Você está na página 1de 21

TAHAPAN KEGIATAN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaan yang
diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil, maka audit cukup dilakukan oleh satu atau
dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu lama, dan dengan
honorarium audit yang tidak begitu besar namun apabila perusahaan yang yang di audit adalah
perusahaan besar,apalagi kalau perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka
dibutuhkan auditor dalam jumlah yang banyak, waktu pengerjaan audit berbulan-bulan, dan
honorarium audit yang sangat tinggi.

Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu
terdapat empat tahapan kegiatan yaitu:

 Penerimaan penugasan audit


 Perencanaan audit
 Pelaksanaan pengujian audit
 Pelaporan temuan

Dalam setiap tahapan, auditor harus memahami berbagai factor dalam lingkungan audit seperti
telah di bahas pada bab-bab yang lalu. Beberapa di antara faktor tersebut antara lain: Dampak
dari berbagai peraturan, harapan atau ekspektasi masyarakat, kemungkinan di tuntut di
pengadilan, dan keharusan untuk melakukan audit sesuai dengan standar profesional. Gambar 5-
1 memberikan gambaran mengenai model dari faktor-faktor lingkungan audit dengan tekanan
pada hubungan antara standar auditing dengan keempat tahapan audit.

1.PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT

Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima
(atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk melanjutkan
sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Seperti pada gambar 5-1, pada tahap ini hanya standar
umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima
(atau menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku
yang diperiksa. Fakto-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerimaan penugasan akan
dibahas pada bagian lain bab ini.
2.PERENCANAAN AUDIT

Tahap kedua pada suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan
penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan
keberhasilan penugasan audit. Dari gambar 5-1 nampak bahwa pada tahap ini perlu di terapkan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Perencanaan audit biasanya
di lakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Penjelasan lebih lanjut
mengenai komponen-komponen perencanaan audit akan di bahas pada bab ini dan dalam dua
bab berikutnya

EKSPETASI MASYARAKTA STANDAR PENGENDALIAN MUTU


.

STANDAR AUDITING

STANDAR UMUM

STANDAR STANDAR
PEKRJAAN PELAPORAN
LAPANGALN

PENERIMA PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN


PENUGASAN AUDIT PENGUJIAN TEMUAN
AUDIT

ATURAN KAP ATURAN JAI PERATURAN PEMERINTAH


3.PELAKSANAAN PENGUJIAN AUDIT

Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit (audit
test) tahap ini sering di sebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapanga. Tujuan utama tahap
audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas pengendalian intern dan
kewajaran laporan keuangannya. Seperti dilukiskan dalam gambar 5-1, pada tahap ini juga harus
di terapkan standar umum dan standar pekerjaan dari standar auditing. Pengujian auditini pada
umumnya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sesuda akhir tahun buku hingga satu sampai
tiga bulan sesuda akhir tahun bukan klien. Pengjian audit dibahas lebih lanjut mulai bab 8 buku
ini dan dilanjutkan pada buku II.

4.PELAPORAN TEMUAN

Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Seperti telah
dibahas pada bab 2, laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa perkecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Seperti
namapk pada gambar 5-1 pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan
dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga minggu setelah
berakhirnya pekerjaan laporan. Pembhasan lebih lanjut mengenai tahap audit ini akan diuraikan
pada buku II.

1.PENERIMAAN PENUGASAN

Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik,
klien bisa merupakan klien baru ataupun klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan
melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Klien baru
bisa merupakan perusahaan yang baru pertama kali di audit oleh akuntan publik, atau perusahaan
yang pernah diaudit oleh kantor akuntan publik lain. Pergantian auditor bisa terjadi karena
berbagai alasan, misalnya:
1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda,
2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa profesional,
3. Tidak puas terhadap kantor akuntan public yang lama,
4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah, dan
5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan yang
diajukan oleh calon kliennya. Apabila uditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan
audit, maka auditor harus memikul tanggung jawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan
terhadap anggota profesi akntan public yang lain. Aditor harus menjaga kelangsungan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga indenpendensi, integritas, dan
obyektivitas. Kepentingan klien harus dilayani dengan memperhatikan kompetensi dan
profesional.Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggung jawab untuk turut
meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam
member pelayanan kepada masyarakat. Ini berarti bahwa keputusan untuk menerima penugasan
dari klien baru atau penugasan lanjutan dari klien lama bukanlah tanpa pertimbangan yang
matang.
Pentingnya keputusan ini terlihat dari dimasukannya masalah penerimaan atau pelanjutan
penugasan dari klien sebagai salah satu dari Sembilan elemen pengendalian mutu pada suatu
kantor akuntan publik seperti telah diuraikan pada bab 1. Pertimbangan dalam memutuskan
untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk
memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta kode ethik akuntan. Gambar 5-
2 menunjukan sejumlah tahapan yang harus dilakukan oleh suatu kantor aknta publik untuk
menjamin bahwa penerimaan penugasan hanya diberikan pada penugasan audit yang dapat
diselesaikan sesuai dengan standar profesional. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan di
bawah ini
MENGEVALUASI MENGINDENTIFIKASI MENETAPKAN
KEADAAN- KEADAAN KOMPETENSI UNTUK
INTEGRITASI
KHUSUS DAN MELAKUKAN AUDIT
MANAJEMEN RISIKOTIDAK BISA

