Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ikan nila adalah salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang
disukai masyarakat. Produksi ikan nila dalam lima tahun terakhir menunjukkan
kenaikan 19,91% per tahun, dari 46,627 ton (KKP 2000). Penyakit disebabkan oleh
Aeromonas Hydrophilla disebut dengan penyakit bercak merah atau (MAS) (Motil
Aeromonas Sepicemia). Ikan nila yang terserang dan terinfeksi penyakit bakteri
tersebut menunjukan beberapa gejala- gejala seperti kehilangan napsu makan,
pendarahan pada insang, luka-luka pada switch tubuh ikan, sisik terlepas dan ada
bercak merah pada tubuh ikan tersebut. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah
untuk menentukan substansi atau bahan yang terbaik untuk mencegah penyakit MAS
pada ikan nila. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
Parameter yang bagus untuk melakukan pencegahan bakteri Aeromonas hydrophyla
adalah vasinasi dengan FKC dilihat dari total gambaran darahnya memiliki rata-rata
yang cukup bagus dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Kata Kunci : Aeromonas Hydrophilla, Ikan Nila, Penyakit Ikan
Abstract
The GROUP Leaves To Cinnamon. Prevention and treatment
of Motile Aeromonads Septicemia In Fish Tilapia Oreochromis Niloticus Seeds.
DAFTAR TABEL
Latar Belakang
Ikan nila adalah salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang
disukai masyarakat. Produksi ikan nila dalam lima tahun terakhir menunjukkan
kenaikan 19,91% per tahun, dari 46,627 ton(KKP.2000). Target produksi ikan nila
pada tahun 2009 yaitu sekitar 195,00 ton yaitu dengan adanya pendistribusian produk
pasar lokal sebanyak 70% ataupun 135,000 ton dan ekspor mencapai 30% atau
berkisaran 60,000 ton dengan menggunakan sentra pengembangan nila diseluruh
Indonesia (Febrianty.2016). Salah satu permasalahan yang dapat menurunkan
produksi yaitu penyakit yang merserang ikan nila. Penyakit ikan nila disebabkan oleh
beberapa jenis patogen yaitu virus, bakteri, parasit dan jamur. Bakteri yang dapat
menyerang ikan nila yaitu bakteri Aeromonas sp dan Streptococcus sp.
Penyakit disebabkan oleh Aeromonas Hydrophilla disebut dengan penyakit
bercak merah atau (MAS) ( Motil Aeromonas Sepicemia). Ikan nila yang terserang
dan terinfeksi penyakit bakteri tersebut menunjukan beberapa gejala- gejala seperti
kehilangan napsu makan, pendarahan pada insang, luka-luka pada switch tubuh ikan,
sisik terlepas danada bercak merah pada tubuh ikan tersebut. Bakteri tersebut yaitu
termasuk pathogen oportunistik yang terdapat pada air dan dapat menimbulkan
penyakit apabila lingkungan pemeliharaan ikan nila tersebut dalam kondisi tidak
stabil Bakteri tersebut memproduksi pigmen berwarna coklat sampai coklat
kemerahan (Kolopita et al 2014).
Pencegahan penyakit MAS dapt dilakukan dengan cara pemberian fitofarmaka
yang dapat digunakan dalam akuakultur yakni bawang putih dan daun kayu manis,
sedangkancontoh vaksin yang dapat digunakan seperti FKC (Formalin Killed
Cell)dan HKC (Heat Killed Cell), dan pemberian probiotik pada pakan (Kolopita et
al.2014).. Darah merupakan zat yang bertanggung jawab atas segala bentuk
transportasi dan sirkulasi dalam tubuh. Penyakit yang menyerang dan menyebar
dalam tubuh akan dibawa oleh darah. Darah merupakan sistem pertahanan non
spesifik yang menjadi pertahanan terakhir terhadap serangan penyakit (Sugito et al
2014). Darah dapat digunakan untuk melihat kondisi tubuh ikan mengalami stress
atau terserang penyakit dengan melihat gambaran darahnya. Gambaran darah yang
terdapat kelainan dan tidak sesuai dengan kondisi normal disebabkan oleh ikan yang
terserang penyakit.
