Você está na página 1de 8

TAFSIRAN AMOS 5:14-17

1 Teks
1.1.Kritik Teks

1.1.1 Amos 5:14, 15. Perkataan tAa±b'c.-yhe(l{a (elohe-syebaot) diduga kemungkinan


penambahan kemudian sesudah kata hw"ôhy> Dalam dokumen lain tidak ada kata
tersebut. Namun demikian, BHS menggunakan kata tersebut untuk memberi
penegasan bahwa hanya TUHAN-lah yang berkuasa, pemilik segala sesuatu,
pemerintah segala sesuatu.

1.1.2 Amos 5:16. Kata yn"doa] ((adonay) dalam codex Sanaitius kurang memberi
penekanan. Namun, penggunaan kata tersebut, semakin mempertegas tentang
siapa itu JAHWE. Selanjutnya, perkataan -la dPeês.miW (wamis-pade = mengeluh,
mengaduh) dalam dokumen Syria bentuknya berubah, yakni: dpsm-law> (waal-
mspd) yang artinya (dan semua mengeluh). Ini hanya untuk mempertegas tentang
hukuman yang mendatangkan membuat semua orang mengeluh, mengaduh.
Tetapi penukaran kata tersebut tidak merupakan tambahan dan perobahan
kemudian.

1.1.3 Amos 5:17, dalam dokumen septuaginta dipakai kata hodois yang artinya jalan,
yang menunjuk ke kebun anggur. Namun, hal tersebut hanya memperjelas tentang
kebun anggur.

Dari teks kritik tersebut di atas terlihat bahwa tidak ada hal prinsip yang membuat
perubahan teks yang hendak digunakan. Oleh karena itu, walaupun dalam tafsiran ini,
lebih menggunakan BHS, yang juga diikuti oleh terjemahan LAI, namun kritik tersebut
akan dipertimbangkan pada tafsiran.

1.2.Terjemahan Amos 5:14-17


14
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian
TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan.
15
Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu
gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa
keturunan Yusuf. 16 Sesungguhnya, beginilah firman TUHAN, Allah semesta
alam, Tuhanku: "Di segala tanah lapang akan ada ratapan dan di segala lorong
orang akan berkata: Wahai! Wahai! Petani dipanggil untuk berkabung dan orang-
orang yang pandai meratap untuk mengadakan ratapan. 17 Dan di segala kebun
anggur akan ada ratapan, apabila Aku berjalan dari tengah-tengahmu," firman
TUHAN.

1.3.Perbandingan Terjemahan (latihan di kelas)


• Ayat 14, kata „Tuhan Allah, semesta alam“ diterjemahkan ke dalam bahasa
Nias „Jehowa Lowalangi ngahono“ yang mengandung arti Allah yang Maha
Besar dan mahakuat, yang biasa digunakan dalam konteks peperangan.
• Ayat 15, dalam terjemahan Nias kurang jelas istilah „kato“ yang merupakan
terjemahan dari „pintu gerbang“.

1.4.Ayat sejajar (latihan di kelas)


Kalau bertolak dari terjemahan LAI, tidak dimuat rujukan pada ayat sejajar dalam
perikop tersebut. Tetapi dalam terjemahan Nias, terungkap bahwa ayat 15 sejajar
dengan mazmur 34, 15, Yes 1:16.

1
2 Analisa Bentuk/redaksi1

Secara sepintas, perikop tersebut terlihat tidak ada kesinambungan. Ayat 14-15
merupakan panggilan atau undangan untuk mencari kehidupan, melalui mencari
Tuhan. Lalu ayat 16 dan 17 merupakan kata-kata hukuman. Dalam Alkitab bahasa
Nias2, ayat 14-15 merupakan satu bagian, sedang ayat 16-17 tergolong pada perikop
ayat 16-27. Namun, dalam BHS dan juga diikuti oleh LAI menggabungkan ayat-ayat
tersebut karena sturuktur teks tersusun dengan pola sebab-akibat. Maksudnya, pada
ayat 14-15 ada undangan atau panggilan untuk mencari Tuhan, mencari yang baik
yang ditunjukkan dengan pertobatan dan menegakkan keadilan, maka akibatnya
“hidup”, tetapi apabila tidak, maka ayat 16-17 menyatakan tentang hukuman yang
akan terjadi. Namun demikian, hukuman tersebut diungkap tidak secara langsung,
dan tidak menggunakan kata penghubung langsung, sehingga ada para ahli yang
mengindikasikan bahwa nubuatan tersebut berhubungan dengan penglihatan di pasal
7-9.3
Bentuk teks adalah berupa pernyataan, panggilan dan peringatan, dan bukan narasi.
atau bentuk sastra. Pernyataan dan nubuatan seperti dalam teks ini merupakan ciri
umum dari para nabi yang memberitakan nubuatan dengan tetap bertitik-tolak dari
realita yang ada pada zamannya.