MENGEVALUASI MENENTUKAN MENYIAPKAN


INDEPENDENSI KEMAMPUAN UNTUK SURAT
BEKERJA DENGAN PENUGASAN
CERMAT DAN
SEKSAMA

EVALUASI ATAS INTEGRITAS MANEJEMEN

Tujuan pokok suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan suatu pendapat tentang
laporan keuangan klien oleh karena itu perlu di perhatikan bahwa auditor hanya akan menerima
penugasan apabila terdapat jaminan yang memadai bahwa yang memadai manajemen klien bisa
dipercaya apabila manajemen tidak memiliki integritas, kemungkinan besar terdapat kekeliruan
dan ketidakberesan dalam proses akuntansi yang menjadi dasar penyusuna laporan keuangan.
Hal ini akan menyebabkan resiko menjadi bertambah besar, yaitu resiko auditor memberikan
pendapat wajar tanpa perkecualian, padahal laporan keuangan mengandung salah saji yang
material bagi klien baru, auditor bisa memperoleh informasi tentang manajemen dengan
bertanya pada auditor pendahulu(jika klien pernah di audit oleh auditor lain ), atau dengan
mengajukan pertannyaan kepada pihak ketiga yang di pandang mengenal klien. Untuk klien yang
sudah ada dan akan melanjutkan pemberian penugasan audit, perlu dipertimbangkan
pengalaman auditor dengan manajeman klien pada audit yang lalu.

Komunikasi Dengan Auditor Pendahulu

Bagi klein yang pernah di audit oleh auditor lain, pengetahuan tenteng manajemen klien yang di
miliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengannti. Sebelum
menerima penugasan ,PSA NO. 16,Komunikasih antara auditor pendahulu dengan auditor
penganti (SA 315. 02), Mengharuskan auditor penganti untuk mengambil inisiatif untuk
berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi harus
di lakukan dengan persetujuan klien , dank lien di minta untuk mengijinkan auditor pendahulu
untuk member jawaban lengkap atas pertanyaan –pertanyaan yang di ajukan auditor penganti.
Persetujuan klien di perlukan karena kode etik profesi melarang auditor untuk amengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dalam audit tanpa ijin klien

Dalam berkomunikasi,auditor penganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar
mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas penhgambilan keputusan menerima atau menolak
penugasan ,seperti misanlnya:

 Integritas manjemen
 Ketidaksepakatan dengan manajen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.
 Pemahaman auditor pendahulu mengenai alasan klien melakukan penggantian
auditornya.

Auditor pendahulu diharapkan untuk member jawwaban lengkap, dengan asumsi ijin diberikan
oleh klien. Apabila klien tidak memberi ijin, atau auditor pendahulu tidak membri jawaban yang
lengkap, maka auditor penggantti harus mempertimbangkan implikasinya dalam memutuskan
apakah penugasan akan diterima.

Mengajukan Pertanyaan Pada pihak Ketiga

Informasi tentang integritas manajemen dapat juga diperoleh dari orang- orang yang mengenai
klien, seperti misalnya, penasehat hukum klien, banker, dan pihak- pihak lain dalam lingkungan
bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon klien.Sumber informasi
potensional lainnya, antara lain:

 Mereview berita yang berkaitan dengan penggantian manajemen puncak di majalah atau
surat kabar, dan
 Seandainya calon klien adalah perusahaan terbuka yang menjual saham- sahamnya
dipasar modal dan pernah diaudit auditor lain, informasi bisa dperoleh dengan membaca
laporan klien ke Bapepam tentang penggantian auditor.
Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien

Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus
mempertimbangkan secara cermat pengalaman yang berhubungan kerja dengan manajemen
klien di waktu yang lalu. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan semua kekeliruan
dan ketidakberesan material,serta tindakan melawan hukum yang ddtemukan dalam audit yang
lalu. Selama audit yang lalu berlangsung, auditor mengajukan pertanyaan kepada manajemen
mengenai berbagai hal seperti ada tidaknya kewajiban bersyarat (contingencies), lengkap
tidaknya notulen rapat dewan komisaris, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Kebenaran jawaban manajemen atas pertanyaan- pertanyaan tersebut dalam audit yang lalu harus
dipertimbangkan dengan cermat dalam mengevaluasi integritas manajemen.