Tujuan
Materi Uji
Materi uji yang diguanakan pada praktikum ini meliputi benih ikan nila,
fitofarmaka kayu manis,fitofarmaka bawang putih probiotik, bakteri A.
hydrophiladan kampangSaccharomyces. Ikan nila yang digunakan memiliki
panjang7,92±0,60 cm dan bobot7,49±1.63 gram yang didapatkan dari kolam
percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bahan fitofarmaka, isolatkampangSaccharomyces dan
bakteri A. hydrophiladidapatkan dari Laboraturium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor.
Prossedur Penelitian
Pembuatan Probiotik
Pada probiotik S. cerevisiap kali ini merupakan ragi roti komersial (fermipan)
dengan bakteri Aeromonas hidrophilla. Ikan yang digunakan adalah ikan nila merah
Oreochromis niloticus dengan panjang rata-rata 5-6 cm. Proses pembuatan pakan
dengan dilakukan dengan teknik coating dengan dosis probiotik 0,2 % dan dicampur
dengan binder berupa putih telur sebanyak 2 ml/100 gram pakan dan air sebanyak
100 ml/100 gr pakan. Langkah terakhir adalah pengeringan dengan oven atau kering
anginkan.
Rancangan Penelitian
Parameter Penelitian
Paramater yang diamati yaitu gambaran darah ikan, jumlah konsumsi pakan
dan kelangsungan hidup (SR). Gambaran darah ikan meliputisel darah putih, sel
darah merah, aktivitas fagositik, diferensiasi leukosit, titer antibody, lisozim dan
hemoglobin. Pengamatan parameter gambaran darah dilakukan sebanyak tiga kali
yakni sebelum dilakukan vaksinasi, dua minggu setelah dilakukan vaksinasi, dan dua
minggu setelah uji tantang pada ikan. sebelumnya dilakukan pengamatan titer
antibodi sebanyak tiga kali yaitu satu hari sebelum dilakukannya uji parameter, satu
hari sebelum uji tantang dan setelah dilakukannya uji tantang pada ikan. Parameter
penelitian diamati masing-masing sebelum vaksinasi, dua minggu setelah vaksinasi
dan dua minggu setelah uji tantang.
Total Eritrosit
Pengukuran total eritrosit darah dilakukan dengan menggunakan metode
Blaxhall dan Daisley (1973) untuk mengetahui total darah eritrosit pada ikan.
Pertama dilakukan pengambilan darah dan dihisap menggunakan pipa sahli bulir
merah sampai skala sebesar 0,5, lalu larutan hayem diambil sampai pipet berskala
sebesar 101. Kemudian darah dan larutan hayem dihomogenkan selama 3 sampai 5
menit dengan cara meggoyangkan pipet membentuk angka delapan. Setelah itu darah
dibuang sebanyak 1 tetes, lalu diteteskan pada hemasitometer dan ditutup dengan
cover glass untuk dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Total eritrosit dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1
∑Eritrosit (sel/mm3) = ∑sel terhitung × volume kotak besar × faktor pengenceran
Total Leukosit
Pengukuran total leukosit darah dilakukan dengan cara darah diambil pada ikan
menggunakan syringe yang sudah diisi antikoagulan sebanyak 0,01 ml dan sudah
terbilas semua. Setelah darah diambil kaca preparat sudah disiapkan dan sudah
direndam pada larutan methanol selama 5 menit. Kemudian darah diteteskan pada
ujung preparat dan diratakan sampai preparat terkena darah. Setelah itu preparat yang
sudah terkena darah direndam pada methanol selama 10 menit untuk proses
difiksasi.Lalu preparat direndam pada pewarna giemsa selama 15 menit, kemudian
dikeringkan dan dibilas dengan akuades. Preparat yang sudah kering dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop. Total leukosit dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Jumlah leukosit
Rumus DL : x 100%.
