Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vektor bisa disajikan secara geometris sebagai ruas garis berarah atau panah
dalam ruang berdimensi-2 atau ruang berdimensi-3. Arah panah menentukan arah
vektor, dan panjang panah menentukan panjang vektor. Ekor dari panah tersebut
disebut titik pangkal vektor, dan ujung panah disebut titik ujung vektor. Perkalian
antara dua vektor tidakseperti perkalian antara dua bilanganreal. Perkalian antara dua
bilangan real hasil kalinya adalah sebuah bilangan real.
Namun hasil kali dua vektor belum tentu demikian. Ada beberapa
jenisperkalian vektor dengan notasi dan hasil yang berbeda. Ada perkalian yang
menghasilkan skalar yang disebut hasil kali titik (dot product) dan ada perkalian yang
menghasilkan vektor yang disebut hasil kali silang (cross product).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas masalah yang akan kami rumuskan diatas adalah:
1. Bagaimana hasil kali silang pada vektor?
2. Bagaimana garis dan bidang diruang-3 ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang hasil kali silang pada vektor.
2. Untuk mengetahui garis dan bidang diruang-3

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Kali Silang
Dalam banyak penerapan vektor untuk soal-soal geometri, fisika dan teknik,
kita perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus terhadap dua vektor yang
diberikan. Dalam bagian ini kita perkenalkan sejenis perkalian vektor yang
memungkinkan pembentukan ini.

Defenisi. Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vektor diruang-3, maka
hasil kali silang u x v adalah vektor yang didefenisikan oleh
u x v = (u2v3 – u3v2, u3v1 – u1v3, u1v2 – u2v1)
atau dalam notasi determinan

 u 2 u 3 u1 u 3 u1 u 2 
u x v =  , , 

 v 2 v3 v1 v3 v1 v2

PERNYATAAN. Terdapat pola pada rumus 3.15 yang berguna untuk diingat. Jika
kita bentuk matriks 2 x 3
u1 u 2 u 3 
 v1 v 2 v 3 
 

Dimana entri baris pertama adalah komponen faktor pertama u dan entri baris
kedua adalah komponen faktor kedua v, maka determinan dalam komponen pertama
u x v didapatkan dengan mencoret kolom pertama matriks tersebut, determinan dalam
komponen kedua kita dapatkan dengan mencoret kolom kedua dari matriks tersebut,
sedangkan determinan dalam komponen ketiga kita dapatkan dengan mencoret kolom
ketiga dari matriks tersebut.
Contoh 12:

2
Carilah u x v, dimana u = (1, 2, -2) dan v = (3, 0, 1)
Pemecahan :

1 2  2
3 1
 0

2 2 1 2 1 2 
u x v   , , 

 0 1 3 1 3 0 
 (2,  7,  6)
Walaupun hasil kali titik dari dua vektor adalah scalar, namun hasil kali silang dari
dua vektor adalah vektor lainnya. Teorema berikut memberikan hubungan penting
diantara hasil kali titik dan hasil kali silang serta juga memperlihatkan bahwa u x v
ortoganal baik untuk u maupun v.

Teorema 5. Jika u dan v adalah vektor di ruang-3, maka :


a). u . (u x v) = 0 (u x v orthogonal ke u)
b). v . (u x v) = 0 (u x v orthogonal ke v)
c). ||u x v||2 = ||u||2 ||v||2 – (u . v)2 (identitas lagrange)

Contoh 13 :
Tinjauhlah vektor
u = (1, 2, -2) dan v = (3, 0, 1)
sudah ditampilkan pada contoh 12 bahwa : u x v = (2, -7, -6)

Karena u. (u x v) = (1)(2) + (2)(-7) + (-2)(-6) = 0

dan v. (u x v) = (3)(2) + (0)(-7) + (1)(-6) = 0


u x v ortogonal baik untuk u maupun v seperti dijamin oleh teorema 5.

3
Teorema 6. Jika u, v, dan w adalah sebarang vektor di ruang-3 dan k
adalah sebarang scalar, maka :
a. u x v = -(v x u)
b. u x (v + w) = (u x v) + (u x w)
c. (u + v) x w = (u x w) + (v x w)
d. k(u x v) = (ku) x v = u x (kv)
e. u x 0 = 0 x u = 0
f. u x u = 0

Misalnya, jika u = (1, 2, -2) dan v = (3, 0, 1 ), maka

𝑖 𝑗 𝑘
𝑢 𝑥 𝑣 = |1 2 −2| = 2𝑖 − 7𝑗 − 6𝑘
3 0 1

Hasil ini sesuai dengan perolehan pada contoh 12.


