Você está na página 1de 4

4.

Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama RI yang dipilih secara
langsung oleh rakyat. Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dilantik oleh MPR
sebagai presiden dan wakil presiden RI ke-6 pada tanggal 20 Okober 2004. Tidak lama
setelah dipilih, Susilo Bambang Yudhoyono sendiri segera membentuk susunan kabinet
pemerintahannya yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu. Sejak awal
pemerintahannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memprioritaskan untuk
menyelesaikan permasalahan kemiskinan pengangguran serta pemberantasan KKN
yang ia canangkan dalam program 100 hari pertama pemerintahannya. Salah satu
program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono adalah batuan tunai langsung (BTL). Bantuan tersebut meliputi
bantuan tetap, pendidikan, kesehatan dengan rata-rata bantuan per rumah tangga sebesar
Rp. 1.390.000. Program pengentasan kemiskinan juga berupaya untuk memperbaiki
fisik lingkungan dan prasaranannya seperti gedung sekolah, fasilitas kesehatan, jalan,
air bersih, dll. Program 100 hari pertama Sosilo Bambang Yudhoyono juga memberikan
prioritas pada peninjauan kembali RAPBN 2005, menetapkan langkah penegakan
hukum, langkah awal penyelesaian konflik di Aceh dan Papua, stimulasi ekonomi
nasional dan meletakkan fondasi yang efektif untuk pendidikan nasional.
Sejak krisis yang dialami bangsa pada tahun 1998, kondisi perekonomian
masyarakat Indonesia belum pulih. Kondisi ini dipeparah dengan terjadinya sejumlah
bencana alam terutama tragidi Tsunami di Aceh yang merenggut banyak korban dan
kerugian material yang sangat besar. Presiden SBY bersama Kabinet Indonesia Bersatu
segera mengambil langkah-langkah penanggulangan pasca bencana. Salah satunya
adalah dengan menetapkan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 Mengenai
Rencana Induk Rehabilitas dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh
dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatra Utara. Selain itu dibentuk pula Badan Rehabilitas
dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Aceh dan Nias. Pada masa
pemerintahan Presiden SBY upaya untuk pengentasan kemiskinan direalisasikan
melalui peningkatan peningkatan anggaran disektor pertanian termasuk upaya untuk
swasembada pangan. Pemerintahan SBY juga berusaha memperbaiki sektor pendidikan
dengan cara meningkatkan anggaran pendidikan. Selain degan itu, program bantuan
operasional putus sekolah atau BOS juga ditingkatkan. Selain upaya memperbaiki
kelangsungan pedidikan para peserta didik, pemerintah juga menigkatkan tunjangan
kesejahteraan tenaga pendidik. Dibidang kesehatan, pemeritahan memberikan kesehatan
gratis untuk berobat kepuskesmasdan rumah sakit melalui Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin dan beberapa menurunkan harga obat generik. Pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memberikan perhatian besar pada
permasalahan kesejahteraan rakyat lainnya seperti sektor perumahan, pembangunan
usaha kecil, peingkatan kessejahteraa PNS termasuk prajurit TNI dan Polri dan juga
kesejahteraan buruh. Di bidang hukum, upaya pemerintah untuk melanjutkan program
pemberantasan korupsi dan penegakan supremasi hukum juga mendapat perhatian
pemerintah.
Pemerintahan yang solid berpengaruh terhadap kelancaran jalannya program-
program pemerintah sehingga upaya untuk menjaga kesolidan pemerintahan menjadi
salah satu faktor penting keberhasilan program pemerintah. Salah satu upaya untuk
menjaga kesolidan koalisi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono adalah pembentukan Sekretariat Gabungan (Setgab) antara Partai Demokrat
dengan partai-partai politik lainnya yang mendukung SBY. Pembentukan Setgab juga
bertujuan untuk menyatukan visi dan misi pembangunan agar arah koalisi berjalan
seiring dengan kesepakatan bersama. Upaya untuk penerapan otonomi daerah dengan
cara mengurangi wewenang pemerintah pusat dan memperluas wewenang pemerintah
daerah dilakukan secara proporsional dan seimbang. Reformasi birokrasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah karena proses
pegambilan keputusan dilakukan secara transparan dan dapat diakses oleh masyarakat
terutama dalam pengabilan keputusan yang terkait langsung dengan hajat hidup orang
banyak seperti masalah kenaikan BBM dan pengadilan terhadap para koruptor.
