rasulullah SAW yang mana upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari. Pada
saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-kerajaan, seperti di Yogyakarta
dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara sekaten dimulai, dari pihak kerajaan keraton didaerah
Surakarta ini mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan Guntur Sari, dan gamelan
Kyai Gunturmadu.
ADAT ISTIDAT SUKU JAWA TIMUR

Tarian Adat Jawa Timur.

Tari Remong. Merupakan sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan.
Ditarikan pada waktu menyambut para tamu. Tarian ini dikemas sebagai suatu gambaran
keberanian seorang pangeran. Tari remong ini biasanya menggunakan irama gending jula-juli
Suroboyo tropongan, kadang kadang diteruskan dengan walang kekek,gedong rancak, krucilan
atau kreasi baru lainnya. Tari ini dapat ditarikan dengan gaya wanita atau gaya pria baik. Pada
umumnya tari remong ini di tampilkan sebagai tari pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit
jawa timuran. Penarinya menggunakan jenis kostum yaitu sawonggaling atau gaya surabaya yang
terdiri dari bagian atas hitam yang menghadirkan pakaian abad 18,celana bludru hitam dengan
hiasan emas dan batik, sedangkan dipinggangnya ada sebuah sabuk dan keris, dipaha kanan ada
selendang menggantung sampai kemata kaki. Untuk penari perempuan memakai simpul (sanggul)
di rambutnya.

Kesenian
Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa
Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah
laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan
kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan
umumnya dibuka dengan Tari Remodan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat
dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan
dengan modernisasi. Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian
khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi icon kesenian
Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-
unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran,
topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan
seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara
lain Damarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso. Seni tari tradisional di Jawa Timur
secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa
gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari
bondan, dan kelana. Terdapat pula kebudayaan semacam barong sai di Jawa Timur. Kesenian itu
ada di dua kabupaten yaitu, Bondowoso dan Jember. Singo Wulung adalah kebudayaan khas
Bondowoso. Sedangkan Jember memiliki macan kadhuk. Kedua kesenian itu sudah jarang
ditemui.
Adat istiadat Karapan Sapi

Foto di atas merupakan salah satu budaya khas di Jawa Timur yaitu karapan sapi dimana Karapan
sapi merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang selalu dilakukan oleh masyarakat P.
Madura, Jawa Timur karena di Jawa Timur masih terdapat tradisi perlombaan pacuan sapi jadi
pada perlombaan ini akan memperlihatkan dimana beberapa ekor sapi nantinya akan berlomba adu
cepat untuk memenangkan perlombaan dan ditambah juga dengan ritual arak-arakan yang sampai
saat ini masih dipercaya oleh suku Jawa Timur.
ADAT ISTIDAT SUKU JAWA BARAT
Adat Istiadat Suku Sunda

Adat sunda ialah salah satu pilihan calon pengantin yang ingin merayakan pernikanny
a, khususnya pengantin yang berasal dari tanah sunda. Dibaawah ini akan ada rangkaian-
rangkaian susunan acara yang dapat dilihat. Langsung saja mari kita simak rangkaian-rangkaian
berikut ini.