3 Konteks
3.1. Konteks Umum
Susunan kitab Amos4 secara umum adalah:
Pasal 1:1-2 Pendahuluan
Pasal 1:3- nubuatan melawan bangsa-bangsa (Damsyik, Gaza, Tirus, Edom,
2:16 Amon, Amon, Moab, Yehuda, Israel.
Pasal 3-6 nubuatan melawan Israel
Pasal 7-9 penglihatan mengenai hukuman
Perikop yang ditafsir berada dalam bagian pasal 3-6. Sebelumnya berisi nubuatan
terhadap bangsa-bangsa, termasuk Israel dan Yehuda (tak ada kekecualian). Amos
menyatakan bahwa semua bangsa sama saja sikapnya, yakni: “memberontak dan
berbuat ketidakadilan” dan sama-sama akan mendapat hukuman. Sedangkan pasal 3-6
lebih khusus sorotan dan peringatan terhadap kaum Israel yang berisi tentang
nubuatan, kritik, panggilan untuk bertobat. Bertobat berarti beroleh keselamatan
(hidup) dan bila tidak akan mendapatkan hukuman). Inilah konteks umum dari
perikop yang ditafsirkan.

3.2. Konteks Khusus


Nasihat atau peringatan Amos kepada orang Israel menyangkut sorotan atas tindakan
jahat Israel (pasal 3), kejahatan kaum isteri pejabat (pasal 4), dan seruan untuk
bertobat, mencari Tuhan dan menegakkan keadilan (pasal 5); sedangkan pada pasal 6,
Amos menegaskan bahwa orang-orang yang menganggap diri aman akan celaka. Dari
gambaran di atas, terlihat bahwa pasal 5 lebih terfokus pada panggilan untuk bertobat
dengan cara membenci yang jahat dan mencari yang baik (mencari Tuhan) agar
mereka hidup dan aman, serta tidak mendapatkan hukuman atau kecelakaan. Inilah
konteks khusus dari Amos 5:14-17, yang berisikan membenci yang jahat dan mencari
yang baik, yang berkaitan (berhubungan erat) dengan perikop sebelum dan
sesudahnya.

1
Pengertian analisa bentuk di sini adalah struktur perikop yang ditafsirkan.
2
Bnd. Sura Ni’amoni’ö
3
S.M. Siahaan, Cintailah yang baik, Pematang Siantar, 1986, p 250.
4
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survery Perjanjian Lama, Malang, Gandum Mas, 2000, hlm 612-613

2
4 Analisa sastra
Nubuatan Amos dalam perikop yang ditafsir diungkapkan dalam bentuk penyataan
(prosa) dan bukan dengan puisi, amsal atau perumpamaan. Walaupun dalam ayat 16
ada nada sastra, tetapi hal tersebut lebih pada pernyataan tentang hukuman yang
mengakibatkan rapatan, tangisan dan teriakan ada dimana-mana, baik di tanah
lapang, jalan di kebun anggur, maupun di lorong-lorong kota.

5 Latar-belakang (Sitz im Leben [Jerman], Setting in Life [english])

5.1 Latar-belakang nabi


Amos adalah seorang peternak dan petani dari pedalaman Yehuda (1:1, 7:12-14),
yakni dari Tekoa, sekitar 20 km di sebelah selatan Yerusalem.5 Ia tidak melamar
menjadi nabi, tetapi dipanggil oleh Tuhan (3:7-8) untuk menyampaikan Sabda
Allah. Rupanya pada waktu itu para nabi ekstatik dan jabatan sudah berlabel buruk
(7:14, Hos 9:7), sehingga Amos mau membedakan dirinya dari mereka itu. Ia juga
disebut „pelihat“ yang tampak dalam suratnya (7:1-9, 8:1-3; 9:1-6) yakni tentang
nubuatan-nubuatannya. Dari kitabnya terlihat Amos mengecam ibadah curang,
kemunafikan, dan mengkritik kalangan atas atau para pejabat yang memperkosa
keadilan, melakukan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat jelata (2:6-8; 3:9;
4:1; 5:7-8, 15; 6:12; 8:4-6).