MENGIDENTIFIKASI KEADAAN- KEADAAN KHUSUS DAN RISIKO TAK BIASA

Hal- hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan pada
tahap ini, antara lain mengidentifikasi pemakai laporan keuangan yang telah di audit, melakukan
penilaian awal tentang klien dari segi hukum dan kestabilan keuanganya,serta mengevaluasi
kemungkinan bisa atau tidaknya audit dilaksanakan.

Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan

Tanggung jawab hukum auditor bisa berbeda-beda tergantung pada siapa yang diperkirakan akan
menjadi pemakai laporan keuangan auditan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan
apakah klien merupakan perusahaan publik(menjual saham- sahamnya kepada masyarakat ) atau
perusahaan privat, kepada siapa saja atau kepada pihak ketiga mana di perkirakan klien
berpotensi mempunyai kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor
harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan khusus. Sebagai contoh,
perusahaan- perusahaan tertentu wajib memenuhi persyaratan tertentu berdasarkan undang-
undang. Perusahaan semacam itu, diwajibkan undang- undang untuk menyampaikan informasi
yang telah diaudit, yang tidak diwajibkan oleh prinsip akuntansi berlaku umum. Permintaan
laporan tambahan bisa berarti perlu adanya tambahan kompetensi pada si auditor, bisa juga
tambahan biaya, dan bertambah luasnya tanggung jawab hukum auditor.

Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien

Apabila perusahaan klien pernah mengalami kesulitan karena adanya gugatan hukum, dan
apabila pengugat bisa menemukan alasan bahwa ia dirugikan karena keputusan yang diambilnya
didasarkan pada laporan keuangan, maka situasi demikian sangat mungkin akan melibatkan
auditor. Bila hal ini bisa terjadi, maka auditor terancam untuk membayar denda atas putusan
pengadilan, dan harus megeluarkan biaya untuk membela diri, betapapun profesioalnya si
auditor dalam menjalankan pekerjaanya.

Oleh karena itu, auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang
memiliki risiko tinggi terkena gugatan hukum. Ini bisa terjadi antara lain pada perusahaan yang
hasil produksinya berpeluang diinvestigasi oleh aparat pemerintah, tatu berpotensi besar
mendapat gugatan dari pihak lain, maka hasil penyelidikan atau gugatan bisa menyebabkan
perusahaan terlibat pada persoalan hukum. Hal yang sama juga perlu diperhatikan oleh auditor,
apabila calon klien menunjukan ketidakstabilan keuangan, seperti tidak mampu membayar utang
yang sudah jatuh tempo, atau meningkatnya kebutuhan tambahan modal. Bahkan apabila
terdapat petunjuk adanya kesulitan yang sedang dihadapi perusahaan, auditor harus
mempertimbangkan timbulnya masalah seperti itu dimasa datang bersamaan dengan menurunya
kondisi perusahaan. Prosedur yang dapat digunakan auditor untuk menindentifikasi hal- hal
semacam itu adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, menganalisa laporan
keuangan yang pernah ditertibkan baik yang di audit maupun tidak diaudit, dan apabila
memungkinkan dengan mereview laporan- laporan yang disampaikan kepada berbagai berbagai
instansi.

Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien

Sebelum memutuskan untuk menerima suatu penugasan, auditor harus mengevaluasi apakah
terdapat kondisi- kondisi tersebut antara lainnya misalnya perusahaan tidak memiliki catatan
akuntansi atau catatan akuntansinya buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur
pengendalian intern yang memadai, atau kemungkinan adanya pembatasan dari kilen atas audit
yang akan dilakukan. Bila auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka sebaiknya ia
menolak untuk menerima penugasan, atau klien harus diberi pengertian mengenai kemungkinan
adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor.

MENETAPKAN KOMPETENSI UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT

Standar umum yang pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa:

Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis
cukup sebagai auditor.

Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan apakah
mereka memiliki kompetensi profesional untuk menyelesaikan penugasan sesuai dengan standar
auditing. Hal ini menyangkut penentuan berapa jumlah anggota tim audit dan
mempertimbangkan kebutuhan bantuan dari konsultan atau spesialis pada waktu audit
berlansung.

