Você está na página 1de 26

PENCEGAHAN MOTILE AEROMONADS SEPTICEMIA (MAS)

PADA BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus

KELOMPOK DAUN KAYU MANIS


Jaka Prabowo (C14140025)
Nuralim Paturakhman (C14140035)
Aris Kurniawan (C14140043)
Mauliza Tanti (C14140063)
Icha Utami (C14140067)
Rafi Himamana (C14140078)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ABSTRAK
KELOMPOK Daun Kayu Manis. Pencegahan dan Pengobatan Motile Aeromonads
Septicemia Pada Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus.

Ikan nila adalah salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang
disukai masyarakat. Produksi ikan nila dalam lima tahun terakhir menunjukkan
kenaikan 19,91% per tahun, dari 46,627 ton (KKP 2000). Penyakit disebabkan oleh
Aeromonas Hydrophilla disebut dengan penyakit bercak merah atau (MAS) (Motil
Aeromonas Sepicemia). Ikan nila yang terserang dan terinfeksi penyakit bakteri
tersebut menunjukan beberapa gejala- gejala seperti kehilangan napsu makan,
pendarahan pada insang, luka-luka pada switch tubuh ikan, sisik terlepas dan ada
bercak merah pada tubuh ikan tersebut. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah
untuk menentukan substansi atau bahan yang terbaik untuk mencegah penyakit MAS
pada ikan nila. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
Parameter yang bagus untuk melakukan pencegahan bakteri Aeromonas hydrophyla
adalah vasinasi dengan FKC dilihat dari total gambaran darahnya memiliki rata-rata
yang cukup bagus dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Kata Kunci : Aeromonas Hydrophilla, Ikan Nila, Penyakit Ikan

Abstract
The GROUP Leaves To Cinnamon. Prevention and treatment
of Motile Aeromonads Septicemia In Fish Tilapia Oreochromis Niloticus Seeds.

Tilapia is one of the freshwater fishery commodities preferred community.


Tilapia production in the last five years showed increases 19.91% per year, from
46.627 tons (CTF) 2000. Diseases caused by Aeromonas Hydrophilla called with
blotches or disease (MAS) (Motile Aeromonas Sepicemia). Fish tilapia are stricken
with the bacterial disease and infected showed few symptoms such as loss of talking
lust eating, bleeding gills, the wounds on the fish body switches, scales regardless
and there is a red spot on the fish's body. The purpose of doing this is to specify the
practical substance or material is best to prevent disease MAS in fish tilapia. Based
on the results of the practical results obtained has done a
good Parameter toperform prevention of hydrophyla Aeromonas bacteria is
a vasinasi by FKC views of a total picture of his blood has an average is
good compared to other parameters.
Key : Aeromonas Hydrophilla, Tilapia, Diseases
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ii


PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
Latar belakang .................................................................................................. 1
Tujuan
METODE
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 3
Materi Uji ......................................................................................................... 4
Prosedur Penelitian .......................................................................................... 4
Rancangan Penelitian ....................................................................................... 5
Parameter Penelitian ........................................................................................ 5
Analisis Data .................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................9
SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

DAFTAR TABEL

1 Rancangan perlakuan .............................................................................................. 6


2. Tabel 1 ANOVA Sel Darah Merah Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila...........25
3 Tabel 2 ANOVA Sel Darah Putih Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila.............25
4 Tabel 3 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila.........25
5 Tabel 4 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila.........25
6 Tabel 5 ANOVA Hemoglobin Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila...................25
7 Tabel 6 ANOVA Hematokrit Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila....................26
8 Tabel 7 ANOVA Deferensial Leukosit Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila......26
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan nila adalah salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang
disukai masyarakat. Produksi ikan nila dalam lima tahun terakhir menunjukkan
kenaikan 19,91% per tahun, dari 46,627 ton(KKP.2000). Target produksi ikan nila
pada tahun 2009 yaitu sekitar 195,00 ton yaitu dengan adanya pendistribusian produk
pasar lokal sebanyak 70% ataupun 135,000 ton dan ekspor mencapai 30% atau
berkisaran 60,000 ton dengan menggunakan sentra pengembangan nila diseluruh
Indonesia (Febrianty.2016). Salah satu permasalahan yang dapat menurunkan
produksi yaitu penyakit yang merserang ikan nila. Penyakit ikan nila disebabkan oleh
beberapa jenis patogen yaitu virus, bakteri, parasit dan jamur. Bakteri yang dapat
menyerang ikan nila yaitu bakteri Aeromonas sp dan Streptococcus sp.
Penyakit disebabkan oleh Aeromonas Hydrophilla disebut dengan penyakit
bercak merah atau (MAS) ( Motil Aeromonas Sepicemia). Ikan nila yang terserang
dan terinfeksi penyakit bakteri tersebut menunjukan beberapa gejala- gejala seperti
kehilangan napsu makan, pendarahan pada insang, luka-luka pada switch tubuh ikan,
sisik terlepas danada bercak merah pada tubuh ikan tersebut. Bakteri tersebut yaitu
termasuk pathogen oportunistik yang terdapat pada air dan dapat menimbulkan
penyakit apabila lingkungan pemeliharaan ikan nila tersebut dalam kondisi tidak
stabil Bakteri tersebut memproduksi pigmen berwarna coklat sampai coklat
kemerahan (Kolopita et al 2014).
Pencegahan penyakit MAS dapt dilakukan dengan cara pemberian fitofarmaka
yang dapat digunakan dalam akuakultur yakni bawang putih dan daun kayu manis,
sedangkancontoh vaksin yang dapat digunakan seperti FKC (Formalin Killed
Cell)dan HKC (Heat Killed Cell), dan pemberian probiotik pada pakan (Kolopita et
al.2014).. Darah merupakan zat yang bertanggung jawab atas segala bentuk
transportasi dan sirkulasi dalam tubuh. Penyakit yang menyerang dan menyebar
dalam tubuh akan dibawa oleh darah. Darah merupakan sistem pertahanan non
spesifik yang menjadi pertahanan terakhir terhadap serangan penyakit (Sugito et al
2014). Darah dapat digunakan untuk melihat kondisi tubuh ikan mengalami stress
atau terserang penyakit dengan melihat gambaran darahnya. Gambaran darah yang
terdapat kelainan dan tidak sesuai dengan kondisi normal disebabkan oleh ikan yang
terserang penyakit.