5.2 Latar-belakang Sosial dan Ekonomi

Pada masa nabi Amos, Israel Utara cukup makmur secara umum. Tetapi
kemakmuran itu rupanya membawa kemerosotan di bidang tata-masyarakat dan
bidang keagamaan. Kemerosotan dalam masyarakat ditandai dengan ketidak-
merataan6. Semua kekayaan dan keuntungan hanya sampai di tangan segelintir
orang di kalangan atas, terutama pegawai dan pedagang. Alat negara dan kaki
tangannya, termasuk para hakim, imam dan nabi-nabi jabatan, sangat korup.
Mereka menyalah gunakan kedudukan, kekuasaanya untuk memperkaya dirinya
dan berpesta pora (4:1, 6:4-6).

Sesungguhnya, perobahan tata masyarakat dan tata ekonomi sudah mulai pada masa
Salomo, tetapi cepat meningkat di Israel Utara oleh karena para rajanya. Tata
masyarakat dan ekonomi yang dikembangkan mirip dengan Mesir, yang disebut
dengan pola “kapitalisme negara”. Semua alat produksi ada di tangan negara, yakni
raja dan pegawai-pegawainya. Tetapi sayangnya, kemakmuran bangsa pada waktu
itu tidak dinikmati oleh semua warga, melainkan hanya dirasakan oleh kalangan
atas. Para ahli menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Yerobeam II sarat
dengan ketidak-adilan sosial.

Pada pihak lain, ada banyak sekali masyarakat bawah yang menderita, sengsaran
dan tidak memperoleh keadilan. Mereka sering sekali menjadi sasaran penindasan
dan pemerasan oleh kaum elite (pegawai dan pedagang).

5.3 Latar-belakang Politik


Amos bernubuat pada waktu pemerintahan Yerobeam II. Justru pada waktu itu
Israel Utara mengalami kejayaan dan kemakmuran.7 Yerobeam II seorang yang
cakap memimpin, bahkan berhasil memperluas kerajaannya (6:13). Iapun
memajukan ekonomi negerinya. Yerobeam II memang memanfaatkan keadaan
politik sekitar israel di masa itu yang sangat menguntungnya. Israel Utara berdamai
dengan Yehuda. Kerajaan besar (Asyur dan Mesir) pada waktu itu belum bangkit.

5
Bnd. A. Th. Kramer, Singa Telah Mengaum, Jakarta, BPK-GM, 1980, hlm 20.
6
Bnd. Willem A. Van Gemeren, Penginterpretasia Kitab Para Nabi, Penerbit Momentum, 2007, hlm 139.
7
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Jogjakarta, Kanisius, 1992, hlm 284.

3
Sirya juga tidak berdaya. Itulah sebabnya Israel Utara dapat berkembang dengan
sentosa.

Namun, kondisi politik dalam negeri menjadi kacau pada akhir masa pemerintahan
Yerobeam II dan pada masa berikutnya. Penggantian raja ditempuh dengan cara
saling membunuh sehingga terjadi kerusuhan yang berkelanjutan. Pada pihak lain,
negara Asyur di bawah pimpinan Tiglat-pileser II sudah bangkit dan menjadi
sangat kuat. Kondisi ini sangat membahayakan politik dalam negeri.

5.4 Latar-belakang Keagamaan


Di bidang keagamaan ada penyelewengan yang cukup parah, yakni dalam hal
peribadatan. Sejak pemisahan Israel Utara, ada dua kuil yang dibangun, yakni di
Betel dan di Gilgal. Kedua tempat ibadah tersebut dikerumuni para penyembah
(Amos 4:4br; 5:21br).8 Kuil Betel menjadi sangat laris (7:10, 13) dan ibadahnya
sangat meriah. Tetapi di dalam kuil ada patung lembu jantan. Ini merupakan
pencampuran dengan kekafiran, atau upacara-upacara kafir. Selain itu, sangat subur
penyembahan terhadap dewa-dewi, seperti dewa kesuburan, baal, Astarte, bahkan
ada sundal bakti (bnd. Hosea 4:13-14). Ada para ahli yang mengatakan bahwa cara
ibadah atau upacara-upacara lebih cenderung bersifat magi. Ada ajaran yang
dikembangkan, yakni: Apabila ada ibadah yang meriah, maka berkat Tuhan
akan selalu mengalir. Tuhan beserta dengan mereka. Dengan demikian, Tuhan
Israel dianggap sama dengan dewa-dewi setempat. Hal yang sangat buruk ialah,
walaupun ibadah diperbanyak, tetapi susila mereka sangat buruk. Agama dan tata
susila menjadi terpisah.