Penetapan Tim Audit

Pada uraian yang lalu telah disebutkan bahwa penetapan personil untuk melaksanakan
penugasan merupakan salah satu elemen dari sembilan elemen pengendalian mutu. Tujuan
elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat keahlian tehnis dan
pengalaman tim audit akan dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani penugasan secara
profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu dipertimbangkan pula sifat dan luasnya
supervisi yang harus dipersiapkan. Pada umumnya, semakin mampu dan berpengalaman para
personil yang ditunjuk menangani suatu penugasan, akan semakin kecil supervisi langsung yang
diperlukan.

Personil-personil kunci dari tim audit biasanya ditetapkan lebih dahulu sebelum keputusan
menerima penugasan dilakukan, untuk memastikan bahwa personil- personil tersebut tersedia.
Selain itu apabila calon klien mengundang kantor akuntan publik untuk mengajukan
penawaran(proposal) untuk mendapat penugasan audit,biasanya dalam penawaran tersebut
dicantumkan resume dari setiap personil kunci dalam tim audit yang ditawarkan. Dengan
demikian calon klien akan dapat menilai kemampuan orang- orang yang akan ditunjuk untuk
menangani penugasan.

Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis

Dalam menentukan apakah akan menerima penugasan, auditor perlu mempertimbangkan


kemungkinan penggunaan konsultan dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melasanakan
audit. Elemen pengendalian mutu yang berkaitan dengan konsultasi menyatakan bahwa kantor
akuntan publik harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memperoleh jaminan memedai
bahwa personil kantor akuntan publik membutuhkan bantuan, sepanjang diperlukan, dari orang
atau orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan, integritas, kebijaksanaa, dan otoritas yang
sesuai. Sebagai contoh, kantor akuntan publik kadang- kadang membutuhkan bantuan tenaga ahli
komputer untuk menangani penugasan dari klien yang pengolahan datanya menggunakan
komputer.

MENILAI INDEPENDENSI

Standar umum kedua dalam standar auditing menetapkan:

Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental barus
dipertabankan oleh auditor.

Selain d atur dalam standar auditing , independensi dalam penugasan audit juga d wajibkan oleh
kode etik IAI, disamping juga merupakan salah satu elemen dari elemen-elemen pengendalian
mutu.

MENETUKAN KEMAMPUAN UNTUK MELAKUKAN AUDIT DENGAN CERMAT


DAN SEKSAMA.

Stadar umum ke tiga dalam standar auditing menetapkan:

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunaka kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan semua jasa profesional juga disaratkan oleh
kode etik IAI. Ini berarti bahwa penugasan harus ditolak apabila kecermatan dan keseksamaan
tidak bisa dilaksanakan selama audit berlangsung termasuk dalam hal ini adalah review secara
kritis pada setiap tingkat supervesi yang menyangkut pekerjaan yang dilakukan maupun
pertimbangan yang diberikan oleh mereka yang membantu dalam audit. Dua faktor penting
dalam menentukan kemampuan untuk melaksanakan kecermatan dan ketelitian adalah saat
penunjukan dan penjadwalan pekerjaan lapangan.

Saat Penunjukan

dalam urayan diatas telah disinggung bahwa tahap pertama dari suatu audit (penerimaan
penugasan). Idealnya terjadi enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku klien namun
dalam praktis sering terjadi penunjukan auditor baru terjadi hanya beberapa hari menjelang
penutupan buku, bahkan setelah akhir tahun buku. Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan
penerimaan penugasan oleh sebagai contoh, penunjukan secara dini dalam tahun buku yang
sedang berlangsung akan memberi keleluasan bagi auditor untuk membuat penjadwalan
pekerjaan lapangan. Sebaliknya apabila penerimaan penugasan terjadi pada saat mendekati atau
sesudah akhir tahun buku, auditor bisa mendapat berbagai hambatan dalam perencanaan audit
dan pelaksanaan pekerjaan lapangan termasuk kemungkinan auditor harus menggeser
kebelakang prosedur-prosedur yang harus dilakukan pada tanggal neraca misalnya observasi
perhitungan fisik persediaan. Apabila auditor tidak yakin bahwa – sebagai akibat saat
penunjukan yang terlambat sehingga banyak prosedur audit dilakukan setelah tanggal neraca- ia
dapat melakukan audit sesuai dengan standar auditing, maka sejak awal klien harus diberitahu
kemungkinan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, karena adanya
keterbatasan dalam saat dan lingkup audit.