100 leukosit
Kadar Hemoglobin
Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan cara tabung salinometer
disiapkan terlebih dahulu. Kemudian larutan HCL diambil dan dimasukan pada
tabung sebanyak 0,1 N. Setelah itu dilakukan penambahan darah ikan kedalam
tabung salinometer yang sudah berisi larutan HCL sampai warna sesuai dengan
warna petunjuk. Lalu dilakukan pengukuran dengan melihat garis kuning yang ada
didalam tabung salinometer.
Hematokrit
Pengukuran hematokrit dilakukan dengan cara darah diambil terlebih dahulu
dengan cara dihisap dengan tabung kapiler sebanyak ¾ bagian dari tabung.
Kemudian ujung tabung ditutup dengan lilin dan dilakukan proses sentrifugasi yang
sebelumnya diatur terlebih dahulu dengan kecepatan 3000 rpm dan waktu selama 5
menit. Hematokrit dapat dilihat dari sel darah yang ada dibawah endapan.Perhitungan
hematokrit dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini :
𝑎
Hematokrit (%) =𝑏 x 100
Keterangan : Panjang endapan darah (a) terhadap panjang total seluruh darah (b).
Aktivitas Fagositik
Pengukuran aktivitas fagosittik dilakukan dengan cara darah diambil pada ikan
menggunakan syringe yang sudah diisi antikoagulan sebanyak 0,01 ml dan sudah
terbilas semua. Kemudian bakteri Stapyllococcus sp.diambil sebanyak 50 μl, lalu
ditambahkan dengan 50 μl darah ikan. Setelah itu dilakukan inkubasi dengan suhu
ruang selama 20 menit. Setelah darah diambil kaca preparat sudah disiapkan dan
sudah direndam pada larutan methanol selama 5 menit. Kemudian darah campuran
diteteskan pada ujung preparat dan diratakan sampai preparat terkena darah. Setelah
itu preparat yang sudah terkena darah direndam pada methanol selama 10 menit
untuk proses difiksasi. Lalu preparat direndam pada pewarna giemsa selama 15
menit, kemudian dikeringkan dan dibilas dengan akuades. Preparat yang sudah kering
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Total aktivitas fagositik dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Rumus AF : (Ʃsel memfagosit/100 sel fagosit) x 100%
Titer Antibodi
Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan cara plasma darah diinkubasi
dengan suhu 44°C selama 20 menit. Kemduian larutan PBS ditambahkan pada
lubang 2-12 sebanyak 25 μl. Setelah itu plasma darah dimasukan pada lubang 1 dan
dua sebanyak 25 μl, lalu dilakukan proses pengenceran dimulai pada lubang 2 hingga
lubang 11. Lalu antigen bakteri dimasukan kedalam semua lubang sebanyak 25 μL.
Kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 2 jam dan diinkubasi lagi dengan
suhu 4°C selama 24 jam. Pengamatan titer antibodi dapat dilakukan dengan cara
pengamatan reaksi aglutinasi.
SR
Persentase yang menunjukan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan.
Perhitungan SR dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
JKP
Jumlah pakan yang diberikan saat pemeliharaan hingga panen. Perhitungan
JKP dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
FCR
Rasio jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan untuk menghasilkan bobot 1kg
biomassa.Perhitungan FCR dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
𝐽𝐾𝑃
FCR = 𝐵𝑡−𝐵𝑜+𝐵𝑚
Analisis Data
Data hasil pengukuran parameter dianalisis dengan microsoft office excel
2007 dan SPSS versi 16.0. Hasil ANOVA dapat diketahui berbeda nyata atau tidak
berbeda nyata dilakukan sebuah uji lanjut dengan aplikasi SPSS metode Duncan.
Hasil
Berikut ini adalah hasil dari parameter-parameter gambaran darah ikan,
jumlah konsumsi pakan dan kelangsungan hidup (SR) yang dilakukan pada sebelum
pada saat uji tantang, dan saat setelah diberi perlakuan dengan beberapa perlakuan
yang sudah dilakukan pengujian.
