Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berfokus pada pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, dan penyelesaian konflik di Aceh dan Papua. Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu presiden untuk periode kedua pada tahun 2009.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berfokus pada pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, dan penyelesaian konflik di Aceh dan Papua. Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu presiden untuk periode kedua pada tahun 2009.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berfokus pada pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, dan penyelesaian konflik di Aceh dan Papua. Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu presiden untuk periode kedua pada tahun 2009.
Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama RI yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dilantik oleh MPR sebagai presiden dan wakil presiden RI ke-6 pada tanggal 20 Okober 2004. Tidak lama setelah dipilih, Susilo Bambang Yudhoyono sendiri segera membentuk susunan kabinet pemerintahannya yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu. Sejak awal pemerintahannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memprioritaskan untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan pengangguran serta pemberantasan KKN yang ia canangkan dalam program 100 hari pertama pemerintahannya. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah batuan tunai langsung (BTL). Bantuan tersebut meliputi bantuan tetap, pendidikan, kesehatan dengan rata-rata bantuan per rumah tangga sebesar Rp. 1.390.000. Program pengentasan kemiskinan juga berupaya untuk memperbaiki fisik lingkungan dan prasaranannya seperti gedung sekolah, fasilitas kesehatan, jalan, air bersih, dll. Program 100 hari pertama Sosilo Bambang Yudhoyono juga memberikan prioritas pada peninjauan kembali RAPBN 2005, menetapkan langkah penegakan hukum, langkah awal penyelesaian konflik di Aceh dan Papua, stimulasi ekonomi nasional dan meletakkan fondasi yang efektif untuk pendidikan nasional. Sejak krisis yang dialami bangsa pada tahun 1998, kondisi perekonomian masyarakat Indonesia belum pulih. Kondisi ini dipeparah dengan terjadinya sejumlah bencana alam terutama tragidi Tsunami di Aceh yang merenggut banyak korban dan kerugian material yang sangat besar. Presiden SBY bersama Kabinet Indonesia Bersatu segera mengambil langkah-langkah penanggulangan pasca bencana. Salah satunya adalah dengan menetapkan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 Mengenai Rencana Induk Rehabilitas dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatra Utara. Selain itu dibentuk pula Badan Rehabilitas dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan Nias. Pada masa pemerintahan Presiden SBY upaya untuk pengentasan kemiskinan direalisasikan melalui peningkatan peningkatan anggaran disektor pertanian termasuk upaya untuk swasembada pangan. Pemerintahan SBY juga berusaha memperbaiki sektor pendidikan dengan cara meningkatkan anggaran pendidikan. Selain degan itu, program bantuan operasional putus sekolah atau BOS juga ditingkatkan. Selain upaya memperbaiki kelangsungan pedidikan para peserta didik, pemerintah juga menigkatkan tunjangan kesejahteraan tenaga pendidik. Dibidang kesehatan, pemeritahan memberikan kesehatan gratis untuk berobat kepuskesmasdan rumah sakit melalui Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin dan beberapa menurunkan harga obat generik. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memberikan perhatian besar pada permasalahan kesejahteraan rakyat lainnya seperti sektor perumahan, pembangunan usaha kecil, peingkatan kessejahteraa PNS termasuk prajurit TNI dan Polri dan juga kesejahteraan buruh. Di bidang hukum, upaya pemerintah untuk melanjutkan program pemberantasan korupsi dan penegakan supremasi hukum juga mendapat perhatian pemerintah. Pemerintahan yang solid berpengaruh terhadap kelancaran jalannya program- program pemerintah sehingga upaya untuk menjaga kesolidan pemerintahan menjadi salah satu faktor penting keberhasilan program pemerintah. Salah satu upaya untuk menjaga kesolidan koalisi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah pembentukan Sekretariat Gabungan (Setgab) antara Partai Demokrat dengan partai-partai politik lainnya yang mendukung SBY. Pembentukan Setgab juga bertujuan untuk menyatukan visi dan misi pembangunan agar arah koalisi berjalan seiring dengan kesepakatan bersama. Upaya untuk penerapan otonomi daerah dengan cara mengurangi wewenang pemerintah pusat dan memperluas wewenang pemerintah daerah dilakukan secara proporsional dan seimbang. Reformasi birokrasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah karena proses pegambilan keputusan dilakukan secara transparan dan dapat diakses oleh masyarakat terutama dalam pengabilan keputusan yang terkait langsung dengan hajat hidup orang banyak seperti masalah kenaikan BBM dan pengadilan terhadap para koruptor. Upaya internal yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah adalah mecegah terjadinya disintegrasi diwilayah konflik. Konflik berkepanjangan di wilayah Aceh dan Papua yang belum juga berhasil diselesaikan pada masa pemerintahan presiden sebelumnya, mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pemerintah berupaya untuk lebih mengefektifkan forum-forum dialog mulai dari tingkat lokal Aceh hingga tingkat Internasional. Di tigkat Internasional, upaya tersebut menghasilkan Ganeva Agreement (Kesepakatan Penghentian Permusuhan/Cessation Of Hostilities Agreement(CoHA). Tujuan dari bentuk kesepakatan tersebut adalah menghentikan segala bentuk pertempuran sekaligus menjadi kerangka dasar dalam upaya negosiasi damai diantara semua pihak yang bersiteru di Aceh. Selain konflik di Aceh, konflik lain yang berpotensi menjadi konflik berskala luas adalah adalah konflik beruansa agama di poso. Konflik yang dimulai tahun 1998 tersebut terus berlanjut hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu kebijakan presiden untuk menyelesaikan konflik Poso adalah dengan mengeluarkan Intruksi Presiden No. 14 Tahun 2005 tentang langkah – langkah komperhensif penanganan masalah Poso. Selain konflik Aceh dan Poso, konflik lain yang mendapat perhatian seriuss pemerintah adalah konflik di Papua. Kurangnya keadilan bagi masyarakat Papua menimbulkan adanya perlawanan dan keinginan sebagian masyarakat untuk memisahkan diri dari NKRI. Transparasi dan partisipasi masyarakat juga menjadi faktor penting yang berperan sebagai modal sosial dalam pembangunan termasuk adanya sinergi antara pemerintah dengan dunia usaha dan perguruan tinggi. Kondisi dalam negeri yang semakin kondusif meningkatkan investor asing untuk menanamkan modal mereka di Indonesia sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Keberhasilan beberapa program pembangunan juga tidak terlepas dari adanya stabilitas politik, keamanan, dan ketertiban serta harmoni sosial. Berpasangan dengan seorang ahli ekonomi yakni Boediono, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil mendapatkan kembali mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia untuk masa pemerintahan berikutnya. Pada pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2009 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu hanya satu putaran. Ketika pemerintahan Orde Baru tumbang, keinginan mendapatkan ruang politik dan pemerintahan untuk mengatur wilayah sendiri menjadi keinginan masyarakat di daerah-daerah yang pada akhirnya melahirkan Undang-Undang otonomi daerah. Penerapan otonomi daerah tersebut diiringi dengan perubahan sistem pemilu dan diselenggarakannya pemilu langsung untuk mengangkat kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati dan walikota. Di bidang pers, euphoria demokrasi juga melahirkan sejumlah media massa baru yang lebih bebas menyuarakan berbagai aspirasi masyarakat. Berita yang dimuat dalam media massa harus tetap mengedepankan fakta sehingga euphoria kebebasan pers yang telah sekian lama tekekang pada masa pemerintahan Orde Baru tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Pengaruh dan ide-ide tokoh masyarakat yang bersinergi dengan semangat pemuda dan mahasiswa yang energik melahirka sebuah kekuatan besar dalam masyarakat (people power) untuk pada akhirnya melakukan perubahan. Tidak hanya sebagai pelaku yang berperan dalam menumbangkan pemerintah Orde Baru, baik tokoh masyarakat maupun pemuda pada era reformasi juga berpartisipasi secara efektif dalam melanjutkan upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi. Salah satu upaya untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, reformasi di bidang politik dan ketatanegaraan merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian besar sejak masa pemerintahan Presiden Habbie hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari perubahan sistem pemilu, yang sistem tersebut menghasilkan para anggota eksekutif dan legislati dalam pemerintahan yang dianggap dapat lebih menyuarakan kepentingan masyarakat termasuk peran aktif tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa yang sejak awal era reformasi telah aktif dalam mengawal perubahan sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru. Beberapa dari mereka bahkan terpilih menjadi anggota legislatif dan menduduki posisi-posisi strategis dalam partai-partai politik hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.