Peringatan. Umumnya tidaklah benar bahwa u x (v x w) = (u x v ) x w. Misalnya,
i x ( j x j ) = i x 0 = 0 dan ( I x j ) x j = k x j = -( j x k ) = -i
sehingga ix(jxj)≠(ixj)xj
Dari Teorema 5 ketahui bahwa u x v adalah orthogonal baik untuk u maupun
v. Jika u dan v adalah vektor-vektor taknol maka dapat diperlihatkan bahwa arah u x
v dapat ditentukan menggunakan “ aturan tangan-kanan”.
Jika u dan v adalah vektor-vektor taknol di ruang-3, maka norma u dan v
mempunyai tafsiran geometric yang berguna. Identitas Lagrange yang diberikan
dalam Teorema 5, menyatakan bahwa

2 2 2
||𝑢 𝑥 𝑣|| = ||𝑢|| ||𝑣|| − 𝑢 . 𝑣

4
Jika 𝜃 menyatakan sudut di antara u dan v , maka u . v = ||𝑢|| ||𝑣|| cos 𝜃, sehingga
dapat kita tuliskan kembali
2 2 2 2 2
||𝑢 𝑥 𝑣|| = ||𝑢|| ||𝑣|| − ||𝑢|| ||𝑣|| 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
2 2
= ||𝑢|| ||𝑣|| (1 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃)
2 2
= ||𝑢|| ||𝑣|| 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
Jadi, ||𝑢 𝑥 𝑣|| = ||𝑢|| ||𝑣|| sin 𝜃
Tetapi ||𝑣|| sin 𝜃 adalah tinggi jajargenjang yang ditentukan oleh u dan v. jadi Luas
A itu seperti
𝐴 = (𝑎𝑙𝑎𝑠)(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) = ||𝑢|| ||𝑣|| sin 𝜃 = ||𝑢 𝑥 𝑣||
Contoh :
Carilah luas segitiga yang ditentukan oleh titik-titik 𝑃1 (2, 2, 0), 𝑃2 (-1, 0, 2), dan 𝑃3 (0,
4, 3)
Pemecahan. Luas segitiga A tersebut adalah 1⁄2 luas jajar genjang yang ditentukan

oleh vektor-vektor ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗


𝑃1 𝑃2 𝑑𝑎𝑛 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃3
Dengan menggunakan metode yang kita bahsa , maka ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃2 = (-3, -2, 2) dan ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃3 = (-
2, 2, 3). Jelas bahwa ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃2 𝑥 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃3 = (-10, 5, -10)
Dan sebagai konsekuensinya maka
1 1 15
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴 = 2 ||𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
1 𝑃2 𝑥 𝑃1 𝑃3 || = 2 (15) = .
2

B. Garis dan Bidang Di Ruang-3


Sebuah bidang di ruang-3 dapat ditentukan dengan menggunakan inklinasinya
dan dengan menetapkan salah satu titiknya. Metode yang memudahkan untuk
menjelaskan inklinasi tersebut adalah dengan menetapkan sebuah vektor(yang
dinamakn normal) yang tegak lurus kebidang tersebut.

5
z
p (x,y,z)
n

P0 (x0 , y0 , z0)
y

x Gambar 3.31

misalkan kita ingin persamaan bidang yang lewat melalui titik P ( x0 , y 0 , z 0 ) dan mempunyai vektor
takno n  (a, b, c) sebagai normal. jelaskan dari gambar 3.31bahwa bidang tersebut terdiri dari
persis titik  titik P( x, y, z ) untuk mana vektor P0 P ortogonal ke n; yakni:
n . P0 P  0 (3.20)
Karena P0 P  ( x  x0 , y  y 0 , z  z 0 ) persamaan 3.20 dapat dituliskan kembali sebagai
a ( x  x 0 )  b( y  y 0 )  c ( z  z 0 )  0 (3.21)

kita akan menamakan ini bentuk normal tititk dari persamaan bidang.

Contoh 17
Carilah persamaan bidang yang melewati titik (3,-1,7) dan tegak lurus kevektor
n=(4,2,-5)
Pemecahan. Dari (3.21) maka bentuk normal titik adalah
4(x-3) + 2(y+1) – 5(z-7) =0

6
Dengan mengalikannya dengan mengumpulkan susku-sukunya, maka (3.21)
dapat dituliskan kembali dalam bentuk
ax + by + cz + d = 0 (3.22)
maka persamaan pada contoh 17 adalah :
4x + 2y – 5z + 25 = 0

Teorema 7. Jika a, b, c dan d adalah konstan dan a,b serta c tidak semuanya
nol, maka grafik persamaan
ax + by +cz +d = 0
adalah sebuah bidang yang mempunya vector n = (a,b,c) sebagai normal.

Persamaan (3.22) adalah persamaan linier di x,y dan z, persamaan tersebut


dinamakan bentuk umum persamaan bidang.

Seperti halnya pemecahan sistem persamaan linear


ax  by  k1
cx  dy  k 2

bersesuaia n terhadap titik perpotongan garis ax  by  cz  k1 , cx  dy  k 2


dibidang xy .
Maka demikian juga pemecahan sistem
ax+by+cz=k1
dx+ey+fz=k2
gx+hy+iz=k3 (3.23)

Contoh 1
Carilah persamaan bidang yang melalui titik P 1 (1,2,-1), P 2 (2,3,1) dan P 3 (3,-1,2)
Pemecahan. Karena ketiga titik tersebut terletak pada bidang, maka koordinatnya
harus memenuhi persamaan umum ax+by+cz+d=0 dari bidang tersebut.

7
Jadi ,
a+2b-c+d=0
2a+3b+c=d=0
3a-b+2c+d=0
Dengan memecahkan system ini maka akan diberikan
9 1 5
a t b  t c t d t
16 16 16

Dengan misalkan t =-16 maka akan menghasilkan persamaan yang diinginkan


9x+y-5z-16=0
Kita perhatikan bahwa setiap pilihan t yang lain akan memberikan kelipatan
persamaan sehingga sembarang titik t≠0 akan sama saja baiknya.

Pemecahan alternative. Karena P(1,2,-1), P(2,3,1), P(3,-1,2) terletak pada bidang


tersebut, maka

P1 P2  (1,1,2) dan vektor P1 P2  (2,3,3) sejajar dengan bidang tersebut.


maka P1 P 2  P1 P3  (9,1,5)adalah normal pada bidang , karena hasil kali silang
tersebut tegak lurus baik untuk P1 P2 maupun P1 P3 dati persamaan dan bukti ini bahwa P1
terletak pada bidang , makabentuk titik normal untuk persamaanbidang tersebut
adalah
9( x  1)  ( y  2)  5( z  1)  0
atau
9 x  y  5 z  16  0

Kita sekarang akan memperlihatkan bagaimana mendapatkan persamaan


untuk garis di ruang-3. Misalkan l adalah garis diruang-3 yang melalui titik P

0 ( x0 , y0 , z 0 ) dan sejajar dengan vector tak nol v =(a,b,c). jelaslah (gambar 3.33)

bahwa l persis terdiri dari titik P(x,y,z) untuk mana vector P0 P sejajar dengan v,
yakni untuk mana terdapat skalat t sehingga

P0 P  tv (3.24)

8
Pada suku dari komponen-komponen (3.24) dapat kita tuliskan sebagai
( x  x0 , y  y0 , z  z 0 )  (ta, tb, tc)
Dari persamaan tersebut kita peroleh bahwa
x  x  ta
y  y  tb dim ana   t  
z  z  tc
Persamaan persamaan ini dinamakan persamaan parametric untuk l karena garis l
ditelusuri oleh P(x,y,z) jika parameter t berubah dari   ke  
PERNYATAAN. Singkatnya, kita akan sering meminjam ungkapan”dimana
   t  "

P(x,y,z)
P0(x0,y0,z0)
l v (a,b,c)
y

x
Gambar 3.33

9
Contoh 20 :
Carilah persamaan parametrik untuk garis l yang lewat melalui titik-titik P1 (2, 4, -1)
dan P2 (5, 0 , 7).
Pemecahan :
Karena vektor ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃1 𝑃2 = (3, −4, 8) sejajar dengan l dan P1 (2, 4, -1) terletak
pada l , maka garis l diberikan oleh :
x  2  3t
y  4  4t dim ana    t   
z  1  8t
Contoh 21 :
Carilah persamaan parametrik untuk garis perpotongan bidang-bidang 3x + 2y-4z-6 =
0 dan x-3y-2z-4 = 0.
Pemecahan :
Garis perpotongan tersebut terdiri dari semua titik (x,y,z) yang memenuhi kedua
3x  2 y  4 z  6
persamaan dalam sistem
x  3y  2z  4
Dengan memecahkan sistem ini akan memberikan
26 16 6 2
x  t y  t z t
11 11 11 11
Maka persamaan parametrik untuk l adalah
26 16
x  t
11 11
6 2
y  t dim ana    t  
11 11
zt
Dalam beberapa soal , sebuah garis diberikan
x  x0  at
y  y 0  bt dim ana    t  
z  z 0  ct
(3.25)

10
Karena terdapat takterhingga banyaknya bidang yang melalui garis tersebut , maka
selalu ada takterhingga banyaknya pasangan bidang seperti itu. Untuk mencari dua
bidang seperti itu bila a, b, dan c semuanya berbeda dari nol, maka kita dapat
menuliskan setiap persamaan dalam (3.25) dengan bentuk
x  x0 y  y0 z  z0
t t t
a b c
Dengan mengeliminasi parameter t akan memperlihatkan bahwa garis tersebut terdiri
dari semua titik (x,y,z) yang memenuhi persamaan
x  x0 y  y 0 z  z0
 
a b c
Yang dinamakan persamaan simetrik untuk garis tersebut. Dengan demikian , garis
tersebut dapat dipandang sebagai perpotongan bidang-bidang :
x  x0 y  y 0 y  y0 z  z0
 dan 
a b b c
atau sebagai perpotongan dari
x  x0 z  z 0 y  y0 z  z0
 dan 
a c b c
dan seterusnya.

Contoh :
Carilah dua bidang yang perpotongannya adalah garis
x  3  2t
y  4  7t dim ana    t   
z  1  3t
Pemecahan :
x3 y 4 z 1
Karena persamaan simetrik untuk garis ini adalah :  
2 7 3
Maka garis ini adalah perpotongan bidang-bidang
x3 y 4 y  4 z 1
 dan 
2 7 7 3
Atau secara ekivalen 7x – 2y – 29 = 0 dan 3y – 7z + 19 = 0
Kita simpulkan bagian ini dengan membahas dua basis “masalah jarak” di ruang-3 :

11
A) Carilah jarak anatara sebuah titik dan sebuah bidang

B) Carilah jarak anatara dua bidang sejajar.

Kedua soal tersebut berkaitan. Jika kita dapat mencari jarak antara sebuah titik
dan sebuah bidang , maka kita dapat mencari jarak antara bidang-bidang sejajar
melalui perhitungan jarak antara satu bidang dengan sebarang titik P0 pada bidang
yang lain.

Teorema 8 :
Jarak D antara titik P0(x0,y0,z0) dengan bidang ax + by + + cz + d = 0 adalah :
ax0  by0  cz 0  d
D
a2  b2  c2
(3.27)

Bukti :
Misalkan Q (x1 , y1 , z1 ) adalah sebarang titik dalam bidang tersebut. Posisi normal n
= (a,b,c) sehingga dengan demikian titik awalnya terletak di Q. sebagaimana
diilustrasikan pada gambar 3.35 , jarak D adalah sama dengan panjang proyeksi
ortogonal QP0 pada a. Jadi , dari (3.11) bagian 3.3 kita peroleh :

n
projn ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃0 P0 (x0,y0,z0)
D D

Q(x1,y1,z1)

Gambar 3.35

12
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃0 . 𝑛
𝐷 = ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑛 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃0 ‖ =
‖𝑛‖
Tetapi
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃0 = (𝑥0 − 𝑥1 , 𝑦0 − 𝑦1 , 𝑧0 − 𝑧1 )
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃0 . n = (x0 - x1) + b(y0 - y1) + c(z0 - z1)

n  a2  b2  c2

Jadi ,
ax0  x1   b y0  y1   cz0  z1 
D
a 2  b2  c2
(3.28)
Karena titik Q(x1 , y1 , z1) terletak pada bidang tersebut , maka koordinatnya
memenuhi persamaan bidang , sehingga dengan demikian ax1 + by1 + cz1 + d = 0 atau
d = - ax1 – by1 – cz1
Contoh 23 :
Carilah jarak D antara titik (1 , -4 , -3) dengan bidang 2x – 3y + 6z = -1 .
Pemecahan :
Untuk menerapkan (3.27) , mula-mula kita menulis kembali persamaan bidang dalam
bentuk 2x – 3y + 6z + 1 = 0
(2)(1)  (3)( 4)  6(3)  1 3 3
Kemudian D   
2 2  (3) 2  6 2 7 7

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vektor bisa disajikan secara geometris sebagai ruas garis berarah atau
panah dalam ruang berdimensi-2 atau ruang berdimensi-3. Arah panah
menentukan arah vektor, dan panjang panah menentukan panjang vektor.
Dalam banyak penerapan vektor untuk soal-soal geometri, fisika dan teknik,
kita perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus terhadap dua vektor
yang diberikan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangannya dari itu kami menyarankan kepada para pembaca agar
mengkritiknya. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan.

14

Você também pode gostar