Oleh sebab itu Amos tampil menentang ibadat di Betel dan Gilgal. Ia tidak hanya
mengkritik pola ibadat, melainkan dengan keras ia mengecam kehidupan yang
dangkal walau diwarnai kemewahan dalam ketidak-adilan. Amos mengkritik
ketidak-adilan (Amos 2:6br, 4:1br) yang merajalela, walau megah dan ramai
dengan kultus pengorbanan dan perkumpulan yang disebut „rohani“. Lebih dari itu,
Amos menubuatkan hukuman kepada Israel bila tidak segera bertobat di segala
dimensi kehidupan yang tidak berkenan kepada Allah.

6 Analisa Kata9
Ayat 14
1) vrD darash.
Kata ini berarti memulihkan, mencari dengan sungguh-sungguh. Pemakaian
kata ini umumnya ditujukan dalam pengertian manusia mencari Allah,
misalnya melalui ibadah, doa, mencari tahu apa keinginan Allah, atau apa
yang menjadi tuntutanNya bagi kita.
2) bAj tov
Kata tov berarti baik, menyenangkan, menggembirakan, memberi sukacita.
Ungkapan ini tidak hanya untuk menyatakan suatu kondisi, melainkan lebih
berarti etika, yang menyangkut tingkah laku. Sumber dari tov itu adalah
Tuhan sendiri.
3) [r; ra`
Artinya buruk, jahat, tidak menyenangkan, mendukakan, melukai, dan juga
kesalahan. Ungkapan yang menyangkut kelakuan tidak baik ini lebih
cenderung pada penyelewengan terhadap Allah atau pelanggaran terhadap
hukum atau perintahNya.
4) hy:x' khaya
Artinya hidup, memiliki kehidupan, tinggal dalam kehidupan, bertahan hidup,
dan juga dapat berarti telah dipulihkan, bangun, dan lepas dari kematian. Kata
hy:x' berkaitan dengan nama Allah hw"hoy> yang menyatakan keadaan yang
8
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuna, Jakarta, BPK-GM, 1983, hlm 220.
9
Bnd. Theological Dictionary of the Old Testament.

4
sungguh-sungguh ada dan hidup. Jadi kehidupan yang sesungguhnya adalah
kehidupan yang berakar dari sumber hidup itu sendiri.
5) hw"hoy> Yehovah {yeh-ho-vaw'}
Jehovah = "the existing One". Ini menyatakan allah yang sungguh-sungguh
ada dan hidup. Allah bangsa Israel, yang diperkenalkan kepada dan oleh Musa
(Kel 3:14). Dalam kitab Amos ini digunakan sekaligus dengan kata ~yhil{a/
'elohiym’ (penguasa, hakim, Allah yang benar), dan ha'b'c. tseba'ah
{pahlawan perang, matahari, bulan, dan bintang dari seluruh ciptaan).
Pemakaian kata keterangan ini pada hw"hoy adalah untuk menjelaskan kepada
bangsa Israel bahwa hanya hw"hoy Tuhan dan Allah yang sesungguhnya, di
atas segala-galanya, allah yang mahakuasa; serta bukan allah berhala yang
biasa disembah oleh orang-orang di sekitar Israel pada waktu itu. Ini juga
menyatakan bahwa tidak ada bala tentara yang dapat menandingi kekuatan
Allah, sebab dialah pahlawan perang yang menaklukan segala musuh.