Tujuan

Menentukan substansi atau bahan yang terbaik untuk mencegah penyakit


MAS pada ikan nila.
METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada 5 Mei sampai 26 Mei 2017 di Laboraturium


Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji

Materi uji yang diguanakan pada praktikum ini meliputi benih ikan nila,
fitofarmaka kayu manis,fitofarmaka bawang putih probiotik, bakteri A.
hydrophiladan kampangSaccharomyces. Ikan nila yang digunakan memiliki
panjang7,92±0,60 cm dan bobot7,49±1.63 gram yang didapatkan dari kolam
percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bahan fitofarmaka, isolatkampangSaccharomyces dan
bakteri A. hydrophiladidapatkan dari Laboraturium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor.

Prossedur Penelitian

Penyediaan Bakteri uji


Karakterisasi bakteri A. hydrophila dilakukan dengan uji biokomia yang
terdiri dari uji OF, uji SIM, uji oksidase, uji katalase, dan pewarnaan gram. Isolat
bakteri selanjutnya dikultur pada media media TSA (Trypticasse Soy Agar), lalu
dilakukan pengambilan bakteri dengan jarum ose dan dikultur pada media yang
bervolume 5 mL. Bakteri A. hydrophila yang didapatkan dari kultur memiliki
kepadatan sebesar 109 CFU mL-1. Kemudian dilakukan sebuah pengenceran dengan
menggunakan larutan PBS untuk mendapatkan kepadatan bakteri sebesar 10-7 CFU
mL-1 untuk digunakan pada uji tantang.

Pembuatan Vaksin Formalin Killed Cell (FKC)


Pertama dilakukan pengambilan bakteri dengan jarum ose dan dikultur selama
24 jam. Kemudian ditambahkan BNF 300 µl dan dilakukan shaker selama 24 jam lalu
dilakukan pemanenan. Setelah itu dimasukan ke dalam empat tube dan setiap tube
diisi sebanyak 1,5 ml lalu dilakukan setrifuge selama lima menit dan cairan
dilaakukan pembuangan. Kemudian ditambahkan larutan PBS 1,5 ml lalu dilakukan
vortex dan setrifuge serta cairan dilakukan pembuangan. Terakhir ditambahkan PBS
lalu di vortex dan disimpan di kulkas.

Pembuatan VaksinHeat Killed Cell (HKC)


Pertama dilakukan pengambilan bakteri dengan jarum ose dan dikultur selama
24 jam. Kemudian dipanaskan pada oven dengan suhu 60 ̊C dan dilakukan shaker
selama 24 jam lalu dilakukan pemanenan. Setelah itu dimasukan ke dalam empat tube
dan setiap tube diisi sebanyak 1,5 ml lalu dilakukan setrifuge selama lima menit dan
cairan dilakukan pembuangan. Kemudian ditambahkan larutan PBS 1,5 ml lalu
dilakukan vortex dan setrifuge serta cairan dilakukan pembuangan. Terakhir
ditambahkan PBS lalu di vortex dan disimpan di kulkas.

Pembuatan Daun Kayu Manis


Daun kayu manis dijemur atau dioven hingga kering. Selanjutnya daun
tersebut giling sampai menjadi tepung. Kemudian tepung kayu manis dengan dosis
0,5 gram dicampurkan ke dalam pakan sebanyak 50 gram dan ditambahkan putih
telur.

Pembuatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)


Pembuatan ekstrak bawang putih diawali dengan membersihkan bawang dari
kulitnya, kemudian diiris tipis dan dikeringkan dalam oven selama tiga hari sampai
irisan bawang berwarna kecoklatan. Setelah kering bawang diblender atau dihaluskan
sampai menjadi bubuk halus. Tahap selanjutnya adalah bawang putih di coating
sebanyak 50 gr ditambah bubuk bawang putih 0,0125 gr lalu putih telur sebanyak 1ml
homogenkan dan keringkan.

Pembuatan Probiotik
Pada probiotik S. cerevisiap kali ini merupakan ragi roti komersial (fermipan)
dengan bakteri Aeromonas hidrophilla. Ikan yang digunakan adalah ikan nila merah
Oreochromis niloticus dengan panjang rata-rata 5-6 cm. Proses pembuatan pakan
dengan dilakukan dengan teknik coating dengan dosis probiotik 0,2 % dan dicampur
dengan binder berupa putih telur sebanyak 2 ml/100 gram pakan dan air sebanyak
100 ml/100 gr pakan. Langkah terakhir adalah pengeringan dengan oven atau kering
anginkan.

Persiapan Wadah dan Pemeliharaan Ikan Uji


Wadah yang digunakan dalam praktikum yaitu akuarium yang berukuran 60
cm x 30 cm x 30 cm dengan volume 36 liter sebanyak 7 buah. Persiapan wadah
dilakukan dengan cara pencucian akuarium dan pemasangan aerasi. Pencucian
akuarium dilakukan menggunakan air tandon Laboraturium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Padat tebar ikan uji yakni 15 ekor/akuarium dan dilakukan pemeliharaan
dengan pemberian pakan secara at satation sebanyak 2 kali sehari.

Uji Tantang Benih


Uji tantang dilakukan selama satu minggu setelah dilakukan pemeliharaan
ikan uji. Uji tantang dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 mL A. hydrophila
dengan kosentrasi 106 CFU/mL pada bagianintramuscular. Mortalitas ikan diamati
selama satu minggu setelah infeksi patogen.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7


perlakuan. Rincian rancangan disajikanpada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan
Perlakuan Keterangan
K- Ikan diinjeksi PBS dan tidak diinfeksi A.Hydrophila
K+ Ikan diinjeksi PBS kemudian diinfeksi A. Hydrophila
FKC Ikan diinjeksi vaksin FKC kemudian diinfeksi dengan A.
Hydrophila
HKC Ikan diinjeksi vaksin HKC kemudian diinfeksi dengan A.
Hydrophila
Fito. Bawang Putih Ikan diinjeksi fitofarmaka dari bawang putih kemudian diinfeksi
dengan A. hydrophila
Fito. Kayu Manis Ikan diinjeksi fitofarmaka dari kayu manis kemudian diinfeksi
dengan A. hydrophila
Probiotik Saccharomyces Ikan diinjeksi probiotik Saccharomyces cerevisiae kemudian
diinfeksi dengan A.hydrophila

Parameter Penelitian

Paramater yang diamati yaitu gambaran darah ikan, jumlah konsumsi pakan
dan kelangsungan hidup (SR). Gambaran darah ikan meliputisel darah putih, sel
darah merah, aktivitas fagositik, diferensiasi leukosit, titer antibody, lisozim dan
hemoglobin. Pengamatan parameter gambaran darah dilakukan sebanyak tiga kali
yakni sebelum dilakukan vaksinasi, dua minggu setelah dilakukan vaksinasi, dan dua
minggu setelah uji tantang pada ikan. sebelumnya dilakukan pengamatan titer
antibodi sebanyak tiga kali yaitu satu hari sebelum dilakukannya uji parameter, satu
hari sebelum uji tantang dan setelah dilakukannya uji tantang pada ikan. Parameter
penelitian diamati masing-masing sebelum vaksinasi, dua minggu setelah vaksinasi
dan dua minggu setelah uji tantang.

Total Eritrosit
Pengukuran total eritrosit darah dilakukan dengan menggunakan metode
Blaxhall dan Daisley (1973) untuk mengetahui total darah eritrosit pada ikan.
Pertama dilakukan pengambilan darah dan dihisap menggunakan pipa sahli bulir
merah sampai skala sebesar 0,5, lalu larutan hayem diambil sampai pipet berskala
sebesar 101. Kemudian darah dan larutan hayem dihomogenkan selama 3 sampai 5
menit dengan cara meggoyangkan pipet membentuk angka delapan. Setelah itu darah
dibuang sebanyak 1 tetes, lalu diteteskan pada hemasitometer dan ditutup dengan
cover glass untuk dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Total eritrosit dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1
∑Eritrosit (sel/mm3) = ∑sel terhitung × volume kotak besar × faktor pengenceran

Total Leukosit
Pengukuran total leukosit darah dilakukan dengan cara darah diambil pada ikan
menggunakan syringe yang sudah diisi antikoagulan sebanyak 0,01 ml dan sudah
terbilas semua. Setelah darah diambil kaca preparat sudah disiapkan dan sudah
direndam pada larutan methanol selama 5 menit. Kemudian darah diteteskan pada
ujung preparat dan diratakan sampai preparat terkena darah. Setelah itu preparat yang
sudah terkena darah direndam pada methanol selama 10 menit untuk proses
difiksasi.Lalu preparat direndam pada pewarna giemsa selama 15 menit, kemudian
dikeringkan dan dibilas dengan akuades. Preparat yang sudah kering dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop. Total leukosit dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Jumlah leukosit
Rumus DL : x 100%.
100 leukosit

Kadar Hemoglobin
Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan cara tabung salinometer
disiapkan terlebih dahulu. Kemudian larutan HCL diambil dan dimasukan pada
tabung sebanyak 0,1 N. Setelah itu dilakukan penambahan darah ikan kedalam
tabung salinometer yang sudah berisi larutan HCL sampai warna sesuai dengan
warna petunjuk. Lalu dilakukan pengukuran dengan melihat garis kuning yang ada
didalam tabung salinometer.

Hematokrit
Pengukuran hematokrit dilakukan dengan cara darah diambil terlebih dahulu
dengan cara dihisap dengan tabung kapiler sebanyak ¾ bagian dari tabung.
Kemudian ujung tabung ditutup dengan lilin dan dilakukan proses sentrifugasi yang
sebelumnya diatur terlebih dahulu dengan kecepatan 3000 rpm dan waktu selama 5
menit. Hematokrit dapat dilihat dari sel darah yang ada dibawah endapan.Perhitungan
hematokrit dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini :
𝑎
Hematokrit (%) =𝑏 x 100
Keterangan : Panjang endapan darah (a) terhadap panjang total seluruh darah (b).

Aktivitas Fagositik
Pengukuran aktivitas fagosittik dilakukan dengan cara darah diambil pada ikan
menggunakan syringe yang sudah diisi antikoagulan sebanyak 0,01 ml dan sudah
terbilas semua. Kemudian bakteri Stapyllococcus sp.diambil sebanyak 50 μl, lalu
ditambahkan dengan 50 μl darah ikan. Setelah itu dilakukan inkubasi dengan suhu
ruang selama 20 menit. Setelah darah diambil kaca preparat sudah disiapkan dan
sudah direndam pada larutan methanol selama 5 menit. Kemudian darah campuran
diteteskan pada ujung preparat dan diratakan sampai preparat terkena darah. Setelah
itu preparat yang sudah terkena darah direndam pada methanol selama 10 menit
untuk proses difiksasi. Lalu preparat direndam pada pewarna giemsa selama 15
menit, kemudian dikeringkan dan dibilas dengan akuades. Preparat yang sudah kering
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Total aktivitas fagositik dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Rumus AF : (Ʃsel memfagosit/100 sel fagosit) x 100%

Titer Antibodi
Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan cara plasma darah diinkubasi
dengan suhu 44°C selama 20 menit. Kemduian larutan PBS ditambahkan pada
lubang 2-12 sebanyak 25 μl. Setelah itu plasma darah dimasukan pada lubang 1 dan
dua sebanyak 25 μl, lalu dilakukan proses pengenceran dimulai pada lubang 2 hingga
lubang 11. Lalu antigen bakteri dimasukan kedalam semua lubang sebanyak 25 μL.
Kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 2 jam dan diinkubasi lagi dengan
suhu 4°C selama 24 jam. Pengamatan titer antibodi dapat dilakukan dengan cara
pengamatan reaksi aglutinasi.

SR
Persentase yang menunjukan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan.
Perhitungan SR dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝


SR(%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 x 100

JKP
Jumlah pakan yang diberikan saat pemeliharaan hingga panen. Perhitungan
JKP dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

JKP = FR x bobot ikan

FCR
Rasio jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan untuk menghasilkan bobot 1kg
biomassa.Perhitungan FCR dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
𝐽𝐾𝑃
FCR = 𝐵𝑡−𝐵𝑜+𝐵𝑚

Keterangan : Bt : Biomassa akhir


Bo : Biomassa awal
Bm : Biomassa mati saat pemeliharaan
GR
Pertumbuhan ikan yang dapat diukur untuk mewakili laju pertumbuhan total
dari ikan secara mutlak. Perhitungan GR dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut :
(𝑊𝑡(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)−𝑊𝑜(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)
GR = 𝑡 (ℎ𝑎𝑟𝑖)

Analisis Data
Data hasil pengukuran parameter dianalisis dengan microsoft office excel
2007 dan SPSS versi 16.0. Hasil ANOVA dapat diketahui berbeda nyata atau tidak
berbeda nyata dilakukan sebuah uji lanjut dengan aplikasi SPSS metode Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berikut ini adalah hasil dari parameter-parameter gambaran darah ikan,
jumlah konsumsi pakan dan kelangsungan hidup (SR) yang dilakukan pada sebelum
pada saat uji tantang, dan saat setelah diberi perlakuan dengan beberapa perlakuan
yang sudah dilakukan pengujian.

Total Eritrosit
Berikut ini adalah hasil dari jumlah sel darah merah nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

SDM
30

25

20

15

10

5
a a a a a a a a a b b b b
b
0
Rataan Sebelum Rataan Sesudah

kayu manis probiotik FKC HKC Bawang Putih Kontrol + Kontrol -

Grafik 1 Jumlah sel darah merah selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
dengan perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan
yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).
Berdasarkan grafik diatas perlakuan sel darah merah (SDM) yang dilakukan
sebanyak dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif,
probiotik, fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, danHKC. Hasil
Sel darah merah yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi kayu manis
sebesar 24,8 x 106 dan jumlah sel darah merah terendah terdapat pada probiotik
sebesar 2,47 x 106. Sedangkan hasil sebelum dilakukan perlakuan tidak ada
perbedaan (P > 0,05) jumlah sel darah merahnya sebesar 5,8 x 106.

Total Leukosit
Berikut ini adalah hasil dari jumlah sel darah putih ikan nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

SDP
40

35

30

25

20

15

10

5 a a a a a a a bc c a a a c c
0
Rataan Sebelum Rataan Sesudah
kayu manis probiotik FKC HKC
Bawang Putih Kontrol + Kontrol -
Grafik 2 Jumlah sel darah puith selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan
perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik diatas perlakuan sel darah putih (SDP) yang dilakukan
sebanyak dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif,
probiotik, fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil
Sel darah putih yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi FKC, HKC,
bawang putih sebesar 32,6 x 104 , 29,5 x 104 , 23,3 x 104 karena tidak berbeda nyata
(P > 0,05) dan jumlah sel darah putih terendah terdapat pada probiotik, kontrol positif
dan kontrol negatif sebesar 6,67 x 104 , 7,73 x 104 , 7,53 x 104 . Sedangkan hasil
sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan (P > 0,05). Jumlah sel darah
putihnya sebesar 0,52 x 104 .

Hematokrit
Berikut ini adalah hasil dari hematokrit ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

HC
40
35
30
25
20
15
10
5 a a a a a a a a b bc bc bc c c
0
Rataan sebelum Rataan sesudah

Kayu manis Pro FKC HKC Bp K+ k-

Grafik 3 Hematokrit selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik diatas perlakuan hematokrit yang dilakukan sebanyak dua


kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang dilakukan
sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif, probiotik,
fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil hematokrit
yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi kayu manis sebesar 32% dan
hematokrit terendah terdapat pada kontrol positif dan kontrol negatif sebesar 6,8%
dan 8,86% karena tidak berbeda nyata (P > 0,05). Sedangkan hasil sebelum dilakukan
perlakuan tidak ada perbedaan (P > 0,05) hematokrit sebesar 16,4%.

Kadar Hemoglobin
Berikut ini adalah hasil dari hemaglobin ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
HB
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1 a a a a a a a c b b c bc bc a
0
Rataan sebelum Rataan sesudah

Kayu manis Pro FKC HKC Bp K+ k-

Grafik 4 Hemoglobin selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik diatas perlakuan hemoglobin yang dilakukan sebanyak


dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang dilakukan
sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif, probiotik,
fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil
hemoglobin yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi kontrol negatif
sebesar 6,88 dan hemoglobin terendah terdapat pada kayu manis dan HKC sebesar .
2,7% dan 2,6% . Sedangkan hasil sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan
(P > 0,05) hemoglobin sebesar 2,5%.

Aktivitas Fagositik
Berikut ini adalah hasil dari aktifitas fagositik ikan nila (Oreochromis
niloticus) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Grafik 5 Aktifitas Fagositik selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan
perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik diatas perlakuan aktifitas fagositik yang dilakukan sebanyak


dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang dilakukan
sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif, probiotik,
fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil aktifitas
fagositik yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi FKC dan kontrol positif
sebesar 26,7 dan 45,9 aktifitas fagositik terendah terdapat pada kayu manis dan HKC
sebesar . 2,7% dan 2,6% . Sedangkan hasil sebelum dilakukan perlakuan tidak ada
perbedaan (P > 0,05) aktifitas fagositik sebesar 26,67.

Deferensial Leukosit
Berikut ini adalah hasil dari dosis lethal ikan nila (Oreochromis niloticus)
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
DL
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Monosit Neutrofil Limfosit Monosit Neutrofil Limfosit
Rataan sebelum Rataan sesudah

Kayu manis Pro FKC HKC Bp K+ k-

Grafik 6 Dosis lethal selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan perlakuan
yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik diatas perlakuan deferensial leukosit yang dilakukan


sebanyak dua kali yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Perlakuan yang
dilakukan sesuai dengan parameter uji yakni kontrol positif, kontrol negatif,
probiotik, fitofarmaka daun kayu manis, bawang putih, vaksin FKC, dan HKC. Hasil
monosit yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi bawang putih, sedangkan
yang terendah pada perlakuan HKC. . Hasil neutrofil yang tertinggi setelah dilakukan
perlakuan meliputi probiotik, sedangkan yang terendah pada perlakuan HKC. Hasil
limfosit yang tertinggi setelah dilakukan perlakuan meliputi kontrol negatif,
sedangkan yang terendah pada perlakuan probiotik. Hasil sebelum dilakukan
perlakuan tidak ada perbedaan (P > 0,05).

JKP
Berikut ini merupakan hasil jumlah pakan ikan lele (Clarias sp) sebelum
perlakuan, setelah perlakuan, dan uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila.
JKP
60

50

40

30

20

10

0
k+ K- probiotik bawang Kayu manis fkc hkc
putih

Grafik 6 Jumlah konsumsi pakan selama pemeliharaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
dengan perlakuan yang berbeda. Huruf yang berbeda pada tiap bar yang terdapat di pemeliharaan
yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P < 0,05).

Berdasarkan grafik 8 jumlah konsumsi pakan tidak terdapat perbedaan (P >


0,005) yakni sebesar 50 gram.

Pembahasan

Penggunaan fitofarmaka dalam tindakan pencegahan penyakit pada ikan


merupakan tindakan yang tepat. Fitofarmaka memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan antibiotik yaitu ramah terhadap lingkungan, tidak
meninggalkan residu pada tubuh ikan. Perlakuan fitofarmaka tepung daun kayu manis
dapat meningkatkan nilai aktivitas fagosit dan diferensial leukosit yang diduga oleh
adanya zat aktif flavonoid yang mampu meningkatkan sistem kerja limfa untuk
memproduksi sel darah putih (Lukistyowati.2012). Jumlah leukosit yang lebih
banyak dapat melawan patogen dan mengeliminasi patogen yang menyerang pada
ikan (Safratilofa.2015). Dosis terbaik pada penelitian Lukistyowati (2012) dan
Safratilofa (2015) yaitu sebesar 0,5 gram/100 gram pakan. Bawang putih dapat
dijadikan fitofarmaka karena didalamnya mengandng sulfur dan allicin. Aliicin
merupakan zat aktif yang bersifat bakterisida dan mampu menghambat enzim secara
in vitro. Bawang putih memiliki kandungan allicin berupa Disulphide, di-2- propenyl
(CAS) atau Diallyl disulphide (C6H10S2) sebanyak 16,95%. Bawang putih bekerja
dengan merangsang aktivitas sel sehingga dapat meregenerasi fungsi tubuh serta
membentuk sistem imun dengan merangsang makrofag dalam pembentukan sel darah
putih (Simatupang dan Anggraini.2013).
Vaksinasi merupakan penanggulangan yang efektif dan efisien untuk
mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila karena
vaksinasi hanya dilakukan sekali selama periode pemeliharaan dan tidak
menimbulkan dampak negatif, baik bagi ikan, lingkungan maupun manusia
(Mulia.2007). Vaksinasi bertujuan untuk menginduksi imunitas jangka panjang
dengan merangsang komponen dari respons imun spesifik yaitu antibodi. Mekanisme
pertahanan sel hewan terhadap virus secara invivo, dapat berupa imunitas sel itu
sendiri, yaitu berupa adanya antibodi dan interferon dari sel yang dapat menghambat
invasi virus (Sholichah.2016). Perlakuan vaksin FKC dan HKC mengalami
peningkatan nilai aktivitas fagosit dan diferensial leukosit yang diduga oleh adanya
stimulasi imunitas yang telah diinduksi oleh antigen yang dilemahkan sehingga
antibodi mampu menghambat invasi dan serangan patogen.Tingkat
keberhasilanvaksinasitergantungolehjenis antigen, jumlah dan mutu antigen, cara
vaksinasi, jenis ikan dan stadia ikan (Mulia.2007). Pemberian probiotik pada ikan
mampu meningkatkan nilai aktivitas fagositosis dan diferensial leukosit karena
probiotik mampu menjadi imunostimulan yang dapat meningkatkan makrofag dalam
darah. (Irianto et al.2006)
Sel darah merah (eritrosit) berbentuk oval dan mempunyai inti di tengahnya.
Bentuk dari sel darah merah juga dipengaruhi oleh jenis spesies ikan. Rendahnya
eritrosit merupakan indikator ikan mengalami anemia, sedangkan semakin tinggi
jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stress. Inti sel darah merah saat
diwarnai dengan pewarna giemsa akan terlihat jernih kebiruan. Jumlah erirosit
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Namun umumnya jumlah eritrosit berkisar 1 x 106
– 3x 106 sel/mm3 (Maswan.2009). Organ yang memproduksi sel darah merah adalah
hematopoitik, yang terdapat dalam limpa dan ginjal. Saat organ ini tidak mampu
memproduksi sel darah merah lagi untuk mengganti sel darah merah yang terinfeksi
bateri maka jumlah eritrosit semakin berkurag dan fungsinya tidak akan berjalan
optimal. Sehingga dapat mempengaruhi jumlah konsntrasi hemoglobin
(Andayani.2006).
Hasil praktikum ini menunjukan jumlah eritrosit semua perlakuan berkisar
antara 2,3 x 106 sel/mm3 – 24 x 106 sel/mm3 . Salasia (2001) menyatakan bahwa
kadar eritrosit normal ikan air tawar seperti ikan nila dan lele berkisar antara 40,76-
94,37 x106. Tinggi rendahnya kadar eritrosit dipengaruhi oleh oleh umur ikan,
kondisi ikan serta lingkungan sekitar. Total sel darah merah atau eritrosit pada
perlakuan bawang putih mengalami peningkatan setelah pemberian pakan yaitu
senilai 5,3%. Menurut Dura et al (2009) jumlah eritrosit dalam keadaan normal ikan
bertulang keras adalah 1,05−3,0×106 sel/mm3. Pemberian pakan yang mengandung
fitofarmaka tidak mengganggu kesehatan ikan uji. Sedangkan hasil pengamatan
jumlah sel darah merah pada ikan nila dengan penambahan probiotik dalam pakan
menunjukkan bahwa, jumlah sel darah merah untuk perlakuan probiotik sebesar 2,3
sel/mm3. Kisaran normal jumlah eritrosit ikan pada umumnya yaitu 20.000-
3.000.000 sel/mm³ (Sjafei et al. (1989) diacu dalam Marthen (2005)).
Perlakuan fitofarmaka daun kayu manis menunjukkan adanya penurunan
jumlah sel darah merah. Penurunan jumlah sel darah merahdapat disebabkan ikan
stres karena proses pemeliharaan. Menurut Nabib dan Pasaribu (1989), rendahnya
jumlah sel darah merah mengindikasikan ikan dalam keadaan stres. Selain itu
penurunan tersebut terjadi akibat terjadinya infeksi oleh A. hydrophila. Bakteri A.
hydrophila menghasilkan eksotoksin yang dapat melisis sel darah merah. Eksotoksin
yang dihasilkan Bakteri A. hydrophila berupa hemolisin yakni enzim yang mampu
melisiskan sel-sel darah merah dan membebaskan hemoglobinnya (Angka.2005).
Penurunan nilai eritrosit pada ikan yang divaksinasi menunjukkan adanya
perubahan fisiologis akibat vaksinasi dalam tubuh ikan dan dapat dijadikan indikator
bahwa vaksin yang diberikan pada ikan memiliki dampak positif dalam peningkatan
total leukosit pada tubuh ikan (Wintoko et al.2013). Kadar eritrosit ikan yang tinggi
pada saat awal maturasi, dan menurun pada saat ikan melakukan proses pemijahan,
lalu kadarnya akan meningkat kembali setelah memijah. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat dikatakan bahwa pemberian vaksinasi tidak terlalu memberikan pengaruh yang
nyata terhadap perubahan gambaran darah pada total eritrosit, kadar hematokrit, dan
kadar hemoglobin induk ( Jawad et al.2004).
Darah merupakan zat yang bertanggung jawab atas segala bentuk transportasi
dan sirkulasi dalam tubuh. Penyakit yang menyerang dan menyebar dalam tubuh akan
dibawa oleh darah. Darah merupakan sistem pertahanan non spesifik yang menjadi
pertahanan terakhir terhadap serangan penyakit. Sel darah putih adalah bagian dalam
darah yang bertugas sebagai penyokong pertahan tubuh tingkat lanjut sekaligus
mengenali dan melawan agen penyakit atau yang disebut fagositosis. Fagositosis
dapat dikatakan sebagai proses memakan atau menghancurkan sel asing. Fagositosis
dilakukan oleh bagian dari darah putih yang dinamakan sel limfosit (Sugito et
al.2014).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap masing-masing
sampel darah, terdapat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah putih ikan nila yang
terjadi setelah dilakukan perlakuan yang berbeda pada tiap-tiap sampel. Sebelum
perlakuan, semuanya dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali dan nilainya sama
yaitu 0.57 x 104 sel/mm3. Setelah perlakuan nilai yang tertinggi pada ulangan ketiga
yaitu pada perlakuan FKC dengan nilai 35.9 x 104sel/mm3 dan yang terendah pada
perlakuan probiotik yaitu 4.58 x 104sel/mm3.
Pemerikasaan darah merupakan aspek yang sangat penting berkaitan dengan
parameter yang dapat menunjukkan kondisi suatu ikan. Menurut Faddin (2005)
menyatakan bahwa rendahnya leukosit dalam darah menyebabkan ikan akan rentan
terhadap serangan penyakit dan respon terhadap perubahan fisiologi tubuh menjadi
lambat. Leukosit berkaitan erat dengan pertahanan dan pengenalan tubuh terhadap
masuknya sel asing atau agen penyakit. Kelebihan jumlah leukosit akan berpengaruh
terhadap berkurangnya jumlah eritrosit yang mampu membuat ikan mengalami
anemia. Menurut Takatsuchi et al (2007) menyatakan bahwa kekurangan eritrosit
dapat disebabkan oleh posisi eritrosit yang digantikan oleh berlebihnya jumlah
leukosit dan ikan akan mengalami anemia serta ikan akan mengalami kematian.
Perlakuan FKC menunjukkan kadar leukosit yaitu sebesar 3.59x 105 sel/mm3. Kadar
leukosit ikan secara umum adalah berkisar antara 1-3 juta sel/mm3 (Sugito et
al.2014). Ikan yang memiliki jumlah leukosit berlebih disebabkan oleh infeksi yang
menyerang tubuh ikan.
Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah, untuk pemeriksaan
hematokrit dapat dilakukan dengan cara mengetahui hasil perbandingan antara
jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap volume darah dalam satuan persen.
Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan plasma.
Hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume darah dalam tubuh.
Hematokrit berbanding lurus dengan banyaknya eritrosit dalam darah. Ikan
yang terkena penyakit atau nafsu makannya menurun nilai hematokrit darahnya akan
menjadi tidak normal. Nilai hematokrit yang rendah akan diikuti dengan jumlah
eritrosit rendah (Irianto et al.2006).
Berdasarkan grafik hasil di atas, hematokrit tertinggi setelah pemberian pada
perlakuan perlakuan kayu manis sebesar 32 %. Pengukuran hematokrit dapat
dijadikan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani
(2006) mennyatakan bahwa kadar hematokrit dapat bervariasi tergantung pada faktor
nutrisi, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit
yang kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia. Hasil yang diperoleh dari
perlakuan selain kayu manis terjadi anemia pada ikannya. Sedangkan nilai hematokrit
ikan – ikan teleostei yang normal berkisar antara 20 – 30 % dan untuk beberapa
spesies laut berkisar 42 % (Bond.1979).
Hemoglobin pada tubuh ikan berfungsi membantu mengikat O2 yang
digunakan untuk proses metabolisme pada ikan serta sebagai zat warna yang
menjadikan darah berwarna merah jika kaya akan oksigen. Parameter hemoglobin
berhubungan dengan parameter sel darah merah pada tubuh ikan, pada umumnya saat
sel darah merah ikan tinggi maka kadar hemoglobinnya akan tinggi. Kadar
hemoglobin pada ikan normal atau sehat berkisar antara 12-14 g%, sedangkan
menurut Salasia et al dalam Safitri et al (2013) menerangkan bahwa kadar
hemoglobin normal pada ikan nila berkisar 5,05-8,33 g/dl. Kadar Hb pada ikan nilai
sebelum uji tantang yaitu sebesar 2,8 g% dan 2,2 g%. Nilai Hb tersebut masih jauh
dibawah kisaran normal berdasarkan literatur, hal ini diduga karena ikan nila yang
digunakan dalam kondisi sakit dan memiliki nilai leukosit yang tinggi sehingga
menurunnya kandungan eritrosit dan juga hemoglobin dalam darah. Nilai Hb sesudah
perlakuan cenderung meningkat pada semua perlakuan bahkan pada perlakuan
kontrol positif dan negatif. Nilai Hb paling tinggi perlakuannon-kontrol yaitu
probiotik yang mencapai 6,6 g%. Perlakuan lain yang memiliki nilai Hb sesuai
dengan literatur adalah FKC pada ulangan kedua dengan nilai 5,1 g%. Hasil pada uji
statistik menunjukkan bahwa nilai Hb tidak berbeda nyata antar semua perlakuan.
Jumlah komposisi pakan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan berkisar
50% dari jumlah berat awal pakan sebelum pemberian atau pemeliharaan. Jumlah
tersebut mampu membuat ikan tetap tumbuh dengan SR yang cukup baik. Jumlah
komposisi pakan umumnya digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari
ikan yang dipelihara dengan jumlah pakan yang dikeluarkan selama pemeliharaan.
Parameter JKP pada praktikum ini tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan
setiap perlakuan namun hal ini perlu diketahui agar konsumsi pakan yang baik dapat
diketahui untuk penelitian atau praktikum selanjutnya.
Survival rate (SR) ikan nila setelah diberi perlakuan daun kayu manis
mencapai 93.3%. Meningkatnya kelangsungan hidup ikan nila yang diberi perlakuan
daun kayu manis disebabkan senyawa bioaktif bekerja secara efektif dan dapat
meningkat imun dan kesehatan ikan nila. Daun kayu manis mengandung flavonoid,
tannin, saponin, dan sinamal dehid (susanti 2016) . Survival rate control negative
memiliki SR 53.3%. Sedangkan control positif memiliki nilai SR sebesar 46.67%. SR
ikan nila pada pemberian perlakuan bawang putih yaitu sebesar 100%. Hal tersebut
dikarena bawang putih mengandung alliciny yaitu bahan aktif yang mampu
membunuh bakteri dan memiliki daya anti radang (Widjajantiet al 2009). Survival
rate ikan nila setelah diberi perlakuan probiotik sebesar 40%. SR perlakuan
pemberian probiotik relative lebih rendah tidak sesuai dengan literature. Survival rate
ikan nila yang diberi perlakuan probiotik mencapai 85% .Tingkat SR yang rendah
dapat disebabkan oleh perubahan yang dapat terjadi akibat pencampuran probiotik
dalam pakan serta adanya perubahan lingkungan bakteri dalam saluran pencernaan
tidak berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ikan nila ( Chilmawati&sumino 2015).
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Efektifitas parameter pemberian probiotik, bawang putih, daun kayu manis,
FKC, dan HKC sangat berbeda untuk mengatasi masalah pencegahan bakteri
Aeromonas hydrophyla terhadap ikan nila. Gambaran darah yang didapatkan hasilnya
memiliki perbedaan setiap parameternya yang dilakukan pengujian. Parameter yang
bagus untuk melakukan pencegahan bakteri Aeromonas hydrophyla adalah vasinasi
dengan FKC dilihat dari total gambaran darahnya memiliki rata-rata yang cukup
bagus dibandingkan dengan parameter yang lainnya.
Saran
Perlakuan parameter yang berbeda akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh
yang berbeda terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophyla. Perlu dilakukan
pengamatan lanjutan untuk mengetahui bahan-bahan yang bagus untuk pencegahan
serangan penyakit bakteri Aeromonas hydrophyla.
DAFTAR PUSTAKA

Angka SL. 2005. Kajian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan lele
dumbo Clarias sp.: Patologi dan pencegahannya dengan bahan nabati
[Disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes.Saunders College Publishing. Philadelphia. 514 p


Chilmawati D, Suminto. 2015. Pengaruh Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, dan Kelangsungan hidup pada
Benih Ikan Gurame ( Osphronemus gouramu) . Jurnal Saintek Perikanan 11
(1) :11-16
Durairaj S, Srinivasan S, Lakshamana perum alsamy P. 2009. In vitro antibacterial
activity and stability of garlic extract at different pH and temperature.
Electronic Journal of Biology 5: 5−10
Faddin J F. 2005. Biochemical Test for Identification of Medical Sickness and Fish
Behavior 2nd Edition. Baltimore (US) : Williams and Wilkins

Febrianty I, Yuliyarabihati, Mahreda E S. 2016. Analisis Pemasaran dan Distribusi


nila Segar( Oreochromis niloticus) di pasar Bauntung Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan . Jurnal Enviroscienteae vol 12 no 2 hal 137-14.
Irianto A, Hernayanti, Iriyanti N. 2006. Pengaruh suplementasi probiotik A3-51
terhadap deraja timunitas (Oreochromis niloticus) didasarkan pada angka
bakteri pada ginjal setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila dan
Aeromonas salmonicida achromogenes. Jurnal Ilmu Perikanan. 8 (2): 144-
152.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).2014. Warta Pasar Ikan. Edisi April
Volume 80
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).2000. Warta Pasar Ikan. Edisi April
Volume 62.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah
Mas koki (Carassius auratus) Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kolopita M E F, Reiny A T, Chairanitansyah A. 2014. Diagnosa Penyakit Bakterial
Pada Ikan Nila(Oreochromis niloticus) Yang dibudidayakan Pada Jaring
Tancap Didanau Tandano. Jurnal budidaya Perairan Vol 2 No 3:24-30.
Irianto A, Hernayanti, Iriyanti N. 2006. Pengaruh suplementasi probiotik A3-51
terhadap deraja timunitas (Oreochromis niloticus) didasarkan pada angka
bakteri pada ginjal setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila dan
Aeromonas salmonicida achromogenes. Jurnal Ilmu Perikanan. 8 (2): 144-
152.
Lukistyowati I. 2012. Studi efektivitas sambiloto Andrographis paniculata Nees
untuk mencegah penyakit Edwardsiellosis pada Ikan patin Pangasius
hypopthalmus. Berkala Perikanan Terubuk. 40 (2): 56-74.
Mulia DS. 2007. Keefektifan vaksin Aeromonas hydrophila untuk mengendalikan
penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada gurame (Osphronemus
gourami Lac.). Jurnal Pembangunan Pedesaan. 7(1): 43-52.
Safratilofa. 2015. Potensi ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmanni) untuk
meningkatkan respon imun ikan patin (Pangasianodon hypopthalmus) yang
diinfeksi (Aeromonas hydrophila). [Tesis]. Bogor (ID): IPB.

Sholichah L. 2016. Uji potensi dan efikasi vaksin aktif terhadap KHV dengan
penambahan adjuvant pada ikan KOI. [Tesis] .Bogor (ID): IPB
.
Simatupang N, Anggraini D. 2013. Potensi tanaman herbal sebagai antimikroba pada
ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2) :
216-223.

Marthen PDJ. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Diberi Pakan
Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan. [Skripsi]. Program Studi
Teknologi Managemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Imu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm

Maswan NA. Pengujian Efektivitas Dosis Vaksin DNA dan Koelasinya terhadap
Parameter Hematologi secara Kuantitatif. [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.

Mulia DS. 2007. Keefektifan vaksin Aeromonas hydrophila untuk mengendalikan


penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada gurame (Osphronemus
gourami Lac.). Jurnal Pembangunan Pedesaan. 7(1): 43-52.

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor. 158.

Safitri D, Sugito, Suryaningsih. 2013. Kadar hemoglobin ikan nila ( Oreochromis


niloticus ) yang diberi cekaman panas dan pakan yang
disuplementasikan tepung daun jaloh ( Salix tetrasperma Roxb ). Jurnal
Medika Veterinaria. Vol 7. No 1.

Safratilofa. 2015. Potensi ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum burmanni) untuk
meningkatkan respon imun ikan patin (Pangasianodon hypopthalmus) yang
diinfeksi (Aeromonas hydrophila). [Tesis]. Bogor (ID): IPB.
Salasia S, Sulanjari ,Ratnawati A.2001. Studi HematologiIkan Air Tawar.
JurnalBiologi. Vol 229:11-23.

Sholichah L. 2016. Uji potensi dan efikasi vaksin aktif terhadap KHV dengan
penambahan adjuvant pada ikan KOI. [Tesis] .Bogor (ID): IPB.

Sugito, Nurliana, Aliza Dwinna, Samadi. 2014. Diferensial leukosit dan ketahanan
hidup pada uji tantang Aeromonashydrophila ikan yang diberi stress panas dan
suplementasi tepung daun jaloh dalam pakan. Jurnal Kedokteran Hewan.
8(2):158-163.

Simatupang N, Anggraini D. 2013. Potensi tanaman herbal sebagai antimikroba pada


ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2) :
216-223.

Susanti E. 2016. Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai
Pencegah Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Patin (Pangasianodon
hypophthalmus). [Tesis]: Institute Pertanian Bogor.
Widjajanti H, Muslim, Hotly M P.2009. Penggunaan Ekstrak Bawang putih (Allium
sativum) Untuk Mengobati Benih Patin Siam (pangasianodon hypophthalmus)
yang di infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia 8
(1): 91-100.

Wintoko F, Setyawan A, Hudaidah S, Ali M. 2013. Imunogenisitas heat killed vaksin


inaktif Aeromonas hydrophila pada ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal
Rekayasa danTeknologi Budidaya Perairan. 1(2): 2302-3600.

Takatsuchi A, Tamada W, dan Josh S H. 2007. Study of fish primer bacteria and the
ability of survive based on environmental manipulation on grown fish
Anambas. Journal of Marine Science. 3(11): 192-198.
LAMPIRAN

Tabel 1 ANOVA Sel Darah Merah Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 1392.73 232.121 42.16 0.000
Error 14 77.07 5.505
Total 20 1469.80

Tabel 2 ANOVA Sel Darah Putih Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 2181.0 363.50 18.32 0.000
Error 14 277.8 19.84
Total 20 2458.8

Tabel 3 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 1888.3 314.72 8.70 0.006
Error 7 253.2 36.17
Total 13 2141.5

Tabel 4 ANOVA Aktifitas Fagositik Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 1888.3 314.72 8.70 0.006
Error 7 253.2 36.17
Total 13 2141.5

Tabel 5 ANOVA Hemoglobin Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 27.64 4.607 3.13 0.081
Error 7 10.31 1.473
Total 13 37.95
Tabel 6 ANOVA Hematokrit Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 810.36 135.059 22.19 0.000
Error 7 42.61 6.087
Total 13 852.97

Tabel 7 ANOVA Deferensial Leukosit Pasca Pasca Perlakuan pada Ikan Nila

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Perlakuan 6 133.7 22.29 1.37 0.343
Error 7 114.0 16.29
Total 13 247.7

Você também pode gostar