Penjadwalan Audit

Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori
berikut:

 Pekerjaan intern yaitu pekerjaan- pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam kurun
waktu antara tiga sampai empat bulan sebelum tanggal neraca.
 Pekerjaan akhir tahun yaitu pekerjaan- pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam
kurun waktu tidak lama sebelum tanggal neraca sampai kira-kira tiga bulan setelah
tanggal neraca.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan pada tanggal- tanggal intern sangat membantu dalam
menyebarkan beban pekerjaan pemeriksaan secara lebih merata sepanjang tahun yang diperiksa.
Ini berarti bahwa pekerjaan tidak menumpuk di akhir tahun, yang seringkali merupakan saat-
saat kritis bagi auditor, khususnya bila ia berhadapan dengan klien yang integrasinya diragukan.

Penaksiran Kebutuhan Waktu. Dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan auditor


biasanya membuat suatu taksiran kebutuhan waktu audit sebagai bagian dari pertimbangan
dalam penjadwalan. Pembuatan tafsiran kebutuhan waktu meliputi ekstimasi tentang jumlah jam
yang di perkirakan dibutuhkan oleh setiap tingkat staf (partner, manajer, senior, dan sebagainya)
untuk menyelesaikan setiap bagian audit dengan cermat dan seksama. Jumlah taksiran waktu ini
kemudian di kalikan dengan tarif per jam untuk setiap tingkat staf, kemudian di tambah dengan
tafsiran biaya transport dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan, sehingga bisa ditentukan
tafsiran biaya untuk melaksanakan penugasan. Angka tafsiran ini akan digunakan oleh kantor
akuntan sebagai bahan diskusi dengan calon klien dalam menetapkan honorarium audit.
Meskipun honorarium audit dapat juga ditetapkan dengan dasar honorarium tertentu yang sudah
pasti jumlahnya berdasarkan kesepakatan klien (fixed-fee basis), tetapi dalam banyak hal
honorarium audit ditetapkan atas dasar tarif perjam ditambah dengan penggantian biaya-biaya
lain.

Apabila penugasan telah diterima, rincian anggaran waktu dan jadwal pekerjaan lapangan
selanjutnya akan dikembangkan sebagaia langkah tambahan dalam tahap perencanaan. Partner
yang telah ditunjuk untuk menangani penugasan harus memberi persetujuan atas anggaran waktu
yang ditetapkan pada awal audit dan atas perubahan waktu yang mungkin diperlukan setelah
audit berjalan, maka waktu yang digunakan sesungguhnya untuk audit pada semua bagian audit
akan dibandingkan dengan waktu yang dianggarkan dengan maksud untuk mengawasi biaya atas
audit secara keseluruhan.

Personil klien. Pengunaan personil klien juga mempunyai dampak yang besar dalam penetuan
staf dan penjadwala, dan pada akhirnya berpengaru pada honorarium audit. Sepeti telah
dijelaskan pada bab yang lalu pekerjaan auditor interen berpengaruh pada pekerjaan akuntan
publik. Pengaruh ini berkaitan dengan tiga kategori prosedur auditing, yaitu: Prosedur untuk
memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian interen klien, pengujian pengendalian,
`dan pengujian substantif. Selai itu ppersonil-personil klien lainnya dapat digunakan untuk
mengerjakan tugas-tugas tertentu:

 Pembuatan daftar saldo pemeriksaan dari buku besar.


 Rekonsiliasi rekening kontrol dengan rekening-rekenig pembantu.
 Membuat daftar- daftar tertentu, misalnya: daftar polis asuransi yang masih berlaku,
daftar piutang wesel, daftar aktiva tetap, dan sebagainya.

Untuk memenuhi standar kecermatan dan keseksamaan, auditor sudah tentu harus mereview dan
memeriksa pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan oleh personil klien tertentu.

PEMBUATAN SURAT PENUGASAN

Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat penugasan,
sebagai suatu praktik profesional yang lazim untuk mengkonfirmasikan segalah istilah dan
terminologiyang berkaitan dengan penugasan. Contuh suatu surat penugasan dapat dilihat pada
gambar 5-3 dihalaman berikut.

Bentuk dan isi surat penugasan bisa berbeda-beda untuk setiap klien, namun secara umum
setiap surat penugasan hendaknya berisi hal-hal sebagai berikut:

 Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan keuangan
yang akan diperiksa.
 Menyebutka pengertian audit.
 Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional yaitu standar
auditing yang di tetapkan oleh ikatan akuntan indonesia.
 Menjelaskan tentang sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor.
 Menyebutkan bahwa walaupun audit telah di rancang da dilaksanakan dengan baik,
namun audit mungkin tidak akan dapat medeteksi semua ketidakberesan material.
 Mengigatkan manajemen , bahwa manajemen bertanggungjawab atas penyususnan
laporan keuangan dan menerapkan suatu struktur pengendalian inter yang memadai.
 Menyebutkan bahwa manajemen akan di minta untuk memberikan representasi tertulis
kepeda auditor.
 Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan
honorarium.
 Meminta lain untuk menegaskan kesepakatannya atas berbagai hal yang tercantung dlam
surat penugasan dengan menandatangani surat penegasan tersebut dan mengirimkan
kembali salinannya kepada auditor.