Upaya internal yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah
adalah mecegah terjadinya disintegrasi diwilayah konflik. Konflik berkepanjangan di
wilayah Aceh dan Papua yang belum juga berhasil diselesaikan pada masa
pemerintahan presiden sebelumnya, mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pemerintah berupaya untuk lebih mengefektifkan forum-forum dialog mulai dari tingkat
lokal Aceh hingga tingkat Internasional. Di tigkat Internasional, upaya tersebut
menghasilkan Ganeva Agreement (Kesepakatan Penghentian Permusuhan/Cessation Of
Hostilities Agreement(CoHA). Tujuan dari bentuk kesepakatan tersebut adalah
menghentikan segala bentuk pertempuran sekaligus menjadi kerangka dasar dalam
upaya negosiasi damai diantara semua pihak yang bersiteru di Aceh. Selain konflik di
Aceh, konflik lain yang berpotensi menjadi konflik berskala luas adalah adalah konflik
beruansa agama di poso. Konflik yang dimulai tahun 1998 tersebut terus berlanjut
hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu kebijakan
presiden untuk menyelesaikan konflik Poso adalah dengan mengeluarkan Intruksi
Presiden No. 14 Tahun 2005 tentang langkah – langkah komperhensif penanganan
masalah Poso. Selain konflik Aceh dan Poso, konflik lain yang mendapat perhatian
seriuss pemerintah adalah konflik di Papua. Kurangnya keadilan bagi masyarakat Papua
menimbulkan adanya perlawanan dan keinginan sebagian masyarakat untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Transparasi dan partisipasi masyarakat juga menjadi faktor penting yang
berperan sebagai modal sosial dalam pembangunan termasuk adanya sinergi antara
pemerintah dengan dunia usaha dan perguruan tinggi. Kondisi dalam negeri yang
semakin kondusif meningkatkan investor asing untuk menanamkan modal mereka di
Indonesia sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
Keberhasilan beberapa program pembangunan juga tidak terlepas dari adanya stabilitas
politik, keamanan, dan ketertiban serta harmoni sosial. Berpasangan dengan seorang
ahli ekonomi yakni Boediono, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil
mendapatkan kembali mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia untuk masa
pemerintahan berikutnya. Pada pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 8
Juli 2009 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu hanya
satu putaran.
Ketika pemerintahan Orde Baru tumbang, keinginan mendapatkan ruang politik
dan pemerintahan untuk mengatur wilayah sendiri menjadi keinginan masyarakat di
daerah-daerah yang pada akhirnya melahirkan Undang-Undang otonomi daerah.
Penerapan otonomi daerah tersebut diiringi dengan perubahan sistem pemilu dan
diselenggarakannya pemilu langsung untuk mengangkat kepala daerah mulai dari
gubernur hingga bupati dan walikota. Di bidang pers, euphoria demokrasi juga
melahirkan sejumlah media massa baru yang lebih bebas menyuarakan berbagai aspirasi
masyarakat. Berita yang dimuat dalam media massa harus tetap mengedepankan fakta
sehingga euphoria kebebasan pers yang telah sekian lama tekekang pada masa
pemerintahan Orde Baru tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Pengaruh dan ide-ide tokoh masyarakat yang bersinergi dengan semangat
pemuda dan mahasiswa yang energik melahirka sebuah kekuatan besar dalam
masyarakat (people power) untuk pada akhirnya melakukan perubahan. Tidak hanya
sebagai pelaku yang berperan dalam menumbangkan pemerintah Orde Baru, baik tokoh
masyarakat maupun pemuda pada era reformasi juga berpartisipasi secara efektif dalam
melanjutkan upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi. Salah satu upaya untuk
memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, reformasi di bidang politik dan
ketatanegaraan merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian besar sejak masa
pemerintahan Presiden Habbie hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Keberhasilan
tersebut tidak terlepas dari perubahan sistem pemilu, yang sistem tersebut menghasilkan
para anggota eksekutif dan legislati dalam pemerintahan yang dianggap dapat lebih
menyuarakan kepentingan masyarakat termasuk peran aktif tokoh-tokoh masyarakat dan
mahasiswa yang sejak awal era reformasi telah aktif dalam mengawal perubahan sejak
tumbangnya pemerintahan Orde Baru. Beberapa dari mereka bahkan terpilih menjadi
anggota legislatif dan menduduki posisi-posisi strategis dalam partai-partai politik
hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Você também pode gostar