Ayat 15
1) anEf' sane'
Artinya membenci, memusuhi, menjauhi. Ini bisa ditujukan kepada
perorangan, ataupun bangsa atau illah dari yang lain.Jadi Amos mengajak
Israel untuk membenci dan menjauhi illah dan tingkah laku bangsa-bangsa
lain, serta hanya beribadah kepada Tuhan dan melakukan kehendaknya dalam
kehidupan keseharian.
2) bh;a' 'ahab’
Artinya, mengasihi. Ini menyatakan kasih manusia terhadap sesamanya,
termasuk mengasihi keluarga. Ini juga menyatakan kasih manusia kepada
Allah (human love for or to God) dan tindakan menjadi sesama atau teman.
Kata ini yang digunakan oleh Amos untuk menyatakan bagaimana Allah
menyatakan kasih kepada orang yang mau bertobat, yakni yang mencari
Tuhan dan menegakkan keadilan, kebenaran dan kejujuran dalam hidup
keseharian.
3) jP'v.mi mishpat
Artinya keadilan, hukum dan juga dapat berarti terdakwa atau yang
dieksekusi. Namun, dalam ayat ini kata mishpat lebih menyatakan pada
penegakkan hukum dan keadilan dalam kehidupan keseharian, terutama oleh
pemerintah kepada rakyatnya, tetapi juga antar sesama.
4) r[;v; sha`ar
Artinya pintu, pintu gerbang, tempat pertemuan umum, kota, dan kadang
dipakai untuk menyatakan tempat pengadilan. Dalam ayat 15, kata ini dipakai
untuk menyatakan tempat dan proses pengadilan, yang biasa dilakukan di
depan pintu gerbang kota.

Ayat 16

(1) yhin>
nehiy
Artinya meratap atau nyanyian kesedihan. Ini yang dipakai oleh Amos untuk
menggambarkan peristiwa yang akan dialami oleh bangsa Israel bila mereka
tidak bertobat. Amos menubuatkan hukuman yang menggiring bangsa itu
meratap dengan sangat mendalam.
Ayat 17
5) rm;a' 'amar
Artinya berbicara. Ini merupakan cirri khas para nabi yang berbicara atas
nama dan pengutusan Allah. Sehingga, nubuatan mereka didasarkan pada apa
yang Allah telah katakana melalui mereka.

5
7 Tafsiran Ayat-perayat
7.1. Ayat 14-15: “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup…..”
Mengapa mencari yang baik? Apakah yang baik yang harus menurut pemberitaan
Amos?

Dengan menelusuri latar belakang dan mengkaitkannya dengan tafsiran atas ayat 14-
15, maka mencari yang baik menurut Amos adalah mencari Tuhan (bnd ayat 6
Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup….). Mencari Tuhan dalam hal ini tidak
dibatasi pada memperbanyak ibadah, tetapi memperbaiki kehidupan yang sepadan
dengan kehendak Tuhan. Bertolak dari kondisi social, ekonomi dan politik
sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka bagi Amos, mencari yang baik atau
mencari Tuhan harus ditunjukkan dengan menegakkan keadilan. Penegakkan
keadilan tersebut terjabarkan dalam dua dimensi, yakni:
(1) Memperbaiki kehidupan agama
Nubuatan Amos mengandung kritik terhadap praktek keagamaan bangsa Israel.
Amos dalam nubuatannya selalu berusaha menyatakan “kebenaran Allah”
kepada para pendengarnya. Berbeda dengan lawan-lawan Amos, yang sering
disebut “nabi istana”, yang selain menantang Amos, juga memberitakan yang
baik-baik di telinga para penguasa, yakni “jaminan masa depan Israel”
berdasarkan sikap religious yang telah mereka lakukan (Amos 4; 5). Oleh
karenanya, Amos mengkritik kehidupan keagamaan yang salah dan jahat dari
bangsa Israel.
“Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah
perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan
persepuluhanmu pada hari yang ketiga! 5 Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi
dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah
yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH.”
(Amos 4:4-5).
Dengan ironis Amos mengkritik cara-cara kebaktian Israel, yang malah
menunjukkan ketidak-setiaan mereka kepada Allah. Para imam menyuruh
mereka berbakti dan melakukan ritus keagamaan, seakan-akan Tuhan menyukai
peribadatan, padahal dalam kehidupan sehari-hari sungguh menjijikkan Allah.
Oleh karenanya Amos mengkritik cara perayaan tersebut. Bandingkan Amos
5:21-24:
"21 Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan
rayamu. 22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan
korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang
tambun, Aku tidak mau pandang. 23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu,
lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. 24 Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air
dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir."
Dari nubuatan Amos tersebut, ia menegaskan bahwa Allah tidak menyukai ritus
yang lahiriah, melainkan kegiatan keagamaan harus diikuti dengan perbuatan
nyata, yakni menegakkan keadilan dan kebenaran. Kegiatan keagamaan yang
hanya bersifat lahiriah dan tidak diikuti dengan perbuatan hanyalah memuaskan
dan melayani diri sendiri atau manusia saja. Apabila tidak diubahkan, maka
Amos mengumandangkan “pembuangan” ke luar kota Damaskus (5:27).

Dengan sikap keagamaan yang menjijikkan tersebut, Amos menyamakan Israel


dengan Filistin dan bangsa Aram, yang lebih menyukai penyembahan berhala
daripada menjumpai Allah dan melakukan kehendakNya. Dalam Amos 5:4-5,
kritik terhadap kehidupan keagamaan diungkapkan:
Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan
hidup! 5 Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah
menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel
akan lenyap."

Dengan ungkapan ini, Amos mengarahkankan ucapannya kepada mereka yang


menganggap dirinya sudah religious dengan tradisi dan kebiasaan tempat-tempat
kebaktiannya, padahal ibadah mereka telah bercampur dan lebih cenderung
mengikuti tradisi Bethel dan Gilgal (Bnd. Bagian 5.4).

6
Kritikan nabi Amos tersebut di atas bertujuan agar kaum Israel mau
meninggalkan semua praktek dan tradisi yang menjijikkan Allah, dan mengajak
mereka untuk “mencari Yahwe”. Dialah Tuhan yang hidup, yang Mahatinggi,
Maha besar. Dialah Allah di atas segala Allah, Tuhan semesta alam, atau yang
dalam istilah Nias “Yehowa ngahono” (pahlawan dan pemenang di medan
perang, serta yang menguasai segala sesuatunya).

Mencari Tuhan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (vrD darash),


dengan segenap hati. Tradisi dan praktek mencari Tuhan di tempat bersejarah
(Betel dan gilgal) adalah ‘salah”, dan yang benarnya adalah mencari Yahwe
dengan menegakkan kebenaran dan keadilan dan membenci yang jahat di mata
Tuhan. Mencari Tuhan adalah mencintai yang baik, dan dengan demikian
dibutuhkan transformasi religious kaum Israel.

Mencintai yang baik adalah bergaul dengan mendengarkan Tuhan (Amos 5:1),
mencariNya (5:4,6), melaksanakan dan menegakakan keadilan (5:7, 15b, 24);
serta membenci yang jahat (5:14). Oleh karenanya dibutuhkan pembaharuan
dalam kehidupan keagamaan bangsa itu, supaya Tuhan mengasihi sisa-sisa
keturunan Yusuf. Kata bh;a' 'ahab’ yang artinya mengasihi, mengungkapkan
tentang bagaimana Allah menyatakan kasih kepada orang yang mau bertobat,
yakni yang mencari Tuhan dan menegakkan keadilan, kebenaran dan kejujuran
dalam hidup keseharian.

(2) Memperbaiki kehidupan masyarakat


Pokok kedua yang diungkap oleh Amos dalam ungkapan mencintai yang baik
adalah melakukan pembaharuan pola dan tindakan dalam kehidupan
bermasyarakat.

Pembaharuan keagamaan seperti telah diungkapkan pada bagian sebelumnya (Bd


Amos 4:4-5; 21-24, harus diikuti dan tercermin dalam kehidupan setiap hari,
yakni dengan menegakkan keadilan dan kebenaran (5:15, 24, 6:12; 7). Apa
artinya ini ? Perkataan jP'v.mi mishpat, Artinya keadilan, hukum dan juga dapat
berarti terdakwa atau yang dieksekusi. Namun, dalam ayat ini kata mishpat lebih
menyatakan pada penegakkan hukum dan keadilan dalam kehidupan keseharian,
terutama oleh pemerintah kepada rakyatnya, tetapi juga antar sesama yang sesuai
dengan peraturan dan tata hidup serta sikap yang sesuai dengan hukum
yang berlaku. Dengan penegakkan keadilan dan kebenaran, maka Amos
mengharapkan terciptanya suasana perdamaian dan persekutuan dalam
kehidupan masyarakat. Keadilan adalah sikap dan tindak tanduk yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan kata kebenaran menjurus
kepada kehendak Allah.

Pada zamannya Amos, sudah terdapat berbagai kejahatan yang sungguh


merajalela di tengah masyarakat. Amos 5:10-11 dikatakan:
“10 Mereka benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada
yang berkata dengan tulus ikhlas. 11 Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang
lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan
rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah
membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya.”

Jelas bahwa penentuan keputusan dari para penatua di tempat pertemuan (istilah
yang dipakai dalam bahasa Nias “kato”, yang mungkin lebih tepat “aro gosali”,
yaitu tempat pertemuan dan penentuan hokum dahulu di Nias), dimana ada usaha
menutupnutupi dan mengaburkan kebenaran. Inilah bahaya besar itu. Lebih dari
itu, dalam Amos 5:12 diungkapkan kejahatan Israel, yakni merajalelanya “suap”,
sehingga orang miskin dan tak berdosa dikesampingkan. Jadi kekuasaan
digunakan demi uang (Bnd Kel 23:2). Akibatnya, terjadi penindasan terhadap
orang lemah (5:11). Maksudnya, tuan-tuan tanah mengambil upah dan

7
keuntungan dengan berbagai cara, antara lain “memeras dan mencekik dengan
bunga uang (kefe so’ono), sehingga orang kaya semakin kaya (3:15; 6:11).
Semua itu ditentang oleh Amos. Ia mengkritik dengan keras segala kebobrokan
dalam masyarakat. Ia mengkritisi praktek yang menjual kebenaran dengan uang.
Ia juga mengkritik praktek perbudakkan karena system yang tidak adil, dan
menentang penindasan yang keji (2:7-8).

Singkatnya, situasi hubungan kemasyarakatan pada zaman Amos amatlah kacau


balau dan tidak adil. Gambaran kekacauan tersebut, lebih lanjut diungkapkan
pada pasal 8:4-5, yakni penipuan dalam konteks perdagangan melalui manipulasi
alat-alat ukur, serta pelanggaran terhadap sabat (hari peristirahatan). Kondisi
kekacauan ini telah terjadi pada akhir pemerintahan raja Yerobelam ke-2.
Memang umumnya ekonomi maju, tetapi di dalamnya sarat dengan penipuan,
suap dan ketidak-adilan. Kaum elite bersukacita di atas penderitaan orang lemah
dan miskin.

Oleh karena itu, Amos menyerukan agar bangsa itu berhenti melakukan
kejahatan, dan mencintai yang baik. Gagasan mencintai yang baik harus tampak
dalam kehidupan kemasyarakatan yang damai, adil dan benar.

7.2. Ayat 16-17: "Di segala tanah lapang akan ada ratapan……”
Kehidupan bangsa dan masyarakat yang kacau balau, serta praktek keagamaan yang
hanya ritualnya saja, tetapi tidak berbuah dalam kehidupan sehari-hari sangatlah
ditentang oleh Amos. Ia menyerukan pembaharuan, dengan mencari Tuhan,
mencintai yang baik.

Sorotan Amos tersebut diikuti dengan nubuatan tentang malapetaka yang


mengancam. Amos menggambarkan hasil dari hukuman yang akan datang, yakni
terjadinya ratap tangis di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Baik di lapangan
maupun di kebun anggur. Malapetakan akan datang bila tidak bertobat dan
melakukan pembaharuan dalam hidup keagamaan dan kemasyarakatan.

Ungkapan yhin> nehiy lebih berarti meratap. Ini yang dipakai oleh Amos untuk
menggambarkan peristiwa yang akan dialami oleh bangsa Israel bila mereka tidak
bertobat. Amos menubuatkan hukuman yang menggiring bangsa itu meratap dengan
sangat mendalam. Tetapi, apabila mereka bertobat dan mencintai yang baik, maka
Tuhan akan menyatakan kasihNya bagi sisa-sisa keturunan Yusuf. Mengapa “Yusuf”
dan bukan Daud? Ini berkaitan dengan dua hal:
(1) Bahwa keturunan Yusuf mendapat bagian tanah di wilayah Utara, dan dengan
demikian bangsa yang ada pada zaman Amos adalah antara lain keturunan
Yusuf.
(2) Bahwa Allah tetap mengingat kasihNya kepada Yusuf yang telah menunjukkan
kesetiaanNya pada Tuhan, walaupun berada di negeri lain, yakni Mesir. Ia tidak
tergoda dengan berbagai kejahatan, dan memimpin dengan adil bangsa Mesir
pada zaman paceklik.

Karena kedua hal tersebutlah, maka Amos menyatakan bahwa Allah akan mengasihi
sisa-sisa keturunan Yusuf.

8 Skopus
Kalau mau hidup, cintailah yang baik dan bencilah yang jahat, yakni dengan mencari
Tuhan, melakukan pembaharuan dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan,
demi terciptanya keadilan dan kebenaran.

Você também pode gostar