Total Eritrosit
Berikut ini adalah hasil dari jumlah sel darah merah nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
SDM
30
25
20
15
10
5
a a a a a a a a a b b b b
b
0
Rataan Sebelum Rataan Sesudah
Grafik 1 Jumlah sel darah merah selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
dengan perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan
yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Berdasarkan grafik diatas perlakuan sel darah merah (SDM) yang dilakukan
sebanyak dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif,
probiotik, fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, danHKC. Hasil
Sel darah merah yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi kayu manis
sebesar 24,8 x 106 dan jumlah sel darah merah terendah terdapat pada probiotik
sebesar 2,47 x 106. Sedangkan hasil sebelum dilakukan perlakuan tidak ada
perbedaan (P > 0,05) jumlah sel darah merahnya sebesar 5,8 x 106.
Total Leukosit
Berikut ini adalah hasil dari jumlah sel darah putih ikan nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
SDP
40
35
30
25
20
15
10
5 a a a a a a a bc c a a a c c
0
Rataan Sebelum Rataan Sesudah
kayu manis probiotik FKC HKC
Bawang Putih Kontrol + Kontrol -
Grafik 2 Jumlah sel darah puith selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan
perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Berdasarkan grafik diatas perlakuan sel darah putih (SDP) yang dilakukan
sebanyak dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif,
probiotik, fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil
Sel darah putih yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi FKC, HKC,
bawang putih sebesar 32,6 x 104 , 29,5 x 104 , 23,3 x 104 karena tidak berbeda nyata
(P > 0,05) dan jumlah sel darah putih terendah terdapat pada probiotik, kontrol positif
dan kontrol negatif sebesar 6,67 x 104 , 7,73 x 104 , 7,53 x 104 . Sedangkan hasil
sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan (P > 0,05). Jumlah sel darah
putihnya sebesar 0,52 x 104 .
Hematokrit
Berikut ini adalah hasil dari hematokrit ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
HC
40
35
30
25
20
15
10
5 a a a a a a a a b bc bc bc c c
0
Rataan sebelum Rataan sesudah
Grafik 3 Hematokrit selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Kadar Hemoglobin
Berikut ini adalah hasil dari hemaglobin ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
HB
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1 a a a a a a a c b b c bc bc a
0
Rataan sebelum Rataan sesudah
Grafik 4 Hemoglobin selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Aktivitas Fagositik
Berikut ini adalah hasil dari aktifitas fagositik ikan nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Grafik 5 Aktifitas Fagositik selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan
perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Deferensial Leukosit
Berikut ini adalah hasil dari dosis lethal ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
DL
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Monosit Neutrofil Limfosit Monosit Neutrofil Limfosit
Rataan sebelum Rataan sesudah
Grafik 6 Dosis lethal selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
JKP
Berikut ini merupakan hasil jumlah pakan ikan lele (Clarias sp) sebelum
perlakuan, setelah perlakuan, dan uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila.
JKP
60
50
40
30
20
10
0
k+ K- probiotik bawang Kayu manis fkc hkc
putih
Grafik 6 Jumlah konsumsi pakan selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
dengan perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan
yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Pembahasan
Simpulan
Efektifitas parameter pemberian probiotik, bawang putih, daun kayu manis,
FKC, dan HKC sangat berbeda untuk mengatasi masalah pencegahan bakteri
Aeromonas hydrophyla terhadap ikan nila. Gambaran darah yang didapatkan hasilnya
memiliki perbedaan setiap parameternya yang dilakukan pengujian. Parameter yang
bagus untuk melakukan pencegahan bakteri Aeromonas hydrophyla adalah vasinasi
dengan FKC dilihat dari total gambaran darahnya memiliki rata-rata yang cukup
bagus dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Saran
Perlakuan parameter yang berbeda akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh
yang berbeda terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophyla. Perlu dilakukan
pengamatan lanjutan untuk mengetahui bahan-bahan yang bagus untuk pencegahan
serangan penyakit bakteri Aeromonas hydrophyla.
