Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah
yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah, harus melalui prosedur kerja.
Pengisahan masa lampau tidak dapat dikerjakan tanpa ada sumber yang menyangkut
masa lampau tersebut, sumber yang dimaksud adalah serupa data yang melalui proses
analisis menjadi sebuah fakta atau keterangan yang otentik yang berhubungan dengan
tema permasalahan, dalam ilmu sejarah dikenal sumber-sumber itu baik tertulis
maupun tidak tertulis yang meliputi legenda, folklore, prasasti, monument, alat-alat
sejarah, perkakas rumah tangga, dokumen, surat kabar dan surat-surat. Disinilah
penulisan peristiwa sejarah memasuki lapangan teknis yaitu : metode penelitian
historis (historis research).
Penelitian historis agak berbeda dari penelitian lain. Dalam penelitian historis,
tidak ada manipulasi atau kontrol variabel seperti ada dalam penelitian eksperimental,
namun lebih khusus lagi karena berfokus terutama pada masa lalu. Beberapa aspek
masa lalu dipelajari dengan membaca secara teliti dokumen pada periode tersebut,
dengan memeriksa relik, atau dengan mewawancarai individu yang tinggal selama
ini. Suatu usaha kemudian dilakukan untuk merekonstruksi apa yang terjadi selama
waktu itu seutuhnya dan seakurat mungkin dan (biasanya) untuk menjelaskan
mengapa hal itu terjadi-walaupun hal ini tidak akan pernah tercapai sepenuhnya
karena informasi dari dan tentang masa lalu selalu tidak lengkap (Fraenkel dan
Wallen, 2009). Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang penelitian
historis sampai keunggulan dan kelemahannya

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa penelitian historis itu?
2. Bagaimana karakteristik penelitian historis?

1|Page
3. Bagaimana tahap-tahap penelitian historis?
4. Apa kelebihan dan kelemahan penelitian historis?

1.3.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penelitian historis
2. Untuk mengetahui karakteristik penelitia historis
3. Untuk mengetahui tahap-tahap penelitian historis
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penelitian historis

1.4.Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan
ilmu pengetahuan pembahasan tentang penelitian, khususnya yang terkait
metode penelitian historis
2. Dapat digunakan untuk acuan pada praktik pembuatan karya ilmiah, tugas
akhir, skripsi, dan penelitian lainnya yang berkaitan dengan penelitian
historis.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penelitian Historis

Menurut Cohen, dkk (2007) penelitian historis didefinisikan sebagai sebuah


hasil penelitian yang sistematik dan objektif dari pengumpulan lokasi, hasil evaluasi
dan sintesis pendapat saksi untuk keperluan mencari fakta dan menggambarkan
kesimpulan sebuah kejadian di masa lampau. Ini dilakukan untuk merekonstruksi
kejadian atau penemuan besar masa lampau yang berhak untuk menerima
penghargaan atau dikenang. Penelitian historis dapat dinyatakan sebagai penelitian
yang mempelajari tentang aspek-aspek masa lalu dengan cara meneliti dokumen dari
waktu ke waktu, dengan menguji peninggalan tertentu, atau dengan mewawancarai
indivdu yang tinggal atau berada selama waktu tersebut (Fraenkel dan Wallen, 2009).
Penelitian historis tidak mencantumkan variabel-varibel dalam penelitian, seperti
pada penelitian eksperimen, namun hanya menekankan pada kejadian pada masa
lampau. Pencarian data dalam penelitian historis dapat melalui wawancara dan
observasi kepada orang yang mengalami kejadian serupa serta dokumen dan
rekaman. Peneliti yang meneliti penelitian historis seringkali tidak memiliki data
yang melimpah atau data yang ditemukan sebagian besar hilang (incomplete),
sehingga proses rekonstruksinya dilakukan dengan teknik penggambaran sketsa
(secara garis besar) (Cohen dkk, 2007).

Penelitian historis merupakan salah satu jenis penelitian yang sulit sebab data
yang diperoleh sedikit dan banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain dalam
penelitian, sehingga diperlukan ketekunan dan telaten dalam proses pengumpulan
datanya (Cohen dkk, 2007). Rekonstruksi yang dimaksudkan dalam penelitian
historis berarti kesatuan holistik (keseluruhan) sudut pandang sosial, ekonomi, dan
perkembangan intelektual yang dikumpulkan menjadi satu dan disintesis menjadi
sebuah replikasi kejadian apa yang terjadi selama waktu tersebut seakurat mungkin
serta menjelaskan mengapa kejadian itu bisa terjadi (Fraenkel dan Wallen, 2009).

3|Page
Proses rekonstruksi ini adalah ciri khas dan salah satu karakteristik yang hanya ada di
penelitian historis. Penelitian historis juga sering menemukan sebuah pengetahuan
umum yang belum mengarah pada hal mendetail. Tahap penelitian historis
melibatkan proses identifikasi dan pembatasan masalah atau kajian studi,
merumuskan hipotesis, pegumpulan data, pengelompokan data, verifikasi data,
validasi data, analisis data dan seleksi data, menguji hipotesis serta tahap penulisan
proposal penelitian. Meskipun memiliki tahap yang sama, namun tahap penelitian
historis memiliki urutan yang berbeda dengan penelitian yang lainnya. Urutan tahap
penelitian historis lebih fleksibel dengan dimulai pada kegiatan evaluasi dan seleksi
masalah atau bidang kajian, kemudian diikuti kegiatan definisi masalah, seleksi
sumber data yang sesuai, pengumpulan data, pengelompokan dan sintesis data, dan
terakhir evaluasi data. Urutan tahap penelitian ini akan mengarah pada suatu
pemahaman baru tentang kejadian masa lampau dan relevansinya dalam kehidupan
sekarang dan masa depan (Cohen dkk, 2007).

Pentingnya penelitian historis telah dapat dinyatakan oleh Cohen, dkk (2007),
sebagai berikut:

1. Dapat menyediakan solusi untuk masalah-masalah kontemporer di masa lalu


2. Memberikan pandangan tentang tren yang terjadi di masa sekarang dan masa
depan
3. Menekankan pada kepentingan umum dan adanya efek interaksi beragam yang
ditemukan pada semua budaya
4. Dapat memungkinkan sebuah revaluasi data dalam hubungannya dengan
hipotesis, teori, dan postula umum yang dipegang ada masa lampau

Cohen, dkk (2007) juga mengemukakan pendapatnya bahwa penelitian


historis dapat digunakan untuk pembelajaran kejadian lampau dan memprediksikan
masa depan, serta digunakan untuk masa sekarang untuk menjelaskan kejadian masa
lampau. Dual manfaat penting penelitian historis ini akan memberikan keuntungan
tersendiri jika digunakan dalam berbagai bidang kajian keilmuan. Dalam bidang
keilmuan pendidikan, penelitian historis dapat digunakan untuk memberikan

4|Page
masukan atau ide kepada institusi untuk lebih meningkatkan sistem pendidikan dan
dapat membantu menyetabilkan kelanjutan perubahan pendidikan di masa depan
(Cohen dkk, 2007). Penelitian historis juga dapat menunjukkan perkembangan teori
dan praktek pendidikan suatu negara. Penelitian historis di negara maju sering
digunakan untuk mempelajari tren praktek pendidikan masa depan dan memahami
hubungan pendidikan dengan politik, antara sekolah dengan lingkungan sosial, antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta hubungan antara guru dengan peserta
didik. Subjek penelitian historis dapat mencakup topik yang dapat dimodifikasi,
selain itu cakupan keluasaannya juga dapat disesuaikan, antara lain topik area
geografi yang diteliti dapat diperluas atau dipersempit; jumlah orang yang dilibatkan
dapat banyak atau sedikit; jangka waktu yang diambil sangat lama atau hanya
berberapa tahun yang lalu; serta kategori kegiatan manusia dapat dipersempit atau
luas.

Ada beberapa alasan peneliti pendidikan menggunakan penelitian historis


sebagai acuannya (Fraenkel dan Wallen, 2009), antara lain sebagai berikut:

1. Untuk membuat orang lebih peduli terhadap apa yang terjadi di masa lampau
sehingga mereka bisa belajar dari kesalahan dan kegagalan yang dapat
memperbaiki masa depan. Dalam pendidikan, peneliti seringkali tertarik untuk
menyelidiki mengapa perubahan kurikulum dapat berhasil diterapkan di
beberapa sekolah, sedangkan sekolah lainnya tidak berhasil.
2. Untuk mempelajari bagaimana suatu solusi dapat diterapkan ke masalah tertentu
dan apakah solusi tersebut mampu diterapkan pada masalah yang serupa di masa
ini. Alasan ini juga digunakan untuk mengetahui apakah ada inovasi terbaru
yang telah ditemukan di masa lampau. Penelitian historis merupakan jenis
penelitian yang sering mengkaji literatur sehingga akan terlihat apakah solusi
yang digunakan telah ada atau baru ditemukan.
3. Untuk membantu dalam memprediksikan atau meramalkan. Jika sebuah ide telah
berhasil diterapkan pada sebuah daerah atau distrik di masa lampa, maka

5|Page
berdasarkan hasil penerapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bagaimana hasil
ide tersebut jika diterapkan di masa sekarang.
4. Untuk menguji sebuah hubungan hipotesis atau sebuah tren. Penelitian historis
tidak selalu menekankan pada penelitian yang berdasarkan fakta murni di
lapangan, namun juga dapat digunakan untuk menunjukkan penolakan atau
interaksi antar hipotesis. Hal ini dapat dilakukan apabila penelitian dilakukan
dengan mendetail dan dengan metode yang baik.
5. Untuk lebih memahami praktek pendidikan di masa sekarang dan hubungannya
dengan politik. Banyak praktek pendidikan di masa sekarang yang baru, namun
sesungguhnya esensialnya sama. Pembelajaran inkuiri, pendidikan karakter,
kelas terbuka, interaksi antar anggota tim, dan pendidikan individual merupakan
ide inovasi pendidikan yang sama-sama berlandaskan pembelajaran oleh
Sokrates.

2.2. Karakteristik Penelitian Historis

Penelitian Historis bukan hanya sekedar penelitian untuk mengumpulkan data


fakta, namun lebih kepada interpretasi data fakta. Terdapat beberapa karakter yang
dapat dilihat dalam penelitian historis. Karakteristik penelitian historis dapat dilihat
dari:

1. Data
Pada penelitian historis, data yang digunakan bukanlah data baru. Data yang
digunakan dalam penelitian historis adalah data yang telah ada (Cohen et al, 2000).
Selain itu, dalam penelitian historis, data yang digunakan bukan hanya data kualitatif
namun, terkadang juga menggunakan data kuantitatif (Leedy et al, 2005). Dalam
penelitian kualitatif, para peneliti akan berusaha untuk mendapatkan data utama atau
data pertama dari suatu hal karena data merupakan hal paling penting dalam
penelitian.
Ada dua macam sumber data yang bisa digunakan dalam penelitian historis
yaitu data primer yang merupakan data utama dalam penelitian historis dan data

6|Page
sekunder sebagai data pendukung. Sumber data primer dapat dideskrisikan sebagai
item asli dari suatu kejadian yang diteliti. Ada dua kategori sumber data primer yaitu:
a. Sisa-sisa peninggalan pada periode tertentu. Walaupun barang tersebut tidak
bisa mentransfer informasi, namun bisa jadi sebagai bukti dari suatu kejadian.
b. Item yang berhubungan secara langsung dengan suatu kejadian. Kategori ini
dapat berbentuk tulisan atau testimony dari pelaku/ partisipan, dokumen, surat
dll.
Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak berhubungan langsung
dengan kejadian yang diteliti. Sumber data sekunder berasal dari narasumber yang
tidak benar-benar ada pada kejadian, misalkan hasil wawancara dari seseorang yang
tidak berada pada kejadian, buku, ensiklopedia dll (Cohen et al, 2000).

Jadi, dalam penelitian historis sangat penting untuk menggunakan data primer
bila dibandingkan data sekunder, karena dat sekunder dapat mengandung eror karena
informasi yang dikandung telah didapat dari turun menurun. Namun, masih tetap
perlu digunakan dalam penelitian historis.

2. Evaluasi
Dalam penelitian historis, para peneliti mendapatkan data dari rekaman dan
dokumen. Oleh karena itu, data-data tersebut harus secara hati-hati dievaluasi.
Evaluasi data untuk penelitian historis sering disebut dengan historical criticism, dan
hasil dai proses tersebut yaitu data yang reliable disebut dengan historical evidence.
Historical criticism biasanya dilakukan dalam dua tahap yaitu menentukan keaslian
sumber dan menentukan keakuratan data. Dua proses ini selanjutnya lebih dikenal
sebagai kritis eksternal (external critism) dan kritis internal (internal criticism). Kritis
eksternal lebih menekankan pada keaslian sumber dibandingkan dengan isi. Setelah
selesai menganalisis keaslian sumber, maka selanjutnya adalah menganalisis atau
mengevaluasi keakuratan dan berharga tidaknya suatu data.

7|Page
2.3. Tahap-tahap Penelitian Historis

Ada empat langkah penting yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian
historis yaitu mendefinisikan masalah atau pertanyaan yang akan diteliti (termasuk
perumusan hipotesis jika sesuai), menemukan sumber informasi historis yang
relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber ini, dan
menyajikan dan menafsirkan informasi ini karena berkaitan dengan masalah atau
pertanyaan itu berasal dari penelitian (Fraenkel dan Wallen, 2009).

1. Mendefinisikan Masalah
Dalam arti yang paling sederhana, tujuan dari penelitian historis adalah untuk
menggambarkan secara jelas dan akurat beberapa aspek dari masa lalu. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, bagaimanapun, penelitian historis bertujuan untuk
melakukan lebih dari sekedar menggambarkan; mereka ingin melampaui deskripsi
untuk mengklarifikasi dan menjelaskan dan kadang-kadang untuk memperbaiki
(seperti ketika peneliti menemukan laporan sebelumnya tentang tindakan atau
kejadian yang salah) (Fraenkel dan Wallen, 2009).
Masalah penelitian historis dapat diidentifikasi dengan cara yang sama seperti
masalah yang diteliti melalui jenis penelitian lainnya. Seperti masalah penelitian
lainnya, masalah penelitian tersebut harus dinyatakan secara jelas dan ringkas, dapat
dikelola, memiliki alasan yang dapat dipertahankan, dan (jika memungkinkan)
menyelidiki hubungan hipotesa antara variabel. Hal yang agak unik dari penelitian
historis adalah masalah dapat dipilih untuk studi dimana data yang tidak mencukupi
tersedia. Seringkali data penting yang menarik (beberapa jenis dokumen, seperti buku
harian atau peta dari periode tertentu) tidak dapat ditemukan dalam penelitian
historis. Hal ini terutama terjadi pada masa depan di masa lalu yang terlihat oleh
seorang penyelidik. Akibatnya, lebih baik mempelajari secara mendalam masalah
yang terdefinisi dengan baik yang mungkin lebih sempit daripada yang diinginkan
daripada mengejar masalah yang lebih luas yang tidak dapat didefinisikan atau
diselesaikan dengan sangat baik. Seperti semua penelitian, sifat dari masalah atau

8|Page
hipotesis membimbing suatu penelitian; Jika masalah didefinisikan dengan baik,
maka peneliti memulai dengan baik (Fraenkel dan Wallen, 2009).
2. Mencari Bahan Sumber yang Relevan
Ketika seorang peneliti memutuskan masalah atau pertanyaan yang ingin
diteliti, pencarian sumber dimulai. Hampir semua yang telah ditulis dalam beberapa
bentuk atau lainnya, dan hampir setiap objek yang bisa dibayangkan, merupakan
sumber potensial untuk penelitian historis. Secara umum, sumber bahan penelitian
historis dapat dikelompokkan menjadi empat kategori dasar yaitu dokumen, catatan
numerik, pernyataan lisan dan catatan, dan relik (Fraenkel dan Wallen, 2009):
a) Dokumen: Dokumen ditulis atau dicetak yang telah diproduksi dalam bentuk
atau bentuk lain - laporan tahunan, karya seni, tagihan, buku, kartun, surat
edaran, catatan pengadilan, catatan harian, ijazah, catatan hukum, surat kabar,
majalah, buku tulis, sekolah buku tahunan, memo, tes, dan sebagainya. Mereka
bisa ditulis dengan tangan, dicetak, diketik, ditarik, atau dibuat sketsa; mereka
mungkin dipublikasikan atau tidak diterbitkan; mereka mungkin ditujukan
untuk konsumsi pribadi atau publik; mereka mungkin karya orisinal atau
eksemplar. Singkatnya, dokumen mengacu pada jenis informasi apa pun yang
ada dalam beberapa jenis formulir tertulis atau cetak.
b) Catatan numerik: Catatan numerik dapat dianggap sebagai jenis sumber
terpisah atau sebagai subkategori dokumen. Catatan tersebut mencakup semua
jenis data numerik dalam bentuk cetakan: nilai tes, angka kehadiran, laporan
sensus, anggaran sekolah, dan sejenisnya. Dalam beberapa tahun terakhir,
peneliti historis semakin meningkatkan penggunaan komputer untuk
menganalisis sejumlah besar data numerik yang tersedia.
c) Pernyataan lisan: Sumber informasi lain yang berharga bagi peneliti historis
adalah pernyataan yang dibuat secara lisan. Cerita, mitos, dongeng, legenda,
nyanyian-nyanyian, dan bentuk ekspresi lisan lainnya telah digunakan oleh
orang-orang selama berabad-abad untuk meninggalkan rekaman untuk generasi
mendatang. Namun, peneliti juga bisa melakukan wawancara lisan dengan
orang-orang yang menjadi bagian dari atau menyaksikan kejadian masa lalu. Ini

9|Page
adalah bentuk penelitian historis khusus, yang disebut sejarah lisan, yang saat
ini sedikit mengalami kebangkitan kembali.
d) Relik: Jenis keempat dari sumber penelitian historis adalah peninggalan.
Peninggalan adalah objek yang karakteristik fisik atau visualnya dapat
memberikan beberapa informasi tentang masa lalu. Contohnya meliputi
furnitur, karya seni, pakaian, bangunan, monumen, atau peralatan.

Sumber data dalam penelitian historis juga dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok utama: sumber primer dan sumber sekunder (Cohen dkk, 2007). Sumber
utama atau sumber primer adalah sumber data yang disiapkan oleh individu yang
menjadi peserta atau saksi langsung terhadap kejadian yang sedang dijelaskan.
Laporan saksi mata tentang pembukaan sebuah sekolah baru akan menjadi contoh,
seperti juga laporan seorang peneliti mengenai hasil eksperimennya sendiri. Contoh
lain dari bahan sumber utama adalah sebagai berikut (Fraenkel dan Wallen, 2009):

 Sebuah catatan guru abad kesembilan belas tentang bagaimana rasanya tinggal
dengan keluarga perbatasan
 Sebuah transkrip wawancara lisan yang dilakukan pada tahun 1960an dengan
pengawas sebuah distrik sekolah kota besar mengenai masalah yang dihadapi
distriknya.
 Esai yang ditulis selama Perang Dunia II oleh siswa sebagai tanggapan atas
pertanyaan, "Apa yang paling Anda sukai dari sekolah?"
 Lagu yang disusun oleh anggota klub glee SMA pada tahun 1930an
 Risalah rapat dewan sekolah pada tahun 1878, diambil oleh sekretaris dewan
direksi
 Evaluasi tertulis konsultan yang dibayar terhadap kurikulum Perancis baru
yang diadopsi pada tahun 1985 oleh sebuah distrik sekolah tertentu
 Sebuah foto kelas kelulusan kelas delapan pada tahun 1930
 Surat yang ditulis antara seorang pelajar Amerika dan seorang siswa Jepang
yang menggambarkan pengalaman sekolah mereka selama konflik Korea

10 | P a g e
Disisi lain, sumber sekunder adalah dokumen yang disiapkan oleh seorang
individu yang bukan merupakan saksi langsung atas sebuah peristiwa tetapi yang
memperoleh deskripsi tentang kejadian tersebut dari orang lain. Contoh dari bahan
sumber sekunder adalah sebagai berikut (Fraenkel dan Wallen, 2009):

 Entri ensiklopedia yang menggambarkan berbagai jenis penelitian pendidikan


yang dilakukan selama periode 10 tahun
 Artikel majalah yang meringkas pandangan Aristoteles tentang pendidikan
 Laporan surat kabar tentang pertemuan dewan sekolah berdasarkan
wawancara lisan dengan anggota dewan Sebuah buku yang menjelaskan
tentang sekolah di koloni New England selama tahun 1700an
 Deskripsi orang tua tentang percakapan (di mana dia tidak hadir) antara
putranya dan gurunya
 Laporan seorang siswa kepada penasihatnya mengapa gurunya mengatakan
bahwa dia diskors dari sekolah
 Buku teks pada penelitian pendidikan
3. Meringkas dan Mengevaluasi Data yang Diperoleh
Proses pengkajian dan penggalian data dari sumber-sumber historis pada
hakikatnya adalah menentukan relevansi bahan tertentu dengan pertanyaan atau
masalah yang sedang diselidiki; merekam data bibliografi lengkap dari sumbernya;
mengatur data yang dikumpulkan dalam kategori yang terkait dengan masalah yang
sedang dipelajari; dan merangkum informasi yang bersangkutan (fakta penting,
kutipan, dan pertanyaan) pada kartu catatan (Fraenkel dan Wallen, 2009).
Karena penelitian historis mengumpulkan banyak data dan informasi dari
catatan dan dokumen, maka data harus dievaluasi secara hati-hati sehingga untuk
membuktikan nilai data untuk tujuan studi tertentu. Evaluasi data historis dan
informasi sering disebut kritik sejarah dan data yang dapat dipercaya dihasilkan oleh
proses dikenal sebagai bukti sejarah. Bukti sejarah demikian telah digambarkan
sebagai tubuh dari fakta-fakta yang divalidasi dan informasi yang dapat diterima
dapat dipercaya sebagai dasar yang sah untuk pengujian dan interpretasi hipotesis.

11 | P a g e
Kritik sejarah biasanya dilakukan dalam dua tahap: pertama, keaslian sumber yang
dinilai; dan kedua, akurasi atau senilai data dievaluasi. Kedua proses yang dikenal
sebagai kritik eksternal dan internal (Cohen dkk, 2007).
Kritik eksternal mengacu pada keaslian dari setiap dan semua dokumen yang
peneliti gunakan. Periset yang terlibat dalam penelitian sejarah ingin mengetahui
apakah dokumen yang mereka temukan benar-benar disiapkan oleh penulis
(seharusnya) dari dokumen tersebut. Dokumen yang dipalsukan bisa menyebabkan
kesimpulan yang keliru. Beberapa pertanyaan muncul dalam pikiran dalam
mengevaluasi keaslian sumber historis (Fraenkel dan Wallen, 2009):
 Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah penulis hidup pada waktu
itu? Beberapa dokumen sejarah telah terbukti adanya pemalsuan.
Sebuah artikel yang konon ditulis oleh, katakanlah, Martin Luther
King, Jr., mungkin benar-benar telah dipersiapkan oleh seseorang
yang ingin merusak reputasinya.
 Untuk apa dokumen itu ditulis? Untuk siapa itu dimaksudkan? Dan
mengapa?
 Kapan dokumen itu ditulis? Apakah tanggal dokumen itu akurat?
Mungkinkah rincian yang dijelaskan benar-benar terjadi selama ini?
 Dimana dokumen itu tertulis? Mungkinkah rincian yang dijelaskan
telah terjadi di lokasi ini?
 Dalam kondisi apa dokumen itu ditulis? Adakah kemungkinan bahwa
apa yang tertulis mungkin telah secara langsung atau secara halus
dipaksakan?
 Apakah ada bentuk atau versi dokumen yang berbeda? (Terkadang dua
versi sebuah surat ditemukan dengan kata-kata yang hampir identik
dan hanya sedikit perbedaan tulisan tangan, yang menunjukkan bahwa
seseorang mungkin pemalsuan.)
Hal penting yang perlu diingat berkaitan dengan kritik eksternal adalah bahwa
peneliti harus melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa dokumen yang

12 | P a g e
digunakan itu asli. Pertanyaan di atas diarahkan pada tujuan ini (Fraenkel dan Wallen,
2009).
Begitu peneliti yakin bahwa dokumen sumber itu asli, maka langkah
selanjutnya adalah harus menentukan apakah isi dokumen itu akurat. Ini melibatkan
apa yang dikenal sebagai kritik internal. Keakuratan informasi yang terkandung
dalam dokumen dan kebenaran penulis perlu dievaluasi. Sedangkan kritik eksternal
berkaitan dengan sifat atau keaslian dokumen itu sendiri, kritik internal ada kaitannya
dengan apa yang dokumen tersebut katakan. Mungkinkah apa yang dikatakan penulis
benar-benar terjadi? Apakah orang pada waktu itu berperilaku seperti yang
digambarkan? Mungkinkah kejadian telah terjadi seperti ini? Apakah data yang
disajikan (catatan kehadiran, angka anggaran, nilai ujian, dan sebagainya) masuk
akal? Namun, perlu diketahui, bahwa periset tidak boleh menolak sebuah pernyataan
sebagai tidak akurat hanya karena kejadian tidak mungkin terjadi. Apa yang peneliti
harus tentukan adalah apakah peristiwa tertentu mungkin terjadi, bahkan jika tidak
mungkin terjadi. Seperti halnya kritik eksternal, beberapa pertanyaan perlu diajukan
untuk mengevaluasi keakuratan dokumen dan kebenaran penulisnya (Fraenkel dan
Wallen, 2009):
a) Berkenaan dengan penulis dokumen:
Apakah penulis hadir pada acara yang sedang dia gambarkan? Dengan kata
lain, apakah dokumen merupakan sumber primer atau sekunder? Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, sumber primer lebih disukai daripada
sumber sekunder karena biasanya (meski tidak selalu) dianggap lebih akurat.
Apakah penulis peserta atau pengamat acara? Secara umum, pengamat
diharapkan untuk menyajikan pandangan yang lebih terpisah dan
menyeluruh tentang suatu peristiwa daripada peserta. Saksi mata berbeda
dalam laporan tentang kejadian yang sama, dan karenanya pernyataan
seorang pengamat tidak harus lebih akurat daripada partisipasi peserta.
Apakah penulis kompeten untuk menggambarkan acara tersebut? Ini
mengacu pada kualifikasi penulis. Apakah dia ahli dalam hal apa pun yang

13 | P a g e
sedang dideskripsikan atau dibahas? seorang pengamat yang berminat?
seorang pejalan kaki?
Apakah penulis terlibat secara emosional dalam acara tersebut?
Apakah penulis memiliki kepentingan pribadi dalam hasil acara?
b) Berkenaan dengan isi dokumen:
Apakah isinya masuk akal (yaitu, mengingat sifat dari kejadian yang
digambarkan, apakah tampaknya masuk akal bahwa hal itu bisa terjadi seperti
yang digambarkan)?
Mungkinkah kejadian yang digambarkan telah terjadi pada saat itu? Misalnya,
seorang peneliti mungkin saja curiga terhadap dokumen yang menggambarkan
pertempuran Perang Dunia II yang terjadi pada tahun 1946.
Apakah orang-orang berperilaku seperti yang dijelaskan? Bahaya utama di sini
adalah apa yang dikenal sebagai presentisme-menganggap kepercayaan, nilai,
dan gagasan masa kini kepada orang-orang yang tinggal di lain waktu.
Apakah bahasa dokumen menunjukkan bias dalam bentuk apapun? Apakah itu
emosional, intemperate, atau miring dengan cara tertentu? Mungkinkah
etnisitas, jenis kelamin, agama, partai politik, status sosial ekonomi, atau posisi
penulis menyarankan orientasi tertentu?
Apakah ada versi lain dari acara ini? Apakah mereka menyajikan deskripsi atau
interpretasi yang berbeda tentang apa yang terjadi? Tapi perhatikan bahwa
hanya karena mayoritas pengamat sebuah acara setuju tentang apa yang terjadi,
ini tidak berarti mereka selalu selalu benar. Pada lebih dari satu kesempatan,
pandangan minoritas terbukti benar.
4. Menginterpretasi Data
Interpretasi berarti penafsiran atau menafsirkan data dan merangkai data
tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam
penelitian historis dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa, fakta
sejarah dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta
harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta
yang lepas satu sama lainya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan

14 | P a g e
yang masuk akal. Dalam melakukan penafsiran, peneliti melakukan analisa sesuai
dengan fokus penelitianya. Dengan menganalisis akan ditemukan data, dengan data
tersebut ditemukan fakta. Langkah berikutnya adalah interpretasi atau penafsiran.
Agar dapat menginterpretasikan fakta dengan kejelasan yang objektif, harus
dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cendrung bersifat subjektif,
selain itu interpretasi harus bersifat deskriptif (Fraenkel dan Wallen, 2009).