Surat penugasan merupakan surat perjanjian atau kontrak yang secara hukum mengikat auditor
dan klien. Dengan adanya kontrak yang secara jelas menyebutkan sifat jasa yang akan diberikan
dan tanggungjawab auditor, maka surat ini akan sangat berguna bagi auditor agar tidak terkena
tuntutan hukum.

KANTOR AKUNTAN PUBLIK


DRS. BUDI PRASETYO, AKT.& REKAN

Kepada
Yth. Bapak Ir, Sumarno
Direktur Utama PT Sari Alam
Jalan Gagak Rimang No 2
YOGYAKARTA

Dengan hormat,

Surat ini merupakan penegasan mengenai kesepakatan tentang audit yang akan kami lakukan
atas laporan keuangan PT Sari alam (Selanjutnya dalam surat ini disebut Perusahaan )Untuk
tahun yang terakhir tanggal 31 Desember 1999.

Kami akan mengaudit neraca perusahaan per 31 Desember 1999, dan laporan rugi- laba,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas yang bersangkutan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, dengan tujuan untuk menyatakan pendapat mengenai laporan- laporan
tersebut. Audit kami akan dilakukan sesuai dengan Standar auditing, yang mengharuskan kami
untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material.Audit kami akan meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, buku- buku yang mendukung jumlah- jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Kami juga akan melakukan penilaian atas prinsip akuntansi yang
digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Perlu difahami bahwa berhubung karakteristik ketidakberesan,walaupun audit telah di rancang
dan di laksanakan dengan baik,namun ada kemungkinan audit tidak dapat mendeteksi senua
ketidakberesan material.oleh karena itu,selama audit berlangsung kami akan melaporkan
kepada Bapak segala sesuatu yang nampak tidak biasa atau tidak normal.
Perlu kami ingatkan pula bahwa penyusun laporan keuangan,termasuk pula pengungkapan
yang memadai, merupakan tanggung jawab manajemen perusahan.Hal ini meangkut pemilihan
penerapan kebijakan akuntansi,dan penerapan struktur pengendalian intern yang memberikan
keyakinan memadai untuk tercapainya tujuan perusahan berupa keektifan
Dan keefesien koperasi,pengaman aktiva,keandalan laporan keuangan,dan ketaatan
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku.Sebagai bagian dari audit,kami akan
meminta representasi tertulis tertentu dari menejmen tentang informasi-informasi yang
disampaikan kepada kami sehubungan dengan audit ini.
Honorarium audit ini akan dihitung berdasarkan tarif per jam yang berlaku pada kantor
kami,ditambah dengan biaya transport dan biaya-biaya lain.penagihan akan kami lakukan
setiap dua minggu dan harus dibayar pada saat tagihandiajukan.

Terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang diberikan kepada kamiApabila surat ini
sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman kita bersama,kami mohon Bapak untuk
mendatangi surat ini dan salinan terlampir harap dikembalikan kepada kami.
Hormat kami,
Kantor Akuntan Publik Drs.Budi Prasetyo,Akt,& Rekan Partner,

(Drs.Budi Prasetyo,Akt)

DISETUJUI:
Oleh:
Tanggal:

3.PERENCANAAN AUDIT

Tahapan yang sangat penting dalam setiap audit adalah perencanaan,karena perencanaan
mengatur mengenai urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Standar pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa
pekejaan harus dirncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup


audit yang diharapkan.Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional
tentang berbagai hal seperti integrasi manajmen,kekeliruan dan ketidakberesan,dan tindkan
melawan hukum.Sifat,luas,dan saat perencanaan bervariasi daengan ukuran dan kompleksitas
satuan usaha yang diaudit,pengalaman mengenai satuan usaha,dan pengetahuan mengenai bisnis
satuan usaha.

Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim audit yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penetuan apakah tujuan tersebut telah
tercapai.Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung pada berbagai
faktor,termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.Dalam
membuat paerencanaan audit,supervisi harus lebih ditingkatkan apabila banyak anggota tim audit
belum berpengalaman,dibandingkan dengan jika mereka telah berpengalaman.
TAHAPAN DALAM PERENCANAAN AUDIT :

MENDAPATKAN PEMAHAMAN TENTANG BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN

Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai,auditor harus memiliki penetahuan
tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian,transaksi,dan praktik yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan.Auditor harus mengetahui hal-hal berikut:

MENDAPATKAN MELAKSANAKAN MENETAPKAN


PEMAHAMAN TENTANG PROSEDUR ANALITIS PERTIMBANGAN AWAL
BISNIS DAN BIDANG TENTANG TINGKAT
USAHA KLIEN MATMATERIALITAS

MEMPERTIMBANKAN MENETAPKAN STRATEGI MENDAPATKAN


RISIKO AUDIT AUDIT AWAL UNTUK PEMAHAMAN TENTANG
ASERSI- ASERSI PENTING
STRUKTUR PENGENDALIAN
INTERN

 Jenis usaha,jenis
produk dan
jasa,lokasi
 ekonomi,serta praktik dan kebijakan yang lazim dalam industri tersebut.
perusahan,dan
 Ada tidaknya transaksi-transaksi yang lazim dalam industri tersebut.karakteristik
 Peraturan pemerintah yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industri.
operasi
 Struktur pengendalian intern perusahaan. perusahan,seperti
 Laporan-laporan yang harus disampaikan kepada instansi tertentu, misalnya
misalnyakemetoda
BaPePam.
produksi dan
Berbagai prosedur bisah digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Beberapa
pemasaran.
diantaraprosedur tersebut akan dibahas di bawa ini.
Jenis industri,dan mudah
tidaknya industri
terpengaruh oleh kondisi
ALIAN INTER
Mereview Kertas Kerja Tahun Lalu

Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisah memperoleh pengetahuan tentang klien dengan
cara mereview kertas kerja tahun lalu. Disamping itu, kertas kerja juga menunjukan masalah-
masalah yang muncul dalam audit pada tahun lalu yang mungkin masi akan berlanjut pada audit
tahun-tahun selanjutnya. Sebagai contoh, klien memiliki struktur pengendalian intern yang lemah
dan masi terus berlangsung, adanya prongram pensiun yang rumit, dan sebagainya.

Mereview Data I ndustri dan Bisnis Klien

Informasi mengenai industri yang di dalamnya klien beroperasi dapat diperoleh dengan
membaca data industri yang di kumpulkan oleh kantor akuntan dan barbagai publikasi (misalnya
majalah) yang di terbitkan industri yang bersangkutan,Auditor juga bisah memperoleh informasi
yang bermanfaat dari pedoman audit industri dan pedoman akuntan industri yang diterbikan oleh
organisasi profesi.

Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien, auditor bisah.

 Mereview anggaran dasar dn anggaran ruma tangga perusahaan.


 Membaca notulen rapat dereksi untuk mendapat informasi-informasi tertentu,seperti
keputusan pemberian dividen dan persetujuan pemegang saham untuk penggabungan
bisnis.
 Analisa laporan keuangan tahunan terakhir dan interm,laporan pajak penghasilan,dan
laporan ke instansi-instansi terkait.
 Mempelajari berbagai peraruran pemerintah yang relevan.
 Membaca kontrak-kontrak yang berlanjut,seperti prjanjian kredit,sewa-guna,dan kontrak
dengan para karyawan.
Membaca publikasi-publika simpan dsi yang berkaitan dengan industri dan perdagangan
untuk mempelajari perkembangan bisnis dan industri mutahir.

Informasi yang diperoleh harus didokumentasikan oleh auditor dan disimpan dalam arsip
permanen untuk digunakan dalam audit berikutnya.
MELAKUKAN PENINJAUAN KE TEMPAT OPERASI KLIEN.

Melakukan peninjauan untuk melihat langsung fasilitas operasi dan perkantoran sangat berguna bagi
auditor dalam mendapatkan pemahaman mengenai karakteristik operasi klien baru. Dari peninjauan ke
pabrik, auditor akan mengetahui tata letak pabrik, proses operasi [produksi], fasilitas pergudangan, dan
hal-hal yang sekiranya bisa menimbulkan masalah, seperti gudang yang tidak berkunci,material yang
sudah usang,dan terlalu banyaknya bahan-bahan buangan.

Selama melakukan peninjauan kekantor,auditor akan mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi
catatn akuntansi dan fasilitas PDE,dan kebiasaan kerja para kariawan.Hasil sampingan penting yan bias di
peroleh dari penijauan langsung adlah adanya kesempatan untuk bertemu dengan personil-personil yang
menduduki posisi kunci dalam organisasi klien. Auditor harus mendokumemtasikan informasi yang di
peroleh dalam kunjugan ketempat operasi dan kantor klien tersebut.

Dalam penugasan ulangan, peninjauan ketempat operasi dan kantor klien seringkali dibatasi hanya pada
tempat operasi dan kantor yang mengalami perubahan besar sejak akhir audit tahun yang lalu.

Mengajukan Pertanyaan Kepada komite Audit.

Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor mengenai bisnis dan
industri klien. Sebagai contoh, komite audit umumnya mengetahui tenteng kekuatan dan
kelemahanpengendalian intern perusahaan pada tempat-tempat yang spesifik, adanya anak perusahaan
yang baru dibentuk, atau penerapan sistem pengolahan data elektronik yang baru dilakukan, dan
sebagainya. Komite audit juga bisa memberi informasi kepada audditor tentang perubahan-perubahan
penting dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi.

Mempertimbangkan Dampak Dari Peryataan Akuntansi Dan Auditing Tertentu Yang Relevan

Meskipun semua auditor memahami prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum dan standar auditing, namun
ada sejumlah prinsip akuntansi dan prosedur auditing tertentu yang bisa diterapkan untuk industri tertentu
atau untuk jenis aktivitas bisnis tertentu. Sebagai contoh, IAI telah menerbitkan sejumlah pedoman audit
dan pedoman akuntansi, yang masing-masing menggambarkan karakteristik berbeda pada masing-masing
industri atau aktivitas tertentu, meminta kewaspadaan auditor atas masalah-masalah yang tidak biasa,
serta menjelaskan peraturan-peraturan dan faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan. Pedoman
tersebut juga memberikan ilustrasi mengenai perlakuan akuntansi, dan bentuk serta redaksi laporan audit
manakala sesuai untuk diterapkan. Diperkirakan dimasa datang IAI masih akan menerbitkan lebih banyak
pedoman semacam itu, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.

Selain itu, dampak dari sejumlah pernyataan yang dibuat oleh instansi berwenang tertentu, seperti
misalnya Bapepam, juga harus dipertimbangkan. Dan jangan dilupakan, dalam tahap perencanaan audit
ini, auditor juga harus membuat pertimbangan khusus atas pernyataan-pernyataan akuntansi dan
pernyataan standar auditing terbaru.

MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS

PSA No. 22, prosedur analitis (SA 329.02), merumuskan prosedur analitis sebagai”evaluasi informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan “. Prosedur analitis
mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai
hubungan dan unsur data.

Prosedur analitis digunakan dalam auditing dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:

 Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan luas
prosedur audit lainnya.
 Pada tahap pengujian, sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu, yang berhubungan dengan saldo rekening atatu jenis transaksi.
 Pada tahap review akhir audit, sebagai review menyeluruh informasi keuangan dalam laporan
keuangan setelah diaudit.

Penggunaan pertama dan ketiga harus dilakukan pada setiap audit, sedangkan penggunaan kedua bisa
dilakukan atau tidak dilakukan, tergantung pada pertimbangan auditor. Uraian selanjutnya pada bab ini,
difokuskan pada penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit.

Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan, dengan cara: (1) meningkatkan
pemahaman auditor atas usaha klien, dan (2) mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan
fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang bisa menunjukan bidang-bidangyang kemungkinan
mencerminkan resiko salah saji.

Penggunaan prosedur analitis dalam tahap perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-
tahapan sistematis berikut ini:
 Mengindentifikasi perhitungan-perhitungan/perbandingan yang akan dibuat.
 Mengembangkan ekspektasi.
 Melakukan perhitungan-perhitungan/perbandingan-perbandingan.
 Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang signifikan.
 Menyelidiki perbedaan signifikan yang tak diharapkan.
 Menentukan pengaruhnya terhadap perencanaan audit.

KESIMPULAN

Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut akan
terselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar Auditing, kode etik akuntan, dan
standar pengendalian mutu. Tahapan- tahapan penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi:
evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan- keadaan khusus risiko tak biasa, menetukan
kompetensi, menilai idenpendensi, menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan
teliti, serta menerbitkan suatu penugasan.

Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang
efisien dan efektif. Tahapan- tahapan perencanaa meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang
bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, menentukan pertimbangan awal tingkat
materialitas, mempertimbangkan resiko audit, mengembangkan strategi awal audit untuk asersi- asersi
signifikan, dan mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Dua tahap
pertama telah diterangkan pada bab ini, sedangkan tahapan- tahapan lainnya akan diuraikan dalam dua
bab berikut.

Você também pode gostar