DAFTAR PUSTAKA
Angka SL. 2005. Kajian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan lele
dumbo Clarias sp.: Patologi dan pencegahannya dengan bahan nabati
[Disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).2014. Warta Pasar Ikan. Edisi April
Volume 80
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).2000. Warta Pasar Ikan. Edisi April
Volume 62.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah
Mas koki (Carassius auratus) Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kolopita M E F, Reiny A T, Chairanitansyah A. 2014. Diagnosa Penyakit Bakterial
Pada Ikan Nila(Oreochromis niloticus) Yang dibudidayakan Pada Jaring
Tancap Didanau Tandano. Jurnal budidaya Perairan Vol 2 No 3:24-30.
Irianto A, Hernayanti, Iriyanti N. 2006. Pengaruh suplementasi probiotik A3-51
terhadap deraja timunitas (Oreochromis niloticus) didasarkan pada angka
bakteri pada ginjal setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila dan
Aeromonas salmonicida achromogenes. Jurnal Ilmu Perikanan. 8 (2): 144-
152.
Lukistyowati I. 2012. Studi efektivitas sambiloto Andrographis paniculata Nees
untuk mencegah penyakit Edwardsiellosis pada Ikan patin Pangasius
hypopthalmus. Berkala Perikanan Terubuk. 40 (2): 56-74.
Mulia DS. 2007. Keefektifan vaksin Aeromonas hydrophila untuk mengendalikan
penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada gurame (Osphronemus
gourami Lac.). Jurnal Pembangunan Pedesaan. 7(1): 43-52.
Safratilofa. 2015. Potensi ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmanni) untuk
meningkatkan respon imun ikan patin (Pangasianodon hypopthalmus) yang
diinfeksi (Aeromonas hydrophila). [Tesis]. Bogor (ID): IPB.
Sholichah L. 2016. Uji potensi dan efikasi vaksin aktif terhadap KHV dengan
penambahan adjuvant pada ikan KOI. [Tesis] .Bogor (ID): IPB
.
Simatupang N, Anggraini D. 2013. Potensi tanaman herbal sebagai antimikroba pada
ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2) :
216-223.
Marthen PDJ. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Diberi Pakan
Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan. [Skripsi]. Program Studi
Teknologi Managemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Imu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm
Maswan NA. Pengujian Efektivitas Dosis Vaksin DNA dan Koelasinya terhadap
Parameter Hematologi secara Kuantitatif. [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor. 158.
Safratilofa. 2015. Potensi ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmanni) untuk
meningkatkan respon imun ikan patin (Pangasianodon hypopthalmus) yang
diinfeksi (Aeromonas hydrophila). [Tesis]. Bogor (ID): IPB.
Salasia S, Sulanjari ,Ratnawati A.2001. Studi HematologiIkan Air Tawar.
JurnalBiologi. Vol 229:11-23.
Sholichah L. 2016. Uji potensi dan efikasi vaksin aktif terhadap KHV dengan
penambahan adjuvant pada ikan KOI. [Tesis] .Bogor (ID): IPB.
Sugito, Nurliana, Aliza Dwinna, Samadi. 2014. Diferensial leukosit dan ketahanan
hidup pada uji tantang Aeromonashydrophila ikan yang diberi stress panas dan
suplementasi tepung daun jaloh dalam pakan. Jurnal Kedokteran Hewan.
8(2):158-163.
Susanti E. 2016. Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai
Pencegah Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Patin (Pangasianodon
hypophthalmus). [Tesis]: Institute Pertanian Bogor.
Widjajanti H, Muslim, Hotly M P.2009. Penggunaan Ekstrak Bawang putih (Allium
sativum) Untuk Mengobati Benih Patin Siam (pangasianodon hypophthalmus)
yang di infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia 8
(1): 91-100.
Takatsuchi A, Tamada W, dan Josh S H. 2007. Study of fish primer bacteria and the
ability of survive based on environmental manipulation on grown fish
Anambas. Journal of Marine Science. 3(11): 192-198.
LAMPIRAN
Tabel 1 ANOVA Sel Darah Merah Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila
Tabel 2 ANOVA Sel Darah Putih Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila
Tabel 3 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila
Tabel 4 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila
Tabel 7 ANOVA Deferensial Leukosit Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila