Você está na página 1de 10

A.

OVERVIEW CASE

ST, penyelam
sport

KU: nyeri hebat di sendi kaki


kanan,

RPS: Tidak berkurang dengan


analgetik kuat (asam mefenamat)

Tidak ada riwayat trauma, arthritis


atau gejala & tanda lain.

HIPOTESIS:
1. Decompression sickness
type 1
2. Decompression sickness
type 2
3. Sprain
4. Rheumatoid arthritis

Riwayat Penyelaman
30 menit sebelum nyeri melakukan penyelaman SCUBA
Penyelaman I  menggunakan udara kompresi dengan kedalaman 30 MSW,
selama 47 menit
Setelah itu naik ke permukaan (Surface Interval:SI) selama 1 jam 40 menit
Penyelaman II  kedalaman sama, selama 25 menit
Driver ST melaksanakan penyelaman I & II dengan metode dekompresi
dengan repetitive group designation air water table decompression table N

DIAGNOSIS:
Decompression Sickness Type 1 (pain only)

TATALAKSANA

Penanganan awal

Tatalaksana dekompresi dengan tabel 5


B. INTERPRETASI KASUS
ST, penyelam sport

KELUHAN UTAMA

Nyeri hebat di sendi kaki kanan


Analisis: dari keluhan ini yang harus kita pikirkan adalah apakah nyeri yg terjadi akibat suatu
trauma atau akibat reaksi inflamasi, namun jika kita lihat dari pekerjaannya dimana ST adalah
seorang penyelam maka kita harus curiga adanya suatu serangan dekompresi akibat
penyelaman. Dimana dekompresi itu merupakan suatu penyakit yang timbul akibat sumbatan
gelembung gas akibat penurunan tekanan dengan cepat yang terjadi pada penyelaman.
Sehingga dari keluhan ini dapat diambil hipotesis decompression sickness type 1 & 2, sprain,
dan rheumatoid arthritis.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Tidak berkurang dengan analgetik kuat (asam mefenamat)

Analisis: seperti yang kita ketahui asam mefenamat merupakan obat


analgetik golongan NSAID yang kerjanya menghambat sintesis
prostaglandin dari suatu reaksi inflamasi. Dari pernyataan tersebut
semakin curiga bahwa nyeri yang terjadi akibat DCS, karena pada DCS
nyeri yang terjadi bukan akibat reaksi inflamasi melainkan adanya
penyumbatan oleh gelembung gas. Namun hal ini belum bisa
melemahkan hipotesis yang lain, karena kita tidak tahu berapa dosis dan
sudah berapa lama obat yang ST konsumsi sehingga kita curiga mungkin
saja obat ini belum bekerja.

Tidak ada riwayat trauma, arthritis atau gejala & tanda lain.

Analisis: sebenarnya dari sini kita bisa melemahkan hipotesis sprain dan
RA, namun kita tidak boleh percaya dengan pernyataan pasien karena
siapa tahu pasien itu sendiri tidak mengetahui atau lupa bahwa memiliki
riwayat tersebut.

HIPOTESIS
1. Decompression sickness type 1 dan 2, hipotesis ini diambil karena keluhannya yaitu
nyeri hebat pada sendi yg merupakan keluhan utama pada DCS type 1 (pain only)
dimana nyeri sendi kaki terjadi pada 70% kasus DCS type 1, namun disini tidak
menutup kemungkinan bahwa DCS 2 juga bisa terjadi. Hipotesis ini sangat dipetkuat
dari profesi ST sebagai penyelam. Untuk lebih jelas bahwa ST mengalami DCS,
perlu anamnesis yang lebih banyak untuk mengetahui faktor-faktor risiko seperti kita
harus menanyakan riwayat penyelamannya, lalu usia nya karena semakin lanjut usia
maka risiko DCS semakin besar, tanyakan latihan sebelum penyelaman karena ada
latihan ada yg menjadi faktor risiko namun ada juga yang sebagai prevetif, tanyakan
juga sebelumnya pernah mengalami keluhan seperti ini atau tidak, apakah dalam
keadaan kelelahan, pola hidupnya seperti apa apakah dia merokok atau minum
alcohol atau tidak.
2. Sprain, hipotesis ini diambil dari keluhan nyeri sendi kaki yang hebat yg bisa terjadi
pada sprain akibat trauma, namun disini butuh diperjelas lokasi sendi yang mana yang
nyeri, karena pada sprain biasanya lebih sering terjadi di sendi pergelangan.
3. Rheumatoid arthritis, hipotesis ini diambil dari keluhan nyeri hebat di sendi yang kita
curiga adanya peradangan. Untuk memastikannya sebenarnya kita harus tau onset dari
nyerinya, hal apa yang bisa memperberat atau meringankan nyerinya, ditanyakan juga
ada kekakuan pada pagi hari atau tidak.

RIWAYAT PENYELAMAN
30 menit sebelum nyeri melakukan penyelaman SCUBA
Penyelaman I  menggunakan udara kompresi dengan kedalaman
30 MSW, selama 47 menit
Setelah itu naik ke permukaan (Surface Interval:SI) selama 1 jam
40 menit
Penyelaman II  kedalaman sama, selama 25 menit
Driver ST melaksanakan penyelaman I & II dengan metode
dekompresi dengan repetitive group designation air water table
decompression table N
Analisis: dari segi waktu, disini semakin curiga pasien mengalami DCS karena 30% nya
terjadi kurang dari 30 menit setelah menyelam.
Untuk mengetahui apakah ST benar-benar mengalami DCS, kita harus mengetahui terlebih
dahulu apakah penyelamannya sudah sesuai dengan decompression table atau belum.
Caranya kita harus mengetahui group designation kedua penyelaman terlebih dahulu.
------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------
Dive I  30 MSW, BT: 47 menit
 ubah satuan MSW jadi FSW (karena pada tabel kedalaman

30
dinyatakan dlm satuan FSW)  maka 30 MSW = ×33 = 99 FSW
10
 kemudian lihat tabel, karena tidak ada kedalaman 99 dan
waktunya tidak ada 47 menit, maka ambil yang terdalam dan waktu
terlama yaitu 100 FSW dengan waktu 50 menit
 nah dari tebel tersebut didapatkan group designation ada di O,
dimana decompression stop dilakukan di kedalaman 20 ft selama 47
menit.
Surface Interval (SI) : 1 jam 40 menit
Dive II : kedalaman 30 MSW = 99 FSW --- 100 FSW, BT: 25 menit
 lalu tentukan RNT dengan lihat tabel Residual Nitrogen Time for
Repetitive Air Dive
O  dari group designation Dive I

Waktu di permukaan
(Surface interval)

Tarik garis vertical sampai menunjukkan


kedalaman Dive II. Karena kedalaman dive II
sama dengan yg I  30 MSW  maka tarik
garis sampai 100 FSW

 dapatlah RNT  47
 untuk menentukan designation group dive II, jumlahkan RNT dengan
BT dive II
= 47 + 25 = 72 menit  waktu ini hanya untuk menentukan
designation group di tabel namun lamanya penyelaman/ bottom
timenya tetap 25 menit
Sehingga kita lihat 100 FSW selama 72 menit ------ > 80 menit
 didapatkan designation group dive II di Z, dimana decompression stop terjadi di
kedalaman 30 ft selama 21 menit dan di kedalaman 20 ft selama 160 menit
Namun ternyata Diver ST melaksanakan penyelaman I & II dengan metode
dekompresi dengan repetitive group designation air water table
decompression N, dimana pada group N dengan kedalaman 100 FSW
decompression stop dilakukan dikedalaman 20 ft selama 36 menit saja.
Sehingga disini kita mengetahui adanya kesalahan prosedur, yakni Diver
ST tidak mengikuti penyelaman sesuai tabel. Diver ST melakukan
decompression stop lebih cepat dari waktu semestinya. Padahal
berdasarkan hukum henry, peningkatan tekanan pada kedalaman tertentu
akan meningkatkan kelarutan gas di dalam darah dan jaringan tubuh.
Ketika akan naik ke permukaan maka akan terjadi penurunan tekanan,
sehingga gas-gas yang terlarut akan dilepaskan melalui paru-paru secara
perlahan, tetapi karena waktu decompression stop nya sebentar maka
waktu yang dibutuhkan untuk pelepasan gas tersebut juga cepat sehingga
gas gas tersebut dilepaskan dengan membentuk gelembung. Akhirnya
gelembung tersebut akan menyumbat beberapa daerah di tubuh. Pada
kasus ST ini gelembung tersebut menyumbat di pembuluh darah sendi
dan sendinya itu sendiri sehingga timbullah nyeri yang hebat pada sendi.

Grafik penyelaman yang seharusnya


SI : 1 jam 40 mnt

47’ 160’
20 fsw
21’
30 fsw

60 fsw

Dive I = 100 fsw, BT: 40’ Dive II = 100 fsw, BT: 25’

Grafik penyelaman yang dilakukan ST


SI : 1 jam 40 mnt

36’ 36’
20 fsw

60 fsw

Dive I = 100 fsw, BT: 40’ Dive II = 100 fsw, BT: 25’
DIAGNOSIS
Decompression sickness type 1

Diagnosis ini diambil dari keluhan utamanya yaitu nyeri di sendi unilateral yang terjadi 30
menit pasca penyelaman, ditambah lagi dilihat dari riwayat penyelamannya ternyata pasien
tidak mengikuti decompression table yang semestinya. Decompression stop seharusnya
dilakukan untuk memberi waktu untuk melepaskan gas nitrogen yang terlarut secara perlahan
agar tidak menimbulkan gelembung, namun decompression stop yang dilakukan ST begitu
cepat sehingga timbullah gelembung. Sebenarnya untuk lebih memastikan diagnosis ini harus
ada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan paru, jantung
dan pembuluh darah, tht, neurologi, x ray: survey tulang panjan, laboratory, compress
ability.

TATALAKSANA

Penanganan awal

Hyperbaric Oxygen
Therapy

Tabel 5: Oxygen treatment


of pain only
decompression sickness

Tabel ini dipakai untuk


mengobati pain only DCS
jika gejalanya hilang
dalam waktu < 10 menit
pada 60 fsw

 setelah seluruh persiapan siap, tekan RUBT dengan kecepatan 20 ft/mnt. Selama
penekanan pasien napas dengan udara
 setibanya di 60 fsw  pasang masker & napas dengan oksigen 100% 20 menit 
lepas, napas dengan udara 5 menit  pasang lagi napas oksigen 100% 20 menit
 setelah itu naik ke 30 fsw dengan kecepatan 1 ft/mnt
 setibanya di 30 fsw  lepas masker , napas udara 5 menit  pasang masker lagi,
napas oksigen 100% 20 menit  lepas lagi, napas udara 5 menit
 lakukan dekompresi dari 30 fsw ke permukaan dengan kecepatan 1 ft/mnt, selama
dekompresi napas dengan oksigen 100%
 keluarkan pasien dari RUBT
 terapi selesai

Você também pode gostar