2.4. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Historis

Menurut Fraenkel dan Wallen (2009) menyatakan prinsip keuntungan


penggunaan penelitian historis adalah menyediakan investigasi yang mendalam
tentang sebuah topik atau permasalahan yang tidak dapat dicari solusi dengan jenis
penelitian yang lainnya. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang
membutuhkan saksi dari masa lampau untuk menjawab pertanyaan atau melengkapi
informasi demi kelancaran jalannya penelitian. Saksi yang diperlukan dalam
penelitian historis umumnya memiliki range (jarak) yang luas, sehingga
memungkinkan informasi yang diperoleh akan lebih dalam dan dapat menyediakan
banyak alternatif jawaban. Sebagai contoh, pada penelitian historis tentang sejarah
dan perubahan kurikulum pembelajaran, peneliti dapat mengambil saksi atau
mewawancarai individu yang terlibat langsung dengan perubahan tersebut maupun
individu yang tidak terlibat dengan perubahan.

Kelemahan penelitian historis adalah tidak adanya faktor yang mengontrol


validitas hasil penelitian seperti pada jenis penelitian yang lainnya, sehingga
pembatasan hanya dilakukan pada keaslian dokumen yang digunakan dan proses
instrumentasi konten atau isi. Peneliti tidak dapat menjamin representasi sampel, serta
realibilitasnya dan validitasnya. Pada penelitian ini kemungkinan subjektivitas
peneliti sangat besar, selain itu penelitian historis juga memerlukan multi
keterampilan bagi peneliti. Peneliti yang akan menggunakan penelitian historis
kemungkinan akan berhadapan dengan hubungan atau interaksi antar manusia,
lingkungan, letak geografis, kebudayaan, dan lainnya sehingga harus membutuhkan

15 | P a g e
multi keterampilan, seperti keterampilan bahasa, kimia, sejarah, arkeolog, dan
lainnya. Oleh karena itu, penelitian historis digolongkan dalam salah satu jenis
penelitian yang paling sulit dilakukan (Fraenkel dan Wallen, 2009).

16 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Penelitian historis didefinisikan sebagai sebuah hasil penelitian yang
sistematik dan objektif dari pengumpulan lokasi, hasil evaluasi dan sintesis
pendapat saksi untuk keperluan mencari fakta dan menggambarkan
kesimpulan sebuah kejadian di masa lampau.
2. Karakteristik penelitian historis dapat dilihat dari data dan adanya evaluasi
data. Data yang digunakan dalam penelitian historis adalah data yang telah
ada. Evaluasi data untuk penelitian historis sering disebut dengan historical
criticism, dan hasil dai proses tersebut yaitu data yang reliable disebut dengan
historical evidence.
3. Tahap-tahap dalam penelitian historis yaitu mendefinisikan masalah atau
pertanyaan yang akan diteliti, menemukan sumber informasi yang relevan,
meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, dan menyajikan dan
menafsirkan informasi
4. Kelebihan penelitian historis adalah menyediakan investigasi yang mendalam
tentang sebuah topik atau permasalahan yang tidak dapat dicari solusi dengan
jenis penelitian yang lainnya. Sedangkan kelemahan penelitian historis adalah
tidak adanya faktor yang mengontrol validitas hasil penelitian seperti pada
jenis penelitian yang lainnya, subjektivitas peneliti sangat besar, selain itu
penelitian historis juga memerlukan multi keterampilan bagi peneliti.

3.2. Saran
Dalam penelitian historis, harus memiliki sumber yang otentik karena
penelitian sejarah sebagai instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah, hal
inilah yang harus di tekankan untuk melakukan metode penelitian sejarah agar tidak
terjadi kesalahpahaman sumber sejarah.

17 | P a g e
18 | P a g e
DAFTAR RUJUKAN

Leedy, Paul D., Ormrod, Jeanne E. 2005. Practical Research: Planning and Design
8th Ed. New Jearsey: Pearson.
Cohen, Louis, Manion, Lawrence, Morriso, Keith. 2000. Research Methods in
Education 5th Ed. New York: Taylor & Francis Group.
Fraenkel, J., R., and Wallen, N., E. 2009. How to Design and Evaluate Research in
Education Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.

19 | P a g e

Você também pode gostar