 Ngeyeuk Sereuh (Apabila ngeueyeuk sereuh ini tidak dilakukan, maka seserahan
tersebut dilakukan ketika sebelum dimulai nya akad nikah sang pengantin) :
 Dipimpin oleh pengeyeuk.
 Pengeyeuk Mewejang kepada kedua calon mempelai agar memohon doa restu, dan
meminta izin kepada kedua orang tua, dengan mengasihi nasihat melalui benda yang
telah disediakan, seperti pangridanan, parawanten, dan lain sebagainya.
 Diikuti dengan kagu kidung oleh pengeyeuk
 Agar hidup sejahtera, disawer oleh gumpalan beras
 Dikeprak-keprak dengan sapu lidi disertai dengan nasihat, agar dapat memupuk kasih
sayang dan giat dalam bekerja.
 Membuka kain berwarna putih pengeyeuk. Melambangkan bahwa rumah tangga yang
akan di didik masih bersih dan belum terkena noda.
 Saling mengasihi satu sama lain, dan dapat menyesuaikan diri.
 Calon pengantin pria membelah buah pinang dan mayang jambe. Agar keduanya saling
mengasihi dan dapat menyesuaikan diri masing-masing.
 Calon pengantin pria menumbukkan alu kedalam lumpang sebanyak 3 kali.
 Seserahan, (Sekitar 3-7 hari sebelum pernikahan dimulai). Calon pengantin pria
membawa pakaian, perabot rukah tangga, perabot dapur, makanan, uang, dan lain
sebagainya
 Tunangan, ini dilakukan untuk ‘patuker bebeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang
yang berwarna polos atau berwarna pelangi kepada sang gadis.
 Lamaran Nikahan, yang dilaksanakan oleh kedua orang tua calon mempelai dengan
keluarga terdekat, dan disertai oleh seseorang yang telah berusia lanjut untuk memimpin
upacara. Membawa lamareun atau sirih pinang komplit, separangkat pakaian wanita,
uang. Tidak harus membawa cincin, jika membawa cincin, biasanya cincin yang dibawa
itu berupa meneng, yang mana melambangkan kemantapan dan keabadian.
 Nendeun Omong, yaitu bicaraan orang tua/utusan pihak laki-laik yang berminat untuk
mempersunting seorang wanita.
 Membuat Lungkun, dua lembar daun sirih yang bertangkai saling dihadapkan, digulung
supaya menjadi satu, kemudian diikat dengan benang kanteh
 Diriringi oleh kedua orang tua dan para tamu yang hadir, Memiliki makna, agar
suatu saat nanti rezeki yang diperoleh apabila berlebihan dapat dibagikan kepada
saudara-saudara, dan handai taulan.

Sistem Kepercayaan Suku Sunda

Mayoritas orang sunda ini beragama Islam. Tetapi ada sebagian kecil yang tidak beragama muslim,
diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal pada pedalaman hutan didaerah Banten, ada juga
yang beragama katolik, kristen, budha, hindu.
Dibagian selatan daerah sunda, praktek-praktek sinkretisme dan mistik itu masih dilakukan. Pada
dasarnya, seluruh kehidupan orang sunda ini ditujukan untuk memelestarikan keseimbangan alam
semesta.
Keseimbangan magis dipertahankan dengan cara mengadakan upacara-upacara adat, sedangkan
dengan keseimbangan sosial dipertahankan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan saling
mengasihi (gotong royong).
Hal yang paling menarik dalam kepercayaan sunda adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah
satu tokoh-tokoh budaya mereka, yang mempercayai adanya Allah yang maha tunggal, yang
menitiskan sebagian kecil dirinya kedalam kehidupan dunia untuk melestarikan kehidupan
manusia.
Yang dimaksud dengan titisan allah ini adalah dewata. Hal tersebut mungkin bisa dijadikan
jembatan untuk mengkomunikasikan kabar-kabar baik kepada mereka.
ADAT ISTIDAT SUKU YOGYAKARTA

1. Grebeg Muludan

Acara puncak peringatan Sekaten akan ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada
tanggal 12 Rabiul Awal (persis hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW) dari jam 08.00 - 10.00
wib dengan dikawal oleh 10 macam Bregada (kompi) prajurit kraton, Wirabraja, Dhaheng,
Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa dan
Bugis. Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-
sayuran akan dibawa dari Istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju Masjid
Agung. Setelah di do'akan, gunungan yang melambangkan kesejahteraan Kerajaan Mataram ini
dibagikan kepada masyarakat yang mengganggap bahwa bagian dari gunungan ini akan membawa
berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam
di sawah ladang agar sawah ladang mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana
dan malapetaka.
2. Tumplak Wajik

Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, Suatu upacara yaitu Upacara Tumplak Wajik diadakan
di halaman Istana Magangan pada jam 16.00 wib. Upacara ini berupa Kotekan atau permainan
lagu dengan memakai kentongan, lumpang (alat untuk menumbuk padi) dan semacamnya yang
menandai awal dari pembuatan gunungan yang akan diarak pada saat Upacara Grebeg Muludan.
Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Numplak Wajik ini adalah lagu jawa populer seperti
Lompong Keli, Tudhung Setan, Owal Awil atau lagu-lagu rakyat lainnya.

3. Upacara Labuhan

Upacara Labuhan merupakan Upacara Adat Yogyakarta yang telah dilakukan sejak zaman
Kerajaan Mataram Islam pada abad ke XIII hingga sekarang di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Masyarakat meyakini bahwa dengan melakukan Upacara Labuhan secara tradisional
akan terbina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat serta negara.

Você também pode gostar